Akhir-akhir ini, di media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram dan lainnya beredar tulisan status yang cukup provokatif. Tulisan itu kurang lebih berbunyi “Corona tahun depan belum tentu hilang, tapi orang tua kita tahun depan belum tentu ada”. Tulisan itu sebenarnya sederhana saja. Maknanya juga sangat baik. Sekilas bagi yang membaca tulisan itu akan membenarkannya. Sebab, tidak ada orang yang bisa memprediksi kapan pandemi covid-19 ini berakhir. Begitu juga dengan umur manusia, siapapun tidak ada yang tahu berakhirnya. Hidup dan mati manusia ditentukan oleh Allah Swt. Untuk itu, perbuatan baik jangan sampai tertunda. Selama bisa dilakukan saat ini, maka lakukanlah. Siapa tahu, setelah melakukannya azal datang menjemput. Lebaran, merupakan waktu bertemu dengan orang tua, saudara, keluarga, teman, sahabat dan kerabat di kampung halaman. Sekian lama tinggal atau bekerja didaerah yang jauh dari kampung halaman menyebabkan tidak bisa senantiasa bertemu. Rasa kangen dan rindu senantiasa terpendam didalam hati. Tidak ada obatnya, kecuali bertemu secara langsung. Berpelukan maupun berjabat tangan.
Di Indonesia, pada saat Hari Raya Idul Fitri biasanya libur. Waktunya pun terkadang cukup lama. Ada yang seminggu, dan bahkan bisa lebih. Inilah yang menyebabkan momen lebaran dijadikan warga untuk pulang kampung (mudik). Waktu libur yang cukup lama itu dimanfaatkan oleh warga untuk melepas kangen dan rindu yang telah terpendam lama. Rindu akan suasana kampung yang religius. Udara yang sejuk dihamparan padi dan pepohonan dipegunungan. Dekat dengan orang tua, saudara dan keluarga besar. Bisa bertemu dengan teman sepermainan sehingga mengingatkan kembali pada masa kecil yang indah, lucu dan sebagainya. Akan tetapi, akibat pandemi covid-19 yang terus meningkat ini, maka semua itu tidak bisa lagi dilakukan. Larangan mudik yang diberlakukan pemerintah membuyarkan harapan para pemudik. Belum lagi, orang tua yang sudah uzur dikampung. Yang juga kangen dan rindu bertemu dengan anaknya. Harapan hidup ditahun depan masih disangsikan. Lebaran saat ini, merupakan saat yang tepat untuk bertemu. Begitulah, pesan yang akan disampaikan melalui status tulisan itu.
Akan tetapi ada makna provokatif yang terkandung didalamnya. Sebenarnya, ada makna ‘ajakan’ untuk melakukan mudik. Selain ajakan mudik, ada juga kesan ‘menghasut’ para pemudik untuk melawan larangan pemerintah. Dengan dasar untuk bertemu dengan orang tua, maka seolah-olah mudik merupakan ‘kewajiban’ yang harus ditunaikan. Kalau tidak mudik, bisa tidak bertemu lagi dengan orang tua. Begitulah, yang ada dalam benak pemudik. Sehingga mereka melakukan berbagai macam cara agar bisa mudik. Bisa dengan terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Bahkan ada yang memalsukan surat keterangan hasil swab antigen. Ini merupakan sesuatu yang tidak baik. Pemerintah memberlakukan larangan mudik merupakan tindakan yang tepat. Tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Adanya mobilitas sosial yang banyak akan mengalami penumpukan orang disuatu daerah. Sehingga, kerumunan tak bisa dihindarkan nantinya. Akibatnya, penyebaran virus bisa tidak terkendali lagi. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah selama ini bisa menjadi sia-sia. Jangan sampai kasus di India terjadi di Indonesia. Akibat warga negaranya tidak taat terhadap protokol kesehatan, menyebabkan India sekarang menjadi Negara yang mengalami penyebaran covid-19 terbesar didunia. Rumah sakit penuh dengan pasien. Tingkat kematian akibat corona juga sangat tinggi. Belajar dari kasus di India itu, marilah kita belajar untuk bersabar dan taat kepada anjuran pemerintah. Penyebaran covid-19 masih sangat tinggi. Berbesar hatilah untuk tidak mudik. Jangan sampai, pemudik membawa virus corono kekampung halamannya. Atau, ketika balik dari kampung ketempat tinggalnya. Kita semua sangat sayang dengan orang tua, saudara, keluarga, teman, dan sahabat di kampung. Dengan tidak mudik, justru kita lebih sayang lagi kepada mereka. Kesehatan semua orang perlu kita jaga. Bukan hanya orang tua kita saja, akan tetapi semua orang yang berada didekat kita. Dengan tidak membawa penyakit kekampung halaman dan tempat asal kita merupakan suatu perbuatan baik. Niat baik akan dibalas dengan kebaikan. Maka dari itu, dengan tidak melakukan mudik berarti telah melakukan perbuatan baik. Allah Swt akan memberikan balasan pahala kepada mereka yang telah berbuat baik. Dengan pahala yang berlipat ganda kepada mereka yang tetap bersabar untuk tidak mudik. Amin!
1 komentar:
Posting Komentar