MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 24 April 2019

Tertipu

Tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung dengan berbagai macam cara dan upaya. Orang yang melakukan tipu disebut penipu. Dan, orang yang terkena tipu disebut tertipu. Sedangkan hasil perbuatan dari tipu itu adalah tipuan. Tujuannya adalah untuk mengelabui atau mengecoh orang lain sehingga ia tertipu. Tipu dan jenis perbuatan sejenisnya merupakan perbuatan yang tercela dan jahat. Menipu merupakan perbuatan yang merugikan orang lain. dalih atau alasan yang dilakukan ketika menipu itu berbagai macam. Ada yang memang sudah menjadi pekerjaan rutinitasnya. Ada juga karena terdesak oleh keadaan. Ada juga karena tuntutan kehidupan yang serba sulit dan miskin. Dalam kehidupan, tipuan ini ada dimana-mana. Dia ada dalam segala aktivitas kehidupan ini. Mulai dari yang kecil dan remeh temeh, sampai pada sekala besar. Dari lingkungan kecil seperti keluarga sampai kepada lingkungan yang lebih besar lagi, yaitu menyangkut sebuah negara dan bangsa. Selama dalam kehidupan itu ada kepentingan dan keuntungan yang akan dicari dan didapatkan, maka tipuan itu akan selalu hadir dalam hal apapun, dan dimanapun ia berada. Dengan menipu, maka ia akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan itu bisa kecil, besar dan bahkan bisa berlipat ganda. Orang yang tertipu akan merasa dirugikan, baik materil maupun moril. Akibat dari tipuan ini, banyak orang yang bangkrut. Jabatan terlepas. Kepercayaan menjadi hilang. Saling adu domba dan fitnah. Semangat kerja menjadi hilang. Persaingan menjadi tidak ada artinya lagi. Sebab, dengan tipuan, ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara yang licik. Adu domba dan fitnah.

Setiap orang dalam hidupnya itu mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkannya itu, berbagai macam cara yang dilakukan. Baik cara yang benar maupun cara yang salah. Cara yang benar adalah cara yang sesuai dengan ajaran agama, tidak menzalimi orang, jujur, ikhlas, sabar, pemaaf dan sebagainya. Sedangkan cara yang salah, diantaranya zalim, fitnah, dusta, adu domba, menipu, riba, dan lain-lain. Semua itu dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Keuntungan yang didapat itu tidak peduli walaupun didapatkannya dengan cara yang salah dan zalim. Untuk mendapatkannya, ia tega menghalalkan segala cara. Orang yang seperti itu cenderung akan berbuat jahat agar kepentingannya tidak terganggu dan bisa tercapai hasil yang sebesar-besarnya. Hasil itulah tujuannya. Untuk mendapatkan hasil itu, kawan bisa jadi lawan. Kelurga bisa menjadi musuh. Mereka tidak mempedulikan kerugian yang diderita orang lain. Mereka juga tidak mempedulikan perasaannya. Bahkan, mereka tidak mempedulikan nyawa orang lain sekalipun. Nauzdubillah…

Menipu merupakan perbuatan yang merugikan orang lain. Dalam melakukan tipuan, terkadang tidak memandang teman, keluarga dan saudara. Tipuan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan sesuatu. Bisa jabatan, harta, kehormatan, cinta, dan sebagainya. Dalam perdagangan (bisnis), tipu menipu itu sering terjadi. Saling menjatuhkan demi persaingan dagang, supaya dapat memperoleh keuntungan yang banyak dan berlipat ganda. Mereka akan senang dan bahagia, ketika melihat saingannya rugi, bahkan sampai jatuh bangkrut. Selain itu, dalam dunia politik, tipu menipu ini juga sering terjadi. Antar sesama teman di sebuah partai politik bisa saling menipu. Apalagi dengan partai yang lain. Dalam politik itu adalah kepentingan dan kekuasaan. Untuk mendapatkan kekuasaan bisa dengan berbagai macam cara. Yang penting tujuan tercapai. Bisa saja dengan menggunakan tipuan, curang, intimidasi, kekerasan fisik, dan bahkan mengorbankan nyawa orang lain. selain dalam perdagangan dan politik, dalam agama pun ada juga yang menipu. Seolah-olah ia mau ‘mengakali’ Tuhan. Tuhan dianggapnya tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Tipu-menipu dalam agama ini diantaranya adalah berkaitan dengan zakat, sedekah, infaq dan wakaf. Semua itu hanya dijadikan alat untuk memperkaya diri. Selain itu, ada yang juga yang menipu dalam urusan haji dan umrah. Ada penyelenggara haji dan umrah bodung (palsu) yang tidak terdaftar izinnya di Kementerian Agama. Mereka merekrut dan mencari calon haji dan umrah. Dengan biaya murah, mereka mencoba meyakinkan mereka untuk bisa berangkat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ternyata, itu tipuan belaka. Banyak calon jamaah haji dan umrah yang sudah setor uang puluhan juta ternyata gagal berangkat. Ada yang berangkat juga, tetapi tidak terurus di Mekkah, sehingga mereka terkatung-katung di kota suci itu dan tidak bisa melaksanakan ibadah haji dan umrah sebagaimana mestinya. Dan masih banyak lagi contoh yang berkaitan dengan penipuan itu.

Dalam Al qur’an, Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang seperti itu sebagai orang yang telah menjadikan agamanya sebagai main-main dan senda gurau. Sebenarnya kehidupan dunia telah menipu mereka. Orang yang seperti itu, di akhirat kelak dilupakan oleh Allah Swt, karena ia telah mengingkari ayat-ayat-Nya. Hal sesuai dengan firman-Nya “(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Qs.7:51). Di ayat lain, Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yang telah menjadikan agama mereka sebai main-main dan senda gurau untuk ditinggalkan. Sebab mereka itu telah ditipu oleh kehidupan dunia. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (Qs.6:70).

Memang Allah Swt telah menyatakan bahwa apabila manusia telah diberikan kenikmatan (rahmat), maka mereka segera melakukan tipu daya menentang ayat-ayat-Nya. Artinya, manusia ketika sudah merasa nyaman dengan apa yang dimilikinya. Bahkan cenderung memiliki kelebihan rezeki yang telah diberikan Allah Swt, maka mereka akan lupa terhadap pemberi-Nya. Manusa seperti itu telah tertipu oleh bujuk rayu setan dan keindahan dunia. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang diperbuatnya selama di dunia selalu dalam pengawasan-Nya. Dan malaikat selalu mencatat setiap tipu daya yang dilakukan manusia itu. Dan kelak, Allah Swt akan membalas perbuatan mereka dengan balasan yang setimpal. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu). "Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.” (Qs.10:21). Manusia yang melakukan kejahatan dan kezaliman di muka bumi ini dikatakan Allah sebagai orang yang tertipu oleh kehidupan dunia. Orang yang seperti itu, hidupnya akan dipenuhi dengan ketidak jujuran dan kemunafikan. Perbuatan tipu daya merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan hasil sesuai seleranya. Orang seperti itu, ketika berdagang, berpolitik, bekerja, memperoleh jabatan, kehormatan, popularitas, kekayaan, kesuksesan, dan sebagainya didapatkan dengan cara tipu daya. Padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa janji-Nya itu pasti benar, maka janganlah kehidupan dunia ini memperdayakan (menipu) kamu. Dan, janganlah setan yang pandai menipu juga memperdayakan kamu untuk mengingat Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (Qs.35:5).

Manusia harus tahu dan menyadarinya bahwa setan itu memberikan janji-janji palsu dan hanya membangkitkan angan-angan kosong belaka. Mereka harus sadar bahwa setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka saja. Mereka yang tertipu oleh bujuk raya setan akan ditempatkan Allah Swt di Neraka Jahannam. Mereka tidak akan bisa menghindari hukuman yang akan diberikan oleh Allah Swt. Dan, mereka juga tidak akan bisa lari dari itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya. (Qs.4:120-121). Allah Swt telah memberikan ‘nasihat’ kepada seluruh manusia, agar tidak tertipu oleh bujuk rayu setan. Sebab, setan pernah membujuk rayu ibu bapa manusia pertama (Adam-Hawa), sehingga mereka berdua ‘terusir’ dari surga. Padahal, awalnya mereka berdua hidup senang, bahagia dan penuh kenikmatan berada disurga itu. Akan tetapi, karena terpengaruh bujuk rayu setan, maka mereka berdua diturunkan ke bumi, dan hidup susah payah untuk mencukupi kebutuhannya. Allah Swt menyatakan bahwa setan-setan itu merupakan pemimpin bagi kalangan orang yang tidak beriman. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Qs.7:27).

Dalam kehidupan ini, manusia cenderung tertipu oleh kemilaunya dunia. Harta benda, pangkat dan jabatan, wajah cantik dan tampan, serta kecerdasan. Allah Swt menyatakan bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Allah Swt mengibaratkan perbuatan seperti itu dengan hujan dan tanaman petani. Ketika tanaman petani itu diguyur hujan. Maka tanaman itu dapat tumbuh dengan suburnya. Petani merasa, ia akan mendapatkan hasil yang banyak dan melimpah. Petani itu merasa senang dan bangga. Akan tetapi, ketika tanaman itu mengering. Bisa jadi akibat hama atau virus yang menyerang tanaman itu, sehingga tanaman itu hancur. Tanaman itu, tidak jadi mendatangkan manfaat, sehingga sang petani mengalami kerugian yang luar biasa. Tanamannya gagal total. Nah! Begitulah, gambaran bagi orang-orang yang menjadikan kehidupan dunia sebagai tempat bermegah-megah dan berbangga-bangga dengan banyak harta dan anak. Kelak, mereka itu akan mendapatkan kerugian yang luar biasa. Baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, Allah Swt telah menyatakan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Jangan sampai terbuai dengan gemerlap indahnya dunia ini. Sebab, di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Azab akan diberikan Allah Swt bagi mereka yang ikut terbawa oleh kesenangan dunia itu. Sedangkan ampunan dan rida akan diberikan-Nya kepada orang-orang beriman yang hatinya tidak terpaut dengan kesenangan dunia itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Qs.57:20).

Semua itu merupakan bentuk ujian yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Setan sudah memberi perangkap kepada manusia agar terjerumus kepada kejahatan dan kesesatan. Dengan memberikan kesenangan dunia, maka dengan mudahnya mereka menjerumuskan manusia kelembah kehinaan. Untuk itu, kita harus bisa melawan ajakan dari setan itu. Allah Swt menyatakan orang-orang yang beriman, mereka harus berperang di jalan Allah Swt. Musuh yang harus di lawan adalah setan. Sebab, setan dan kawan-kawannyalah yang telah menyesatkan dan menjerumuskan manusia dari Jalan Allah Swt. Oelh sebab itu, setan harus bisa diperangi, agar tipu dayanya tidak lagi menyesatkan. Allah Swt mewajibkan kepada orang yang beriman untuk memerangi setan. Sebab, tipu daya setan itu sebenarnya lemah. Yang membuat mereka kuat, karena kebanyakan manusia mau mengikutinya. Manusia yang mengikuti setan itulah yang disebut sebagai kawan-kawan setan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (Qs.4:76).

Selain itu, di dalam Al qur’an Allah Swt juga menyatakan bahwa diantara manusia ada yang berkata, kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Allah Swt Maha Kuasa dan Maha Segala-galanya. Manusia itu merupakan salah satu makhluk ciptaannya. Manusia kecil dibandingkan makhluk yang lainnya. Manusia tinggal di bumi. Bumi merupakan ciptaan Allah Swt. Bumi hanya secuil debu di ruang angkasa yang luar biasa luasnya. Selain bumi, banyak berseleweran benda-benda angkasa lainnya. Seperti asteroid, planet, matahari dan sebagainya. Oleh sebab itu, bagaimana mungkin manusia yang kecil dan lemah ini mampu ‘menipu’ Allah Swt. Oleh sebab itu, Allah Swt menyatakan bahwa manusia itulah yang tertipu oleh perbuatannya sendiri. Yang lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Hanya saja, manusia tidak sadar bahwa mereka tertipu oleh kehidupan dunia ini. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Qs.2:8-9).

Tertipunya manusia oleh kehidupan dunia, karena mereka telah menjadikan ayat-ayat Allah Swt sebagai bahan olok-olokkan. Orang yang seperti itu tidak akan diterima tobatnya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat.”  (Qs.45:35). Untuk itu, ketika ada yang menipu kita, baik itu dikalangan manusia atau setan, maka berserah dirilah kepada Allah Swt. Allah menyatakan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan dukungan orang-orang mukmin. Allah Swt jualah yang akan mempersatukan hati di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (Qs.8:62-63).

Untuk menghadapi orang yang telah menipu itu. Allah Swt menyatakan agar mengajak mereka untuk kembali kepada jalan kebenaran. Mengajak mereka itu bisa dengan hikmah, yakni perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang benar dan salah. Selain itu, ajak pula mereka dengan memberikan pelajaran yang baik serta bantahlah atau debatlah mereka dengan cara yang baik lagi santun. Hanya Allah Swt sajalah yang mengetahui siapa yang tersesat dari jalan kebenaran itu. Dan, Allah Swt jugalah yang dapat memberikan petunjuk kepada jalan kebenaran. Untuk itu, berusahalah untuk bersikap sabar dalam menghadapinya dalam situasi apapun dan dimanapun. Sebab, sabar itu merupakan sesuatu yang lebih baik dari membalas perbuatan yang serupa. Allah Swt akan memberikan pertolongan kepada mereka yang bersiap sabar itu. Untuk itu, janganlah bersedih hati dan bersempit dada terhadap apa yang ditipukan kepadanya. Sebab, Allah Swt selalu beserta orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs.16:125-128). Oleh karena itu, yakinlah, dengan bersikap sabar, maka pertolongan Allah Swt pasti akan datang. Hati akan menjadi damai, nyaman, tenang dan tentram. Siap menerima dengan lapang dada setiap kejadian atau peristiwa yang menimpa dirinya. Sehingga ia tidak akan marah apalagi sampai membalas perbuatan penipuan yang menimpanya itu. Ia tahu, bahwa sikap sabar dan lapang dadanya itu akan mengantarkannya kepada ketakwaan dan kebaikan. Dan ia juga yakin, bahwa Allah Swt lah yang berhak untuk memberikan ‘balasan’ kepada mereka-mereka yang telah melakukan tipu daya itu. Semoga!!!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 24 April 2019

Tidak ada komentar:

Popular