Dalam
beberapa hari ini, Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya premium menjadi fenomena
baru di Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jatah premium
untuk kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda dua. Setiap hari kita lihat
antrean panjang ditempat-tempat SPBU.
Bahkan ada SPBU yang masih pagi sudah habis premiumnya.
Bagi yang mau berjalan jauh, apakah
urusan dinas, berkunjung ketempat famili, kuliah, bisnis, ataupun sekedar
jalan-jalan saja harus mempunyai persediaan BBM. Soalnya sekarang ini
Kalimantan Selatan mengalami krisis BBM. Hal ini disebabkan karena pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor,
baik roda empat maupun roda dua sehingga sangat mempengaruhi penggunaan BBM di
Kalsel. Jatah yang seharusnya bisa digunakan untuk satu tahun, habis sebelum
waktunya. Hal ini diperparah oleh adanya perilaku masyarakat yang tidak bijak
menggunakan BBM.
Contohnya,
setiap hari kita bisa melihat pedagang eceran bensin antre dengan santai di
semua SPBU. Mereka menenteng beberapa jeriken isi 20 literan bahkan lebih di
dispenser premium atau solar. Padahal, antre BBM menggunakan jeriken
jelas-jelas dilarang. Celakanya, baik SPBU, Pertamina, maupun aparat kepolisian
seolah tutup mata. Hal itu juga diperparah oleh sikap pemilik mobil mewah yang
tak tahu diri. Mereka menunggang mobil mewah, tapi mengisi tangki kendaraannya
dengan BBM bersubsidi.
Semestinya,
pemilik kendaraan mewah dengan merk apapun, baik roda empat maupun roda dua
yang ber-CC besar lebih tahu diri. Biarlah premium dan solar bersubsidi
dinikmati masyarakat kalangan bawah yang lebih berhak. Dengan demikian tujuan
pemberian subsidi BBM bisa tepat sasaran.
Perilaku
tidak bijak lainnya adalah, di sepanjang jalan di kota ini dengan mudah ditemui
sepeda motor yang dimodifikasi tangkinya, hilir mudik antre premium. Setelah
dapat jatah premium mereka pergi ketempat yang sepi, kemudian memindah
kejerigen yang telah dipersiapkan. setelah itu mereka akan balik lagi untuk
mengantre. Mereka menyebutnya dengan melangsir. Hasil dari langsiran
akan dijual dengan harga yang cukup mahal. Kalau dalam keadaan krisis BBM
sekarang ini, harga eceran bisa sampai Rp. 6.000,- atau bahkan bisa lebih lagi.
Lebih-lebih mereka yang ada di daerah pedalaman.
Untuk
itu kita berharap, pihak pemerintah agar benar-benar tegas menindak perilku
pengguna BBM yang tidak bijak di atas dan juga tegas dalam membuat keputusan
tentang penggunaan BBM bersubsidi, agar hal tersebut bisa dinikmati oleh rakyat
kecil. Karena kita tahu bahwa BBM bersubsidi memang diperuntukkan bagi kalangan
masyarakat bawah, bukan untuk kalangan menengan ke atas. Sehingga kesenjangan
penggunaan BBM bisa terbagi dengan adil dan tepat sasaran.
21 Oktober 2012, 8:26:44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar