Tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong,
palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari
untung dengan berbagai macam cara dan upaya. Orang yang melakukan
tipu disebut penipu. Dan, orang yang terkena tipu disebut tertipu. Sedangkan
hasil perbuatan dari tipu itu adalah tipuan. Tujuannya adalah untuk mengelabui
atau mengecoh orang lain sehingga ia tertipu. Tipu dan
jenis perbuatan sejenisnya merupakan perbuatan yang tercela dan jahat. Menipu
merupakan perbuatan yang merugikan orang lain. dalih atau alasan yang dilakukan
ketika menipu itu berbagai macam. Ada yang memang sudah menjadi pekerjaan
rutinitasnya. Ada juga karena terdesak oleh keadaan. Ada juga karena tuntutan
kehidupan yang serba sulit dan miskin. Dalam kehidupan, tipuan ini ada dimana-mana.
Dia ada dalam segala aktivitas kehidupan ini. Mulai dari yang kecil dan remeh
temeh, sampai pada sekala besar. Dari lingkungan kecil seperti keluarga sampai
kepada lingkungan yang lebih besar lagi, yaitu menyangkut sebuah negara dan
bangsa. Selama dalam kehidupan itu ada kepentingan dan keuntungan yang akan
dicari dan didapatkan, maka tipuan itu akan selalu hadir dalam hal apapun, dan
dimanapun ia berada. Dengan menipu, maka ia
akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan itu bisa kecil, besar dan bahkan bisa
berlipat ganda. Orang yang tertipu akan merasa dirugikan, baik materil maupun
moril. Akibat dari tipuan ini, banyak orang yang bangkrut. Jabatan terlepas.
Kepercayaan menjadi hilang. Saling adu domba dan fitnah. Semangat kerja menjadi
hilang. Persaingan menjadi tidak ada artinya lagi. Sebab, dengan tipuan, ia
bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara yang licik. Adu domba dan
fitnah.
Setiap orang dalam hidupnya itu mempunyai tujuan dan kepentingan
yang berbeda-beda. Untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkannya itu,
berbagai macam cara yang dilakukan. Baik cara yang benar maupun cara yang
salah. Cara yang benar adalah cara yang sesuai dengan ajaran agama, tidak menzalimi
orang, jujur, ikhlas, sabar, pemaaf dan sebagainya. Sedangkan cara yang salah,
diantaranya zalim, fitnah, dusta, adu domba, menipu, riba, dan lain-lain. Semua
itu dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Keuntungan
yang didapat itu tidak peduli walaupun didapatkannya dengan cara yang salah dan
zalim. Untuk mendapatkannya, ia tega menghalalkan segala cara. Orang
yang
seperti itu cenderung akan berbuat jahat agar kepentingannya tidak terganggu
dan bisa tercapai hasil yang sebesar-besarnya. Hasil
itulah tujuannya. Untuk mendapatkan hasil itu, kawan bisa jadi lawan. Kelurga
bisa menjadi musuh. Mereka tidak mempedulikan kerugian yang diderita orang
lain. Mereka juga tidak mempedulikan perasaannya. Bahkan, mereka tidak
mempedulikan nyawa orang lain sekalipun. Nauzdubillah…
Menipu merupakan perbuatan yang merugikan orang lain.
Dalam melakukan tipuan, terkadang tidak memandang teman, keluarga dan saudara.
Tipuan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan sesuatu. Bisa jabatan, harta,
kehormatan, cinta, dan sebagainya. Dalam perdagangan (bisnis), tipu menipu itu
sering terjadi. Saling menjatuhkan demi persaingan dagang, supaya dapat
memperoleh keuntungan yang banyak dan berlipat ganda. Mereka akan senang dan
bahagia, ketika melihat saingannya rugi, bahkan sampai jatuh bangkrut. Selain
itu, dalam dunia politik, tipu menipu ini juga sering terjadi. Antar sesama
teman di sebuah partai politik bisa saling menipu. Apalagi dengan partai yang
lain. Dalam politik itu adalah kepentingan dan kekuasaan. Untuk mendapatkan
kekuasaan bisa dengan berbagai macam cara. Yang penting tujuan tercapai. Bisa
saja dengan menggunakan tipuan, curang, intimidasi, kekerasan fisik, dan bahkan
mengorbankan nyawa orang lain. selain dalam perdagangan dan politik, dalam
agama pun ada juga yang menipu. Seolah-olah ia mau ‘mengakali’ Tuhan. Tuhan
dianggapnya tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Tipu-menipu dalam agama ini
diantaranya adalah berkaitan dengan zakat, sedekah, infaq dan wakaf. Semua itu
hanya dijadikan alat untuk memperkaya diri. Selain itu, ada yang juga yang
menipu dalam urusan haji dan umrah. Ada penyelenggara haji dan umrah bodung
(palsu) yang tidak terdaftar izinnya di Kementerian Agama. Mereka merekrut dan
mencari calon haji dan umrah. Dengan biaya murah, mereka mencoba meyakinkan
mereka untuk bisa berangkat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ternyata, itu
tipuan belaka. Banyak calon jamaah haji dan umrah yang sudah setor uang puluhan
juta ternyata gagal berangkat. Ada yang berangkat juga, tetapi tidak terurus di
Mekkah, sehingga mereka terkatung-katung di kota suci itu dan tidak bisa
melaksanakan ibadah haji dan umrah sebagaimana mestinya. Dan masih banyak lagi
contoh yang berkaitan dengan penipuan itu.
Dalam Al qur’an,
Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang seperti itu sebagai orang yang telah
menjadikan agamanya sebagai main-main dan senda gurau. Sebenarnya kehidupan
dunia telah menipu mereka. Orang yang seperti itu, di akhirat kelak dilupakan
oleh Allah Swt, karena ia telah mengingkari ayat-ayat-Nya. Hal sesuai dengan
firman-Nya “(yaitu) orang-orang
yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan
dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami
melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari
ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Qs.7:51). Di ayat lain, Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang
yang telah menjadikan agama mereka sebai main-main dan senda gurau untuk
ditinggalkan. Sebab mereka itu telah ditipu oleh kehidupan dunia. Hal ini
sesuai dengan firman-Nya “Dan
tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan
senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar
masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya
sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at
selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun,
niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang
dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang
sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (Qs.6:70).
Memang Allah Swt telah
menyatakan bahwa apabila manusia telah diberikan kenikmatan (rahmat),
maka mereka segera
melakukan tipu daya menentang ayat-ayat-Nya. Artinya, manusia ketika
sudah merasa nyaman dengan apa yang dimilikinya. Bahkan cenderung memiliki
kelebihan rezeki yang telah diberikan Allah Swt, maka mereka akan lupa terhadap
pemberi-Nya. Manusa seperti itu telah tertipu oleh bujuk rayu setan dan
keindahan dunia. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang diperbuatnya selama di
dunia selalu dalam pengawasan-Nya. Dan malaikat selalu mencatat setiap tipu
daya yang dilakukan manusia itu. Dan kelak, Allah Swt akan membalas perbuatan
mereka dengan balasan yang setimpal. Hal ini sesuai dengan firman-Nya ““Dan apabila Kami
merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa
mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda
kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah
lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu). "Sesungguhnya
malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.” (Qs.10:21). Manusia yang melakukan kejahatan dan kezaliman
di muka bumi ini dikatakan Allah sebagai orang
yang tertipu oleh kehidupan dunia. Orang yang seperti itu, hidupnya akan
dipenuhi dengan ketidak jujuran dan kemunafikan. Perbuatan tipu daya
merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan hasil sesuai seleranya. Orang seperti
itu, ketika berdagang, berpolitik, bekerja, memperoleh jabatan, kehormatan,
popularitas, kekayaan, kesuksesan, dan sebagainya didapatkan dengan cara tipu
daya. Padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa janji-Nya itu pasti benar, maka
janganlah kehidupan dunia ini memperdayakan (menipu) kamu. Dan,
janganlah setan yang pandai menipu juga memperdayakan kamu untuk mengingat
Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Hai
manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai
menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (Qs.35:5).
