Qs. Ar Ruum (30): 21
وَمِنْ ءَايَتِه أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ
أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْآ اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ج
اِنَّ فِى ذَالِكَ لَأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (٢١)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Sering kita
lihat di dalam undangan pernikahan atau perkawinan senantiasa tertulis sebuah
harapan dan doa, agar menjadi keluarga yang SAMAWA (Sakinah, Mawaddah, Wa
Rahmah). Sebenarnya, singkatan samawa itu sebenarnya tidak tepat. Sebab, kata
WA diakhir kata itu bukanlah sebuah kata. Dalam Bahasa Arab, kata Wa itu
merupakan kata sambung yang berarti ‘dan’. Sedangkan kata setelahnya adalah
Rahmah. Jadi, singkatan yang tepat adalah Samara, yakni Sakinah, Mawaddah dan
Rahmah (SAMARA).
Ungkapan
Samara itu, diucapkan melalui status di media sosial, baik WhatsApp, Instagram,
Facebook, Twetter dan lainya, harapan dan doa untuk menjadi keluarga yang
samara itu senantiasa terucapkan. Ucapan itu bisa datang dari orang lain,
sahabat, keluarga, teman dan lainnya. Bisa juga memasang status sendiri di
media sosial dengan harapan bisa menjadi keluarga yang samara itu. Selain itu,
agar orang lain tahu tentang acara perkawinan yang akan dilangsungkan. Sebab,
pernikahan itu harus disebarkan se luas-luasnya untuk diketahui orang lain.
Bukannya malah disembunyikan. Pernikahan itu harus diketahui oleh orang banyak.
Dengan harapan untuk meminta doa keberkahan dan Samara. Selain itu, juga untuk
menghindari adanya fitnah dimasyarakat. Dengan status menikah, maka setiap
pasangan bisa hidup satu rumah. Bisa bepergian berdua kemanapun tujuannya. Bisa
menginap di hotel, penginapan, losmen, guest house dan sebagainya tanpa ada
rasa was-was. Dan sebagainya.
Harapan untuk
menjadi keluarga yang samara itu merupakan impian semua orang. Ketika seseorang
memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga dengan pasangannya, maka
keluarga yang samara itu diharapkan bisa tercapai. Terkadang antara ucapan,
baik secara lisan (langsung) maupun melalui media sosial menjadi keluarga yang
samara itu tidak sesuai dengan harapan atau kenyataan. Diantara penyebabnya
adalah tidak paham makna dari Samara tersebut. Mereka hanya biasa mengucapkan
saja, akan tetapi tidak memahami apa yang diucapkan tersebut. Selain itu,
pasangan yang melangsungkan pernikahan itu juga tidak memahaminya. Sehingga
tujuan pernikahan yang samara itu tidak tercapai.
Secara
sederhana, arti dari Sakinah, Mawaddah dan Rahmah itu, bisa dijelaskan sebagai
berikut :
Sakinah
Artinya adalah
Tenang dan tentram. Sebuah keluarga itu diharapkan tenang dan tentram dalam
menjalaninya. Pernikahan itu menyatukan dua orang yang berbeda secara fisik dan
karakter. Semua orang memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda. Hal itu
bisa disebabkan akibat faktor genetika yang diturunkan oleh kedua orang tuanya.
Bisa juga akibat dari lingkungan pergaulannya, baik dikeluarga, masyarakat,
sekolah dan lainnya. Karakter bisa juga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Untuk itu, setiap orang tidak bisa memaksakan orang lain supaya
sama sifat atau karakternya dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, sifat atau
karakter kita harus bisa diikuti oleh orang lain. Kalau dipaksakan maka akan
terjadi kekecewaan. Bisa muncul amarah, dendam dan sebagainya. Hal ini kalau
dibiarkan akan menjadi permusuhan dan pertengkaran yang bisa berakibat fatal
nantinya.
Begitu juga
dalam hubungan suami istri. Dua pasangan yang berbeda fisik dan karakter itu
hidup Bersama dalam sebuah rumah. Mereka bergaul setiap hari. Saling memberi
dan menerima setiap kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Terkadang
karena adanya perbedaan karakter serta pemikiran, bisa menimbulkan
pertengkaran. Emosi yang tinggi bisa membuat salah satu atau keduanya
bertengkar hebat. Terkadang bisa menjadi kontak fisik. Pemukulan, tamparan
serta kata-kata kasar menjadi tidak terkontrol. Akibatnya bisa berujung kepada
perceraian. Hal ini harus dihindari. Untuk mendapatkan Sakinah (ketentraman)
dalam rumah tangga. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap pasangan
suami istri, yaitu :
1. Menjalin
Komunikasi
Komunikasi antar pasangan dan
keluarga itu sangat penting. Ketika tidak ada komunikasi atau tertutup satu
dengan yang lainnya, maka akan muncul persoalan. Sebab, dalam rumah tangga itu
pasti ada masalah yang muncul. Masalah itu jangan dibiarkan berlarut-larut.
Kalau dibiarkan tanpa penyelesaian, maka masalah itu akan menumpuk dan
menggunung. Suatu saat bisa pecah dan sulit untuk diselesaikan. Ibarat benang
yang kusut, sangat sulit untuk dipintal kembali. Untuk itu, setiap pasangan
harus senantiasa berkomunikasi setiap saat. Setiap hari bisa saling bercerita
tentang kegiatan yang dilakukan. Bisa tentang pekerjaan masing-masing, mengurus
anak, menu masakan, uang belanja, Pendidikan, rekreasi, pakaian, bahkan bisa
juga berkaitan dengan seksual. Ketika pasangan bisa berkomunikasi dengan baik,
maka persoalan yang besar pun akan menjadi ringan. Kita merasa ada teman yang
ikut memikulnya. Karena itu, komunikasi merupakan salah satu cara yang
dilakukan untuk menjaga ketentraman dalam rumah tangga. Semakin sering terjadi
komunikasi semakin baik. Apalagi disertai dengan candaan dan rayuan yang
menggoda, Sakinah akan terjaga.
2. Menjaga
kejujuran
Ketika komunikasi terjaga. Ditambah
lagi dengan kejujuran. Keterbukaan dari pasangan dituntut untuk jujur.
Kejujuran menjadi pangkal terciptanya ketentraman dalam hidup berumah tangga.
Sebaliknya, kebohongan akan menjadi sumber malapetaka. Kecurigaan dan ketidak
percayaan senantiasa muncul dalam rumah tangga. Apalagi ditempat kerja suami
atau istri banyak sekali godaannya. Dan juga pulang kerja kadang malam dan bisa
sampai tidak pulang kerumah. Disinilah nilai kejujuran itu dipertaruhkan. Ketika
suami atau istri bisa menjaga harga dirinya diluar dan berbicara jujur apa
adanya. Maka kepercayaan akan terpupuk dengan baik. Kepercayaan akan tumbuh
subur dalam diri masing-masing pasangan. Maka, hati dan pikiran akan nyaman,
tentram dan damai.
3. Membangun
toleransi
Toleransi merupakan sikap saling
menghargai antara satu dengan yang lainnya. Biasanya terkait dengan keyakinan,
pemikiran, pendapat dan sikap seseorang. Perkawinan merupakan penyatuan dua
jenis yang berbeda, baik secara fisik, pemikiran, keyakinan, sikap dan lainnya.
Ketika ada yang memaksakan kehendak, pendapat dan sikapnya. Sedangkan yang lain
harus menerimanya, maka salah satu pihak akan merasa tidak nyaman. Hati dan
pikirannya tidak tenang. Mau berkomentar takut salah. Takut terjadi
pertengkaran yang bisa berdampak buruk bagi rumah tangganya. Dibutuhkan
komunikasi yang baik diantara setiap pasangan suami istri. Ketika komunikasinya
baik, maka bersikaplah saling menghargai setiap perbedaan itu.
Untuk itu, diperlukan adaptasi yang
baik bagi pasangan suami istri. Belajarlah untuk mengenali kelebihan dan
kekurangan pasangan masing-masing. Selain itu, juga kenali kesukaan dan
ketidaksukaannya. Kalau setiap pasangan sudah bisa mengenalinya, maka dia akan
menghargai Tindakan dan sikap yang dilakukan pasangannya. Hal ini, harus
dilakukan kedua pasangan. Jangan sampai, salah satunya saja yang mengenali
pasangannya. Kalau begitu, itu namanya mau menang sendiri. Sikap seperti ini
harus dihindari. Agar sikap saling menghargai bisa terbangun dengan baik.
4. Berusaha
saling memberi
Ketenangan dalam rumah tangga akan
bisa lebih sempurna lagi, kalau setiap pasangan itu bisa saling memberi.
Bukannya saling menuntut. Tuntutan akan menimbulkan ketegangan. Sedangkan
pemberian akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Kalau tuntutan itu bisa
dituruti masih mendingan. Akan tetapi jika tuntutan tidak bisa dituruti, maka
jelas akan terjadi ketegangan, kekecewaan, marah dan sebagainya. Jika dalam
rumah tangga, ada yang selalu menuntut. Maka rumah tangga itu tidak akan
tenang. Berusahalah untuk senantiasa memberi. Ketika suami pulang kerja,
mungkin dia merasa lelah dan penat. Maka seorang istri memberikan perhatian
kepada suaminya. Bisa dibuatkan kopi atau teh. Dipijati dan sebagainya. seorang
suami juga harus memberikan perhatian kepada istrinya. Seorang istri kadang
sibuk seharian mengurus rumah tangga. Mulai dari memasak, membersihkan rumah,
mencuci pakaian, menyetrika dan mengasuh anak. Waktu seharian terkuras untuk
melakukan kegiatan rumah tangga setiap harinya. Istri perlu refreshing. Untuk
mengurangi tingkat stres. Suami yang paham akan mengajak istrinya untuk
jalan-jalan. Walaupun hanya ditempat-tempat rekreasi yang dekat dari rumah. Paling
tidak itu bisa menyegarkan hati dan pikiran.
Memberi tidak selalu yang
besar-besar dan mahal-mahal. Tidak melulu berupa benda, elektronik, handphone,
perhiasan dan sebagainya. Kalau semua itu mampu diberikan, silahkan saja. Akan
tetapi jangan dipaksakan dan menjadi sebuah kewajiban. Dengan memberikan
perhatian yang tulus ikhlas kepada masing-masing pasangan akan memberikan
ketenangan, kesejukan, ketentraman dan kebahagiaan.
Mawaddah
Maksudnya
adalah Cinta Kasih yang membara. Cinta yang muncul Ketika melihat fisik
pasangan kita. Ada istilah bahwa cinta itu bermula dari mata lalu turun ke
hati. Ada juga istilah yang menyatakan bahwa cinta itu datang dari pandangan
pertama. Terkait benar atau tidak istilah itu, yang jelas cinta itu muncul
Ketika seseorang melihat pasangannya. Ketika melihat itulah muncul kesan yang
baik. Ketika melihat itulah muncul benih-benih cinta atau suka kepada
seseorang. Benih-benih itu akan tumbuh subur apabila sudah sering bertemu,
berbicara, bercanda dan sebagainya. Semakin baik fisik pasangan kita, maka
semakin cinta dan sayanglah terhadapnya. Untuk itulah, mawaddah akan tumbuh
baik bagi pasangan suami istri Ketika melihat pasangannya terlihat cantik dan
tampan, seksi dan gagah, menarik, bersih, wangi/harum, dan sebagainya.
Bagi pasangan
dibawah usia 50 tahun, pandangan terhadap fisik yang baik akan menambah rasa
cinta. Hubungan suami istri akan berjalan dengan baik dan harmonis ketika fisik
pasangan terlihat baik. Dari sinilah cinta yang membara itu muncul. Yang akan
mengarah kepada hubungan seksual atau birahi yang tetap terjaga. Untuk tetap
menjaga mawaddah itu, maka setiap pasangan perlu menjaga dan merawat fisiknya
dengan baik.
Rahmah
Kasih sayang.
Cinta dari lubuk hati (jiwa). Cinta yang tumbuh bukan berdasarkan fisiknya.
Akan tetapi cinta yang lahir dari batiniah seseorang, yakni kasih sayang.
Cinta kepada
fisik lambat laun akan berkurang seiring berjalannya waktu. Umur yang semakin
menua. Wajah yang tidak cantik atau tampan lagi. Kulit yang sudah mengeriput. Tubuh
yang sudah mulai melemah. Sakit-sakitan dan sebagainya. pada kondisi seperti
itu, Hasrat seksual juga sudah berkurang bahkan ada yang sudah hilang.
Dari sinilah,
kasih sayang itu diperlukan. Allah swt memberikan anugerah berupa kasih sayang
yang tidak terikat oleh keindahan fisik. Kasih sayang bersifat batiniah dan
keluhuran budi pekerti (akhlak). Inilah sifat kemanusiaan yang bersumber pada
sifat Allah. Maha Menyayangi, tanpa pilih kasih.
Kasih sayang
terbentuk dari suasana batin dan perilaku selama menjalani kehidupan bersama. Kasih
sayang ini akan tumbuh dengan sendirinya seiring dengan perjalanan waktu. Kalau
cinta fisik bisa direkayasa. Seperti kata-kata yang manis, memberi hadiah yang
baik, perawatan tubuh, olah raga, harta, perhiasan dan lain-lain. Tapi, kasih
sayang tidak bisa direkayasa. Ataupun dibuat-buat dengan model apapun. Kasih sayang
lahir dari lubuk hati yang dalam. Perasaan cinta kasih yang jujur. Akibat dari
kecocokan batin masing-masing pasangan. Perilaku yang baik, tutur kata yang
bagus, perhatian yang tulus, pemberian yang ikhlas, apalagi masing-masing
pasangan memiliki nilai ibadah yang kuat. Inilah yang memunculkan kasih sayang
itu tertanam dilubuk hati. Ia tidak akan terpisahkan sampai ajal menjemput. Bahkan
akan berkumpul kembali dialam akhirat. Bersama-sama memasuki surga-Nya. Subhanalah…semoga!
Lampihong, 2
Maret 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar