MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 24 Maret 2018

Kritik

Kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik merupakan upaya untuk mengecam dan bisa juga untuk memperbaiki suatu pendapat, hasil karya, kebijakan, penampilan dan sebagainya. Dalam kritik tersimpan maksud yang jelas dan tersembunyi. Ada pengkritik yang menggunakan kata-kata yang tegas dan jelas, sehingga orang dikritik langsung memahaminya. Dan, ada juga pengkritik yang menggunakan bahasa sindiran, sehingga orang yang dikritik kadang tidak paham atau kurang memahaminya. Kritik yang disampaikan kadang baik dan kadang pula tidak baik. Ada yang bertujuan untuk membangun dan memperbaiki sesuatu. Akan tetapi ada juga yang bertujuan untuk menjatuhkan serta menghancurkan orang lain.

Kritik itu sebenarnya sesuatu yang sederhana. Ia bisa dibutuhkan dan bisa juga ditiadakan. Tergantung orangnya, mau atau tidak membuka dirinya. Dan juga mau apa tidak menerima kritik itu. Bagi orang mau membuka dirinya, demi kemajuan dan kesuksesannya, maka kritik itu perlu. Sebab, kalau tidak ada yang mengkritik dan memberi masukan, maka dia tidak mengetahui tindakan yang dilakukannya selama ini benar atau tidak. Ketika orang mengatakan tindakannya benar, maka dia akan terus berusaha untuk meningkatkan agar lebih baik lagi tindakannya itu. Dan jika dikatakan salah, maka ia akan berusaha untuk memperbaiki segalanya agar kedepan bisa lebih baik juga. Begitulah, cara menangggapi kritik itu. Bagi mereka yang tertutup, maka kritik itu dianggap merupakan upaya untuk menjatuhkan bahkan menghancurkan dirinya. Orang seperti itu akan sangat anti terhadap kritik. Siapapun yang memberikan masukan dan kritikan dia akan marah. Bahkan bisa berbuat lebih dari pada itu, yakni berbuat zhalim kepada orang yang mengkritiknya.

Dalam kehidupan ini, hal-hal diatas mungkin akan ditemui disekitar kita. Tergantung kita, mau pilih yang mana?, karena setiap pilihan itu pasti ada resiko yang akan ditanggungnya. Allah Swt menyatakan bahwa manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (Qs.103:2-3). Allah Swt mengajarkan bahwa salah satu yang bisa menghindari kerugian dalam hidup ini adalah bisa saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Kritik itu merupakan nasihat. Karena itu dengarkanlah nasihat itu dengan baik. Sebab walaupun kritik yang disampaikan kepada kita itu tidak benar atau kurang pas maka abaikan saja. Anggap itu sebagai masukan untuk tindak lanjut pekerjaan yang akan datang. Dan, jika kritik yang disampaikan itu benar, maka itu sebagai nasihat yang sangat bagus dan bermanfaat. Kita perlu meyakini didalam diri bahwa ketika kita dikritik maka kita adalah pilihan. Artinya si pengkritik itu memang memilih kita sebagai objek kritikannya. Maka kita adalah orang yang dipilihnya sebagai bahan nasihat yang terbaik. Karena itu, dengarkanlah kritik itu sebagai nasihat, agar kita bisa lebih baik lagi kedepannya.

Allah Swt menyatakan bahwa Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang yang bodoh (Qs.11:46). Begitulah Allah menyuruh hamba-Nya untuk saling memberi nasihat yang baik agar kita tidak menjadi bodoh. Semakin banyak kritik dan nasihat yang diberikan kepada kita, selama itu baik maka dengarkanlah dan kerjakan untuk kebaikan nanti. Sebab, kritik yang membangun dan menjadikan seseorang berhasil merupakan sebuah kebaikan. Allah Swt menyatakan mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (Qs.3:148). Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizhalimi) (Qs.6:160). Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar (Qs.4:114). Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) disisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Qs.2:110).

Untuk itu, lakukanlah kritik itu dengan tujuan berbuat baik. Kata-kata yang keluar dari kritikan itu hendaklah yang baik-baik, lemah lembut dan tidak kasar. Jangan sampai kritikan yang disampaikan itu menyinggung perasaan orang lain, apalagi sampai menyakiti hatinya. Dan bagi mereka yang mendapat kritikan, maka jadikanlah itu sebagai nasihat. Orang yang memberikan nasihat tentu bertujuan baik. Maka dari itu, sikapilah kritikan itu dengan sebaik mungkin. Dengan begitu, kita akan mendapatkan hikmah dan pengajaran yang baik dari semua itu...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Martapura, 24 Maret 2018

Kamis, 22 Maret 2018

Debat

Debat adalah pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Berdebat dalam dunia akademik adalah sesuatu hal yang biasa. Karena disitulah terjadi pertukaran ilmu pengetahuan. Semakin dalam perdebatan yang dilakukan maka semakin dalam juga ilmu yang didapatkan. Dalam berdebat itu, masing-masing peserta memberikan komentar, alasan serta tanggapan yang beragam. Tagapan dan alasan yang disampaikan harus memiliki dasar yang jelas. Selain itu, alur berpikir dalam menjelaskan tanggapan dan alasan juga harus jelas. Semakin banyak sumber dan rujukan yang diambil maka perdebatan itu akan menghasilkan suatu ilmu pengetahuan yang mendalam. Dan sebaliknya, apabila perdebatan yang dilakukan tanpa memiliki sumber dan rujukan yang jelas, maka perdebatan yang terjadi menjadi debat kusir. Artinya, debat tersebut tidak disertai alasan yang masuk akal.

Dalam berdebat, biasanya ada dua atau lebih pendapat yang berseberangan. Masing-masing orang mempertahankan pendapatnya dengan sebaik mungkin dengan memberikan penjelasan serta dalil-dalil sebagai rujukannya. Tujuannya adalah supaya orang lain kalah dan mengakui kebenaran dari pendapatnya tersebut. Selain itu, dalam berdebat juga sering terjadi percekcokan dan adu mulut. Kedua belah pihak saling tuding-menuding. Melancarkan serangan bertubi-tubi kepada lawan debatnya. Kalau lawan debatnya tidak bisa membalas serangan tersebut secara argumentatif, maka bisa dipastikan akan kalah bahkan bisa 'dibantai' lawannya dihadapan umum. Dalam debat, ada juga yang saling salah menyalahkan, bahkan ada yang sampai mengatakan sesat dan menyesatkan. Yang lebih fatal lagi sampai ada yang kafir mengkafirkan.nauzdubillahi min dzalik...

Begitulah dalam debat, semua itu bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun. Ketika keyakinannya selama ini diusik apalagi dibantah dengan sangat argumentatif kadang tidak bisa menerima. Terkadang juga mau menang sendiri dan tidak mau menerima pendapat orang lain. Sudah jelas kesalahannya dan ketika diberi masukan yang lebih masuk akal dia tidak mau menerimanya. Seperti itulah seni dalam berdebat. Seharusnya semua orang yang berdebat saling menghargai argumen atau pendapat yang disampaikan. Semua orang yang berdebat juga harus bersabar dan tidak menggunakan kata-kata kasar dan menyakiti hati orang. Gunakan hati yang bersih dan akal sehat dalam menyampaikan pendapat. Dengan begitu, debat akan menghasilkan kesimpulan yang baik.

Debat sebenarnya adalah salah satu metode dakwah dalam Islam. Allah Swt berfirman 'Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk (Qs.16:125). Katakanlah Muhammad, Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu juga. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati (Qs.2:139). Karena itu, ketika berdebat ikhlaskanlah hati kita untuk menerima pendapat dan kebenaran dari orang lain. Dengan begitu, maka kebenaran sebuah ilmu pengetahuan akan terungkap dan bisa menjadi sebuah pegangan kebenaran dikemudian hari.

Allah Swt melarang berdebat untuk membela orang-orang yang mengkhianati dirinya. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berbuat khianat dan bergelimang dengan dosa (Qs.4:107). Selain itu, Allah Swt juga melarang memperdebatkan ayat-ayat-Nya tanpa alasan yang benar. Maksudnya, berdebat dengan menafsirkan sendiri tanpa merujuk sumber-sumber yang bagus dan shahih. Orang yang seperti itu akan mendapat murka yang sangat besar dari Allah Swt. Allah Swt berfirman 'Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah engaku tertipu oleh keberhasilan usaha mereka diseluruh negeri (Qs.40:4). Yaitu, orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan bagi mereka disisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang (Qs.40:35). Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka, yang ada dalam dada mereka hanyalah keinginan akan kebesaran yang tidak akan mereka capai, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (Qs.40:56).