Manusia harus tahu dan menyadarinya bahwa setan itu memberikan
janji-janji palsu dan hanya membangkitkan angan-angan kosong belaka.
Mereka harus sadar bahwa setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka saja. Mereka
yang tertipu oleh bujuk raya setan akan ditempatkan Allah Swt di Neraka
Jahannam. Mereka tidak akan bisa menghindari hukuman yang akan
diberikan oleh Allah Swt. Dan, mereka juga tidak
akan bisa lari dari itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Setan itu
memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan
belaka. Mereka
itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya.” (Qs.4:120-121).
Allah Swt telah memberikan ‘nasihat’ kepada seluruh manusia,
agar tidak tertipu oleh bujuk rayu setan. Sebab, setan pernah membujuk rayu ibu
bapa manusia pertama (Adam-Hawa), sehingga mereka berdua ‘terusir’ dari surga. Padahal,
awalnya mereka berdua hidup senang, bahagia dan penuh kenikmatan berada disurga
itu. Akan tetapi, karena terpengaruh bujuk rayu setan, maka mereka berdua
diturunkan ke bumi, dan hidup susah payah untuk mencukupi kebutuhannya. Allah
Swt menyatakan bahwa setan-setan itu merupakan pemimpin bagi kalangan orang
yang tidak beriman. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Hai
anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya.
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan
itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman. (Qs.7:27).
Dalam kehidupan ini, manusia cenderung tertipu oleh kemilaunya
dunia. Harta benda, pangkat dan jabatan, wajah cantik dan tampan, serta kecerdasan.
Allah Swt menyatakan bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba-lomba
dalam kekayaan dan anak keturunan. Allah Swt
mengibaratkan perbuatan seperti itu dengan hujan dan tanaman petani. Ketika
tanaman petani itu diguyur hujan. Maka tanaman itu dapat tumbuh dengan suburnya.
Petani merasa, ia akan mendapatkan hasil yang banyak dan melimpah. Petani itu
merasa senang dan bangga. Akan tetapi, ketika tanaman itu mengering. Bisa jadi
akibat hama atau virus yang menyerang tanaman itu, sehingga tanaman itu hancur.
Tanaman itu, tidak jadi mendatangkan manfaat, sehingga sang petani mengalami
kerugian yang luar biasa. Tanamannya gagal total. Nah! Begitulah, gambaran bagi
orang-orang yang menjadikan kehidupan dunia sebagai tempat bermegah-megah dan berbangga-bangga
dengan banyak harta dan anak. Kelak, mereka itu akan mendapatkan kerugian yang
luar biasa. Baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, Allah Swt telah
menyatakan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Jangan
sampai terbuai dengan gemerlap indahnya dunia ini. Sebab, di akhirat
nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Azab akan
diberikan Allah Swt bagi mereka yang ikut terbawa oleh kesenangan dunia itu.
Sedangkan ampunan dan rida akan diberikan-Nya kepada
orang-orang beriman yang hatinya tidak terpaut dengan kesenangan dunia itu. Hal ini
sesuai dengan firman-Nya “Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu. (Qs.57:20).
Semua itu merupakan bentuk ujian yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Setan sudah
memberi perangkap kepada manusia agar terjerumus kepada kejahatan dan
kesesatan. Dengan memberikan kesenangan dunia, maka dengan mudahnya mereka
menjerumuskan manusia kelembah kehinaan. Untuk itu, kita harus bisa melawan
ajakan dari setan itu. Allah Swt menyatakan orang-orang yang beriman, mereka harus
berperang di jalan Allah Swt. Musuh yang harus di lawan adalah setan. Sebab,
setan dan kawan-kawannyalah yang telah menyesatkan dan menjerumuskan manusia
dari Jalan Allah Swt. Oelh sebab itu, setan harus bisa diperangi, agar tipu
dayanya tidak lagi menyesatkan. Allah Swt mewajibkan
kepada orang yang beriman untuk memerangi setan. Sebab, tipu daya setan itu
sebenarnya lemah. Yang membuat mereka kuat, karena kebanyakan manusia mau
mengikutinya. Manusia yang mengikuti setan itulah yang disebut sebagai
kawan-kawan setan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Orang-orang
yang beriman berperang di jalan Allah,
dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah
kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah
lemah.” (Qs.4:76).
Selain itu, di dalam Al qur’an Allah Swt juga
menyatakan bahwa diantara manusia ada yang berkata, kami
beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal mereka bukanlah orang-orang yang
beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Allah Swt Maha Kuasa
dan Maha Segala-galanya. Manusia itu merupakan salah satu makhluk ciptaannya. Manusia
kecil dibandingkan makhluk yang lainnya. Manusia tinggal di bumi. Bumi
merupakan ciptaan Allah Swt. Bumi hanya secuil debu di ruang angkasa yang luar
biasa luasnya. Selain bumi, banyak berseleweran benda-benda angkasa lainnya.
Seperti asteroid, planet, matahari dan sebagainya. Oleh sebab itu, bagaimana
mungkin manusia yang kecil dan lemah ini mampu ‘menipu’ Allah Swt. Oleh sebab
itu, Allah Swt menyatakan bahwa manusia itulah yang tertipu oleh perbuatannya
sendiri. Yang lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Hanya saja, manusia
tidak sadar bahwa mereka tertipu oleh kehidupan dunia ini. Hal ini sesuai
dengan firman-Nya “Di
antara manusia ada yang mengatakan: "Kami
beriman kepada Allah dan Hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (Qs.2:8-9).
Tertipunya manusia oleh kehidupan dunia, karena mereka telah
menjadikan ayat-ayat Allah Swt sebagai bahan olok-olokkan. Orang yang seperti
itu tidak akan diterima tobatnya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu
menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh
kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan
tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat.” (Qs.45:35). Untuk itu, ketika ada yang menipu
kita, baik itu dikalangan manusia atau setan, maka berserah dirilah kepada
Allah Swt. Allah menyatakan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya
cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan
kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan dukungan orang-orang mukmin. Allah
Swt jualah yang akan mempersatukan hati di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan
jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi
pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para
mukmin, dan Yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang
berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana.” (Qs.8:62-63).
Untuk menghadapi orang yang telah menipu itu. Allah
Swt menyatakan agar mengajak mereka untuk kembali kepada jalan kebenaran.
Mengajak mereka itu bisa dengan hikmah, yakni perkataan yang tegas dan benar
yang dapat membedakan antara yang benar dan salah. Selain itu, ajak pula mereka
dengan memberikan pelajaran yang baik serta bantahlah atau debatlah mereka
dengan cara yang baik lagi santun. Hanya Allah Swt sajalah yang mengetahui
siapa yang tersesat dari jalan kebenaran itu. Dan, Allah Swt jugalah yang dapat
memberikan petunjuk kepada jalan kebenaran. Untuk itu, berusahalah untuk
bersikap sabar dalam menghadapinya dalam situasi apapun dan dimanapun. Sebab, sabar
itu merupakan sesuatu yang lebih baik dari membalas perbuatan yang serupa. Allah
Swt akan memberikan pertolongan kepada mereka yang bersiap sabar itu. Untuk itu,
janganlah bersedih hati dan bersempit dada terhadap apa yang ditipukan
kepadanya. Sebab, Allah Swt selalu beserta orang-orang yang bertakwa dan berbuat
kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai
Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah
dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu
bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Qs.16:125-128). Oleh karena itu, yakinlah, dengan bersikap sabar, maka
pertolongan Allah Swt pasti akan datang. Hati akan menjadi damai, nyaman,
tenang dan tentram. Siap menerima dengan lapang dada setiap kejadian atau
peristiwa yang menimpa dirinya. Sehingga ia tidak akan marah apalagi sampai membalas
perbuatan penipuan yang menimpanya itu. Ia tahu, bahwa sikap sabar dan lapang
dadanya itu akan mengantarkannya kepada ketakwaan dan kebaikan. Dan ia juga
yakin, bahwa Allah Swt lah yang berhak untuk memberikan ‘balasan’ kepada
mereka-mereka yang telah melakukan tipu daya itu. Semoga!!!
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 24 April 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar