Tulisan ini kutujukan buat orang yang selalu melepaskan kata-kata
janji walaupun tidak dia sadari bahwa apa yang dikatakannya tersebut adalah
suatu yang mengandung janji sehingga membuat resah, penasaran, tanda tanya
didalam hati orang yang menerimanya, apakah dia itu seorang yang jujur atau
main-main saja ---untuk menguji ketulusan seseorang--- sekedarnya. Dan juga,
tulisan ini untuk orang yang sengaja mengumbar janji untuk kepentingan pribadinya
supaya orang simpati, hormat, cinta, kagum dan memujanya seperti orang yang
baik ---semoga aku bukan termasuk orang seperti itu (kalau orang biarlah karena
itu haknya) ---padahal itu adalah tipuannya saja agar dia dianggap baik oleh
orang disekitarnya atau mungkin orang yang dicintainya. Dalam agama mereka itu
termasuk orang yang munafik---sekali lagi, semoga aku bukan termasuk seperti
itu---tapi mereka tidak menyadarinya.
Dalam pergaulanku sekarang ini banyak orang akrab dan kukenal
dengan haik. Mereka itu berbeda-beda dalam pergaulan, watak, sikap ilmu,
keyakinan dan lain-lain. Di dalam bergaul aku tidak pernah membedakan mereka
apakah mereka baik atau buruk, kaya atau miskin, bungas atau kada, pintar atau
tidak, yang penting mereka baik dan tidak mengganggu diriku.
Sekarang ini aku mempunyai seorang teman yang (akatakanlah “cukup”
akrab) dalam pergaulan. Aku rasa segala kelebihan dan kekurangan yang kami
miliki telah kami ketahui masing-masing---seharusnya sih! Begitu?---tetapi
dalam kenyataannya hal tersebut tidak terbukti (mungkin ada yang tidak bisa
terbuka, terlebih terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kami)----padahal
itu adalah pangkal untuk menuju masa depan yang baik dan yang dicita-citakan
orang selama di dunia ini---. Aku berpikir bukannya tidak ada keterbukaan
diantara kami cuman aku rasa ada ketidak jujuran saja diantara kami (ini
hanyalah suatu prediksi saya saja).
Sementara ini kami telah mengikat janji untuk saling menjaga
hubungan kami dari pihak ketiga atau pengganggu-pengganggu liar yang mungkin
bisa merusak perjanjian tersebut, aku mengungkapkannya sebagai bukti bahwa
hubungan yang kami jalin adalah suatu keseriusan bukannya sebuah permainan atau
balas dendam akibat sakit hati terhadap masa lalu (karena mungkin dulu pernah
dibuat kecewa sama orang atau orang tua, lalu mencari sasaran atau mangsa untuk
dapat membalasnya supaya hatinya menjadi puas dan merasa menang, sebagai bukti
terhadap orang yang membuat sakit hatinya pada orang-orang yang telah
menyakitinya dulu). Terus terang saja kalau aku mendapatkan orang seperti itu
yang mau menjadikan diriku sebagai mangsa adalah suatu kesalahan yang besar
bahkan sangat besar sekali, karena dia itu salah orangnya. Aku memang merasa
bahwa aku kurang dari segi material----khusus dibanjar saja----sehingga orang
mungkin mudah mempermainkannya, sebenarnya orang tersebut tidak berpikir dan
memperhitungkan bahwa aku adalah orang yang suka berpikir tentang diriku dan
juga aku masih punya perasaan dan harga diri yang semuanya itu harus
kupertahankan dan aku juga cuek-cuek aja dengan mater-materi yang dipunyai
orang---bagiku kalau ada ya syukur kalau tidak ada ya ora opo-opolah---. Maaf! Terlalu
jauh ngelanturnya yaa! Tapi ini adalah sebuah ilustrasi bagi aku dan temanku
tersebut yang perlu diingat dan disadari. Sebab kalau itu terjadi, bukannya aku
yang rugi tapi orang tersebutlah yang akan mendapat rugi karena salah mencari
mangsanya.
Sebenarnya tulisan ini untuk mengungkapkan betapa pentingnya sebuah
janji yang telah terucap. Janji itu hanyalah sebuah kata yang tidak berharga
seperti kata-kata lainnya, kata janji tersebut akan berharga dan menjadi sangat
signifikan, bahkan akan berdampak buruk dan baik bagi orangnya kalau kata janji
tersebut bukan berbentuk kata lagi akan tetapi berupa ucapan atau ikrar yang
sudah dikeluarkan seseorang pada orang lain atau dirinya sendiri. Janji itu
akan menjadi sakral bila diucapkan dengan ketulusan dan kesungguh-sungguhan
pada orang lain. Berpijak dari sinilah aku berpikir bahwa sebuah janji itu
harus benar-benar dipegang ---kalau perlu diikat dengan rantai yang kuat---agar
tidak lepas dan lari dari orangnya. Aku berpikir sebuah janji itu sebenarnya
tidak bisa dibeli dengan materi ---walaupun materi itu banyak--- karena hal itu
menyangkut perasaan seseorang dan kredibilitasnya pada orang yang telah
diberinya janji tersebut, terlebih akuntabilitasnya nanti dihadapan Allah Swt.
Dalam pergaulanku selama ini aku merasa sudah banyak yang sengaja
atau tidak sengaja mengingkari janji yang telah dibuatnya padaku (mungkin aku
juga termasuk orang yang telah melalaikan janji pada orang lain). Kalau orang
yang jauh atau bukan teman akrab yang mengingkarinya sih tidak apa-apa---paling
aku tidak percaya lagi padanya ---- akan tetapi kalau yang mengingkari itu teman
dekatku atau orang-orang-orang yang dekat denganku, maka itu adalah hal yang
sangat menyakitkan bagiku. Selama ini aku selalu berusaha untuk selalu menepati
janji yang telah kuucapkan (makanya aku tidak berani sembarangan mengucapkan
janji kalau aku akan mengingkarinya). Aku akan berusaha mengingatnya, karena
itu kalau aku lupa dengan janjiku maka aku akan meminta maaf pada orangnya.
Akan tetapi, dalam pergaulanku aku merasa diantarateman-temanku ada yang suka
ngomong bahwa insya Allah katanya aku akan bertemu engkau besoak diperpustakaan
atau dirumahmu (salah satu contoh saja), sehingga aku datang keperpustakaan
untuk bertemu tapi kenyataannya Dia tidak datang, lalu kutunggu dirumah, Dia
juga tidak ada walaupun hatiku kesal, tapi aku mencoba untuk selalu bersabar
dan menerima kenyataannya---Aku berpikir mungkin itun sudah kebiasaannya atau
dia lupa, karena aku juga harus selalu maklum bahkan mungkin semaklum-maklumnya
karena temanku itu sibuk dengan urusan dan kegiatanya sehari-hari, sehingga
kata-kata seperti diatas hanyalah merupakan senda gurau sekedar untuk hiburan
dan tidak mengandung implikasi apa-apa buat orang.
Tapi aku harus bersikap bijaksana dalam hal itu dan sangka baik
saja bahwa dia itu sibuk dan juga mungkin lupa. Selain itu ada juga orang yang
selalu mengucapkan kata-kata, bahwa dia akan selalu setia, kemudian juga orang
tersebut mengatakan akan bertemu hari ini atau besok pada jam sekian misalnya,
tapi orang tersebut datangnyajauh dengan apa yang diucapkannya. Kalau Cuma 10
menit sampai setengah jam mungkin masih bisa ditolerer, akan tetapi kalau
terlambatnya 1 jam atau lebih pasti akan membuat orang lain menjadi kecewa---
ya! Syukur-syukur Dia yang diberi janji orang yang sabar dan tidak mencap sikap
orang tersebut dengan macam-macam kalau Di tidak sabar pikir sendirilah
akibatnya.
Disini saya bukannya menuduh orang itu ingkar janji, tapi karena
situasi dan kondisi seseoranglah yang menyebabkan seseorang itu lalai bahkan
lupa akan janjinya tersebut (terus terang aku juga termasuk dalam hal itu).
Tapi disini saya hanya ingin menunjukkan pada diriku pribadi dan orang-orang
yag suka lalai dan lupa akan janjinya, jangan sembarangan mengeluarkan
kata-kata yang mempunyai makna janji bagi orang yang menerimanya. Sebab sekali
lagi saya katakan bahwa janji merupakan sesuatu yang sakral bagi orang yang
mengucapkannya dan mempunyai implikasi yang kuat baginya dihadapan Allah Swt
dan bagi orang lain (coba kita pikir kalau orang tidak rela dan memaafkan
gimana dong!).
Saya mengutip beberapa ayat al-qur`an dan memberi sedikit
penjelasan sebagai pelajaran bagiku dan orang-orang yang saya sebutkan di atas
tadi tentang pentingnya sebuah perjanjian didalam hidup ini, sebagai berikut :
Allah Swt memperingatkan bahwa orang yang melanggar sebuah
perjanjian sesudah perjanjian itu teguh ....
maka orang tersebut termasuk orang yang rugi (Lihat 2;27), Orang yang
mengingkari janjinya akan disiksa dengan siksaan yang sangat berat diakhirat
kelak (2;85), bahkan Allah mengatakan bahwa orang yang mengingkari janjinya termasuk
golongan yang tidak beriman (2;100), Allah juga mengatakan bahwa orang yang
suka menepati janji adalah salah satu ciri orang yang bertakwa kepada Allah Swt
(2;177), Orang-orang yang menepati janji dan bertakwa adalah orang-orang yang
disukai Allah Swt (3;76), karena sesungguhnya Allah mengetahui isi hati (setiap
manusia, pen) (Lihat 5;7), Allah Swt mengancam bahwa orang-orang yang menukar
janji dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit tidak akan mendapat
bahagian (pahala) diakhirat, Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan
tidak melihat mereka pada hari kiamat dan tidak pula mensucikan. Bagi mereka
azab yang pedih (3;77), orang yang tetap dengan perjanjiannya termasuk salah
satu yang diampuni dosanya dan nantinya akan masuk ke sorga yang mengalir di
dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir sesudah itu, sesungguhya ia
telah tersesat di jalan yang lurus (5;12), menapati janji adalah perintah kepad
manusia agar selalu ingat (6;152), orang-orang yang memenuhi janji dan tidak
merusaknya termasuk orang-orang yang berakal dan dapat mengambil pelajaran
(13;20), orang-orang yang merusak janji yang telah diikrarkan dengan teguh dan
memutuskan hubungan yang telah terjalin .... mereka akan mendapat kutukan dan
tempat yang buruk, yaitu neraka jahanam (13;25), Allah memerintahkan untuk
menepati janji ...... karena Dia mengetahui apa yang diperbuat oleh orang-orang
yang berjanji tersebut (16;91), Allah memberikan perumpamaan terhadap orang
yang menjadikan perjanjian (sumpah) sebagai alat untuk menipu seperti seorang
perempuan yang menguraikan benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai
berai kembali disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain (16;92), orang yang menjadikan janji (sumpah) sebagai alat
untuk menipu, mereka akan merasakan kemelaratan di dunia dan baginya azab yang
besar (16;94) dan yang perlu kita ingat bersama bahwa setiap janji itu paasti
akan diminta pertanggungan jawabnya (lihat 17;34) dan masih banyak lagi
ayat-ayat yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan lagi disini.
Nah! Sekali lagi saya katakan bahwa janji adalah sebuah kata yang
sakral sesuai dengan ayat-ayat yang telah saya sebutkan di atas tadi. Karena
begitu sakralnya orang yang telah mengucapkan janji dituntut untuk dapat selalu
menepatinya. Dan orang yang selalu menepati janji tersebut dikatakan sebagai
salah satu ciri orang yang beriman (23;8), orang tersebut termasuk salah satu
yang diampuni dosanya dan nanti Dia akan masuk sorga (5;12), dan juga mereka
termasuk golongan orang yang bertakwa dan orang yang disukai Allah Swt (2;177
dan 3;76). Kalau kita lihat dari ayat-ayat tersebut jelas tergambar bahwa orang
yang selalu memenuhi setiap janjinya akan diberi ganjaran yang setimpal oleh
Allah Swt, maka sungguh indah sekali kalau orang yang berjanji selalu bisa
untuk menepatinya (semoga aku termasuk ke dalam golongan yang selalu menepati
janji tersebut).
Walaupun perjanjian tersebut
adalah sesuatu yang sakral tetap saja ada yang mencoba untuk
mengkontaminasikannya dengan berbagai alasan yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Orang tersebut mudah sekali mengucapkan sesuatu yang
mengandung janji misalnya kita akan bertemu besok atau tungguaku besok, nanti
akan aku kerjakan ambil nanti jam sekian tugas tersebut akan selesai dan
lain-lain. Tapi setelah harinya atau jam yang sudah ditentukan tiba, Dia tidak
datang dengan alasan lupa dan sibuk ---- kalau lupa sih wajar saja tapi kalau
sibuk itu luar biasa --- sebab orang yang tahu bahwa dirinya itu sibuk atau
sering lupa janganlah terlalu mudah untuk mengucapkan janji atau ucapan yang
mengandung janji. Sebab bisa berimplikasi fatal bagi pelakunya. Kalau sekali
sih! Mungkin masih bisa dimaafkan. Dua, tiga kali masih bisa, tapi kalau lebih
dari hal tersebut bahkan sudah menjadi kebiasaan, maka orang tidak akan percaya
lagi (Aku takut hal ini akan berdampak kepada keturunannya nanti). Sebab orang
pasti melihat orang tuanya dengan mengatakan : “Orang tuanya kan seorang
pembohong, suka ingkar janji wajar saja anaknya seperti itu”
Nah itu adalah sedikit ilustrasi dari akibat ingkar janji, selain
itu Allah swt dengan jelas sekali mengecam perbuatan tersebut, seperti : “Allah
mengatakan orang yang mengingkari janji itu termasuk orang yang rugi nantinya”
(2;27), bahkan dikatakan sebagai golongan yang tidak beriman (2;100) dan
diakhirat kelak Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak melihat
mereka dan tidak pula mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih (3;77)
Allah juga akan mengutuk dan memberikan tempat yang buruk, yaitu neraka jahanam
bagi mereka yang merusak perjanjian yang telah diikrarkan dengan teguh (13;25)
dan juga orang yang telah menjadikan janji (sumpah) sebagai alat untuk menipu
orang lain, maka mereka akan merasakan kemudharatan di dunia dan baginya nanti
azab yang besar dari Allah Swt (16;94). (Aku selalu berdoa semoga aku dan
keturunanku tidak termasuk dalam golongan orang-orang tersebut, na’udzubillahi
min dzalik untuk selama-lamanya).
Demikianlah, betapa pentingnya signifikasni dari sebuah janji yang
sudah terucapkan. Indah memang kalau janji tersebut dapat selalu ditepati dan
sangat buruk sekali bagi orang yang suka mengingkarinya. Aku berharap dari
hubunganku selama ini dengan temanku (seperti di awal) dapat berjalan dengan
lancar tanpa ada niat untuk selalu mengingkari janji yang sudah disepakati
apalagi niat untuk berbohong atau balas dendam terhadap masa lalu (baca kembali
di awal). Aku harus bekerja keras agar apa yang aku tuangkan dalam tulisan ini
bukanlah hanya sebuah tulisan belaka akan tetapi menjadi pegangan hidupku ke
arah masa depan yang belum aku ketahui. Aku berharap semoga orang-orang yang
berada di dekatku bukanlah orang yang munafik. Ketika bersamaku mereka baik dan
memuji kelebihanku, akan tetapi ketika berada dibelakangku mereka memperolok
dan menghinaku (bagiku itu tidak apa-apa) cuman yang meneyakitkan diriku adalah
apabila ada orang yang pura-pura baik denganku, hanya ingin mengambil kelebihan
pada diriku sehingga ketika dia dekat denganku mau saja mengucapkan janji-janji
untuk memikatku. (Aku lebih baik orang menghina diriku secara terus terang
(blak-blakan) dari pada dibelakang macam-macam) artinya aku lebih suka orang
jujur walaupun tindakan salah di mata orang banyak daripada orang munafik
(lihat hadits Nabi tentang ciri munafik) walaupun di mata orang banyak dia itu
benar, shaleh dan alim.
Sekian dulu tulisan dari Aku, semoga ini menjadi pelajaran berharga
bagiku dan orang yang membacanya. Mohon maa kalau dalam tulisan ini ada yang
tidak sesuai.
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin,
30 Juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar