Beberapa hari
yang lalu kita dihebohkan dengan berita adanya calo dalam penerimaan masuk Perguruan
Tinggi (PT). Tidak main-main, sang calo berani menyatakan lulus 100% asal
berani membayar puluhan juta bahkan sampai ratusan juta rupiah. Harga yang
ditawarkan pun bervariasi sesuai dengan fakultas yang akan dipilih mahasiswa. Sang
calo berani menjamin seperti itu karena ada jaringan dengan pihak rektorat. Dia
mengatakan ada jatah rektor yang tak perlu diseleksi untuk masuk PT tersebut. Dan
mungkin saja tiap-tiap dekan atau ketua jurusan disetiap fakultas juga
mempunyai jatah mahasiswa yang tidak perlu mengikuti ujian masuk PT dilingkungan
kerjanya. Atau, bisa juga seleksi masuk hanya dijadikan sebagai formalitas saja
untuk menghindari kecurigaan dari pihak lain.
Kalau hal ini
benar, ini merupakan sebuah ‘malapetaka’ bagi dunia pendidikan kita. Pendidikan
telah dijadikan lahan bisnis orang-orang yang ingin meraup keuntungan yang
sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan pihak lain. Kalau masuk perguruan tinggi
yang banyak difavoritkan calon mahasiswa harus menyetorkan uang puluhan bahkan
ratusan juta seperti itu, maka kasihan orang-orang yang kurang mampu atau
bahkan tidak mampu membayar padahal mereka-mereka adalah anak-anak yang cerdas.
Dunia pendidikan kita akan diisi oleh orang-orang yang berduit saja, padahal
kemampuan akademik mereka belum tentu menjamin kualitas lulusan perguruan
tinggi tempatnya mengenyam pendidikan.
Hal ini akan
membuat ketimpangan dalam dunia pendidikan kita. Kouta yang disediakan
perguruan tinggi yang seharusnya diperebutkan dengan jalur tes atau seleksi masuk
ternyata bisa didapatkan dengan cara mudah, yakni cukup dengan membayar kepada
oknum tertentu sehingga bisa lulus dengan mulus.
Kalau kita
pikir, orang yang ingin mendapatkan sesuatu dengan cara mudah tanpa kerja keras
memeras tenaga dan otak, maka kualitas hasil yang didapat juga rendah. Begitu
juga dalam pendidikan, orang yang tidak mau bersaing secara sehat dengan masuk
jalur tes masuk perguruan tinggi biasanya kemampuan akademiknya jauh sesuai
dengan harapan. Karena merasa diri tidak akan lulus kalau ikut tes maka mencari
alternatif lain dengan cara menyogok oknum tertentu agar bisa lulus di PT.
Dalam
agama Islam, Rasulullah Saw sudah sangat jelas menyatakan bahwa orang yang
menyogok dan yang disogok sama-sama masuk neraka. Seharusnya, perguruan tinggi
sebagai tempat orang-orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
menjadi contoh bagi terciptanya dunia pendidikan yang bersih dari cara-cara
yang kotor. Perguruan tinggi harus bisa mencetak sarjana-sarjana baru yang
cerdas secara ilmu pengetahuan dan sains, dan juga memiliki tanggung jawab
serta memiliki akhlak yang baik. Perguruan tinggi adalah contoh bagi
terselenggaranya pendidikan yang bersih, jujur dan cerdas.
Untuk itu dibutuhkan
sebuah kejujuran dalam penerimaan calon mahasiswanya. Jangan sampai terjadi
dikotomi antara yang kaya dan miskin. Tapi yang dikedepankan adalah prestasi
akademik bagi calon mahasiswanya, tidak peduli mahasiswa itu dari golongan
tidak mampu atau pun yang mampu. Hal ini harus segera dilakukan oleh PT supaya
kedepannya PT dapat mencetak sarjana-sarjana yang kompeten dibidangnya
masing-masing dan tentunya memiliki tanggung jawab terhadap bangsanya dan
memiliki akhlak mulia agar nantinya tercipta dunia kerja, baik dipemerintah dan
swasta yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Semoga!
06 Mei 2012, 21:30:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar