MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 06 April 2019

Memilih Pemimpin

Menggunakan hak pilih untuk memilih pemimpin merupakan kewajiban setiap warga negara. Dengan memilih pemimpin yang baik dan amanah, maka akan terwujud kemaslahatan didalam kehidupan masyarakat. Ini merupakan Keputusan Ijtima’ Ulama’ Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia se Indonesia III tentang masail asasiyyah wathaniyyah (masalah strategis bangsa) point IV tentang Penggunaan Hak Pilih dalam Pemilihan Umum. Fatwa tersebut diselenggarakan pada tanggal 23-26 Januari 2009 di Padangpanjang Padang Sumatera Barat. Salah satu pointnya menyatakan bahwa Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan bersama. Di point lainnya juga disebutkan bahwa Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib.

Kewajiban memilih itu juga di atur di dalam perundang-undangan kita. Hak memberikan suara atau memilih (right to vote) merupakan hak dasar (basic right) setiap individu atau warga negara yang harus dijamin pemenuhannya oleh Negara. Ketentuan mengenai ini, diatur dalam Pasal 1 ayat (2), Pasal 2 ayat (1), Pasal 6A (1), Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 22C (1) UUD 1945. Sementara hak dipilih secara tersurat diatur dalam UUD 1945 mulai Pasal 27 ayat (1) dan (2); Pasal 28, Pasal 28D ayat (3), Pasal 28E ayat (3). Pengaturan ini menegaskan bahwa negara harus memenuhi hak asasi setiap warga negaranya, khususnya dalam keterlibatan pemerintahan untuk dipilih dalam event pesta demokrasi yang meliputi Pemilu, Pilpres dan Pilkada. Selain itu, menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dinyatakan bahwa “Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya”. Lebih lanjut menurut ketentuan Pasal 43 ayat (1) UU ini, dinyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Pemimpin adalah orang yang dengan kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam setiap organisasi, baik kecil maupun besar harus ada pemimpinnya. Rumah tangga merupakan contoh sebuah organisasi. Artinya, di dalam rumah tangga itu harus ada pemimpin. Apalagi sebuah Negara. Wajib adanya pemimpin yang bisa menjalankan roda pemerintahan dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada rakyatnya. Pemimpin juga memberikan keteladanan yang baik dalam segala hal. Agar ia bisa dihormati, disegani, dan dicintai serta disayangi oleh rakyatnya. Pemimpin yang baik, tegas, cerdas, dan jujur akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan sebuah bangsa. Ketika pemimpin itu memiliki program yang bagus, maka ia harus menjalankan program itu agar tetap jalan sesuai dengan target, bebas dari korupsi dan bisa mensejahterakan rakyatnya.

Sebentar lagi pemilihan umum akan dilaksanakan. Rabu, 17 April 2019 telah ditetapkan sebagai hari pencoblosan (pemilihan) secara langsung calon presiden dan wakilnya, serta pemilihan legislatif (DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten serta DPD). Pada hari itu, pilihan kita akan sangat menentukan siapa pemimpin lima tahun ke depan. Siapapun yang terpilih akan menjadi pemimpin di negeri ini. Untuk itu, diperlukan ketelitian, kesadaran dan tanggung jawab dalam memilih calon pemimpin. Jangan sampai memilih pemimpin itu seperti membeli ‘kucing di dalam karung’. Baik penampilannya, indah tutur katanya, manis janji-janjinya. Ketika terpilih ternyata dia lupa akan janji-janjinya itu, terlibat narkoba, prostitusi,  korupsi dan sebagainya.  Untuk itu, Salah satu yang paling utama yang bisa dijadikan pegangan dalam memilih pemimpin adalah track record atau rekam jejak hidupnya. Seperti, latar belakang keluarganya. Sejarah pendidikannya. Karya-karya nyata yang dihasilkannya, performance terakhirnya. Rekam jejak calon merupakan suatu hal yang sangat penting dalam melihat calon pemimpin nantinya. Dengan begitu, maka kita bisa ‘mengukur’ kualitas pemimpin yang akan dipilih nantinya.

Latar belakang keluarga termasuk yang mempengaruhi karakter seorang pemimpin. Bakat kepemimpinan bisa diturunkan secara genetika. Sebagaimana juga bakat seni, tingkat kecerdasan, karakter dan kecenderungan emosi. Dengan kata lain, jika seorang calon pemimpin memiliki jalur keturunan pemimpin digenetikanya, berarti ia sudah memiliki salah satu point yang perlu dipertimbangkan. Meskipun, hal itu bukan menjadi sebuah jaminan bahwa ia akan menjadi pemimpin yang baik. Akan tetapi, paling tidak itu menjadi modal awal dalam memilih pemimpin. Selain itu, juga dilihat jejak rekam pendidikannya. Bukan gelar akademis yang dimilikinya, melainkan lebih kepada pendidikan karakternya. Itu bisa berarti rekam jejak pendidikan di keluarga, lingkungan dimana ia bertumbuh dan berkembang, di sekolah, sampai ketika ia berkarir. Artinya, rekam jejak dimana ia berkarya atas kemampuan dirinya sendiri. Bukan karena keturunan. Bagaimana ia bisa menempa dirinya dalam belajar dan berkarya. Belajar mengasah intelektualitasnya. Belajar mengasah kematangan emosinya. Belajar mendalami spiritualitasnya. Dan juga, bagaimana empatinya kepada orang lain. Egoistik ataukah humanis. Serakah ataukah pemurah. Rendah hati ataukah sombong. Bertutur kata halus ataukah kasar dan menyakitkan orang lain ketika berbicara. Semua itu memberikan nilai penting bagi seorang calon pemimpin. Karakter-karakter dasar itu akan menjadi landasan dan jaminan bagi kita semua. Bagaimana dia akan bersikap dan bertindak menyelesaikan masalah dalam kepemimpinannya kelak.

Memilih seorang pemimpin jangan hanya didasarkan pada janji-janji yang diucapkannya saat berkampanye. Termasuk pada program-program kerja yang kelihatannya bagus dan indah. Tetapi, yang lebih penting adalah potensi yang dimiliki pemimpin itu dalam menjalankannya. Sebab, program kerja bisa saja dibuatkan oleh konsultan. Tetapi integritas dan kemampuan mengeksekusi sang pemimpinlah yang akan menetukan program tersebut bisa terealisasi dengan baik di lapangan. Bukan hanya pembangunan fisik dan material yang menyejahterakan, melainkan juga pembangunan mental dan spiritual yang menentramkan, mendamaikan dan menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat.

Ketika memilih pemimpin, belajarlah untuk percaya kepada bisikan hati sendiri. Sesuai dengan kepahaman apa adanya tentang sosok calon pemimpin itu. Tanpa ada unsur kebencian, tanpa adanya keberpihakan. Tanpa didahului oleh buruk sangka. Tanpa adanya mahar atau politik uang. Pilihannya murni dari hati dan pikirannya, tanpa ada paksaan dan intimidasi dari siapapun. Dengan begitu, Insya Allah, itu adalah bisikan yang bersifat ilahiah. Hal itu, akan lebih baik dan akurat menilai calon pemimpin, apabila bisa melihat rekam jejak kehidupannya. Baca dan lihatlah sejarah hidupnya. Siapa dia. Siapa orangtuanya, kakek neneknya, dan orang-orang yang berada di jalur keluarga besarnya. Kemudian, lihatlah karya-karya yang pernah dibuatnya. Ketika masih bersekolah, kuliah dan bekerja. Lihat juga karir kepemimpinannya, karir politiknya, dan berbagai kasus yang pernah ditanganinya atau yang pernah menimpa dirinya. Kemudian, cermati bagaimana konsistensi sikapnya, keputusannya, dan pro-kontra pendapat yang muncul di masyarakat. Setelah itu, silahkan memberikan pilihan kepada calon pemimpin kita yang akan duduk di eksekutif maupun legislatif nantinya. Sebab, setiap pilihan yang kita lakukan akan kita pertanggungjawabkan nantinya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk itu, pilihlah dengan hati nurani dan sesuai dengan rekam jejaknya. Baik dan buruknya pilihan itu, akan menentukan maju mundur bangsa ini selama lima tahun kedepan. Untuk itu gunakan hak pilih kita sebaik mungkin. Jangan golput. Pilihan yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik, jujur dan bertanggungjawab. Sehingga bisa menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera lagi. Semoga!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 6 April 2019

Tidak ada komentar:

Popular