MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Selasa, 15 Mei 2018

Menyambut Ramadhan : Proses Ulat Menjadi Kupu-Kupu

Untuk menggambarkan judul di atas, ada sebuah ilustrasi menarik yang bisa kita ambil hikmahnya. Kupu-kupu  adalah serangga yang sangat menarik untuk kita perhatikan sebagai sebuah pelajaran. Sayap-sayapnya begitu cantik. Kadang-kadang kupu-kupu mengepakkan sayapnya, terbang dari satu tangkai ke tangkai lainnya.  Sungguh sangat indah dan menarik.

Akan tetapi, kalau kita perhatikan, sebelum mencapai kesempurnaan itu, kupu-kupu hanyalah makhluk yang menjijikkan. Berawal dari telur, ulat, kepompong, baru kemudian menjadi kupu-kupu yang cantik jelita. Semua itu butuh perjuangan keras, butuh pengorbanan, bahkan mereka harus siap mati untuk mencapai kesempurnaan itu.

Bermula dari telur. Inilah masa-masa penentu kelahiran kupu-kupu., karena selalu ada kemungkinan telur itu tidak dapat bertahan lama, lenyap sebelum berkembang menjadi ulat. Banyaknya hewan pemangsa telur akan selalu mencari saat-saat yang tepat untuk melahapnya. Bukan saja hewan pemangsa, alam sekitar seperti angin, dan hujan juga menjadi ancaman naginya. Boleh jadi, telur-telur itu beterbangan kesegala penjuru ditiup oleh angin dan mendarat disungai sehingga menjadi makanan bagi ikan. Dan banyak lagi kemungkinan yang terjadi. Setelah telur menetas, wujud kupu-kupu belum tampak. Yang kita saksikan hanyalah seekor ulat pohon. Jika melihatnya, mungkin kita tidak akan percaya kalau ulat itu nantinya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.

Proses metamorfosis belum berhenti. Ulat pun terus berjuang mempertahankan hidup. Hewan-hewan pemangsa tidak pernah lepas memburu mereka. Mereka ini akan terus melanjutkan kehidupannya, sampai tahap menjadi kepompong. Untuk sampai kepada tahap ini, seekor ulat harus mempersiapkan diri  sebaik mungkin. Karena, selama tahap itu mereka wajib berpuasa penuh.

Selama menjadi kepompong mereka harus menahan rasa sakit. Mereka tidak dapat begerak sebebas-bebasnya, terhimpit dalam ruangan yang sangat sempit. Mereka harus sabar menjalaninya. Apabila mereka tidak sabar, dapat dipastikan nyawa menjadi taruhannya. Hari demi hari berganti, akhirnya mereka berubah menjadi seekor kupu-kupu dan dapat terbang sebebas-bebasnya. Rasa sakit yang dia derita selama dalam proses metamorfosis terbayar sudah.

Dari cuplikan peristiwa diatas, manusia harus selalu berjuang memperbaiki diri. Kita tidak boleh terus-menerus menjadi ulat. Hidup kita yang terpuruk harus diubah. Namun, proses itu seringkali tidak mudah. Kita harus bisa mengalami masa ‘kepompong” sebelum menjadi kupu-kupu yang cantik. Dibutuhkan keteguhan jiwa dan kesabaran , di mana kita akan banyak belajar arti kehidupan yang sebenarnya di dunia ini.

Bulan Ramadhan sudah di depan kita. Bulan yang penuh dengan hikmah bagi mereka yang berusaha untuk mendapatkannya. Di bulan Ramadhan ini kita dituntut untuk berpuasa, menahan diri dari makan dan minum mulai terbit fajar sampai tenggalam matahari. Disinilah metamorfosis manusia akan diterapkan. Bagi mereka yang berjuang dengan sekuat tenaga dibarengi dengan tulus ikhlas menjalankannya, maka dia akan bisa ‘terbang” seperti kupu-kupu, yakni derajatnya akan dinaikkan oleh Allah Swt menjadi orang yang bertakwa.

Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Sebab itu, umat Islam hendaklah mengambil keberkahan Ramadhan dari berbagai aktifitas positip yang dapat memajukan Islam dan pemeluknya. Seperti perbanyak membaca al Qur`an, Dzikrullah, sedekah, shalat sunnah, mencari nafkah yang halal, aktivitas sosial kemasyarakatan dan lainnya. Rasulullah Saw. menjadikan bulan puasa ramadhan sebagai bulan yang penuh aktivitas dan amaliah positif.

Dalam menyambut bulan Ramadhan tahun ini ada beberapa persiapan yang harus kita lakukan untuk mendapatkan jati diri yang sesungguhnya, menjadi orang yang bertakwa, diantaranya adalah :
Pertama, Persiapan Fisik dan Materi. Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan Rasulullah Saw, diataranya menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud), Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah Saw kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud Ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami). Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.

Kedua, Persiapan Mental. Persiapan ini sangat penting untuk bisa menjalankan ibadah puasa dan ibadah terkait lainnya agar bisa lebih serius dan bersemangat. Mental yang kuat dan bagus akan memberikan motivasi yang baik untuk menjalankan ibadah puasa supaya kuat dan tunai menjalankannya selama se bulan penuh. Apalagi pada menjelang 10 hari hari terakhir Ramadhan. Fisik kadang mulai melemah. Motivasi beribadah mulai berkurang. Di tambah lagi dengan godaan dari ajakan teman dan keluarga yang menginginkan belanja mempersiapkan hari raya Idul Fitri, pulang kampung, beli pakaian dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusuan ibadah puasa Ramadhan. Kesuksesan ibadah bulan Ramadhan seorang muslim bisa dilihat dari akhirnya. Jika akhir bulan Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yg berhasil dan sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Dengan persiapan mental yang kuat, semua godaan dan halangan yang merintangi dalam menjalankan badah puasa akan bisa teratasi dengan baik.

Ketiga, Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Sekarangnya ini banyak tulisan-tulisan yang berkaitan dengan keutamaan ibadah puasa. Dengan kemajuan teknologi, dewasa ini semua orang dengan mudah mendapatkan informasi. Tergantung kemauan dan kemampuan masing-masing untuk memperdalam dan mengasah akalnya untuk mendapatkan ilmu se banyak-banyaknya. Rasulullah Saw mengatakan bahwa banyak orang yang berpuasa tidak menghasilkan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka. Dengan begitu, maka ibadah, khususnya puasa yang didasari dengan ilmu yang kuat akan mendapatkan kemudahan dan keberkahan dalam menjalaninya. Semakin baik dan bagus pemahaman keagamaan terkait dengan ibadah puasa, maka semakin meningkat kualitas puasa dan ibadah terkait lainnya selama Ramadhan.

Keempat, Persiapan Ruhiyah (spiritual) juga harus dimantapkan. Persiapan ruhiyah dapat dilaksanakan dengan meningkatkan ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Quran saum sunnah, berdzikir, berdo’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah SAW. memberi contoh kepada umatnya yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. berkata:”Saya tidak melihat Rasulullah SAW. menyempurnakan puasanya, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

Apabila keempat hal itu bisa dipersiapkan dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan bisa meraih derajat takwa. Bulan ramadhan adalah bulan penuh hikmah, maghfirah dan terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka. Dan itu harus dilakukan dengan penuh pengorbanan demi mencapai hasil yang maksimal, sesuai dengan janji Allah Swt sebagai orang yang bertakwa. Ketakwaan yang di raih merupakan hasil dari usaha yang dilakukan masing-masing orang. Di akhir ramadhan, seorang muslim diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah. Dan pada tanggal 1 Syawal merayakan hari raya yang disebut hari raya fitrah. Pada waktu itu seorang muslim yang selama se bulan penuh melaksanakan ibadah puasa dan amaliah lainnya akan menjadi fitrah. Artinya, terlahir suci seperti bayi yang baru lahir. Tanpa ada dosa yang dibawanya. Berpuasa selama se bulan penuh merupakan penempaan diri yang diibaratkan seekor ulat yang menjadi kepompong. Ketika berhasil menjalani penempaan diri itu, maka kepompong akan menjadi seekor kupu-kupu indah yang bisa terbang kemanapun dia mau. Begitu juga manusia, setelah mengalami penempaan dan latihan yang bagus selama ramadhan, maka dia akan menjadi orang yang fitrah. Semoga!!!

Senin, 14 Mei 2018

Ironi Karya Tulis Ilmiah Guru

Senin, 7 Mei 2018 dalam Rubrik Jendela di Banjarmasin Post, Prof. Mujiburrahman menulis dengan judul Ironi Karya Akademis. Beliau menceritakan bagaimana seorang akademisi yang notabene nya adalah seorang Dosen di perguruan tinggi yang seharusnya mempunyai sebuah karya tulis, justru sebaliknya. Seorang akademisi menulis di media massa maupun di jurnal ilmiah baik Nasional maupun Internasional adalah sebuah kebutuhan akademiknya. Dia menulis bukan untuk mengejar upah, jabatan, apalagi gelar yang lebih tinggi. Seorang akademisi harus mengeluarkan kemampuan intelektualnya untuk meneliti, mengkaji dan menelaah ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya untuk kemaslahatan orang banyak. Akan tetapi, tulis Prof. Mujiburrahman, semua itu merupakan hal yang sangat ironis dengan kenyataannya. Beliau menjelaskan, para akademisi menulis karya ilmiah, baik berupa buku, artikel di media masa, maupun menulis di jurnal ilmiah yang bersifat Nasional dan Internasional hanya untuk mendapatkan gelar profesor dan ujung-ujungnya adalah ‘duit’ yakni mendapatkan tunjangan kehormatan dan gengsi.

Begitu pula dalam profesi yang serupa, yakni guru. Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen disebutkan pada pasal 2 ayat 1 bahwa Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedang pada pada pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Artinya, Guru dan Dosen merupakan profesi yang sama, bedanya adalah objek yang menjadi sasaran pendidikan dan pengajarannya.

Kalau dalam profesi guru menulis bukan untuk mendapatkan gelar profesor, akan tetapi merupakan sebuah kewajiban untuk kenaikan pangkat ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009, seorang guru yang akan naik pangkat dari III/b terus sampai ke pangkat IV/e harus memenuhi salah satu unsur dari Profesi Berkelanjutan (PKB). Salah satu unsur PKB yang harus dimiliki seorang guru adalah Karya Tulis Ilmiah. Artinya, seorang guru yang akan naik pangkat harus menulis. Dalam peraturan Menpan & RB disebutkan bahwa tulisan ilmiah guru tersebut masuk dalam kategori Publikasi Ilmiah. Publikasi ilmiah mencakup tiga kelompok, yaitu Presentasi pada forum ilmiah, Publikasi berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal, dan Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru. Dalam ketentuannya, seorang guru yang akan naik pangkat mempunyai kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah. Setiap jenjang pangkat yang dituju memiliki perbedaan dalam jumlah angka kreditnya ketercapaiannya. Dan juga, semakin tinggi jenjang pangkat yang akan dicapai, maka jenis publikasi ilmiahnya pun juga semakin tinggi tingkat kesulitannya.

Seorang guru dituntut memiliki karya tulis ilmiah mulai dari kenaikan pangkat III/b sampai IV/e. Pangkat III/b ke III/c jumlah angka kredit Karya tulis ilmiahnya adalah 4, III/c ke III/d adalah 6, III/d ke IV/a adalah 8, IV/a ke IV/c adalah 12, IV/c ke IV/d adalah 14, dan IV/d ke IV/e adalah 20. Selain itu, kenaikan pangkat dari jenjang III/b sampai ke jenjang III/d bebas dalam memilih jenis karya tulis ilmiahnya, yang penting memenuhi angka kredit yang sudah ditentukan sesuai dengan peraturan. Karya tulis ilmiahnya bisa berupa artikel, makalah, karya tulis ilmiah populer, diktat/modul, karya terjemahan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), buku pelajaran, buku pedoman guru dan sebagainya. Hal itu akan berbeda ketika mau naik pangkat ke IV/a sampai ke IV/e. Ketika mau naik dari III/d ke IV/a seorang guru wajib melakukan 1 penelitian maksimal 2 tahun. Naik dari IV/a ke IV/c guru wajib melakukan 1 penelitian di tambah lagi dengan 1 tulisan yang dimuat dijurnal yang ber ISSN. Naik lagi dari IV/c ke IV/e guru wajib melakukan 1 penelitian ditambah lagi 1 tulisan yang dimuat dijurnal yang ber ISSN serta 1 buku yang ber ISBN/BSNP.

Begitulah, proses kenaikan pangkat guru yang saat ini berlakubagi guru. Untuk memenuhi unsur karya tulis ilmiah itu, seorang guru selama 4 tahun harus ada menulis agar unsur publikasi ilmiah itu terpenuhi. Dari sinilah, muncul berbagai kendala dan masalah. Banyak guru-guru kita tidak bisa menulis karya tulis ilmiah. Jangankan membuat karya tulis penelitian, menulis makalah singkat pun banyak yang tidak bisa. Lebih dari itu, menulis artikel selembar dua lembar kertas A4 juga tidak mampu. Sehingga banyak dikalangan guru ketika mau naik pangkat meminta bantuan kepada orang yang bisa untuk membuatkan karya tulis ilmiahnya. Hal ini tidak gratis, tentu ada imbalan jasa dan pengganti biaya cetak kertas ketika diprint out. Selain itu, ada yang merasa mampu menulis, baik karya tulisan penelitian, makalah, artikel dan sebagainya. Akan tetapi karya tulis itu merupakan copy paste karya orang lain yang diambil di internet. Dia dengan bangganya mendownloud dan merubah nama si penulis dengan namanya. Hal ini memerlukan kejelian dan keprofesionalan dari para TIM Asesor yang memeriksa berkas usulannya. Karena yang memberikan kepantasan dan keabsahan dari karya tulisnya adalah kewenangan TIM Asesor yang yang sudah ditunjuk oleh instansi tertentu. Kalau menurut Tim Asesor layak, maka berkas usulan kenaikan pangkatnya akan diterima bisa naik pangkat ke jenjang selanjutnya.

Banyak persoalan guru dalam ‘merekayasa’ karya tulis ilmiahnya untuk bisa naik pangkat. Hal ini merupakan sebuah ironi bagi dunia pendidikan kita di Indonesia. Seyogyanya peraturan itu dibuat dengan tujuan baik dan mulia, agar dunia tulis menulis dikalangan guru bisa berkembang dengan baik. Seorang guru hendaknya tidak hanya mengajar dan mendidik. Hal itu merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan. Akan tetapi, seorang guru juga harus memiliki kemampuan inteletual yang mumpuni. Dia ‘haus dan dahaga’ terhadap ilmu pengetahuan yang terus berkembang dengan pesatnya. Untuk meghilangkan atau mengurangi haus dan dahaganya kepada ilmu pengetahuan itu, diantaranya dengan membaca dan menulis. Semakin banyak ilmu yang didapat dari proses membaca yang dilakukannya akan terasa membekas didalam jiwanya ketika mampu ditulis dan diulasnya kembali menjadi sebuah tulisan. Tulisan yang lahir dari pemikiran, penelitian dan perenungan akan menghasilkan manfaat yang besar bagi dirinya dan juga bagi orang lain. Tulisan yang baik akan terus dibaca selama tulisan itu masih ada dan tersimpan dalam catatan. Apalagi, kalau menulis itu diniatkan untuk kebaikan dan ke maslahatan orang banyak, tentu akan bernilai pahala yang besar bagi si penulisnya.

Dengan terus menulis, merupakan bentuk dukungan terhadap Program Pemerintah saat ini, yakni Gerakan Literasi Nasional. Di mana gerakan literasi itu sudah digaungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke seluruh pelosok daerah di Indonesia, bahkan sudah masuk ke sekolah-sekolah baik Tingkat Dasar, Tingkat Pertama, dan Menengah Atas. Dengan adanya Gerakan Literasi Nasional ini, diharapkan semua komponen yang terlibat dalam dunia pendidikan lebih menggiatkan lagi minat baca dan menulis dikalangan pendidik, tenaga kependidikan dan siswanya. Kalau semua orang sudah bisa membaca, apalagi mau menuliskannya maka pendidikan di Indonesia akan berkembang dengan pesat. Semoga!

Rabu, 02 Mei 2018

Pemerintah Serius Kelola Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diharapkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan serangga seperti lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain yang membawa kuman penyakit.

Sampah yang dibuang di jalanan dapat menghambat saluran air yang akhirnya membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat berkubang bagi nyamuk penyebab malaria. Sampah yang menyumbat saluran air atau got dapat menyebabkan banjir. Ketika banjir, air dalam got yang tadinya dibuang keluar oleh setiap rumah akan kembali masuk ke dalam rumah sehingga semua kuman, kotoran dan bibit penyakit masuk lagi ke dalam rumah.

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah.  Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.   Meningkatnya volume timbunan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.

Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit. Banjarmasin sekarang telah menjelma menjadi kota besar. Pertambahan penduduk menyebabkan bertambahnya jumlah pemukiman. Hal ini menyebabkan lahan menjadi berkurang dan kota menjadi padat. Akibat semua itu volume sampah menjadi banyak. Sehingga menimbulkan masalah dalam pengelolaannya.

Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman. Untuk itu pemerintah kota harus benar-benar serius memikirkan dan mengelola sampah agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat yang tinggal disekitar penimbunan sampah. Jangan sampai masyarakat hanya mendapatkan baunya dan lingkungan hidup sekitar mereka menjadi tercemar. 

Pemuda Adalah Harapan Bangsa

Pada
hari Jum’at, 28 Oktober 2011 bangsa Indonesia akan memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-83. Sumpah Pemuda merupakan sebuah momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia di mana para pemuda merangkum sumpah hasil rapat Pemuda-Pemudi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 silam. Momen itu sekarang kita peringati sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Kini, peringatan Sumpah Pemuda telah memasuki usia ke-83 yang juga tergolong usia ‘teramat’ matang. Sumpah Pemuda lahir melalui proses yang sangat panjang yang menghasilkan satu tekad dan tujuan, yakni bertumpah darah yang satu (tanah air Indonesia), berbangsa satu (bangsa Indonesia) dan menjunjung tinggi bahasa persatuan (bahasa Indonesia). Sejarah yang sedikit terlupakan ini memiliki arti mendalam dari rentetan alur sejarah yang silih berganti di alami bangsa yang bermartabat ini. Di mana kaum muda mengguncang sejarah dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda.

Dewasa ini, kalau kita perhatikan, para pemudanya hampir tidak memiliki semangat berjuang. Mereka hanya mementingkan diri sendiri, suka hura-hura, terlibat narkoba, perkelahian antar pelajar dan mahasiswa, perkosaan, gelandangan, premanisme dan lain-lain. Ini adalah sebuah potret pemuda masa sekarang. Hal tersebut terkait dengan adanya kemerosotan moral dari para pemuda kita. Jangankan punya semangat juang, Nilai-nilai agamis pun sudah hampir hilang. Salah satu point penting yang menyebabkan merosotnya nilai juang dan moral pemuda kita saat ini adalah westernisasi (budaya kebarat-baratan).

Memang tidak ada salahnya kita mengikuti kemajuan modernitas --- yang saat ini diwakili Negara barat. Tapi jangan sampai kita melupakan budaya bangsa kita sendiri. Atau bahkan melupakan nilai-nilai agama. Runtuhnya nilai budaya dan agama yang ada didalam pemuda inilah yang menyebabkan kemunduran peradaban bangsa kita di mata internasional.

Hari Sumpah Pemuda harus digunakan untuk identitas nasional. Makna Sumpah Pemuda sekarang adalah untuk mengembalikan semangat nasionalisme para pemuda saat ini untuk bersatu dalam satu kesatuan untuk membangun dan bangkit menghadapi era globalisasi nan rentan terhadap kaum pelajar yang terpengaruh pada budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita.
Indonesia memiliki latar belakang yang beranekaragam, mulai dari agama, suku bangsa hingga adat istiadat. Untuk mempersatukan itu, maka para pahlawan kita telah menyatukan keanekaragaman dalam satu persatuan, yaitu Indonesia.

Jangan sampai persatuan bangsa ini pecah akibat olah segelintir orang yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu, tugas pemudalah yang harus menjaga dan melestarikan semua keanekaragaman budaya tersebut agar benar-benar menjadi kebanggaan kita bersama. Karena itu, momentum sumpah pemuda kali ini harus benar-benar kita jadikan sebagai sarana untuk menyatukan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Jangan sebaliknya, malah merusak persatuan bangsa yang sudah dibangun pendahulu kita dengan pengorbanan yang tulus dan ikhlas.  

Karena itu, dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda tahun ini, mari kita renungkan kembali makna sumpah tersebut dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Masa lalu dan sekarang masih tetap sama, pemuda adalah harapan bangsa. Gelora dan semangat kaum muda juga dituntut dewasa ini dengan tujuan terciptanya satu persatuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. 

24 Oktober 2011, 17:58:17

Pengadilan Sandal Jepit

Sungguh eronis hukum di negara kita ini! Mencuatnya kasus sandal jepit dapat menggemparkan publik, tidak hanya publik dalam negeri bahkan sampai keluar negeri yang ditandai dengan dimuatnya di media Amerika Serikat Washington Post “Indonesians dump flip-flops at police station in symbol of frustration over uneven justice.  Kasus ini bermula pada bulan November 2010, Aal siswa SMK Negeri Kota Palu, Sulawesi Tengah dituduh mencuri sandal bersama temannya dirumah kos Briptu Ahmad Rusdi dijalan Zebra Kota Palu. Enam bulan kemudian tepatnya bulan Mei 2011 Aal dipanggil polisi, ketika diinterogasi Aal dan temannya mengaku mencuri sandal-sandal itu dan akhirnya kasus tersebut dilimpahkan kepengadilan.

Di pengadilan Aal didakwa oleh jaksa penuntut umum melakukan tindak pidana pencurian sebagaimana diatur pasal 362 KUHP tentang Pencurian dengan ancaman 5 tahun penjara, kemudian hakim dalam putusannya menyatakan Aal bersalah dan dikembalikan kepada orang tuanya untuk dibina, artinya Aal tidak dijatuhi hukuman penjara sama sekali.

Sebenarnya kasus yang dihadapi Aal adalah kasus yang biasa, dimana seseorang melakukan pencurian kemudian diadili dan divonis bersalah oleh pengadilan. Namun, kasus “sandal jepit” ini menjadi luar biasa ketika dibenturkan dengan kasus Bank Century, Kasus Cek Pelawat, Kasus IT KPU, kasus Gayus, Kasus Wisma Atlet dan kasus-kasus besar lainnya yang saat ini belum tuntas. Disaat media memberitakan kasus pencurian sandal jepit diancam dengan penjara lima tahun sedangkan kasus-kasus besar di atas belum jelas vonisnya tentunya membuat publik terkejut dan ‘marah besar’ terhadap penegak hukum di Indonesia yang akhirnya menimbulkan simpati, sehingga muncullah ‘Gerakan 1000 sandal jepit untuk pembebebasan Aal’ yang diprakarsai oleh masyarakat dan diserahkan langsung kepada Kapolri dan Jaksa Agung sebagai pengganti sandal jepit Briptu Ahmad Rusdi, sekaligus sebagai ungkapan kekecewaan terhadap penegakan hukum di Indonesia yang dinilai tebang pilih.

Walaupun akhir dari peradilan sandal jepit dengan terdakwa Aal ini sudah ada vonis yaitu menyatakan bahwa Aal bersalah dan dihukum dikembalikan kepada orang tua untuk dibina, tetap saja peradilan sandal jepit ini menyisakan persoalan yuridis dan psikologis. Persoalan yuridisnya adalah kenapa vonis hakim menyatakan Aal bersalah mencuri sandal jepit milik seorang oknum brimob, padahal di pengadilan pencurian terhadap sandal jepit milik oknum brimob tersebut tidak terbukti, yang terbukti adalah bahwa sandal jepit yang diambil Aal adalah milik orang lain. Seharusnya hakim jeli melihat persoalan yang ada, dan tidak terbawa oleh emosi sesaat dan bebas dari tekanan pihak luar. Selain daripada itu, aspek psikologis Aal merupakan persoalan besar yang dihadapi Aal kedepan. Cap sebagai pencuri mungkin akan terus diingat oleh masyarakat. Ini akan membuat Aal merasa malu dan minder bergaul dengan masyarakat nantinya. Apalagi Aal masih tercatat sebagai seorang pelajar dan perjalanan hidup untuk menggapai cita-cita masih panjang.

Kedepan kasus-kasus kecil seperti Aal ini tentunya tidak perlu untuk sampai masuk kepengadilan, cukup dilakukan pembinaan oleh kepolisian, karena masih banyak kasus-kasus besar lainnya yang harus diungkap. Dengan demikian aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya bisa lebih berkonsentrasi menuntaskan kasus-kasus besar yang sebenarnya menjadi sumber kesengsaraan rakyat. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian dan institusi penegak hukum lainnya seperti kejaksaan dan lain-lain. Semoga kedepannya tidak ada lagi ketimpangan penegakan hukum dinegeri ini. Hukum harus ditegakkan dengan seadil-adilnya dan jangan ada tebang pilih. Semoga bisa!


12 Januari 2012, 9:20:27

Ciptakan Kesejahteraan Masyarakat

Menyediakan lapangan kerja bagi setiap warga negara seharusnya menjadi kewajiban bagi negara dan pemerintahnya. Para calon TKI itu pada dasanya, di lubuk hatinya yang terdalam tentu mereka sangat menyadari bahwa kepergiannya mengadu nasib keluar negeri ibarat membeli kucing dalam karung. Peluang berhasil dan tidak berhasil sama besarnya, atau bahkan mereka sudah tahu, jauh lebih besar peluang buruknya. Tapi merek tak punya pilihan sehingga mereka tetap memutuskan mengadu nasib ke luar negeri.

Lelah sekali rasanya mengetahui pemberitaan mengenai nasib TKI selama ini. Berpuluh tahun lamanya, kisah pilu mengenai nasib TKI di negeri seberang terus terjadi. TKI, yang didominasi para perempuan asal desa ini rela merantau ke negeri tetangga hingga nun jauh di Arab sana, hanya untuk menjadi seorang pembantu rumah tangga. Mereka rela menjalani profesi berat itu di negeri orang karena berpeluang dibayar jauh lebih tinggi ketimbang di negerinya sendiri.

Para pekerja wanita ini kerap mengalami penyiksaan dan perlakukan buruk baik secara mental maupun fisik oleh para majikannya. Kisah ini tentunya tidak semua mengalami, namun setiap kali terjadi pemberitaan mengenai korban penyiksaan TKI di luar negeri, mereka umumnya telah mengalami penyiksaan yang sangat brutal dan tidak manusiawi.

Di hujani dengan hinaan dan tidak menerima bayaran selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bisa jadi itu adalah penyiksaan yang paling ringan. Namun yang lebih menyedihkan lagi, begitu banyak kisah para TKI ini yang mengalami pemukulan hingga cacat permanen, tidak diberi makan, disiram air panas, disuruh meminum air kencingnya sendiri, makan makanan basi, dikurung, diperkosa hingga dibunuh adalah kisah-kisah nyata lain yang sangat memilukan yang dialami oleh mereka. Tak jarang para TKI pun bunuh diri akibat tak mampu lagi menahan derita itu atau mati berkalang tanah, akibat mempertahankan harga dirinya dan memilih loncat dari ketinggian apartemen para majikannya.

Kisah sedih terbaru saat ini adalah dihukum pancungnya Ruyati binti Satubi.
Ruyati merupakan seorang TKW asal Kampung Ceger, Sukatani, Bekasi yang yang mendapat hukuman pancung di Arab Saudi pada hari Sabtu, 18 Juni 2011 pekan lalu. Ruyati dihukum pancung oleh pemerintah Arab Saudi karena membunuh majikannya akibat kesal sering dimarahi. Keluarga Ruyati baru diberi tahu atas hukuman itu pada Minggu, 19 Juni 2011 pagi kemarin.

Setelah didesak berbagai pihak, termasuk DPR terkait kasus Ruyati, pemerintah akhirnya memutuskan menghentikan sementara (moratorium) penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi per 1 Agustus 2011. Menurut Menakertrans, keputusan ini dibuat oleh Pemerintah dengan komitmen untuk memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik kepada warga negara Indonesia yang bekerja dan hendak bekerja ke luar negeri.

Sebagai warga negara yang baik, kita menyambut positif kebijakan pemerintah tersebut. Karena ini menyangkut keselamatan TKI kita. Akan tetapi, pemerintah juga harus memberikan solusi yang baik kepada masyarakat kita dengan cara memberikan lapangan pekerjaan yang layak. Perginya rakyat kita kenegara timur tengah dan negara lainnya bukan untuk melancong dan mencari hiburan semata, akan tetapi mereka mencari pekerjaan yang di negara sendiri menurut mereka susah dicari. Walaupun ada kadang tidak mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk itu kita sangat berharap, jangan sampai kebijakan menghentikan TKI itu malah menambah derita masyarakat. Karena tanpa diberitahu pun kiranya TKI kita sudah mengetahui dampak buruk yang akan mereka terima di negara orang. Karena itu yang dibutuhkan masyarakat kita adalah terciptanya kesejahteraan agar mereka tidak ada niat lagi untuk mencari sesuap nasi kenegara orang. Semoga hal ini bisa dilakukan pemerintah kita. Amin!

30 Juni 2011, 12:40:49

Miliki Sensitivitas Terhadap Penderitaan Rakyat

Kinerja lembaga legislatif baik tingkat pusat (DPR), tingkat propinsi dan kabupaten (DPRD) sekarang ini kembali menjadi sorotan. Bukan karena prestasi kerjanya, korupsi, ataupun produk Undang-undang yang telah mereka selesaikan. Hal yang menjadi sorotan publik adalah program studi banding anggota dewan. Berbagai macam tempat dan Negara yang akan mereka kunjungi dan juga berbagai macam alasan dan tujuan dari studi banding tersebut.

Namanya juga studi banding, tentu ada sebuah pelajaran perbandingan yang diambil oleh anggota dewan untuk Negara ini yang nantinya akan membuat kearah sebuah kemajuan bangsa. Diharapkan dengan studi banding anggota dewan dapat menerapkan untuk kepentingan bangsa. Dengan studi banding juga pengetahuan para anggota dewan menjadi bertambah dan menjadi bahan untuk dapat membuat produk undang-undang yang dapat menyejahterakan rakyat.

Yang jadi persoalan adalah, studi banding dan kunjungan kerja yang dilakukan oleh para anggota dewan yang terhormat, itu dilakukan ditengah-tengah krisis dan bencana yang melanda bangsa ini. Tidak sedikit anggaran yang dialokasikan untuk studi banding dan kunjungan kerja tersebut, yang semuanya menggunakan dana rakyat. Di lain pihak rakyat menjerit-jerit kelaparan, kemiskinan dimana-mana, pengangguran bukannya berkurang malah semakin bertambah banyak. Belum ditambah dengan bencana alam yang seolah-olah tidak habisnya menimpa negeri tercinta ini. Belum selesai bencana banjir bandang yang menimpa Wasior, Papupa. Sekarang muncul lagi tsunami di Mentawai dan yang sekarang masih berlangsung adalah meletusnya gunung merapi di Yogyakarta. Bahkan menurut data Badan vulkanologi, anak gunung Krakatau juga mulai bergejolak. Belum lagi banjir yang sebentar lagi akan mengancam setiap propinsi dinegara ini. Karena sekarang ini kita telah memasuki musim hujan. Dan banyak lagi masalah-masalah yang dihadapi negeri kita ini.

Ini perlu pemikiran dan tindakan serius dari semua pihak. Jangan sampai disaat rakyat membutuhkan bantuan berupa makanan, pakaian, air bersih, tempat tinggal, pekerjaan dan lain-lain, para anggota dewan malah studi banding atau kunjungan kerja keluar negeri, yang hasilnya belum tentu untuk kepentingan rakyat. Para anggota dewan seharusnya memiliki sensitivitas (kepekaan) terhadap penderitaan yang dialami rakyat. Jangan sampai rakyat yang terluka akibat bencana malah semakin terluka dengan olah para wakil rakyat diparlemen. Lebih baik uang untuk studi banding dan kunjungan kerja anggota dewan disumbangkan untuk rakyat agar mereka merasa diperhatikan dan bisa mengurangi penderitaan mereka.

08 Nopember 2010, 23:11:54

Semangat Pantang Menyerah dan Rela Berkorban

Tidak ada yang lebih berharga di dunia ini selain nyawa. Karena nyawa adalah sumber kehidupan makhluk hidup. Tanpa nyawa orang akan mati. Tidak sedikit orang yang rela mengorbankan nyawanya untuk kepentingan orang lain. Dengan mengorbankan nyawa untuk orang lain dengan tulus ikhlas tanpa pamrih akan menyebabkan seseorang disebut sebagai pahlawan.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia penuh dengan pengorbanan. Tidak sedikit harta benda serta nyawa yang gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan RI. Diantara mereka ada yang tercatat sebagai pahlawan bangsa dan diabadikan sebagai pahlawan nasional atau jadi nama musium, jalan, gedung dan sebagainya. Akan tetapi ada juga diantara mereka yang tidak tercatat dan jumlahnya lebih besar dari yang tercatat. Tujuan mereka berjuang bukan untuk disebut sebagai pahlawan, tetapi keinginan yang tulus dan ikhlas agar bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang mandiri, dan tentunya bangsa yang bermartabat.

Saat ini kita telah menjadi bangsa yang merdeka sesuai dengan cita-cita mereka. Bangsa kita terus membangun agar menjadi bangsa yang maju. Untuk era sekarang, bisakah kita menjadi seorang pahlawan? Apakah kita harus meninggal dulu, sehingga bisa disebut pahlawan?.

Kelaziman yang ada di masyarakat kita selama ini memang begitu. Sebetulnya semangat kepahlawanan bersemayam di dalam jiwa dan mental seseorang. Maka, tidak harus meninggal dulu orang baru bisa disebut pahlawan. Orang yang masih hidup pun layak disebut pahlawan. Memang, mereka yang dikubur di taman makam pahlawan telah menunjukan semangat kepahlawanan dengan jiwa dan mental rela berkorban nyawa, jiwa dan raga untuk kita yang masih hidup. Semangat kepahlawan itu tidak hanya bersemayan pada mereka yang telah dikubur di taman makam pahlawan. Orang yang hidup dan bergerak di bidang apa pun dalam era pembangunan sekarang ini juga punya hak memiliki semangat dan jiwa kepahlawanan.

Jadi, siapapun bisa jadi pahlawan. Tidak harus pahlawan besar, pahlawan kecil juga bisa. Tidak harus mengangkat senjata–bambu runcing–berperang melawan dan mengusir penjajah. Berperang melawan musuh rakyat juga boleh. Kepahlawanan kecil yang dilakukan secara sadar dan terus menerus tidak lebih mudah dari pada kepahlawanan besar yang terjadi secara kebetulan.

Di zaman pembangunan sekarang ini terbuka kesempatan untuk mewujudkan semangat kepahlawanan. Berkorban harta dan nyawa serta bekerja keras dengan tulus ikhlas demi kepentingan bangsa merupakan sebuah warisan dari pahlawan yang harus tetap bergelora didalam jiwa kita. Di bidang apapun kita bekerja saat ini harus mampu membuat suatu perubahan yang berarti bagi diri dan orang lain. Kita harus bisa membuat suatu terobosan agar bidang yang kita tekuni menjadi manfaat yang besar. Dengan kerja keras untuk membangun bangsa ini sesuai dengan bidang masing-masing merupakan sebuah usaha sadar untuk menuju bangsa yang maju.

Dengan semangat pantang menyerah dan rela berkorban harta dan nyawa untuk kepentingan dan kemajuan bangsa dalam bekerja maka kita pun akan disebut sebagai seorang pahlawan. Dalam era pembangunan saat ini, sangat diperlukan orang-orang yang memiliki semangat jiwa kepahlawanan tersebut. Dia akan mengabdikan dirinya hanya untuk kemajuan bangsa. Apapun yang dilakukannya akan bernilai guna untuk dirinya dan orang lain. Dia akan terus berkreasi, menciptakan berbagai macam benda yang bermanfaat. Segala pikirannya, dia curahkan untuk bisa memperbaiki bangsa ini. Dalam hatinya, dia akan bangga bila kelak bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat walaupun nantinya dia tidak bisa menikmatinya karena ajal telah menjemputnya. Mudahan-mudahan orang seperti itu masih ada di bumi Indonesia. Amin!

08 Nopember 2011, 14:48:32

Memberi

Memberi adalah menyerahkan, membagikan atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Memberi merupakan hal yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti pernah memberi dalam hidupnya. Memberi itu tidak memandang kaya ataupun miskin, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, bahkan anak-anak pun bisa memberi. Memberi juga tidak memandang status jabatan dimasyarakat. Juga tidak memandang agama, bangsa, suku dan sebagainya. Memberi merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Dalam kehidupan ini memberi merupakan sebuah kebutuhan. Kadang, dalam benak kita hanya terlintas bahwa kebutuhan dalam hidup itu hanya berupa pangan, sandang dan papan. Ketika tiga macam tersebut terpenuhi, maka segala macam kebutuhan sudah merasa tercukupi. Hidupnya merasa senang dan bahagia. Padahal, dibalik itu ada yang lebih utama dalam kehidupan ini, yaitu memberi. Dalam memberi itu tidak melulu berupa benda atau harta. Dia bisa berupa kasih sayang, perhatian, tanggung jawab, cinta, maaf, senyum, pikiran, tenaga, modal, keuntungan dan sebagainya. Selain hal tersebut, dalam memberi ada juga yang negatif. Misalnya, memberi malu, kerugian, mudharat, luka, sedih, kesusahan, kerusakan, dan yang lebih fatal lagi adalah memberi kematian bagi makhluk lain. Naudzubillah...

