Ujian Nasional (UN) merupakan program Nasional untuk menstandarkan
pendidikan di seluruh Indonesia. Sehingga pendidikan tidak lagi di dominasi
oleh perkotaan, akan tetapi sekolah pinggiran juga bisa disejajarkan dengan pendidikan
di kota. Untuk itu, UN biasanya dilakukan serentak diseluruh Indonesia dengan kisi-kisi
dan standar soal yang sama. Baik UN yang dilaksanakan di sekolah perkotaan dan
UN di sekolah pedesaan memiliki bobot soal yang sama. Hal ini diharapkan,
supaya tidak ada lagi kesan negatif bahwa pendidikan di pinggiran atau pelosok memiliki
kualitas yang rendah. Semuanya sama apabila bisa lulus UN.
Selama ini, siswa yang telah lulus UN akan memilih masuk perguruan
tinggi yang bagus, baik di Kal-Sel maupun di luar Kal-Sel. Mereka berharap bisa
lulus dan kuliah di perguruan tinggi pilihannya. Segudang harapan dan cita-cita
tergantungkan di pundak mereka supaya bisa kuliah di tempat yang diimpikannya. Akan
tetapi, kadang nasib tidak berpihak kepada mereka yang telah lulus UN. Bukannya
diterima sebagai mahasiswa malah mereka banyak yang tidak lulus seleksi masuk
perguruan tinggi. Untuk itu, tidak sedikit dari mereka memilih masuk ke
perguruan tinggi swasta yang biaya masuk dan SPPnya lebih mahal dari perguruan
tinggi negeri dan kadang kualitas pendidikannya ‘rendah’.
Padahal untuk bisa lulus UN, para siswa berjuang ‘mati-matian’. Siang
dan malam mereka berjibaku dengan pelajaran yang di UN-kan. Berbagai macam les
tambahan mereka lakukan agar bisa menjawab soal UN dan bisa lulus dengan
memuaskan. Tidak hanya itu, para orang tua juga berusaha keras untuk mendorong
dan memotivasi anak-anaknya agar terus belajar, sehingga tidak sedikit dari
orang tua yang memasukkan anak-anaknya ke tempat bimbingan belajar yang biaya
masuk dan belajarnya mahal. Dan, tidak sedikit juga orang tua yang memanggil
guru privat untuk menambah jam belajar anaknya, sehingga harus menambah lagi
biaya pengeluaran belajar anaknya.
Sungguh! Ini merupakan sebuah pengorbanan yang cukup besar antara pihak
sekolah, pelajar dan orang tua agar anak-anak didik mereka bisa lulus UN. Tidak
hanya tenaga, waktu dan biaya yang besar telah digelontorkan untuk menghadapi
UN. Ketika pengumuman kelulusan, perasaan takut, cemas, bahagia menyelimuti
hati semua pihak terkait, seperti pelajar, sekolah, orang tua, dinas,
pemerintah daerah, propinsi dan bahkan pusat. Karena, UN sekarang ini dijadikan
tolok ukur keberhasilan program pemerintah dalam bidang pendidikan. Dan juga
sebagai tolok ukur kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Jika gagal, maka sekolah
dianggap gagal dalam mendidik siswa-siswanya. Dan ini akan berujung kepada
image negatif terhadap sekolah yang tidak bisa mendidik siswanya lulus UN.
Luar biasa! Sebuah perjuangan yang harus mendapat penghargaan dari semua pihak terkait, jika siswa bisa lulus UN. Karena itu, sebagai seorang guru
kita patut menghargai pihak yang berpendapat bahwa hasil UN bisa dijadikan
syarat untuk masuk ke perguruan tinggi manapun di Indonesia. Siswa yang telah lulus
UN seharusnya tidak perlu lagi menjalani tes masuk perguruan tinggi. Akan
tetapi langsung diterima sebagai mahasiswa. Dan ini merupakan sebuah bentuk penghargaan
dari hasil perjuangan dan pengorbanan sekolah, pelajar dan orang tua. Hal ini
juga akan menjadi motivasi siswa-siswa yang lain untuk terus belajar dan
belajar lagi agar kedepan mereka juga bisa lulus UN dan bisa memasuki perguruan
tinggi pilihannya tanpa harus seleksi masuk Perguruan Tinggi. Semoga hal ini
bisa direalisasikan oleh pihak perguruan tinggi, sehingga anak-anak didik kita bisa
meraih cita-cita yang diimpikannya. Amin.
23 Januari 2012, 7:36:31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar