MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 21 Maret 2018

Pengampunan : Renungan terhadap Kasus Luna Maya dan Cut Tari

Hasil gambar untuk gambar stop pornografi
Dalam beberapa hari ini kita selalu disuguhkan berita video porno yang melibatkan beberapa selebritis papan atas. Dalam dunia entertainment, artis adalah seorang publik figur bagi masyarakat.
Pada awal peredaran video tersebut, para artis yang terlibat dalam adegan video tidak mau mengakui. Belakangan ini -Cut Tari dan Luna Maya- perempuan yang ada dalam video telah mengakuinya dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Ada hal yang menarik dari pengakuan mereka berdua. Ada yang menangis tersedu-sedu yang seolah-olah menyatakan bahwa dia telah menyesali perbuatan yang telah dilakukannya. Dengan tulus ikhlas sambil didampingi suami dan pengacaranya dia meminta maaf kepada presiden, ulama dan masyarakat Indonesia. Bertolak belakang dengan pernyataan maaf dari Luna Maya. Secara implisit dia mengakuinya, akan tetapi kalau kita lihat dari raut muka dan tutur katanya sangat berbeda sekali dengan apa yang dilakukan oleh Cut Tari. Ekspresi wajah dan tutur katanya tidak menunjukkan ketulusan yang mendalam. Dia terlihat tersenyum ketika mengutarakan permintaan maafnya atas beredarnya video yang mirip dengannya.
Kisah pengakuan dua selebritis diatas memberikan gambaran kepada kita semua, bahwa kita perlu menyadari akan segala kesalahan yang pernah kita perbuat dalam hidup ini. Dalam tulisan ini saya tidak akan mengomentari ketulusan dan keikhlasan dari pengakuan mereka karena hal itu bukan kewenangan saya. Tulus dan ikhlas adalah personal orang dengan Tuhan.
Sebagai manusia biasa, mereka berdua bukan malaikat, bukan juga nabi yang dikarunai kekuatan maksum –terhindar dari salah dan dosa dalam menyampaikan kebenaran Allah- sehingga menjadi mangsa oleh ulah dan kesalahannya sendiri. Kendati kita adalah makhluk dla’if (lemah), dimana salah dan dosa adalah fitrahnya, sebagaimana benar dan pahala juga menjadi fitrahnya pula, tetapi salah dan dosa, menurut agama, sebenarnya sangat bisa dihindari dan dijauhi, kalau manusia mau mengekang dan mengendalikan hawa nafsunya sendiri. kendali hawa nafsu adalah bagian dari usaha manusia untuk melindungi harkat dan martabatnya sendiri agar tidak terjatuh ke jurang kenistaan.
Manusia memang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Tetapi, menjadikan manusia dla’if itu untuk terus-menerus melakukan kesalahan dan dosa adalah tindakan yang paling tidak bertanggung jawab. Ketika manusia hendak mengevaluasi suatu perbuatan, apalagi perbuatan diri sendiri, secara moral, ia memang terbebani. Karena subyektivitasnya selalu meresponinya dengan pengakuan bahwa ia masih di jalan yang benar, masih memegang teguh prinsip-prinsip moral yang ditunjuki oleh Allah dan Rasul-Nya. Jika hal itu jujur, kita tentu amat bersyukur bahwa nilai kebenaran ternyata masih tegak, ajaran kebaikan ternyata masih langgeng, terus berjalan dan menjadi teladan bagi orang lain. Yang menjadi persoalan dalam  kasus di atas adalah “introspeksi” itu ditemukan suatu kesalahan dan kealpaan yang serius, baik disengaja maupun tidak, tetapi manusia melalaikannya, tidak berani mengakuinya. Padahal, kesalahan betapapun kecilnya, ia tetaplah sebagai setetes nila yang terjatuh ke dalam susu. Karenanya, ia bakal menjadi racun bagi kehidupan yang bersih dan sehat. Suatu kehidupan yang didambakan oleh segenap manusia agar selalu dalam keselamatan dan kebahagiaan.
Melakukan pertaubatan memang membutuhkan kesungguhan dalam diri. Kita perlu jujur kepada diri kita sendiri mengenai segala kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat. Kita perlu lebih mengenali diri kita sendiri. Mengenali diri sendiri ini penulis sebut sebagai ‘orientasi ke dalam diri’. Ketika seseorang sudah bisa mengenali dirinya, dia akan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya selama ini. Hal ini penting untuk sebuah jalan awal pertaubatan. Seorang yang tidak menyadari kesalahannya jelas akan enggan untuk bertaubat. Sebaliknya, jika seorang menyadari kesalahannya, pintu hatinya akan lebih mudah terbuka untuk bertaubat. Hasan al Bashri berkata : “Seorang hamba akan tetap berada dalam kebaikan selama ia masih bisa menasihati dirinya sendiri dan selalu memelihara untuk menghitung-hitung dirinya sendiri”.
Hasil gambar untuk gambar stop pornografi
Itulah sebabnya, setiap melakukan kesalahan, kita dianjurkan oleh agama agar segera mengadakan pertobatan untuk memohon pengampunan dari Allah Swt. Kesalahan hendaknya diadakan introspeksi, disesali, kemudian tidak diulangi lagi melalui pertobatan yang sungguh-sungguh. Pertobatan yang sungguh-sungguh itu oleh agama disebut dengan “tawbatan nashuha”. Sebuah pertobatan yang diikrarkan dari jiwa yang tulus berdasarkan pengalaman batin yang paling mengesankan, kemudian dimanifestasikan dalam tiga sikap : pertama, menyesali, kedua, menjauhi, dan ketiga  tidak akan mengulangi lagi. Jika kedua selibritis di atas menerapkan ketiga hal tersebut insya Allah pintu pengampunan dari Allah akan muda terbuka. Jika mereka merunduk di pangkuan-Nya dengan air mata penyesalan, jika mereka datang ke hadapan-Nya dengan jiwa yang tunduk, niscaya jendela Tuhan akan tersibak menyambut tangis penyesalannya.
Hasil gambar untuk gambar stop pornografi
Kita semua berharap dua selibritis yang sudah mengakui kesalahannya bukan hanya dibibir saja, akan tetapi bisa menjelma menjadi seorang yang baik dalam kehidupan mereka yang akan datang. Mumpung Allah Swt masih memberikan umur panjang. Bukan hanya mereka –Luna Maya dan Cut Tari hanya sebagai sampel dalam tulisan ini- kita pun harus merenung dan menyadari setiap kesalahan yang kita perbuat. Sebelum azab datang menghampiri kita, marilah kita senantiasa bersujud minta ampun kepada-Nya.
Allah Swt berfirman “Katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Az Zumar : 53). Untuk menyambut kasih saying Allah ini, Nabi Saw pun bersabda : “Sekiranya kamu melakukan kesalahan sampai memenuhi langit, kemudian kamu bertawbat, niscaya Allah berkenan mengampuni segala kesalahanmu”. (HR. Ibnu Majah dari Abu hurairah).
Semoga kita dan mereka termasuk yang memperoleh pengampunan Allah swt, betapapun mungkin besar sekali kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat. Dan, semoga kita pun masih dikarunia kemampuan untuk mengenali kesalahan diri sendiri agar mampu menjadi hamba yang shaleh di mata-Nya maupun di mata umat manusia. Wallahu a’lam
22 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Popular