
Al kisah, ada seorang ulama yang
tinggal disebuah kampung yang nyaman, aman dan damai. Di kampung itu ia sangat
di hormati, di cintai dan di sayangi. Segala petuah dan nasihat yang
disampaikannya selalu dilakukan dan dikerjakan oleh masyarakat di kampung itu.
Sehingga, kampung itu menjadi sejuk, aman, tentram dan damai. Singkat cerita,
ada pemberitahuan dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
yang menyatakan bahwa kampung itu akan terkena banjir yang sangat besar. Oleh
sebab itu semua warga dikampung itu disuruh untuk mengungsi sementara waktu.
Mendengar pemberintahuan itu, maka semua warga segera mengungsi sambil membawa
barang seadanya, sebab dengan waktu yang sempit tidak bisa membawa
barang-barang rumah tangga mereka.
Sedikit demi sedikit air mulai
membanjiri kampung itu. Pengumuman melalui pengeras suara untuk secepatnya
mengungsi terdengar bersahutan.Para relawan mulai sibuk mengevakuasi warga.
Sedang sang ulama hanya duduk berzikir dan bermunajat kepada Allah Swt. Dan
tidak ada tanda-tanda untuk ikut mengungsi.
Para relawan sudah mengingatkan
berkali-kali kepada sang ulama untuk segera pergi ke tempat yang aman. Akan
tetapi sang ulama selalu berkata bahwa Allah Swt akan menolongnya dari bencana
banjir itu. Ia menyatakan telah berdoa dan beribadah secara terus-menerus agar
terhindar dari bencana itu. Akhirnya air sudah mulai sampai memasuki rumah
warga, dan hampir semua warga sudah mengungsi kecuali sang ulama itu. Kemudian
datang perahu karet untuk menjemput sang ulama. Akan tetapi ia tetap bersikeras
bahwa pertolongan dari Allah Swt akan datang. Tidak berapa lama, air terus meluap
dan sampai ke atap rumah warga. Karena air sudah dalam dan deras maka bantuan
kembali datang berupa helikopter untuk mengevakuasi ulama. Dan jawaban ulama
itu pun sama dengan yang lalu bahwa dia yakin akan pertolongan dari Allah Swt.
Akhirnya, sang ulama meninggal dunia terbawa arus banjir itu.
Ketika dia sampai diakhirat, maka
sang ulama protes kepada Tuhan. Kenapa dia yang sudah beribadah kepada Allah
siang dan malam, sambil berzikir dan berdoa kepada-Nya akan tetapi justru tidak
mendapat pertolongan-Nya. Sang ulama merasa bahwa apa yang dilakukannya selama
ini menjadi sia-sia belaka. Buktinya ia meninggal dunia akibat tidak adanya
pertolongan dari Allah Swt. Di tengah protes sang ulama, Allah Swt memberikan
jawabannya, bahwa Dia sudah mengabulkan doa sang ulama. Allah Swt telah banyak
memberikan pertolongan mulai dari adanya pengumuman bahaya banjir, para relawan
datang menjemput, setelah air naik datang lagi pertolongan berupa perahu karet,
terakhir pertolongan datang berupa helikopter. Akan tetapi sang ulama tidak
menyadari bahwa itu merupakan pertolongan dari Allah Swt. Sang ulama tertunduk
dan menyadari kesalahannya.
Dari kisah di atas dapat diambil
hikmah yang luar biasa. Cerita sang ulama di atas bisa saja terjadi pada semua
orang, atau mungkin terjadi pada diri kita sendiri. Musibah yang terjadi tidak
melihat status sosial, derajat, bahkan keilmuannya. Manusia kadang lalai
memahami makna dan hakekat kejadian di sekitarnya sehingga cenderung lupa bahkan meremehkannya. Kadang sebuah musibah kecil
di anggap biasa saja. Padahal bermula sebuah musibah itu dari hal-hal yang kita
anggap kecil. Allah Swt tidak akan memberikan sebuah hukuman (musibah) kepada
seseorang langsung dengan musibah yang besar. Akan tetapi musibah yang
diberikan secara bertahap sesuai dengan kesanggupan manusia. Sebab, Allah Swt
ingin memberikan sebuah pelajaran maupun hikmah yang luar biasa kepada manusia
di balik musbiah itu. Ketika manusia menyadarinya, maka Allah Swt tidak akan
memberikan musibah yang besar kepadanya, kecuali manusia yang ‘dipilih’ oleh
Allah Swt.
Allah Swt berfirman ‘Tidak ada suatu musibah
yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang. (Dialah Allah,
tidak ada tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada
Allah (Qs. 64:11-13). Dalam ayat itu, jelas bahwa musibah yang terjadi
merupakan kehendak-Nya. Musibah tidak akan terjadi tanpa izin-Nya. Setiap
musibah yang terjadi pada manusia merupakan akibat dari perbuatannya sendiri. Manusia
cenderung melalaikan kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka. Bahkan
cenderung berbuat kejahatan dan kerusakan di muka bumi ini. Sehingga sangat
wajar Allah Swt memberikan azab berupa musibah kepada mereka. Allah Swt
meyatakan bahwa ‘musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan
kamu tidak dapat melepaskan diri (dari siksaan Allah) di bumi, dan kamu tidak
memperoleh pelindung atau penolong selain Allah (Qs.42:30-31). Di ayat lain
juga disebutkan bahwa ‘apabila Kami berikan sesuatu rahmat kepada manusia,
niscaya mereka gembira dengan (rahmat) itu. Tetapi apabila mereka ditimpa
sesuatu musibah (bahaya) karena kesalahan mereka sendiri, seketika itu mereka
berputus asa (Qs.30:36).
Dalam kasus di atas, musibah banjir yang
ditimpakan Allah Swt berlaku kepada semua warga di kampung itu. Semua kampung
terendam banjir dan tidak ada celah untuk berdiam diri, kecuali mengungsi ke daerah
lain untuk bisa selamat dari musibah banjir tersebut. Masyarakat, para relawan
dan pemerintah bahu-membahu untuk bisa menyelamatkan diri dari musibah itu.
Yang tersisa hanya sang ‘ulama’ yang tidak mau mengikuti himbauan dan ajakan
untuk menyelamatkan diri, sehingga dia meninggal tenggelam diterjang banjir. Pertolongan
Allah Swt itu sangat jelas. Dia memberikan pertolongan secara bertahap dan
berkesinambungan. Semua itu untuk menyelamatkan hamba-Nya yang taat maupun yang
tidak taat kepada-Nya. Allah Swt pasti akan memberikan pertolongan kepada
hamba-Nya yang berbuat taat serta melakukan perbuatan amal shaleh. Akan tetapi
pertolongan yang diberikan oleh Allah Swt tidak mesti dengan Sim Salabim
seperti didalam pertunjukkan sulap. Apakah Allah Swt tidak sanggup? Kita
sebagai orang yang bertauhid pasti tidak mempunyai pikiran seperti itu. Atau,
apakah Allah swt tidak mau menolongnya? Mungkin, hal ini bisa terjadi pada
semua orang. Akan tetapi, perlu kita pahami bahwa Allah Swt pasti menolong
hamba-Nya yang sudah melakukan ketaatan kepada-Nya. Akan tetapi, manusia
kebanyakan tidak mengetahuinya. Dan juga, sebagian dari manusia selalu
menginginkan pertolongan yang cepat seperti kilat, tanpa mau berusaha. Padahal,
setiap peristiwa atau kejadian apa pun di muka bumi ini pasti memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, kadang Allah Swt
memberikan cara yang lain dalam memberikan pertolongan kepada hamba-Nya. Baik
langsung maupun melalui perantara yang lain. Oleh sebab itu, manusia harus
berusaha untuk menggapai pertolongan Allah swt tersebut. Allah berfirman ‘Dan
manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna (Qs.53:39-41).
Oleh sebab itu, Allah Swt menyatakan bahwa
ketika ditimpa kesengsaraan maka hanya kepada Allah Swt sajalah meminta
pertolongan (Qs.16:53). Sebab, ketika memohon pertolongan kepada Tuhan,
kemudian diperkenankan-Nya, maka Dia akan mendatangkan bala bantuan dengan
seribu malaikat yang datang berturut-turut (Qs.8:9). Harta benda dan
anak-anak tidak berguna sedikit pun untuk menolong dari azab Allah (Qs.58:17).
Dengan demikian, maka pertolongan yang diharapkan akan selalu datang ketika di
minta. Akan tetapi, kita harus bersabar. Sebab, pertolongan yang diberikan oleh
Allah Swt bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan dan juga bisa saja tidak
sesuai. Akan tetapi, kita harus yakin bahwa Allah Swt pasti akan memberikan
pertolongan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap manusia. Pertolongan
Allah pasti sesuai, tinggal kita saja yang memaknainya. Syaratnya adalah mohonlah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat (Qs.2:45). Sungguh, Allah beserta orang-orang
yang sabar (QS.2:153). Bertakwalah kepada Tuhanmu dan
takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong
anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun.
Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya
oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam
(menaati) Allah (QS.31:33). Dan yang terakhir adalah jika
kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu (QS.47:7).
Dengan demikian, kita selalu berharap agar
mendapatkan pertolongan dari Allah Swt. Setiap saat, musibah selalu datang
menimpa kita. Musibah yang diberikan Allah bisa sebagai azab dan juga sebagai
ujian bagi manusia. Ketika seseorang banyak melakukan kejahatan dan kerusakan
di muka bumi, maka musibah yang menimpanya merupakan sebuah azab. Begitu sebaliknya,
ketika seseorang banyak melakukan kebaikan dan kebenaran di muka bumi ini, maka
musibah yang menimpanya merupakan sebuah ujian. Dengan begitu, maka apa pun
hasil dari pertolongan yang diberikan Allah Swt akan diterima dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan. Dengan harapan, Allah Swt memberikan kemudahan di
dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Semoga…
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 21 Juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar