MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 30 Juli 2018

Bersimpuh Meminta Maaf Dari Kesalahan

Ada sebuah lagu yang sangat menyentuh dan syahdu yang dinyanyikan oleh Haddad Alwi feat  Farhan yang berjudul “Ibu”. Syairnya seperti ini : “Bersinar bagaikan cahaya yang selalu beriku penerangan. Selembut sutra kasihmu kan selalu kurasa dalam suka dan duka. Kaulah ibuku cinta kasihku terima kasihku takkan pernah terhenti kau bagai matahari yang selalu bersinar, sinari hidupku dengan kehangatanmu. Bagaikan embun kau sejukku, hatiku ini dengan kasih sayangmu, betapa kau sangat berarti dan bagiku kau takkan pernah terganti, kaulah ibuku, cinta kasihku, terima kasihku takkan pernah terhenti, kau bagai matahari, yang selalu bersinar, sinari hidupku dengan kehangatanmu”

Sewaktu kecil, penghayatan kita akan lagu tersebut pastinya akan sangat jauh berbeda dengan saat-saat kita menjadi dewasa. Seorang Ibu sedemikian tingginya dipuji dan dipuja di dalam banyak syair-syair dan lagu, bahkan di dalam kitab sucipun diwajibkan untuk mencintai Ibu setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya. Namun di dalam kenyataan kehidupan kita sehari-hari sudahkah kita menempatkan Ibunda kita pada posisi yang seharusnya?.

Banyak dari para Ibu dengan anak-anak yang sudah dewasa berpendapat bahwa dirinya bahagia selama anak-anaknya bahagia. Tak jarang sering kita melihat sendiri betapa kerasnya perjuangan orang tua kita, dan terutama Ibu-Ibu yang berjuang dalam menghidupi, mengasuh dan membesarkan anak-anak. Sehingga tidak jarang mereka bahkan tidak pernah mengenal kata “istirahat” atau bahkan mengenyam kenikmatan hidup karena waktu mereka hanya diisi dengan bekerja dan bekerja.

Walaupun Ibu tidak pernah meminta untuk dihormati dan dicintai, tidak pernah meminta balas jasa, tidak pernah meminta untuk dipuja dan puji, sudah membudayakah cinta anak kepada orang  tua dan Ibu? Sepertinya, pada kebanyakan keluarga di Indonesia, apresiasi kecintaan anak kepada orang tua dan Ibu masih sebatas pada sikap menurut kepada kemauan orang tua. Pengungkapan cinta kasih kepada Ibu masih menjadi satu set dan tidak bisa terlepas dari orang tua yaitu Ayah dan Ibu. Taat, patuh dan berbakti kepada orang tua adalah tiga kata kunci yang masih dipegang oleh banyak keluarga sebagai syarat apresiasi kecintaan dan penghormatan kepada orang tua, terutama kepada Ibu.
Kadang ada yang menuangkan rasa kecintaan dalam bentuk puisi, syair atau surat. Ada pula yang menuliskannya di dalam diary atau buku harian. Kadang ada yang memberikan kartu atau hadiah saat ulang tahun atau ulang tahun perkawinan orang tua. Namun cara penuangan rasa cinta dan hormat ini bisa dikatakan hanya dilakukan oleh segelintir golongan di dalam masyarakat.

Salah satu hal yang paling sering dilakukan sebagai bukti kecintaan kepada orang tua adalah pulang kampung untuk berlebaran atau bersilaturrahmi ke rumah orang tua. Sungkeman atau bersimpuh/berlutut meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan sekaligus memohon doa dan restu dari orang tua adalah satu hal yang paling lazim dijumpai di dalam masyarakat kita. Banyak pula di dalam masyarakat yang mengatakan bahwa bentuk lain dari ungkapan kecintaan dan penghormatan kita kepada orang tua, adalah dengan merawat dan menjaga orang tua di hari tuanya. Sudahkah kita melakukannya?

Semoga kita semua bisa melakukannya! Amin.

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 30 Juli 2018

Tidak ada komentar:

Popular