Karena itu, Allah mengajarkan kepada kita kalau berdebat itu harus dengan cara yang baik. Kemudian hasil dari perdebatan itu serahkan sepenuhnya kepada Allah Swt (Qs.29:46). Sebab, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk (Qs.16:125). Untuk itulah, mari kita berdebat (berdiskusi) dengan baik demi mensyiarkan agama Allah Swt. Dengan begitu, maka kebaikan dan kebenaran dari agama itu akan jelas dan tampak...semoga...🙏🙏🙏

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 20 Maret 2018

Pencitraan

Tulisan ini bermula dari saran teman yang menginginkan tema ini. Pencitraan itu berasal dari kata citra, yang artinya adalah rupa, gambar atau gambaran. Pencitraan adalah cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi seseorang, perusahaan, organisasi, produk, politik dan lain-lain. Pencitraan dimaksudkan agar penggambaran seorang sosok terlihat hebat, bagus, santun, cerdas, baik, sehat, gagah, cantik, alim, dan sebagainya. Dalam menyebarkan pencitraan itu, berbagai macam dilakukan. Ada yang memakai media elektronik seperti televisi, media cetak, baliho, media sosial, kampanye kedaerah-daerah pelosok dengan memberikan bantuan sosial, bahkan ada yang melakukan pencitraan dengan keluar masuk mesjid dan mushalla. Semua itu dilakukan untuk memberi gambaran kepada orang lain bahwa dirinya baik, peduli, merakyat dan sebagainya.

Pencitraan itu bisa dilakukan oleh semua orang. Ketika dia mempunyai kepentingan dan tujuan yang akan dicapai, maka diperlukan pencitraan sebagai salah satu sarana untuk mencapainya. Dalam dunia politik, pencitraan itu merupakan hal yang lumrah. Dengan mencitrakan dirinya sebagai orang yang baik, peduli dan merakyat maka tingkat kepercayaan masyarakat kepada dirinya semakin banyak dan baik. Dengan begitu, tingkat keterpilihannya kelak akan berhasil. Tahun 2018 dan 2019 ini merupakan tahun politik, karena tahun 2018 akan berlangsung Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dibeberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sedang tahun 2019 akan dilangsungkan pemilihan langsung anggta DPR Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, pemilihan anggota DPD, dan Presiden dan Wakilnya secara serentak. Dalam hal ini, banyak calon yang ingin maju sebagai Gubernur, Bupati/Walikota, Anggota DPR dan DPD, serta calon Presiden dan Wakilnya melakukan pencitraan.

Pencitraan itu merupakan hal yang wajar. Dalam bidang dan hal apapun boleh saja dilakukan. Tujuannya adalah untuk menarik simpati orang agar memilihnya dikemudian hari. Selama tujuannya itu baik dan benar untuk maslahat dan kesejahteraan orang banyak. Akan tetapi, kalau tujuannya hanya dianggap orang baik, peduli dan merakyat, dan jika dikemudian terpilih maka lupa akan janji-janji yang disampaikannya. Apalagi ketika terpilih menjadi pemimpin, lalu menzhalimi orang dan melakukan korupsi. Maka pencitraan yang dilakukannya itu merupakan pekerjaan orang Munafik. Allah Swt menyatakan telah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemui-Nya, karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta (Qs.9:77). Pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya (Qs.6:123). Sebenarnya orang-orang zhalim itu, sebagian mereka hanya menjanjikan tipuan belaka kepada sebagian yang lain (Qs.35:40).

Untuk itu, pencitraan yang dilakukan harus benar-benar untuk kebaikan dan kemaslahatan orang banyak. Pencitraan itu bukan untuk menipu dan menzhalimi. Pencitraan itu untuk menciptakan calon pemimpin yang amanah. Pemimpin yang mendapat petunjuk dari Allah Swt. Mereka selalu berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Allah mereka menyembah (Qs.21:73). Karena itu, Allah Swt menyatakan Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung (Qs.22:77). Untuk itulah, ketika seseorang melakukan pencitraan hendaklah apa adanya sesuai dengan kepribadiannya. Jangan menyembunyikan keburukan dibalik kebaikan yang dilakukannya. Allah Swt berfirman Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan berbuat baik, dia mendapat pahala disisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati (Qs.2:112).

Demikianlah yang harus dilakukan seseorang ketika melakukan pencitraan. Lakukan dengan niat baik dan untuk kebaikan dan kemaslahatan orang banyak. Kemudian serahkan semua urusannya hanya kepada Allah Swt dengan selalu melaksanakan perintah dan larangan-Nya. Karena dengan begitu dia akan mendapatkan keberuntungan, dan jika suatu saat nanti tidak terpilih dan kalah maka dia tidak akan bersedih hati...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Rantau, 17 Maret 2018

Berita Bohong

Berita bohong merupakan sesuatu yang tidak benar, isinya cenderung fitnah, palsu, dan tidak jelas sumbernya. Akhir-akhir ini dimedia sosial banyak sekali berseliweran berita-berita hoaks. Berita itu, ada yang berkaitan dengan kelompok tertetu dan ada juga yang tidak ada kaitannya sama sekali. Topik atau tema dari berita di medsos itu bermacam-macam. Mulai dari persoalan sosial dimasyarakat, politik, ekonomi, budaya, kebijakan pemerintah, bahkan berkaitan dengan isu-isu agama. Banyak tulisan-tulisan yang dishare dimedsos itu tidak memiliki dasar yang jelas. Tujuannya adalah untuk memecah belah masyarakat dan umat. Hoaks yang sering tersebar dimedsos adalah berkaitan dengan ras, suku, dan antargolongan. Berita hoaks yang menyebutkan hal itu akan cepat menyebar dan menimbulkan keresahan dimasyarakat. Dibutuhkan ketelitian untuk bisa menyaring kebenaran dari berita-berita itu. Apalagi berkaitan dengan agama. Kadang penyebar hoaks itu mengutip ayat al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Bagi orang awam yang minim pengetahuan agama cenderung menerima dan membenarkan tulisan itu. Sehingga dengan cepat dia akan menshare tulisan itu kepada orang lain. Dia tidak memikirkan dampak sosial yang ditimbulkan dari tulisan itu, benar atau salah dia tidak mengetahuinya. Yang ada dalam pikirannya adalah secepatnya orang lain tahu dengan isi dari tulisan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan berita hoaks itu tumbuh dengan subur di media sosial.

ciri atau tanda dari berita bohong/hoaks, Pertama Berita itu tidak jelas sumbernya. Berita hanya berupa rumor, yang menyebar dari satu orang ke orang lain nya. Baik gambar dan isi bacaan tidak ada sumber dan asal-usulnya. Info atau sumber berita Cuma kata si anu, kata si a, kata si b, dan seterusnya. Kedua, Berita itu biasanya dibuat dengan isi bacaan yang dilebih-lebihkan. Berita hoaks biasanya dibuat dengan info atau cerita karangan yang dilebih-lebihkan.
Biasanya sang penyebar di sosmed selalu meminta like, komen amin dan sebarkan / viralkan. Dan Ketiga Setelah diteliti isi dari berita hoaks tersebut. Baik nama, kejadian, foto, cerita dan segala konten yang ada di berita hoaks. Tidak ada sumber yang dapat dipercaya/tidak jelas. Berita hoaks tidak terbukti kebenarannya ketika ditelusuri asal-usul maupun isi berita yang ada. Baik dari berbagai sumber yang terpercaya, seperti korban yang dijadikan hoaks, keluarga maupun orang terdekat. Berita hoaks tersebut sama sekali tidak terbukti keabsahan nya. Pada intinya berita hoaks adalah berita palsu, berita bohong yang tidak jelas asal-usul dan kebenaran nya. Maka dari itu, sebelum menerima, menyebarkan atau menshare suatu berita / kabar. Teliti dulu kebenaran nya, agar anda tidak termakan hoaks dan menjadi penyebar fitnah dan berita palsu di internet.

Allah Swt menyatakan bahwa ingatlah ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar (Qs.24:15). Jadi, berita bohong itu jangan diremehkan, sebab sekecil apapun berita bohong itu disampaikan akan memberi dampak yang besar. Apalagi kalau berita bohong itu berkaitan dengan agama dan keimanan. Ketika dia menyebarkan berita bohong dengan memakai dalil agama, baik al quran dan hadits, maka dampaknya fatal sekali. Sebab tidak semua umat Islam paham dan mengetahui bahwa itu adalah berita bohong. Kalau ada yang seperti itu, Allah Swt akan memberikan azab yang besar kepada penyebar hoaks tersebut. Allah Swt menyatakan bahwa mereka mendustakan kebenaran Al Quran ketika sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka berita-berita yang selalu mereka perolok-olok (Qs.6:5). Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih didunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Qs.24:19).

Allah juga menyatakan bahwa seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu didunia dan diakhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal berita bohong itu (Qs.24:14). Kita jangan menunggu sampai azab itu datang, karena kalau kita berbuat sebagai penyebar berita-berita bohong itu maka azab Allah pasti akan datang. Tinggal menunggu waktunya saja, kapan dan dimana azab itu akan datang. Untuk itu, sebelum datang azab Allah tersebut, maka berhentilah untuk menyebarkan berita-berita bohong itu. Allah Swt menyatakan jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu (Qs.49:6).

Dalam ayat diatas, Allah Swt menyatakan bahwa orang yang menyebarkan berita bohong merupakan orang yang bodoh dan ceroboh. Dengan menyebarkan berita-berita bohong itu maka akan mencelakakan orang banyak. Karena itu, mulai sekarang jadilah agen penyebar berita-berita kebaikan. Tulislah ayat-ayat Al Quran dan Hadits-hadits Shahih sekemampuan kita masing-masing baik setiap hari, minggu, bulan, tahun atau kapanpun kita bisa. Walaupun sehari itu kita hanya mampu satu ayat ataupun satu hadits. Jika hal itu dilakukan secara terus menerus dan dengan niat tulus ikhlas untuk menyebarkan kebaikan dan juga dakwah, maka Allah Swt juga akan memberikan kebaikan yang berlimpah. Dan kelak akan mendapatkan keberuntungan berupa balasan surga-Nya...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 19 Maret 2018

Khianat

Khianat adalah perbuatan tidak setia, tipu daya dan perbuatan yang bertentangan dengan janji. Khianat lawannya adalah setia. Dalam kehidupan ini yang dicari adalah kesetiaan. Dalam hal apapun, kesetiaan itu sangat dibutuhkan. Dalam pemerintahan (Pusat sampai Daerah), rumah tangga, teman dan sahabat, dan sebagainya. Apalagi kalau dalam sebuah negara, semua pejabat dan rakyatnya harus memiliki kesetiaan kepada pemimpinnya, baik Raja, Presiden, maupun Perdana Menteri. Ketika tidak ada kesetiaan, maka akan muncul pengkhianatan. Pengkhianatan itu merupakan sebuah pembangkangan serta perlawanan kepada pimpinan. Pengkhianatan juga merupakan perbuatan tidak setia. Bahkan pengkhianat biasanya akan melakukan perbuatan tipu daya kepada pesaingnya. Perbuatan yang dilakukannya akan menyimpang dari kebenaran.

Khianat merupakan perbuatan yang dilakukan oleh orang munafik. Rasulullah Saw menyatakan bahwa ciri-ciri orang munafik itu adalah, apabila berbicara dia berdusta, jika berjanji maka ia ingkar, dan jika diberi amanah dia khianat. Karena itu, khianat ini merupakan perbuatan yang mengingkari amanah yang telah diberikan kepadanya. Setiap manusia mempunyai beban amanah masing-masing. Dengan amanah yang dibebankan kepada manusia itu tadi, maka setiap orang akan berusaha untuk mendapatkan dan mempertanggungjawabkannya, baik didunia maupun diakhirat kelak. Amanah yang diberikan Allah kepada setiap manusia ada yang sama dan ada juga yang berbeda. Amanah yang diberikan Allah kepada manusia, diantara agama, umur, rezeki, kesehatan, suami atau isteri, anak, harta benda, ilmu pengetahuan, jabatan, dan sebagainya. Dari semua amanah tersebut, ada yang mampu menjalankannya dengan baik dan ada juga yang tidak mampu. Ketidak mampuan itu ada yang secara sengaja merusak dan mengkhianatinya, dan ada juga yang tidak secara sengaja, karena ketidak tahuan dan benar-benar tidak mampu, baik secar fisik, psikis, dan akal. Sehingga dia tidak mampu untuk bekerja dan menggapai amanah yang dibebankan kepadanya.

Allah Swt menyatakan Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Qs.8:27). Yaitu, orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka tidak takut kepada Allah (Qs.8:56). Pengkhianatan yang buruk adalah ketika manusia mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Pada dasarnya, semua manusia dimuka bumi terikat perjanjian dengan Allah. Ketika manusia masih didalam kandungan ibunya masing-masing, dia sudah menyatakan kesaksian terhadap rohnya. Allah Swt berfirman : Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka, seraya berfirman, Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi (Qs.7:172).

Dalam kehidupan didunia ini, manusia sudah berjanji untuk bertauhid, yakni menyatakan keimanannya kepada Allah Swt. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, banyak manusia itu yang mengingkarinya. Mereka justru berpaling dari kesaksian awalnya (tauhid), dan justru mensekutukan-Nya dengan yang lain serta mendustakan ayat-ayat-Nya. Allah menyatakan bahwa orang yang mengingkari ayat-ayat-Nya hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih (Qs.31:32). Dan Allah mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada (Qs.40:19). Karena itu jauhilah sifat khianat itu, karena Allah tidak menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat (Qs.22:38). Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa (Qs.4:107). Allah juga tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat (Qs12:52).

Allah juga menyatakan bahwa barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. (Qs.3:161). Untuk itu, penuhilah janji-janji yang sudah diikrarkan baik kepada Allah Swt maupun manusia. Karena dengan melaksanakan janji itu, maka kita sudah menjalankan perintah-Nya. Setiap perintah yang dilaksanakan merupakan bukti bentuk kesetiaan kepada Allah Swt. Dengan begitu, tidak ada lagi celah untuk berbuat khianat kepada-Nya...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Banjarmasin, 16 Maret 2018

Sumpah

Sumpah adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya. Pernyataan tersebut disertai dengan tekad untuk melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita kalau pernyataan itu tidak benar. Sumpah biasanya diucapkan sebagai penguat terhadap perbuatan yang dilakukan. Kadang sumpah juga dijadikan sebagai bukti pembenaran. Sumpah yang diucapkan itu sakral (suci). Pengucapannya disertai dengan peletakkan Kitab Suci Al Qur’an diatas kepalanya. Dan dalam pengucapannya dengan kata Demi Allah atau Tuhan. Artinya, ucapan sumpahnya itu benar-benar ditujukan kepada Tuhan, dan siap mendapat azab dan laknat dari Allah Swt jika ucapan sumpah itu dilanggar atau tidak benar. Karena itu, sumpah yang diucapkan harus benar-benar dikerjakan atau bersumpah tidak memperbuat hal yang buruk dan jahat.

Sumpah yang diucapkan tidak bisa lagi ditarik. Karena itu, sebelum mengucapkan sumpah maka harus dipikirkan dan direnungkan dulu, apakah sanggup nantinya melaksanakan sumpah itu. Dalam Fiqih, memang diatur apabila sumpah itu dilanggar dengan membayar Kafarat. Kafarat sumpah itu dengan memilih salah satu, yaitu memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Barang siapa tidak mampu melakukannya, maka berpuasalah tiga hari (QS.5:89). Artinya, sumpah itu tidak boleh dianggap main-main dan cuman seremonial belaka. Banyak kita saksikan, apabila seseorang mendapat jabatan apapun dan dimanapun dia berada, maka dia akan diambil sumpahnya. Sumpah yang diucapkan itu pada intinya adalah sanggup melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, menjalankan jabatan dengan amanah, dan tidak akan menyelewengkan jabatan itu untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Sumpah yang diucapkan biasanya disaksikan oleh orang banyak. Bahkan disorot oleh berbagai media elektronik dan cetak baik Daerah, Nasional, dan bahkan Internasional. Pada zaman now ini, bisa dilihat dan disaksikan melalui Media Sosial. Mulai dari anak kecil, pedagang, buruh, guru, polisi, tukang parkir dan becak, dan berbagai kalangan lapisan masyarakat lainnya. Artinya, sumpah yang diucapkannya harus benar-benar dilaksanakan. Sumpahnya bukan hanya dibibir dan sebagai simbol belaka. Sumpah harus benar-benar diucapkan dengan mulut dan diyakini oleh hati nuraninya. Jika sumpah yang diucapkan itu hanya dibibir dan simbol belaka, maka sumpah yang diucapkannya bisa dikategorikan sebagai sumpah palsu. Kelak dia akan mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah Swt dan akan menerima azab yang pedih dari-Nya kelak. Nauzdubillahi min dzalik...

Allah Swt menyatakan bahwa Janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kakimu tergelincir setelah tegaknya, dan kamu akan merasakan keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu akan mendapat azab yang besar (QS.16:94). Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan (QS.63:2). Dan mereka bersumpah atas kebohongan, sedang mereka mengetahuinya.Allah telah menyediakan azab yang sangat keras bagi mereka. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah; maka bagi mereka azab yang menghinakan. Harta benda dan anak-anak mereka tidak berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS.58:14-17). Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu (QS.16:92). Di lain ayat juga disebutkan bahwa Orang-orang munafik bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; namun mereka bukanlah dari golonganmu, tetapi mereka orang-orang yang sangat takut (kepadamu) (QS.9:56). Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka cari keridaan-Nya jika mereka orang mukmin (QS.9:62).

Demikianlah Allah Swt memberitahukan kepada kita bahwa sumpah itu harus benar-benar diucapkan dan dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Janganlah sumpah itu diperjualbelikan dengan harga yang murah, yakni dibuat main-main tanpa makna. Allah menyatakan bahwa Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih (QS.3:77). Allah Swt dengan tegas akan memberikan azab yang sangat keras bagi yang bersumpah tetapi tidak melaksanakannya. Apalagi kalau sumpah yang diucapkan adalah sumpah palsu, maka di Akhirat akan masuk ke Neraka Jahannam (Qs.9:95). Sebab sumpah itu akan ditolak oleh Allah Swt. Karena Allah tidak akan ridha terhadap orang yang berbuat fasik (Qs.9:96). Karena itu Allah Swt melarang nama-Nya dijadikan bahan sumpah. Karena akan menjadi penghalang seseorang untuk berbuat kebajikan, takwa dan menciptakan kedamaian diantara manusia (Qs.2:224). Allah Swt juga melarang untuk mematuhi orang (pemimpin) yang suka bersumpah palsu dan suka menghina (QS.68:10).

Karena itu, Allah Swt menyatakan untuk mentaati setiap janji yang disampaikannya, serta melarang untuk melanggar sumpah yang telah diikrarkan. Sebab Allah Swt mengetahui apa yang kamu perbuat (QS.16:91). Selain itu, Allah tidak menghukum seseorang karena sumpah yang tidak sengaja diucapkan, tetapi tetap memberikan hukuman karena niat yang terkandung didalam hatinya (QS.2:225). Allah hanya akan menghukum mereka yang mengucapkan sumpah secara sengaja (Qs.5;89). Oleh sebab, itu berhati-hatilah dalam mengucapkan sumpah. Sebab, sumpah yang sudah diucapkan tidak bisa ditarik lagi dan akan dipertanggungjawabkan nanti dihadapan Allah Swt. Bersumpahlah dengan sebenar-benar sumpah. Lakukan dengan sebaik mungkin sumpah yang telah diikrarkan. Berusahalah untuk mencapainya dengan niat lillahi ta’ala, setelah itu serahkan hasil upaya tersebut kepada Allah Swt. Dengan demikian, maka sumpah yang sudah terikrar bisa terlaksana dengan baik dan amanah, dan tentunya mendapat Ridha Allah Swt...Semoga

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 15 Maret 2018

Kehinaan 1

Kehinaan adalah sifat yang hina, rendah, buruk aib, keji dan sebagainya dalam kedudukan, pangkat dan martabatnya. Hina merupakan rendahnya derajat, kedudukan dan martabat seseorang dimata orang lain. Hina itu lawannya adalah mulia. Dalam kehidupan ini yang dicari adalah kemuliaan. Akan tetapi dalam kenyataannya ada saja yang memilih jalan kehinaan. Hal itu ada yang disengaja atau disadarinya, dan ada juga yang tidak disengaja atau tidak disadarinya. Semua itu berlangsung dalam kehidupan didunianya. Hina dan mulia itu bisa saja datang silih berganti menghinggapi seseorang. Dalam hidup ini ada yang awalnya dipandang mulia oleh orang lain, tapi diujung kehidupannya justru menerima kehinaan. Ada juga yang awal hidupnya dipandang penuh dengan kehinaan, tapi justru diakhir hidupnya berujung kemuliaan. Ada juga, dalam hidupnya itu mulia dan hina itu datang silih berganti. Awalnya mulia, kemudian dalam situasi tertentu terjerumus kepada kehinaan, lalu dia bisa bangkit dan kembali mendapatkan kemuliaan sampai akhir hayatnya, dan begitu juga sebaliknya. Ada yang awalnya hina, kemudian terangkat menjadi mulia, lalu kemudian terjerumus kembali kepada kehinaan sampai akhir hayatnya.Hal ini bisa terjadi pada semua orang, kapan dan dimanapun mereka berada.

Semua orang sebenarnya menginginkan kemuliaan dalam hidupnya dan tidak ada yang menginginkan kehinaan. Sekalipun dia itu adalah seorang perampok, pembunuh, penzina, pemabuk, pencuri, koruptor dan sebagainya. Mereka itu juga pasti menginginkan kemuliaan, minimal diakhir hayatnya. Tidak ada yang mendambakan kehinaan dalam hidupnya. Walaupun hidupnya bergelimang dengan kemaksiatan dan dosa. Hati nuraninya pasti akan berbisik untuk segera bertobat dan meninggalkan kemaksiatan itu. Hati nurani setiap orang tidak akan bisa berbohong dan tidak akan mengakui kejahatan dalam bentuk apapun. Hati nurani itu sebenarnya menginginkan kemuliaan. Akan tetapi, hawa nafsu dan godaan setanlah yang menutupnya sehingga yang muncul adalah kejahatan dan keburukan dalam hidupnya. Hatinya tertutup oleh setiap kebenaran yang datang dari orang lain dan juga dalam dirinya sendiri. Hal seperti itulah yang akan menjerumuskan seseorang kepada kehinaan. Kehinaan yang didapatkannya merupakan akibat dari perbuatannya sendiri.

Kehinaan yang paling fatal adalah ketika menentang perintah Allah dan Rasul-Nya, mengolok-olok dan mendustakan ayat-ayat-Nya, sumpah palsu, sombong, berbuat kejahatan dan lain-lain. Allah Swt menyatakan bahwa barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Neraka Jahannamlah baginya, dia kekal didalamnya. Itulah kehinaan yang besar (Qs.9:63). Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya didunia dan diakhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka (Qs.33:57). Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan yang didapat oleh orang-orang sebelum mereka...Dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang menghinakan (Qs.58:5). Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina (Qs.58:20).

Selain itu, orang-orang yang telah menghabiskan rezeki yang baik untuk kehidupan dunia, kemudian bersenang-senang menikmatinya, maka akan dibalas dengan azab yang menghinakan, karena telah berlaku sombong dimuka bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan juga telah berbuat durhaka kepada Allah (Qs.46:20). Dan orang-orang kafir dan yang mendustakan ayat-ayat Kami, maka mereka akan merasakan azab yang menghinakan (Qs.22:57). Mereka juga menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, maka bagi mereka azab yang menghinakan (Qs.58:16). Dan apabila dia mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka dijadikannya olok-olok. Merekalah yang akan menerima azab yang menghinakan (Qs.45:9). Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina (Qs.40:60).

Begitulah Allah Swt memberikan kehinaan kepada orang-orang yang menentang perintah-Nya. Kalau manusia yang memberikan kehinaan itu tidak apa-apa. Manusia hanya bisa melihat dan menilai dari sisi luarnya saja. Hina menurut pandangan manusia, belum tentu pandangan Allah juga hina. Terkadang, orang yang dihinakan oleh manusia justru mulia dalam pandangan-Nya. Dan sebaliknya, orang yang mulia dipandang manusia, justru hina dalam pandangan Allah Swt. Oleh karena itu, kalau sudah Allah yang memberikan kehinaan kepada manusia, maka tidak ada satu makhlukpun dimuka bumi ini yang akan memuliakannya. Allah Swt menyatakan janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain disamping Allah, nanti engkau menjadi tercela dan terhina (Qs.17:22). Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (Qs.3:26).

Manusia memang diciptakan Allah dari air yang hina (mani) (Qs.77:20). Diayat lain disebutkan dari saripati air yang hina (air mani) (Qs.32:8). Untuk itu wajar kalau manusia itu jika tidak diberikan jalan kebenaran, berupa menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, maka manusia akan menjurus kepada kehinaan. Selain itu, hendaklah selalu berbuat baik kepada sesama manusia. Allah Swt menyatakan Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia (Qs.3:112). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya kenikmatan melihat Allah. Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal didalamnya (Qs.10:26).

Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan akan mendapat balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan...Mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal didalamnya (Qs.10:27). Untuk itu, berbuat kejahatan dengan melanggar perintah-perintah Allah serta memperturut hawa nafsunya akan mendatangkan kehinaan didunia dan diakhirat kelak. Maka dari itu, berpeganglah pada tali Allah serta terus berbuat baik dengan tidak menyombongkan diri, maka kehinaan akan berubah menjadi kemuliaan dimuka bumi ini...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 13 Maret 2018

Menangis

Menangis adalah melahirkan perasaan sedih, kecewa, menyesal dan sebagainya dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara tersedu-sedu, menjerit, teriak dan sebagainya. Menangis merupakan luapan perasaan seseorang. Sebab menangis itu berbagai macam, ada yang karena bersedih hati, misalnya karena putus cinta, orang yang disayang dan dihormati meninggal dunia, putusnya hubungan suami isteri. Bisa juga merasa tersakiti dan terzhalimi oleh orang lain yang lebih tinggi pangkat dan martabatnya. Selain itu, menangis bisa juga karena senang dan bangga karena prestasi dan kesuksesannya, serta mendapat penghargaan dan kehormatan dari orang tertentu. Bahkan ada yang menangis itu direkayasa, karena ada sebab tertentu yang ingin diraih. Seperti menangis dalam drama, sinetron dan film. Dan didunia nyata pun, tangis rekayasa itu ada. Orang yang seperti itu biasanya dilakukan oleh orang munafik. Dihadapan kita dia menangis sedih, akan tetapi dibelakang kita dan didalam hatinya bertolak belakang dengan apa yang dilihat.

Allah Swt menyatakan kepada orang-orang munafik itu bahwa Biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang banyak, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat (Qs.9:82). Tangis yang seperti itu merupakan tangis yang tidak tulus. Dia menangis supaya dikatakan ikut bersedih terhadap peristiwa yang terjadi. Akan tetapi, dihatinya ia merasa senang dan bahagia. Serta boleh jadi dialah pelaku utamanya, sehingga orang lain mendapatkan kecelakaan serta bencana akibat olahnya yang menyebabkan kesedihan yang mendalam. Perbuatan yang seperti ini bisa terjadi dimana-mana, dan boleh jadi disekitar kita. Untuk itu kita harus berhati-hati dengan orang-orang munafik ini. Jangan sampai kita yang menjadi korbannya.

Menangis karena sedih itu merupakan hal yang biasa. Semua orang kalau hatinya sedih air matanya akan keluar. Semua itu bisa disadari dan juga tanpa disadari. Semuanya berjalan tanpa direncanakan dan dipikirkan. Dia berjalan secara spontanitas. Semakin sedih yang dirasakannya, maka air mata yang mengalir pun menjadi deras. Begitu juga dengan prestasi, penghargaan dan kesuksesan. Setiap orang pernah mengalami kesedihan dan kesuksesan. Entah, bagaimana kesedihan dan kesuksesan yang dirasakan dan dialaminya. Dari situlah, derai air mata pernah mengalir, baik dalam sepi maupun ramai. Derai air mata ada mengalir deras dan ada juga yang mengalirnya hampir tak terlihat. Yang tampak, matanya merah dan berkaca-kaca. Hal seperti itupun juga dikategorikan sebagai tangisan.

Allah Swt menyatakan bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). Dan, Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (Qs.53:42-43). Allah Swt lah yang memberikan kesedihan dan kesenangan kepada manusia. Rasa sedih dan senang yang dirasakan manusia merupakan Karunia-Nya. Tidak ada satu pun diantara manusia yang bisa memberikan kesedihan dan kesenangan tanpa izin-Nya. Oleh karena itu, Allah menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila Al quran dibacakan kepada mereka, maka mereka akan menyungkurkan wajahnya seraya bersujud. Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan bertambah khusyuk (Qs.17:107-109).

Demikian kiranya yang diharap Allah Swt kepada hamba-Nya. Air mata yang mengalir dari matanya, kemudian membasahi pipinya merupakan wujud dari ibadah kepada-Nya. Ketika wajahnya tersungkur untuk bersujud, disitulah tangis keluar dari air matanya. Rasa khusyuk begitu terasa sangat mendalam dijiwanya. Rasa dekat dan ingin "bertemu" dengan-Nya mengetarkan hatinya. Sehingga tak terasa air matanya mengucur deras sampai membasahi pipi dan sajadah sebagai tempat sujudnya. Waktu sujud merupakan bentuk kedekatan seorang hamba dan Tuhannya. Memohonlah, mengadulah, minta ampun dari segala dosa yang selama ini telah diperbuat. Kalau pada waktu itu air mata keluar dengan sendirinya. Berarti dia telah betul-betul dekat dengan-Nya...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 11 Maret 2018

Marah

Marah adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dari dalam diri yang dilampiaskan menjadi suatu perbuatan untuk membalas kepada orang yang menyebabkan marah. Semua manusia pasti pernah marah. Karena marah itu merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia. Ketika seseorang merasa terganggu, disakiti, dicaci-maki, dihina, dizhalimi dan sebagainya, maka amarah itu bisa muncul dengan tiba-tiba. Amarah yang timbul bisa meluap-luap, dan bahkan berujung kepada pembalasan yang setimpal dan bahkan cenderung berlebihan. Marah yang tidak terkontrol bisa mendatangkan perkelahian, pertikaian, dan pertumpahan darah yang berakibat terbunuhnya salah satu pihak atau kedua-duanya.

Penyebab marah itu bermacam-macam. Ada yang hanya gara-gara kejadian sepele dan remeh-temeh, seperti tersinggung akibat perkataan dan tingkah laku, tubuh tersenggol sedikit, perbedaan pendapat, berebut sesuatu, kalah dalam permainan, ejekan, senda gurau, dan sebagainya. Amarah yang besar biasanya bermula dari hal yang kecil dan mungkin remeh temeh saja. Karena kejadiannya terulang berkali-kali, dan setiap kejadian tidak ada penyelesaiannya maka hal itu akan menyebabkan persoalah membesar dan amarahnya pun juga membesar. Untuk menghindari, agar amarah kecil tidak membesar, maka setiap ada persoalan, sekecil apapun itu maka secepatnya meminta maaf terlebih dahulu, lalu kemudian berjanji untuk tidak mengulang kesalahan yang sama kepada orang yang sama dan juga orang lain. Selain itu, jaga mulut untuk tidak sembarangan dalam berkata-kata, mengejek, menyinggung perasaan orang, mencaci-maki, ghibah dan tentunya kata-kata yang mengandung fitnah. Dengan begitu, amarah akan hilang sehingga tidak ada persoalan dengan orang lain.

Allah Swt menyatakan bahwa apabila seseorang marah maka segeralah meminta maaf. Firman-Nya ‘Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf (QS.42:37). Dengan begitu amarah akan segera mereda dan tidak berlanjut kepada persoalan yang lebih besar lagi. Marah itu ibarat api, karena itu agama mengajarkan bahwa apabila amarah itu datang maka cepat-cepatlah untuk berwudhu atau mandi. Karena dengan begitu api akan padam oleh api, begitu juga amarah akan hilang dan terhantikan dengan ketenangan dan kesabaran. Umar bin Khattab juga menyampaikan bahwa apabila seseorang marah ketika berdiri hendaklah dia cepat-cepat duduk, dan ketika marahnya muncul ketika duduk, maka cepat-cepatlah berbaring. Hal itu untuk menghindari gerak reflek tubuh supaya tidak melakukan kekerasan fisik terhadap lawannya. Marah yang meluap-luap merupakan perbuatan setan. Setan selalu membisikkan kepada manusia supaya bertindak lebih jauh lagi dengan memperturutkan hawa nafsunya. Karena itu, ketika seseorang marah secepatnya menyadarinya dengan bertobat kepada Allah Swt. Karena dengan begitu Allah akan menghilangkan amarah setiap orang yang beriman. Firman-Nya “Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin). Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS.9:15).

Dalam Al Qur’an Allah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk menghilangkan amarah dan justru bisa berbuat baik kepada orang yang bermasalah dengannya. Allah menyatakan bahwa Orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan (QS.3:134). Dalam ayat tersebut, disebutkan tahapan seseorang ketika mengalami masalah dengan orang lain. Apapun masalah yang dihadapinya, besar atau kecil, tahapan ini hendaklah dilakukan supaya mencapai derajat taqwa (Qs.3:133). Ketika seseorang mengalami masalah, maka tahap yang Pertama dilakukannya adalah dengan menahan amarah, ketika sudah mampu menahannya maka lanjutkan kepada tahap yang kedua, yaitu berusaha memaafkannya, dan setelah mampu memaafkan, maka tahap selanjutnya adalah berbuat baik dengan orang yang bermasalah maupun menyakiti kita. Kalau hal ini bisa dilakukan, maka kita akan menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw adalah tauladan yang baik (Qs.33:21). Apapun yang dilakukan oleh Rasulullah harus bisa ditiru dan dilakukan oleh setiap orang. Pernah pada suatu saat, ketika Rasulullah mau berangkat kesuatu tempat, Beliau lewat disebuah rumah, dan ketika Beliau lewat tuan rumah itu meludai Beliau. Rasulullah tidak marah dan membalasnya, Beliau berlalu begitu saja. Dan itu berlanjut beberapa hari, ketika Beliau melewati rumah itu. Kemudian, selang beberapa hari, ketika Rasulullah lewat rumah itu tidak ada lagi yang meludahinya. Beliau kemudian bertanya, kenapa tuan rumah itu tidak meludahinya ketika lewat rumah itu. Kemudian dijawab oleh orang bahwa tuan rumah itu sedang sakit. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah, apakah Beliau membalas, mengumpat, bahkah mengatakan sumpah serapah kepada tuan rumah itu?. Ternyata tidak. Rasulullah justru mendatangi rumahnya untuk menjenguk orang itu. Ketika Rasulullah datang, maka menangislah orang itu, kemudian minta maaf dan menyatakan keislamannya dihadapan Rasulullah Saw. Banyak kisah tauladan yang menceritakan kebaikan hati Rasulullah Saw.

Begitulah akhlak Rasulullah Saw yang harus kita tauladani dalam kehidupan ini. Marah yang meluap-luap tidak akan menyelesaikan masalah. Justru hal itu akan menyebabkan pertikaian, permusuhan dan dendam yang membara. Berusahalah untuk menahan amarah ketika terjadi perselisihan dengan siapa pun. Setelah itu maafkanlah ketika ada kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Dan setelah itu berbuat baiklah dengan menjaga silaturrahmi, dan hubungan baik. Dengan begitu tidak ada lagi permusuhan dikalangan manusia. Ciptakanlah suasana damai dan menyenangkan, karena dengan begitu akan tercipta kehidupan yang damai, tenang dan menyenangkan...semoga...

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 9 Maret 2018

Prasangka

Prasangka adalah pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui, menyaksikan serta menyelidiki sendiri kebenarannya. Prasangka itu baru berupa dugaan. Diperlukan penyelidikan untuk mengetahui kebenarannya. Penyelidikan itu bisa bertanya dengan orang terkait, atau mendatangi langsung sumbernya supaya jelas dan terang benderang kejadiannya. Prasangka itu hanya berupa dugaan yang perlu pembuktian. Ketika tidak ada bukti yang jelas maka prasangka itu bisa benar dan bisa juga salah. Akan tetapi prasangka itu biasanya berkaitan dengan aib atau kejelekan seseorang. Karena itu, walaupun prasangka itu benar maka tidak perlu disebarkan kepada orang lain. Apalagi kalau prasangka itu salah, maka bisa terjadi fitnah. Setiap aib atau kejelekan orang walaupun benar, maka hukumnya adalah ghibah, yakni menggunjing-gunjing kesalahan orang. Allah melarang Ghibah, dan mengibaratkannya memakan bangkai saudaranya yang sudah mati, tentu dia akan merasa jijik (QS.49:12). Akan tetapi jika prasangka itu salah, maka hukumnya adalah fitnah. Fitnah itu lebih keji dari Ghibah. Allah mengibaratkan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan (Qs.2:191 dan 217). Sedang pembunuhan itu adalah perbuatan keji dan berdosa besar.

Allah Swt melarang setiap hamba-Nya untuk banyak berbuat prasangka. Karena sebagian prasangka itu akan menimbulkan dosa. Allah menyatakan bahwa ‘Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa ...Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang (QS.49:12). Allah menyatakan bahwa kebanyakan orang di dunia ini hanya mengikuti prasangka saja, padahal itu merupakan kebohongan. Firman-Nya “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS.6:116-117). Banyak prasangka itu merupakan perbuatan dan godaan dari Iblis. Dia selalu menggoda manusia supaya berbuat menentang perintah Allah Swt. Dia menggoda dengan berbagai macam, dan salah satunyanya adalah membisikkan kedalam hati manusia berbagai macam prasangka buruk, sehingga yang terpikirkan didalam jiwa manusia itu hanya keburukan dan kejelekan orang. Allah Swt Menyatakan bahwa Iblis telah dapat meyakinkan terhadap mereka kebenaran sangkaannya, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian dari orang-orang mukmin (QS.34:20).

Sebagian dari prasangka itu adalah perbuatan dosa. Karena sebagian prasangka itu tidak jelas kebenarannya dan cenderung diada-adakan. Karena itu Allah melarang banyak berprasangka dengan manusia yang lain. Terlebih lagi, kalau berprasangka buruk kepada Allah, maka Allah akan memberikan azab yang besar kepadanya. Firman-Nya 'Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan juga orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran azab yang buruk, dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka, serta menyediakan Neraka Jahannam bagi mereka. Dan Neraka Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (Qs.48:6). Kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah (Qs.33:10). Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, dugaan itu telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi (Qs.41:23).

Prasangka kepada Allah itu adalah tidak mempercayakan segala urusan kepada Allah, mereka justru menyembunyikan urusannya dihatinya dengan tidak yakin akan pertolongan-Nya (Qs.3:154). Menyediakan sebagian hasil tanaman dan hewan untuk Allah dan berhala, karena berprasangka bahwa yang bagian untuk Allah tidak akan sampai kepada berhala mereka, sedang bagian untuk berhala mereka akan sampai kepada Allah (Qs.6:136). Orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah tidaklah mengikuti suatu keyakinan. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanya menduga-duga (Qs.10:66). Mendustakan para Rasul sampai mereka merasakan azab Allah (Qs.6:148). Bahkan semula kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selama-lamanya...dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa (Qs.48:12).

Karena itu hendaklah setiap orang-orang yang beriman itu berprasangka buruk kepada sesama manusia apalagi kepada Tuhan. Justru Allah Swt menyuruh hamba-Nya untuk berprasangka baik kepada orang dan Allah Swt. Allah Swt menyatakan 'Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka tethadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, ini adalah bohong yang nyata (Qs.24:12). Dengan berprasangka baik, maka hubungan antara sesama manusia menjadi baik. Memang, dalam kehidupan didunia ini manusia itu ada yang baik dan buruk. Akan tetapi, kita jangan memandang sisi buruknya saja. Karena pada hakikatnya Allah menciptakan manusia itu semuanya baik, mungkin lingkungan, pergaulan, dan pendidikan yang salah yang membuatnya tidak baik. Selama tidak ada bukti orang berbuat jahat, maka alangkah baiknya kita berprasangka baik saja. Karena dengan begitu hati kita menjadi tenang, damai dan tentram...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 10 Maret 2018

Angan-angan Part 1

Angan-angan adalah gambaran dalam ingatan, harapan sendiri dalam ingatan atau pikirannya. Angan-angan bisa juga berarti cita-cita dan harapan yang akan dicapai nantinya. Angan-angan merupakan proses berpikir yang dipengaruhi oleh harapan-harapan terhadap suatu kenyataan yang logis. Angan-angan merupakan sesuatu yang baik. Setiap orang harus memiliki pikiran, cita-cita serta harapan dalam hidupnya. Semua itu agar kehidupannya bisa terarah dan terencana dengan baik. Ketika hidupnya ada target yang dicapai, maka dia akan bekerja sebaik mungkin supaya dapat meraihnya. Usaha apapun yang dijalankan untuk meraih angan-angan itu merupakan tanggung jawabnya sendiri. Baik dan buruk untuk mencapainya adalah sebuah pilihan. Dan setiap pilihan, nantinya akan dipertanggungjawabkan dihadapan manusia dan tentunya di hadapan Allah Swt.

Setiap orang pasti mempunyai angan-angan yang harus diraihnya didunia ini. Angan-angan itu berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Ada yang berangan-angan menjadi orang kaya raya, orang cerdas dan pintar, mempunyai jabatan tinggi, keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, memiliki perhiasan yang banyak, memiliki isteri yang cantik atau suami yang tampan dan gagah, memiliki anak-anak yang cerdas, shaleh dan shalehah, menjadi dokter, guru, dosen, gubernur, bupati, presiden, dan sebagainya. Semua itu merupakan harapan da cita-cita semua orang. Untuk menggapainya, setiap orang berbeda-beda. Ada yang meraihnya berusaha dengan kerja keras, banting-tulang dan peras-keringat. Bahkan penuh dengan perjuangan dan pengorbanan yang tiada terkira. Kejujuran, keikhlasan, dan kesabaran dijalaninya untuk mendapatkan apa yang diangan-angankannya. Dengan begitu, ketika meraih angan-angannya akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Begitu sebaliknya, untuk mendapatkan angan-anga itu dengan cara yang salah. Menzhalimi, kekerasan, menipu, menfitnah, cela-mencela, menghina dan sebagainya.

Selain itu, Allah Swt melarang kepada hamba-hamba-Nya untuk banyak berangan-angan. Sebab, banyak angan-angan itu merupakan perbuatan setan. Dan cenderung malas, tidak mau bekerja keras, bosan dan meremehkan yang lain. Orang yang banyak angan-angan akan lalai dalam tugasnya. Allah menyatakan bahwa biarkanlah mereka didunia ini makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan kosong mereka, kelak mereka akan mengetahui akibat perbuatannya (Qs.15:3). Kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan kamu hanya menunggu, meragukan janji Allah dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah, dan penipu setan datang memperdaya kamu tentang Allah (Qs.57:14). Sesungguhnya orang-orang yang berbalik kepada kekafiran setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka (Qs.47:25).

Setan adalah makhluk yang dilaknat Allah Swt. Panjang dan kosongnya angan-angan merupakan perbuatan setan. Setan itu selalu menggoda manusia supaya terjerumus dan berbuat kesesatan terhadap perintah Allah. Dia tidak akan berhenti menggoda manusia sampai benar-benar tersesat, dan bahkan juga menjadi setan sepertinya. Yakni selalu durhaka, berbuat jahat dan menentang perintah-perintah Allah Swt. Allah telah menyatakan bahwa Setan itu dilaknat-Nya, dan dia mengatakan akan mengambil bagian tertentu kepada manusia. Dan pasti akan disesatkan dan dibangkitkannya angan-angan kosong pada mereka...Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh dia menderita kerugian yang nyata. Setan memberikan janji-janji kepada mereka danbmembangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka. Mereka yang tertipu itu tempatnya di Neraka Jahannam dan mereka tidak akan mendapat tempat lain untuk lari darinya (4:118-121).

Untuk itu, kalau berangan-angan janganlah terlalu berlebih-lebihan. Kalau kita tidak mampu, apalagi mustahil dicapainya maka berhentilah untuk berangan-angan. Angan-angan yang indah dan menyenangkan merupakan tiupan serta bisikan setan. Janganlah kita memperturutkannya, agar kita selamat didunia dan akhirat. Allah menyatakan bahwa barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah (Qs.4:123). Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizhalimi sedikitpun (Qs.4:124).

Angan-angan yang baik adalah pemikiran dan harapan untuk kebaikan. Angan-angan seperti itu terukur dan jelas tindakan serta usaha untuk mencapainya. Sedang angan-angan yang jelek adalah pemikiran dan harapan kepada kejahatan. Angan-angan seperti itu kotor dan buruk. Untuk itu, berhentilah berangan-angan yang tidak jelas. Apalagi angan-angan untuk berbuat jahat dan zhalim kepada sesama manusia. Allah menyatakan bahwa kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa (Qs.28:83). Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? (Qs.4:122). Dengan demikian, angan-angan yang kita lakukan bukan angan-angan kosong, panjang dan berlebihan serta menjurus kepada kejahatan. Angan-angan yang dilakukan itu adalah kejujuran, keikhlasan dan kebaikan dalam memperoleh dan menjalankannya. Dengan begitu, kita akan memperoleh kebaikan dan kesuksesan dalam menggapainya kelak...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 7 Maret 2018

Tabayyun

Beberapa hari yang lalu, kepolisian Republik Indonesia kembali membongkar kelompok yang menyebarkan ujaran kebencian dan konten sentimen SARA di media sosial. Kali ini yang dibongkar adalah Muslim Cyber Army (MCA). Ada beberapa orang yang ditangkap dan sudah memberi kesaksian terkait dengan aksinya itu. Sebelumnya, kepolisian sudah membongkar dan menangkap sebagian anggota dari kelompok Saracen. Dari anggota MCA yang sudah ditangkap, ada yang mengaku bahwa dirinya pernah bergabung dengan Saracen. Kepolisian sudah menemukan adanya keterkaitan MCA dengan kelompok Saracen. Keduanya sama-sama menyebarkan informasi hoaks, ujaran kebencian, dan menyinggung sentimen suku, ras, dan antargolongan (SARA). Salah satu berita hoaks yang disebarkan kelompok ini adalah penyerangan ulama diberbagai daerah. Ada yang mengatakan bahwa berita penyerangan ulama itu bermuatan politik. Tujuannya adalah untuk menjegal pemerintah yang sah melalui media sosial. Apalagi penyebaran hoaks ini dilakukan memasuki tahun politik menjelang Pilkada Serentak tahun 2018 dan pemilihan presiden tahun 2019 nanti. Dengan memanfaatkan keresahan masyarakat dan ulama mereka hendak memicu konflik sosial yang lebih besar. Menurut Satgas Nusantara Irjen Pol. Gatot Eddy Pramono, isu hoaks itu disebarkan supaya menimbulkan keresahan masyarakat, ulama, dan ketakutan serta timbulnya konflik sosial yang besar. Dengan menyebarkankan berita hoaks tersebut, kelompok ini menginginkan agar tercipta dalam pemikiran masyarakat bahwa pemerintah tidak mampu mengelola negara, sehingga menimbulkan konflik yang besar dimana-mana. Hal ini sangat membahayakan, karena bisa mengakibatkan disintegrasi bangsa.

Berita Bohong

Berita bohong merupakan sesuatu yang tidak benar, isinya cenderung fitnah, palsu, dan tidak jelas sumbernya. Akhir-akhir ini dimedia sosial banyak sekali berseliweran berita-berita hoaks. Berita itu, ada yang berkaitan dengan kelompok Saracen, MCA dan sebagainya. Dan ada juga yang tidak ada kaitannya dengan dengan kelompok tersebut. Topik atau tema dari berita di medsos itu bermacam-macam. Mulai dari persoalan sosial dimasyarakat, politik, ekonomi, budaya, kebijakan pemerintah, bahkan berkaitan dengan isu-isu agama. Banyak tulisan-tulisan yang dishare dimedsos itu tidak memiliki dasar yang jelas. Tujuannya adalah untuk memecah belah masyarakat dan umat. Hoaks yang sering tersebar dimedsos adalah berkaitan dengan ras, suku, dan antargolongan. Berita hoaks yang menyebutkan hal itu akan cepat menyebar dan menimbulkan keresahan dimasyarakat. Dibutuhkan ketelitian untuk bisa menyaring kebenaran dari berita-berita itu. Apalagi berkaitan dengan agama. Kadang penyebar hoaks itu mengutip ayat al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Bagi orang awam yang minim pengetahuan agama cenderung menerima dan membenarkan tulisan itu. Sehingga dengan cepat dia akan menshare tulisan itu kepada orang lain. Dia tidak memikirkan dampak sosial yang ditimbulkan dari tulisan itu, benar atau salah dia tidak mengetahuinya. Yang ada dalam pikirannya adalah secepatnya orang lain tahu dengan isi dari tulisan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan berita hoaks itu tumbuh dengan subur di media sosial.

Tabayyun

Dalam agama Islam, Allah mengajarkan kepada umat manusia, ketika mendapatkan berita dari orang Fasik maka Tabayyunlah. Artinya setiap berita yang diterima dari orang yang tidak jelas kapasitas dan keilmuannya, maka teliti dan pelajarilah terlebih dahulu. Dalam Al Qur’an disebutkan ‘Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu (Qs.49:6). Dalam ayat diatas, disebutkan apabila orang fasik memberikan sebuah berita apapun itu, maka bertabayyunlah. Fasik adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah Swt. Dia seorang muslim yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi dalam kehidupannya selalu menentang perintah-Nya dan jutru apa yang dilarang Allah dikerjakannya. Untuk itu, setiap kemaksiatan dan kejahatan yang dilakukannya merupakan perbuatan fasik. Dari situlah, Allah menyatakan setiap datang berita dari mereka maka bertabayyunlah. Tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya. Dia meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara agama, sosial, hukum, kebijakan pemerintah pusat dan daerah, dan sebagainya hingga sampai jelas benar duduk permasalahannya, sehingga tidak ada pihak yang merasa terzhalimi atau tersakiti terkait dengan tindakannya. Setiap orang yang mendapatkan sebuah berita, dari siapa dan mana pun memperolehnya, maka teliti dulu, pelajari sebaik mungkin berita itu, kalau perlu tanyakan dengan orang yang lebih tahu dan paham tentang masalah itu. Kalau sudah jelas dan terang benderang bahwa berita itu benar, maka dipersilahkan untuk disebarkan kepada orang lain. Dengan begitu, maka kebaikan akan tersebar sehingga menimbulkan kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal seperti itu yang kita harapkan agar dimasyarakat tidak ada merasa resah, takut dan gelisah akibat berita-berita hoaks. Allah memberikan ancaman bagi orang yang suka menyebarkan berita bohong dengan azab yang pedih didunia dan akhirat. Firman-Nya ‘Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, mereka akan mendapat azab yang pedih didunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Qs.24:19). Dengan demikian, berhati-hatilah terhadap berita-berita bohong yang datang kepada kita, telitilah dulu sebelum disebarkan. Dan juga, bagi yang suka menyebarkankan berita-berita bohong itu, segeralah bertobat sebelum datangnya azab yang pedih dari Allah Swt. Karena kalau sudah datang, dia tidak akan bisa lari dan sembunyi dari-Nya. Semua akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya, perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan perbuatan jahat akan dibalas dengan azab yang besar. Hal itu tidak akan tertukar. Semuanya akan kita terima didunia ini dan akhirat kelak.

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 8 Maret 2018

Mengolok-olok

Olok-olok adalah perkataan yang mengandung sindiran atau ejekan. Dan bisa juga berarti perkataan untuk bermain-main saja, berupa kelakar dan senda gurau. Mengolok-olok berarti mempermainkan dengan perkataan seperti mengejek. Mengolok-olok ini biasanya bertujuan untuk mengejek dan menyindir orang lain supaya orang itu marah dengannya. Bisa juga untuk merendahkan dan menghinakan orang lain. Dan juga, bertujuan untuk menjatuhkan wibawa dan kehormatan seseorang. Olok-olok ini merupakan sifat yang tercela. Karena bisa mengakibatkan permusuhan, pertikaian dan yang lebih besar lagi menjadi peperangan dan saling bunuh membunuh. Karena itu, mengolok-olok ini merupakan sifat yang berbahaya, dan harus dijauhi sejauh-jauhnya. Supaya hal-hal diatas tidak terjadi dan kehidupan berjalan dengan baik dan nyaman.

Allah menyatakan kepada orang-orang yang beriman, Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan janganlah perempuan mengolok perempuan lain, boleh jadi perempuan yang diolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok (Qs.49:11). Dalam kehidupan sehari-hari, perbuatan olok-mengolok itu sering terjadi. Baik membelakangi maupun secara berhadap-hadapan dengan orang yang diolok-olok. Dalam ayat diatas, Allah menyatakan bahwa setiap yang mengolok-olok itu belum tentu lebih baik, pintar, kaya, berilmu, cantik dan tampan, gagah dan tidak gagah, dan sebagainya. Pada hakekatnya tidak ada manusia yang sempurna, Semuanya pasti mempunyai kekurangan dan kesalahan. Rasulullah menyatakan bahwa setiap manusia itu tempat salah dan lupa. Nabi juga menyatakan bahwa setiap anak Adam pernah salah. Dan sebaik-baik kesalahan adalah mereka yang mau menyadarinya (taubat kepada Allah).

Ketika manusia terlahir ke dunia ini, tidak ada yang pesan dengan Allah. Mau lahir dimana, suku apa, bangsa apa, bentuk wajahnya seperti apa, tinggi-rendah badan, dan warna kulitnya pun seperti apa. Kita terlahir saat ini merupakan taqdir Allah. Negara, bangsa, suku, orang tua, bentuk fisik, semuanya itu merupakan titipan-Nya. Kita tidak bisa memilih harus lahir dimana, dari negara dan bangsa mana, suku dan ragam bahasa yang mana, orang tua yang mana, dan seterusnya. Untuk itu, manusia hanya bisa menerima keadaan yang dihadapinya saat ini. Seandainya manusia boleh memilih, tentuanya dia akan memilih lahir dinegara yang maju dan sejahtera, dari suku yang baik dan cerdas, dari orang tua yang kaya raya dan nemiliki rupa yang bagus dan cantik dan seterusnya. Akan tetapi itu merupakan kewenangan Allah, kita hanya menerima kenyataannya saat ini. Karena itu, sesama umat manusia dilarang untuk mengejek, mencela, apalagi sampai menghina.

Kalau seseorang mengejek, dan menghina karena negaranya, suku, orang tua, fisik dan sebagainya, berarti orang itu sama dengan mengejek dan menghina pencipta-Nya, yaitu Allah Swt. Allah menyatakan 'Sungguh, mereka telah mendustakan kebenaran Al quran ketika sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka kenyataan dari berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan (Qs.6:5). Allah telah menurunkan ketentuan bagimu didalan Kitab al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain...Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan kafir di Neraka Jahannam (Qs.4:140). Dan apabila dia mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka dijadikannya olok-olok. Mereka yang akan menerima azab yang menghinakan (Qs.45:9).

Mengolok-olok seseorang merupakan suatu bentuk kejahatan. Pada dasarnya manusia diciptakan Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya (Qs.95: 4). Karena itu, janganlah saling olok-mengolok satu dengan yang lainnya. Apabila ada yang seperti itu, Allah juga akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan (Qs.2:15). Azab yang lebih buruk adalah kesudahan bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan. Karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu meperolok-olokkannya (Qs.30:10). Agar jangan ada orang yang mengatakan, alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengolok-olokan agama Allah (Qs.39:56). Demikianlah, balasan mereka itu Neraka Jahannam, karena kekafiran mereka. Dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasulku sebagai bahan olok-olok (Qs.18:106).

Untuk itu, jauhilah sifat mengolok-olok terhadap sesama manusia. Sebab, itu merupakan pelanggaran terhadap ayat-ayat Allah yang telah menjadikan umat manusia didunia ini dengan beragam. Baik bangsa, negara, suku, pria-wanita, kaya-miskin, tinggi-rendah, tampan-cantik, dan sebagainya. Semua pemberian Allah Swt harus kita syukuri dengan sebaik mungkin. Segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki merupakan pemberian-Nya. Karena itu, kita tidak pantas untuk mengejek dan menghina dengan alasan apapun. Semuanya milik Allah dan kelak pasti akan kembali kepada-Nya. Banyaklah bersabar serta selalu bersyukur dengan segala pemberian-Nya. Dengan begitu, kita akan menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dimuka bumi ini dan hiduplah dengan selalu menghargai dan menyayangi kepada sesama manusia...semoga...🙏🙏🙏

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 5 Maret 2018

Popular