MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Selasa, 01 Maret 2022

Menjadi Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Qs. Ar Ruum (30): 21

وَمِنْ ءَايَتِه أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْآ اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ج اِنَّ فِى ذَالِكَ لَأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (٢١)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

 

Sering kita lihat di dalam undangan pernikahan atau perkawinan senantiasa tertulis sebuah harapan dan doa, agar menjadi keluarga yang SAMAWA (Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah). Sebenarnya, singkatan samawa itu sebenarnya tidak tepat. Sebab, kata WA diakhir kata itu bukanlah sebuah kata. Dalam Bahasa Arab, kata Wa itu merupakan kata sambung yang berarti ‘dan’. Sedangkan kata setelahnya adalah Rahmah. Jadi, singkatan yang tepat adalah Samara, yakni Sakinah, Mawaddah dan Rahmah (SAMARA).

 

Ungkapan Samara itu, diucapkan melalui status di media sosial, baik WhatsApp, Instagram, Facebook, Twetter dan lainya, harapan dan doa untuk menjadi keluarga yang samara itu senantiasa terucapkan. Ucapan itu bisa datang dari orang lain, sahabat, keluarga, teman dan lainnya. Bisa juga memasang status sendiri di media sosial dengan harapan bisa menjadi keluarga yang samara itu. Selain itu, agar orang lain tahu tentang acara perkawinan yang akan dilangsungkan. Sebab, pernikahan itu harus disebarkan se luas-luasnya untuk diketahui orang lain. Bukannya malah disembunyikan. Pernikahan itu harus diketahui oleh orang banyak. Dengan harapan untuk meminta doa keberkahan dan Samara. Selain itu, juga untuk menghindari adanya fitnah dimasyarakat. Dengan status menikah, maka setiap pasangan bisa hidup satu rumah. Bisa bepergian berdua kemanapun tujuannya. Bisa menginap di hotel, penginapan, losmen, guest house dan sebagainya tanpa ada rasa was-was. Dan sebagainya.

 

Harapan untuk menjadi keluarga yang samara itu merupakan impian semua orang. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga dengan pasangannya, maka keluarga yang samara itu diharapkan bisa tercapai. Terkadang antara ucapan, baik secara lisan (langsung) maupun melalui media sosial menjadi keluarga yang samara itu tidak sesuai dengan harapan atau kenyataan. Diantara penyebabnya adalah tidak paham makna dari Samara tersebut. Mereka hanya biasa mengucapkan saja, akan tetapi tidak memahami apa yang diucapkan tersebut. Selain itu, pasangan yang melangsungkan pernikahan itu juga tidak memahaminya. Sehingga tujuan pernikahan yang samara itu tidak tercapai.

 

Secara sederhana, arti dari Sakinah, Mawaddah dan Rahmah itu, bisa dijelaskan sebagai berikut :

 

Sakinah

Artinya adalah Tenang dan tentram. Sebuah keluarga itu diharapkan tenang dan tentram dalam menjalaninya. Pernikahan itu menyatukan dua orang yang berbeda secara fisik dan karakter. Semua orang memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda. Hal itu bisa disebabkan akibat faktor genetika yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Bisa juga akibat dari lingkungan pergaulannya, baik dikeluarga, masyarakat, sekolah dan lainnya. Karakter bisa juga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Untuk itu, setiap orang tidak bisa memaksakan orang lain supaya sama sifat atau karakternya dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, sifat atau karakter kita harus bisa diikuti oleh orang lain. Kalau dipaksakan maka akan terjadi kekecewaan. Bisa muncul amarah, dendam dan sebagainya. Hal ini kalau dibiarkan akan menjadi permusuhan dan pertengkaran yang bisa berakibat fatal nantinya.

 

Begitu juga dalam hubungan suami istri. Dua pasangan yang berbeda fisik dan karakter itu hidup Bersama dalam sebuah rumah. Mereka bergaul setiap hari. Saling memberi dan menerima setiap kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Terkadang karena adanya perbedaan karakter serta pemikiran, bisa menimbulkan pertengkaran. Emosi yang tinggi bisa membuat salah satu atau keduanya bertengkar hebat. Terkadang bisa menjadi kontak fisik. Pemukulan, tamparan serta kata-kata kasar menjadi tidak terkontrol. Akibatnya bisa berujung kepada perceraian. Hal ini harus dihindari. Untuk mendapatkan Sakinah (ketentraman) dalam rumah tangga. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap pasangan suami istri, yaitu :

1.   Menjalin Komunikasi

Komunikasi antar pasangan dan keluarga itu sangat penting. Ketika tidak ada komunikasi atau tertutup satu dengan yang lainnya, maka akan muncul persoalan. Sebab, dalam rumah tangga itu pasti ada masalah yang muncul. Masalah itu jangan dibiarkan berlarut-larut. Kalau dibiarkan tanpa penyelesaian, maka masalah itu akan menumpuk dan menggunung. Suatu saat bisa pecah dan sulit untuk diselesaikan. Ibarat benang yang kusut, sangat sulit untuk dipintal kembali. Untuk itu, setiap pasangan harus senantiasa berkomunikasi setiap saat. Setiap hari bisa saling bercerita tentang kegiatan yang dilakukan. Bisa tentang pekerjaan masing-masing, mengurus anak, menu masakan, uang belanja, Pendidikan, rekreasi, pakaian, bahkan bisa juga berkaitan dengan seksual. Ketika pasangan bisa berkomunikasi dengan baik, maka persoalan yang besar pun akan menjadi ringan. Kita merasa ada teman yang ikut memikulnya. Karena itu, komunikasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menjaga ketentraman dalam rumah tangga. Semakin sering terjadi komunikasi semakin baik. Apalagi disertai dengan candaan dan rayuan yang menggoda, Sakinah akan terjaga.

 

2.   Menjaga kejujuran

Ketika komunikasi terjaga. Ditambah lagi dengan kejujuran. Keterbukaan dari pasangan dituntut untuk jujur. Kejujuran menjadi pangkal terciptanya ketentraman dalam hidup berumah tangga. Sebaliknya, kebohongan akan menjadi sumber malapetaka. Kecurigaan dan ketidak percayaan senantiasa muncul dalam rumah tangga. Apalagi ditempat kerja suami atau istri banyak sekali godaannya. Dan juga pulang kerja kadang malam dan bisa sampai tidak pulang kerumah. Disinilah nilai kejujuran itu dipertaruhkan. Ketika suami atau istri bisa menjaga harga dirinya diluar dan berbicara jujur apa adanya. Maka kepercayaan akan terpupuk dengan baik. Kepercayaan akan tumbuh subur dalam diri masing-masing pasangan. Maka, hati dan pikiran akan nyaman, tentram dan damai.    

 

3.   Membangun toleransi

Toleransi merupakan sikap saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Biasanya terkait dengan keyakinan, pemikiran, pendapat dan sikap seseorang. Perkawinan merupakan penyatuan dua jenis yang berbeda, baik secara fisik, pemikiran, keyakinan, sikap dan lainnya. Ketika ada yang memaksakan kehendak, pendapat dan sikapnya. Sedangkan yang lain harus menerimanya, maka salah satu pihak akan merasa tidak nyaman. Hati dan pikirannya tidak tenang. Mau berkomentar takut salah. Takut terjadi pertengkaran yang bisa berdampak buruk bagi rumah tangganya. Dibutuhkan komunikasi yang baik diantara setiap pasangan suami istri. Ketika komunikasinya baik, maka bersikaplah saling menghargai setiap perbedaan itu.

 

Untuk itu, diperlukan adaptasi yang baik bagi pasangan suami istri. Belajarlah untuk mengenali kelebihan dan kekurangan pasangan masing-masing. Selain itu, juga kenali kesukaan dan ketidaksukaannya. Kalau setiap pasangan sudah bisa mengenalinya, maka dia akan menghargai Tindakan dan sikap yang dilakukan pasangannya. Hal ini, harus dilakukan kedua pasangan. Jangan sampai, salah satunya saja yang mengenali pasangannya. Kalau begitu, itu namanya mau menang sendiri. Sikap seperti ini harus dihindari. Agar sikap saling menghargai bisa terbangun dengan baik.   

 

4.   Berusaha saling memberi

Ketenangan dalam rumah tangga akan bisa lebih sempurna lagi, kalau setiap pasangan itu bisa saling memberi. Bukannya saling menuntut. Tuntutan akan menimbulkan ketegangan. Sedangkan pemberian akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Kalau tuntutan itu bisa dituruti masih mendingan. Akan tetapi jika tuntutan tidak bisa dituruti, maka jelas akan terjadi ketegangan, kekecewaan, marah dan sebagainya. Jika dalam rumah tangga, ada yang selalu menuntut. Maka rumah tangga itu tidak akan tenang. Berusahalah untuk senantiasa memberi. Ketika suami pulang kerja, mungkin dia merasa lelah dan penat. Maka seorang istri memberikan perhatian kepada suaminya. Bisa dibuatkan kopi atau teh. Dipijati dan sebagainya. seorang suami juga harus memberikan perhatian kepada istrinya. Seorang istri kadang sibuk seharian mengurus rumah tangga. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika dan mengasuh anak. Waktu seharian terkuras untuk melakukan kegiatan rumah tangga setiap harinya. Istri perlu refreshing. Untuk mengurangi tingkat stres. Suami yang paham akan mengajak istrinya untuk jalan-jalan. Walaupun hanya ditempat-tempat rekreasi yang dekat dari rumah. Paling tidak itu bisa menyegarkan hati dan pikiran.

 

Memberi tidak selalu yang besar-besar dan mahal-mahal. Tidak melulu berupa benda, elektronik, handphone, perhiasan dan sebagainya. Kalau semua itu mampu diberikan, silahkan saja. Akan tetapi jangan dipaksakan dan menjadi sebuah kewajiban. Dengan memberikan perhatian yang tulus ikhlas kepada masing-masing pasangan akan memberikan ketenangan, kesejukan, ketentraman dan kebahagiaan.

  

Mawaddah

Maksudnya adalah Cinta Kasih yang membara. Cinta yang muncul Ketika melihat fisik pasangan kita. Ada istilah bahwa cinta itu bermula dari mata lalu turun ke hati. Ada juga istilah yang menyatakan bahwa cinta itu datang dari pandangan pertama. Terkait benar atau tidak istilah itu, yang jelas cinta itu muncul Ketika seseorang melihat pasangannya. Ketika melihat itulah muncul kesan yang baik. Ketika melihat itulah muncul benih-benih cinta atau suka kepada seseorang. Benih-benih itu akan tumbuh subur apabila sudah sering bertemu, berbicara, bercanda dan sebagainya. Semakin baik fisik pasangan kita, maka semakin cinta dan sayanglah terhadapnya. Untuk itulah, mawaddah akan tumbuh baik bagi pasangan suami istri Ketika melihat pasangannya terlihat cantik dan tampan, seksi dan gagah, menarik, bersih, wangi/harum, dan sebagainya.

 

Bagi pasangan dibawah usia 50 tahun, pandangan terhadap fisik yang baik akan menambah rasa cinta. Hubungan suami istri akan berjalan dengan baik dan harmonis ketika fisik pasangan terlihat baik. Dari sinilah cinta yang membara itu muncul. Yang akan mengarah kepada hubungan seksual atau birahi yang tetap terjaga. Untuk tetap menjaga mawaddah itu, maka setiap pasangan perlu menjaga dan merawat fisiknya dengan baik.  

 

Rahmah

Kasih sayang. Cinta dari lubuk hati (jiwa). Cinta yang tumbuh bukan berdasarkan fisiknya. Akan tetapi cinta yang lahir dari batiniah seseorang, yakni kasih sayang.

 

Cinta kepada fisik lambat laun akan berkurang seiring berjalannya waktu. Umur yang semakin menua. Wajah yang tidak cantik atau tampan lagi. Kulit yang sudah mengeriput. Tubuh yang sudah mulai melemah. Sakit-sakitan dan sebagainya. pada kondisi seperti itu, Hasrat seksual juga sudah berkurang bahkan ada yang sudah hilang.

 

Dari sinilah, kasih sayang itu diperlukan. Allah swt memberikan anugerah berupa kasih sayang yang tidak terikat oleh keindahan fisik. Kasih sayang bersifat batiniah dan keluhuran budi pekerti (akhlak). Inilah sifat kemanusiaan yang bersumber pada sifat Allah. Maha Menyayangi, tanpa pilih kasih.

 

Kasih sayang terbentuk dari suasana batin dan perilaku selama menjalani kehidupan bersama. Kasih sayang ini akan tumbuh dengan sendirinya seiring dengan perjalanan waktu. Kalau cinta fisik bisa direkayasa. Seperti kata-kata yang manis, memberi hadiah yang baik, perawatan tubuh, olah raga, harta, perhiasan dan lain-lain. Tapi, kasih sayang tidak bisa direkayasa. Ataupun dibuat-buat dengan model apapun. Kasih sayang lahir dari lubuk hati yang dalam. Perasaan cinta kasih yang jujur. Akibat dari kecocokan batin masing-masing pasangan. Perilaku yang baik, tutur kata yang bagus, perhatian yang tulus, pemberian yang ikhlas, apalagi masing-masing pasangan memiliki nilai ibadah yang kuat. Inilah yang memunculkan kasih sayang itu tertanam dilubuk hati. Ia tidak akan terpisahkan sampai ajal menjemput. Bahkan akan berkumpul kembali dialam akhirat. Bersama-sama memasuki surga-Nya. Subhanalah…semoga!

 

 

Lampihong, 2 Maret 2022

#Menyebarluaskan Kebaikan#

Tidak ada komentar:

Popular