Hidup adalah memberi. Setiap pemberian yang diberikan kepada semua makhluk Allah  Swt, baik diberikan kepada manusia, binatang maupun tumbuhan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Balasan itu bisa berupa kebaikan dan keburukan. Setiap pemberian yang dilakukan dengan tulus ikhlas akan mendatangkan kebaikan dan berkah bagi si pemberi. Apalagi pemberian yang dilakukan itu merupakan sebuah kebaikan, maka dia akan mendapatkan kebaikan pula. Baik dari orang yang diberi maupun balasan pahala dari Allah Swt. Begitu pula sebaliknya, pemberian yang dilakukan dari sebuah kesalahan, kepalsuan, dan keburukan, maka dia akan mendapatkan hal yang serupa dengan apa yang diberikannya. Baik dari orang yang diberinya, maupun balasan yang setimpal dari Allah Swt. Karena itu, dalam memberi hendaklah sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita menyaksikan seorang ibu dan ayah yang berusaha sekuat tenaga memberikan perhatian dan apa yang dimilikinya untuk kebaikan dan kebahagian anak-anaknya. Dan juga, seorang pegawai atau pekerja yang harus bekerja keras dengan memberikan semua tenaga dan pikirannya untuk kberhasilan dan kesuksesan kantor dan perusahaan tempatnya bekerja. Kemudian, seorang isteri yang memberikan baktinya kepada suami untuk kebahagian rumah tangganya. Seorang peminta-minta yang berjalan-jalan terseok-seok penuh belas kasihan memberikan ekspresi atau pun suara dengan memelas supaya dikasihani orang lain. Seorang pemilik perusahaan yang memberikan modal usaha untuk keberlangsungan perusahaannya. Seorang guru yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para siswanya, agar kelak bisa menjadi orang yang sukses. Seorang dokter atau perawat yang memberikan resep untuk kesembuhan pasiennya. Seorang pedagang yang memberikan kejujuran, senyuman dan kata-kata yang ramah tamah kepada pembelinya, supaya jual beli berlangsung dengan baik. Seorang polisi atau tentara yang memberikan pelayanan dan pengamanan kepada masyarakat. Bahkan, seorang pecundang, munafik, fasik, tukang fitnah dan adu domba serta pengghibah pun memberikan sesuatu kepada orang lain, agar tujuan jahatnya bisa terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakannya. Begitulah, dalam hidup ini, semuanya harus bisa memberi agar tujuannya bisa tercapai dengan baik sesuai dengan niat dan tujuannya.

Di dalam al Qur`an, Allah Swt juga menyatakan bahwa Dia adalah pemberi kepada makhluk ciptaan-Nya. Diantaranya adalah, Allah Swt memberikan rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya (Qs.2:105). Memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya (Qs.2:142, 264, 272). Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta (Qs.2:177). Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas (Qs.2:212, 3:37). Allah memberikan karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (Qs.2:243, 3:164). Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya (Qs.2:255, 74:48). Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan) (Qs.2:258). Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) (Qs.2:269). Allah memberikan pengajaran kepadamu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Qs.2:282, 4:58). Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim (Qs.3:57, 148, 4:114). Allah memberikan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs.4:94). Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa (Qs.32:22). Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata (Qs.36:47). Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku (Qs.89:15).
Dengan demikian, memberi merupakan sebuah Sunnatullah. Sebab, Allah Swt telah memberikan contoh kepada makhluk-Nya untuk selalu memberi. Barangsiapa yang mau memberi terlebih dahulu, maka ia akan mendapatkan lebih banyak lagi dari apa yang telah diberikannya. Didalam al-Qur`an, Allah Swt memberikan perumpamaan bahwa barang siapa yang menanam satu benih kebajikan ia akan memperoleh minimal tujuh ratus kali lipat dari apa yang telah diberikannya. Firman-Nya, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Qs.2:261). Rasulullah Saw juga menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Artinya perilaku memberi adalah lebih baik dari pada perilaku yang selalu meminta.

Orang yang didalam hidupnya suka memberi, maka dia termasuk golongan yang diistemewakan oleh Allah Swt. Sebab orang yang suka memberi memiliki jiwa besar serta meneladani sifat Allah Swt. Ia tidak takut hartanya akan habis, karena ia berpedoman bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah. Meskipun hartanya tidak banyak, meskipun saat itu hartanya pas-pasan, semangat memberi untuk orang lain tak pernah padam dan tetap ia lakukan. Ini merupakan salah satu dari ciri orang yang berjiwa takwa. Firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Qs.3:134). Nabi Saw bersabda “Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya didunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan demikian, memberi merupakan sesuatu yang harus diamalkan dalam hidup ini. Yang memberi dan menerima pemberian akan merasa senang dan bahagia. Kalau semua orang bisa memberikan sesuatu sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing, maka hidup akan damai, tentram dan sejahtera. Masing-masing orang tidak melulu menuntut haknya, walaupun itu perlu. Akan tetapi, sebelum haknya dituntut hendaklah kewajibannya dipenuhi. Antara hak dan kewajiban itu harus sesuai dalam penempatannya. Untuk itu, diperlukan sikap selalu memberi agar hak dan kewajiban setiap orang bisa terpenuhi dengan baik. Dengan begitu, Allah Swt akan memberikan kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan dimanapun kita berada. Semoga...

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 2 Mei 2018

Popular