Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membentu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan saat meninggal dunia. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identitas bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Di samping itu, guru adalah seorang pengajar dan pendidik yang dituntut untuk menjadi tauladan bagi siswanya. Apa pun yang diperbuat dan dikatakan oleh seorang guru merupakan hal yang baik dan patut untuk dijadikan contoh. Selain itu, seorang guru juga harus bisa menyesuaikan dengan kemampuan siswanya. Kalau hal itu bisa dilakukan oleh seorang guru. Hampir bisa dipastikan, bahwa guru tersebut akan menjadi idola siswanya di sekolah atau madrasah. Selain itu, guru juga harus SMART. Smart dalam bahas Inggris artinya adalah cerdas, pintar.
Memang, seorang guru dituntut harus smart. Karena kalau seorang guru tidak cerdas, bagaimana mungkin dia bisa mentrasfer ilmunya kepada siswa. Bahkan sebaliknya, bisa ‘membodohkan’ siswa atau bahkan diolok-olok oleh siswanya. Guru adalah teladan bagi siswanya. Selain memiliki IQ yang cerdas, seorang guru juga dituntut untuk selalu disiplin dalam mengajar, menguasai bahan ajar atau materi, akrab dengan siswa, rendah hati atau tawadhu dan tawakkal kepada Allah. Semua itu terangkum dari kata SMART.
Pertama, Selalu disiplin dalam mengajar. Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap suatu peraturan. Setiap lembaga, apakah itu lembaga pendidikan dan non pendidikan pasti mempunyai peraturan. Peraturan dibuat sedemikian rupa untuk mengikat lembaga tersebut agar lebih maju. Karena itu bagi orang-orang dalam lembaga tersebut yang mentaati dan mematuhi peraturan maka lembaga apa pun akan maju dan sukses, tidak terkecuali dengan lembaga pendidikan.
Ada sebuah adagium bahwa guru itu di tiru dan di gugu. Guru harus bisa mendisiplinkan dirinya sebelum mendisiplinkan siswanya. Seorang guru tidak boleh terlambat datang kesekolah. Seorang guru betul-betul memperhatikan jam masuk, istirahat dan pulang. Kalau hal tersebut sudah dikondisikan, maka siswa akan merasa diri untuk taat terhadap peraturan yang ada disekolah. Jangan sampai ada perkataan dari siswanya “gurunya saja tidak disiplin, malah menyuruh murid”.
Kedua, Menguasai bahan ajar. Penguasaan terhadap bahan ajar adalah sesuatu hal yang mutlak bagi seorang guru. Bahan ajar adalah materi atau pelajaran yang akan disampaikan guru di kelas. Kalau guru tidak menguasai bahan, apa yang diajarkannya kepada murid?
Setiap guru ada memiliki buku paket dalam mengajar. Akan tetapi seorang guru jangan menjadikan buku paket sebagai buku satu-satunya dalam mengajar. Selain memberikan pelajaran kepada siswanya, guru juga harus mengembangkan kemampuannya. Guru juga harus mempunyai literatur tambahan selain buku paket. Selain itu, guru harus banyak membaca. Jangan sampai murid bertanya guru tidak dapat menjawabnya.
Selain itu, guru juga harus membekali dirinya dengan keterampilan. Artinya, seorang guru harus dapat menjadikan informasi, pengetahuan, yang diperoleh melalui pelbagai pelatihan, dari beragam buku bacaan, atau juga dari pelajaran semasa kuliah, sebagai bahan untuk melahirkan inspirasi.
Ilmu dan inspirasi juga bisa didapat dengan sering-sering berjalan-jalan ke toko buku. Ingat, dengan mengajar, ilmu seorang guru memang tidak akan berkurang. Tetapi, jika guru berhenti belajar, daya tariknya akan berkurang karena pengetahuan dan keterampilannya semakin terbatas, bahkan tertinggal. Akan semakin banyak siswa yang tidak menyukainya. Sementara itu, akan muncul banyak masalah baru yang lebih mutakhir, melebihi ilmu yang telah ia miliki. Dengan memiliki banyak keterampilan, seorang guru juga akan semakin profesional.
Ketiga, Akrab dengan siswa. Manusia adalah makhluk yang penuh dengan misteri, terutama terkait dengan sisi kejiwaannya.
Seorang guru harus bisa memahami kejiwaan anak didiknya. Hal ini penting, karena setiap anak didik mempunyai kondisi kejiwaan yang berbeda-beda. Dengan memahami kejiwaan anak didik, seorang guru akan mudah memberikan pendekatan. Kalau sudah dekat guru akan mudah memberikan pengajaran dan bimbingan. Keakraban guru dengan siswa akan terbangun apabila ada rasa cinta dan sayang. Cinta dan sayang disini jangan diartikan negatif. Coba perhatikan, bagaimana orang tua yang mengasuh, mendidik dan mengajar anaknya. Penuh dengan cinta, belaian, pujian bahkan reward atau penghargaan akan diberikan orang tuanya sebagai tanda cinta dan sayangnya terhadap anaknya. Sehingga anak akan senang, betah, nyaman, tentram dan damai. Apa pun yang disampaikan orang tua akan didengar oleh anak. Orang tua akan menjadi tauladan bagi anaknya.
Nah begitu juga seorang guru. Kalau mengajar penuh dengan cinta dan sayang seperti orangtua dengan anaknya, maka guru akan mudah mengajar. Apa pun yang disampaikan guru akan didengar, dituruti dan diamalkannya.
Keempat, Rendah hati atau tawadhu’. Islam mengajarkan kita agar tidak sombong. Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, dia akan mudah menyampaikan bahan ajarnya. Semakin baik guru mengajar semakin mudah dicerna dan dipahami oleh siswanya. Sehingga tidak jarang siswanya memuji dan mengatakan bahwa guru tersebut adalah seorang yang pintar dan cerdas.
Menghadapi situasi seperti itu terkadang muncul sikap sombong (takabur) dalam diri. Seorang guru harus bisa menjauhkan diri dari sikap sombong. Karena sombong akan menghancurkan keikhlasan. Semakin tidak ikhlas guru dalam mengajar akan menjauhkan dari rasa cinta dan sayang terhadap siswanya. Untuk melawan kesombongan dalam diri. Kita harus mempunyai karakter rendah diri (tawadhu’). Kita harus ingat bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Manusia pasti punya kekurangan dan kekhilafan. Yang sempurna hanya Allah Swt. Segala anugerah yang diberikan oleh Allah harus disyukuri. Semakin sering bersyukur atas nikmat, anugerah yang diberikan Allah. Hati kita akan bisa tawadhu. Dengan rendah hati, siswa akan senang dan suka kepada gurunya. Hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh seorang guru.
Kelima, Tawakkal. Tawakkal adalah menyandarkan diri hanya kepada Allah setelah mengerjakan aktivitas atau usaha. Manusia dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin untuk meraih apa yang diinginkannya, akan tetapi semua usaha yang dilakukannya harus diserahkan kepada Allah Swt. Karena Allah lah yang menggenggam semua apa yang kita lakukan.
Haruskah seorang guru memiliki sifat tawakal? Jawabnya “Ya”. Di satu sisi, guru dituntut berusaha sekuat tenaga demi mencapai target pembelajaran. Segala upaya harus dilakukan, agar anak didiknya menjadi paham dan pandai. Bahkan, kebanggaan tertinggi seorang guru tercapai ketika melihat anak didiknya memiliki prestasi yang diperhitungkan di tengah masyarakat. Namun, di sisi lain, seorang guru harus pula ingat bahwa yang sedang dihadapi adalah manusia pula. Manusia adalah makhluk yang penuh misteri. Manusia juga makhluk yang tak lepas dari takdir Allah Swt. Dengan memahami prinsip takdir Allah, seorang guru tidak akan mudah berputus asa. Ia akan memiliki kesadaran, bahwa sepandai apa pun keahlian mengajar yang dimilikinya, hasil akhirnya tetap di tangan Allah. Ketika menghadapi masalah, ia tak gampang berputus asa. Baginya, kegagalan dapat terjadi bukan semata karena kebodohan, melainkan juga karena Allah belum menghendaki keberhasilan sebagaimana yang ia inginkan. Menurut guru SMART yang telah menyadari keterbatasan dirinya, bisa jadi kegagalan justru menjadi jalan untuk menuju kesuksesan.
Supaya guru mudah bertawakal, minimal dua hal yang perlu ditanamkan kedalam jiwanya. Pertama adalah meyakinkan diri bahwa ilmu Allah berada di atas ilmu siapa pun. Allah adalah sumber dari segala sumber ilmu. Jadi, bila siswa dididik oleh guru, kemudian dengan pendidikan itu siswa dapat meraih prestasi, tetap harus diyakini bahwa sebenarnya Allah-lah yang telah menjadikan dia berprestasi. Inilah sebuah pengakuan yang menegaskan bahwa setinggi apa pun prestasi yang telah diraih seorang guru, tetap ada peran Allah di sana. Dengan pengakuan semacam ini menjauhkan guru dari sikap sombong, serta membusungkan dada sambil berucap, “Inilah hasil kerjaku!”.
Kedua, meyakini kehendak AllahSwt. Guru harus yakin bahwa kehendak Allah berada di atas semua makhluk-Nya, termasuk dirinya sendiri dan siswa yang ia didik. Dengan keyakinan tersebut, jika guru menemui kegagalan, dia akan merasa bahwa kegagalan itu bukanlah akhir segalanya. Dia yakin bahwa di balik kegagalan akan ada kesuksesan.
Guru yang memiliki sikap tawakal, maka ia akan memiliki kepribadian yang menakjubkan! Ketika mendapat kesulitan ia bersabar, dan ketika mendapatkan keberhasilan ia akan bersyukur.
Karena itu, untuk menjadi idola siswa dimanapun tempat kita mengajar, guru harus SMART. Dengan memiliki SMART, guru akan benar-benar menjadi tauladan siswanya. Apa pun yang disampaikan atau diajarkannya akan menjadi sesuatu yang berharga bagi siswanya. Terlebih bagi guru SMART, apa pun yang dilakukan dan dikerjakannya akan menjadi amal jariyah baginya. Selamat menjalankan tugas bagi guru SMART, semoga kita semua bisa melakukan dan meraihnya. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar