Setan adalah karakter. Yakni sifat-sifat jahat yang
ada pada diri jin dan manusia. Karakter setan bisa melekat pada diri siapa
saja. Ketika ia menentang dan durhaka kepada Allah Swt. Kedurhakaan itu
merupakan pangkal dari perbuatan setan untuk menjerumuskan siapa saja agar
menjauh dari Allah Swt. Ketika sudah jauh maka setan akan membisikkanya untuk
berbuat jahat dan buruk. Setan tidak akan berhenti membujuk seseorang sampai ia
menjadi ‘setan’ juga. Untuk itu, tujuan setan membujuk adalah agar jin dan
manusia durhaka kepada Allah Swt dan mengajak orang lain agar juga berbuat
durhaka. Ada orang yang durhaka dia malu diketahui oleh orang lain bahwa dia
berdosa. Itu belum sampai pada tahap setan. Tapi kalau dia mengajak, baik
dengan ucapan maupun dengan perbuatanya yang merangsang orang lain untuk
berbuat dosa, maka ketika itu dia telah menjelma menjadi setan. Setan berusaha
menjerumuskan orang kepada kejahatan. Setan membisikkan kepada seseorang
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk memperdaya (menipu) mereka.
Qs Al A’am (6): 112
وَكَذَٰلِكَ
جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي
بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا
فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢
“Dan demikianlah Kami
jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia
dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Setan
telah bekerja sama untuk bisa memperdayakan manusia. Setan tidak akan berhenti,
kecuali jika manusia itu juga menjadi setan seperti dia. Setan amat pandai
melihat situasi yang dihadapi manusia. Terkadang dia puji seseorang dengan
mengatakan: Hebat benar ibadah Anda. Begitu dia puji boleh jadi timbul pamrih (Riya)
di hati orang yang dipuji itu. Munculnya sifat pamrih itulah tujuan bujuk
rayunya. Setan juga memperkecil makna suatu kebaikan. Sebagai contoh, ada orang
yang menyumbang ke sebuah masjid Rp. 1.000. Setan datang kepadanya berkata : Masa
Cuma Rp. 1.000, sehingga orang itu tidak jadi menyumbang karena setan
memperkecil sumbangannya. Dia akan merasa minder dan merasa terlalu sedikit
dibanding orang lain. Bisa juga setan memperbesar seseorang. Contohnya, dia
berkata : Anda kan pejabat tinggi, masa Anda tidak dihormati!. Dengan begitu
akan muncul sifat sombong dan angkuh pada diri pejabat itu. Selain itu, setan
juga bisa merendahkan sesuatu. Misalnya : tidak apa-apa, itu bukan dosa besar,
lakukan saja. Meremehkan dosa kecil akan berakibat fatal nantinya. Sebab, dosa
besar itu bermula dari dosa kecil yang senantiasa dilakukan secara
terus-menerus. Setan juga mengajarkan budaya mumpung. Misalnya : mumpung Anda
ditempat ini, lakukanlah. Mumpung Anda pejabat lakukanlah. Mumpung Anda sedang
berdua dengan kekasih, lakukanlah dan seterusnya. Sehingga menimbulkan
kejahatan seperti korupsi, zina, mencuri dan sebagainya. Itu semua merupakan
pintu-pintu yang digunakan setan untuk memperdaya manusia. Ketika manusia
mengikutinya, maka dia akan terjerumus kedalam perangkapnya. Akan tetapi, kalau
seseorang mampu bertahan, maka dia akan menurunkan kadar permintaannya.
Setan
itu memang diciptakan untuk menguji tingkat keimanan manusia. Setan itu sumber
keburukan. Sejak manusia mengenal setan, sejak itu pula mereka mengenal
kebaikan. Tanpa keburukan kita tidak akan mengenal kebaikan. Tanpa sakit, kita
tidak tahu bagaimana nikmatnya sehat. Tanpa sedih, kita tidak akan mengenal
kebahagiaan. Tanpa miskin, kita tidak tahu kekayaan. Tanpa sakit hati, tidak
akan mengenal cinta sejati, dan seterusnya. Setan senantiasa membisikkan kearah
yang tidak baik. Ada yang beranggapan kekayaan itu adalah kebaikan. Bisa jadi,
kekayaan itu justru menjerumuskannya kepada keburukan dan kejahatan. Sebaliknya,
kemiskinan itu merupakan keburukan dan penderitaan. Bisa jadi kemiskinannya itu
adalah sebuah kebaikan dan kebahagiaan. Memiliki wajah buruk merupakan
penderitaan. Boleh jadi wajah buruk itu mendatangkan keberuntungan dan
kebahagiaan. Sebaliknya, wajah cantik dan tampan adalah kebahagiaan. Ternyata,
banyak orang yang menderita dengan memiliki wajah cantik dan tampan itu. Dan
seterusnya. Baik dan buruk itu merupakan persepsi manusia. Disinilah setan ikut
bermain. Dengan memutar balikkan keduanya itu. Yang baik akan dikatakannya
buruk, sedangkan yang buruk akan dikatakannya baik. Tujuannya agar manusia
senantiasa ragu akan kebenaran. Dan menyesatkan mereka dari jalan kebenaran
itu.
Qs. Fathir (35): 8
أَفَمَن
زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنٗاۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن
يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۖ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ
إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٨
“Maka apakah orang yang
dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini
pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka
sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.”
Setan memiliki kebebasan untuk menyeru dan mengajak manusia kejalan
kesesatan. Ini merupakan bentuk dikabulkannya permohonan Iblis kepada Allah
Swt. Ketika Iblis membangkang perintah Allah Swt untuk sujud kepada Adam As.
Ternyata Iblis menolaknya dengan membandingkan penciptaan dirinya yang lebih
baik (mulia) dari Adam As. Akibat pembangkangannya itu, maka Iblis menjadi
makhluk yang durhaka dan terhina serta terusir dari surga. Iblis sakit hati
kepada Adam As dan berdoa kepada Allah Swt untuk ditangguhkan kematiannya
sampai hari kiamat kelak. Dan Allah Swt mengabulkannya. Tujuannya hanya satu,
yakni menghalang-halangi manusia dari jalan Allah Swt yang lurus. Iblis akan
mendatangi (merayu) manusia dari berbagai sudut. Mulai muka sampai belakang.
Dari kanan maupun kiri. Dari atas sampai bawah, dan seterusnya. Allah Swt
menyatakan, apabila ada manusia yang mau mengikuti ajakan Iblis itu, maka
mereka akan menjadi pengisi Neraka Jahanam. Nauzdubillah…
Qs. Al A’raf (7): 14-18
قَالَ
أَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٤
قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ
١٥
قَالَ
فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦
ثُمَّ
لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ
وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧
قَالَ
ٱخۡرُجۡ مِنۡهَا مَذۡءُومٗا مَّدۡحُورٗاۖ لَّمَن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ لَأَمۡلَأَنَّ
جَهَنَّمَ مِنكُمۡ أَجۡمَعِينَ ١٨
“Iblis menjawab: “Beri
tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya
kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab: “Karena Engkau
telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi)
mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: “Keluarlah
kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya
barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi
neraka Jahannam dengan kamu semuanya.”
Walaupun setan memiliki kebebasan dan kemampuan yang
mumpuni dalam menyesatkan manusia. Ternyata setan itu bisa dibelenggu
(dikurung). Hal ini disampaikan Rasulullah Saw. Ketika datang bulan Ramadan,
maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan akan
dibelenggu.
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ. (رواه البخارى و
مسلم و أحمد و مالك)
“Apabila datang bulan Ramadlan
pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari No. 3035, Muslim No. 1793 , Ahmad No. 7450, Malik No. 604 dari Abu
Hurairah Ra).
Dalam Shahih Bukhari, ada juga riwayat yang senada dengan itu.
Perbedaannya hanya pada kata-kata pintu-pintu surga dan pintu neraka. Kalau
pada riwayat yang kedua ini menggunakan kalimat pintu-pintu langit, tanpa
menyebut kata surga dan pintu-pintu jahanam, tanpa menyebut nerakanya. Akan
tetapi, kedua riwayat ini memiliki persamaan maknanya. Yang mencerminkan bahwa
pada bulan Ramadan pintu-pintu langit (surga) dibukakan oleh Allah Swt.
Sedangkan pintu-pintu neraka (jahanam) ditutup-Nya dan setan-setan dibelenggu. Riwayat
yang kedua itu juga datang dari Abu Hurairah Ra, yaitu :
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ. (رواه البخارى)
“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu
langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari No. 1766).
Dalam hadis itu jelas disebutkan bahwa setan-setan akan terbelenggu
ketika bulan Ramadan. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa setan itu pada saat
Ramadan diikat tubuhnya, dikurung dan dipenjara sehingga dia tidak bisa lagi
menggoda manusia. Kalau benar setan-setan itu diikat atau dipenjara tentunya
tidak ada lagi kejahatan di muka bumi ini. Buktinya, selama Ramadan masih ada
kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia. Seperti pembunuhan, perkosaan, perzinahan,
mabuk-mabukan, perkelahian (tawuran), perjudian dan sebagainya. Pada bulan
Ramadan juga banyak yang suka menjelek-jelekkan orang lain, kata-katanya kasar
dan penuh dengan hasutan dan adu domba. Ada juga yang suka marah-marah dan
membentak orang lain. Ada juga yang matanya jelalatan memandang lawan jenisnya
dengan penuh birahi. Kebohongan juga ada dimana-mana. Ada yang menipu dengan
mengatakan barang yang dijualnya baik ternyata buruk. Mengurangi takaran.
Mengatakan modal dagang dan keuntungannya tidak seberapa malah rugi dan
seterusnya. Suka pamer dan sombong. Padahal mereka waktu itu sedang berpuasa.
Kenapa mereka melakukan semua itu, padahal mereka berpuasa?. Apakah setan telah
bebas dari penjara sehingga leluasa membisikkan kejahatan kepada mereka?. Tentu
tidak. Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa setan dibelenggu. Tidak mungkin
setan bisa melakukannya kepada manusia. Lantas siapa?
Begitulah kesalahkaprahan sebagian kita menafsirkan hadis itu. Sebagian
kita menggambarkan bahwa setan adalah sosok (makhluk). Sehingga setan bisa
diikat atau dipasung dan tidak bisa mengganggu manusia. Padahal sudah
disebutkan dibagian awal tulisan ini. Bahwa setan itu adalah karakter (sifat)
saja, bukan sosok. Sifat-sifat jahat dan buruk yang dimiliki oleh bangsa jin
dan manusia itulah yang disebut setan. Sifat-sifat buruk dan jahat itu akan
menghalangi manusia untuk dekat dengan Allah Swt. Sifat-sifat buruk itu akan
memunculkan perbuatan jahat. Disitulah setan memainkan peranannya sebagai
pemain tunggal agar manusia tersesat dari jalan Allah Swt. Korbannya adalah
bangsa jin dan manusia. Sifat-sifat buruk yang dimiliki jin dan manusia itu
sangat sulit untuk dihilangkan. Sebab, manusia memiliki sebagian sifat-sifat itu
di dalam dirinya. Dalam diri manusia ada yang disebut Nafsu. Ini bukan mengacu
kepada nafsu dalam bahasa Indonesia yang artinya dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang
baik. Nafsu disini dalam istilah Al qur’an adalah jiwa. Yang cenderung baik
dan ada juga yang buruk. Allah Swt menciptakan jiwa (nafs) secara
sempurna dan menganugerahkan kepada nafsu ini kemampuan ke arah yang baik dan
buruk. Bagi mereka yang mampu mensucikan jiwanya, maka dia akan beruntung,
sebaliknya, jika mereka mengotori jiwanya maka merugilah dia.
Qs. As Syams (91): 7-10
وَنَفۡسٖ
وَمَا سَوَّىٰهَا ٧
فَأَلۡهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
٩
وَقَدۡ
خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan
penuh. Ketika berpuasa, setiap Muslim disuruh untuk senantiasa menahan dari
segala yang membatalkan puasa, seperti makan, minum dan bersetubuh. Larangan
itu hanya berlaku pada siang hari saja, pada waktu malam ketiga hal itu
dibolehkan. Tidak itu saja, puasa yang baik itu tidak hanya mampu menahan
makan, minum, dan bersetubuh. Puasa dituntut untuk lebih dari itu. Yakni, mampu
menahan diri dari segala sifat-sifat jelek dan buruk yang bisa mengurangi
pahala puasa. Rasulullah Saw menyatakan bahwa puasa itu adalah benteng
(pertahanan). Untuk itu, ketika seseorang berpuasa hendaklah dia jangan
mengatakan perkataan yang buruk, kotor, jorok dan porno. Ketika berpuasa juga
dilarang berkelahi atau bertengkar, berteriak-teriak sambil memarahi dan
mengumpat, menghina, merendahkan, berbohong dan sebagainya. Apabila ada orang
yang mengajaknya berkelahi maka katakan saja bahwa dia sedang berpuasa. Sebab,
orang yang berpuasa tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.
Mulutnya terjaga dari perkataan kotor. Matanya terjaga dari pandangan yang yang
mengandung birahi. Telinganya terjaga dari pendengaran yang jelek. Kakinya
terjaga dari langkah menuju tempat maksiat. Tangannya juga terjaga dari sentuhan
yang jelek. Bahkan hatinya pun juga terjaga dari sifat sombong, pamer, iri,
dengki, dan sebagainya. Semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan buruk.
Hidupnya senantiasa terkontrol untuk tidak melakukan kejahatan. Puasa telah
membentuk dirinya menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang berakhlakul karimah. Yang
senantiasa taat terhadap perintah Allah Swt dan memiliki sifat-sifat yang baik.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا
أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا
يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي
امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ
يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ.
(رواه البجارى و مسلم و النسائي)
Rasulullah Saw bersabda: “Allah Ta'ala telah
berfirman: "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum,
sesungguhnya shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan
shaum itu adalah benteng, maka apabila suatu hari seorang dari kalian
sedang melaksanakan shaum, maka janganlah dia berkata rafats (berbicara
keji yang termasuk di dalamnya adalah jima) dan bertengkar sambil berteriak.
Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah
dia mengatakan 'Aku orang yang sedang shaum'. Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad
berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di
sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang shaum
akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya,
yaitu apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia
bergembira disebabkan ibadah shaumnya itu." (HR. Bukahri No. 1771, Muslim No. 1944, Nasa'i No. 2186).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ
وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.
(رواه البخارى و أبي داوود و أحمد)
Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw beliau bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan
berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya (puasa).” (HR. Bukhari No. 1770, Abu
Daud No. 2015, Ahmad No. 9463).
Hadis Nabi Saw
yang menyatakan setan dibelenggu merupakan metafora, yaitu pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Hal ini juga
bisa dipahami dari awal hadis yang menyatakan bahwa pintu-pintu surga terbuka
dan pintu-pintu neraka tertutup. Surga dan neraka disediakan oleh Allah Swt
kelak di alam akhirat. Sebagai bentuk balasan bagi makhluknya yang berbuat baik
dan jahat. Pintu surga dan neraka hanya akan dibuka oleh Allah Swt pada Hari
Pembalasan. Ketika manusia dan jin diadili oleh Allah Swt atas perbuatan mereka
selama di dunia. Bagi yang banyak kebaikannya maka akan dimasukkan ke dalam
surga. Sebaliknya, jika banyak kejahatannya maka dia akan dimasukkan ke dalam
neraka. Untuk itu, hadis yang berkaitan dengan pintu surga, pintu neraka dan
setan dibelenggu merupakan metafora. Kenapa bisa begitu?. Sebab, selama
Ramadan, Allah Swt memberikan ‘obral pahala’. Pada bulan Ramadan, Allah Swt
memberikan pahala yang berlipat ganda terhadap hamba-Nya yang beribadah.
Sekecil apapun ibadah yang dilakukan akan mendapat pahala yang besar. Sangat
berbeda dengan bulan-bulan lainnya diluar Ramadan. Rasulullah Saw menyatakan
tidur pada saat berpuasa itu ibadah. Tapi jangan sampai tidurnya berlebihan
sehingga lalai melaksanakan ibadah yang wajib. Bau mulut orang yang berpuasa
harum bagai minyak kasturi, bahkan lebih harum dari itu disisi Allah Swt. Ibadah-ibadah
sunnah banyak dilakukan selama Ramadan. Seperti salat tarawih, baca qur’an, iktikaf
di masjid dan musala, sedekah, infaq, zakat, silaturahmi, tahajud, sahur, dan
sebagainya. Selama Ramadan orang-orang mampu menjaga matanya dari pandangan
kotor, mulut terjaga dari perkataan jelek, telinga mendengar kalimat atau suara
yang baik, kaki dilangkahkan menuju masjid dan musala untuk ibadah dan
mendengar ceramah. Hati terjaga dari sifat sombong, iri, dengki, suka pamer, dan
sebagainya. Pada bulan Ramadan orang berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan.
Apalagi di sepuluh akhir Ramadan, banyak orang yang meningkatkan aktivitas
ibadahnya. Mereka melakukan itu untuk mengharapkan kedatangan malam seribu
bulan, yakni Lailatur Qadar. Malam yang apabila didapatkan atau
ditemuinya akan mendapat pahala sama dengan ibadah yang dikerjakan selama 1000
bulan. Persamaan usia manusia sekitar 80 tahun melakukan ibadah. Sungguh luar
biasa. Ini melambangkan bahwa pintu
surga terbuka.
Selain itu, kejahatan selama Ramadan juga berkurang. Bukannya tidak ada
lagi. Pembunuhan, perkelahian, korupsi, tawuran mabuk-mabukan, judi, zina,
riba, dan lain-lainnya cenderung menurun. Para pelaku kejahatan juga
menghormati bulan Ramadan. Mereka untuk sementara ‘tiarap’ dulu berbuat jahat. Sifat-sifat
buruk juga tertahan, seperti sombong, riya, iri, dengki, marah, mengolok-olok, meremehkan,
menghina, fitnah, gibah, adu domba, dan sebagainya. Ini juga perlambang dari
pintu-pintu neraka tertutup. Di tambah lagi dengan setan dibelenggu. sehingga
membuat kesyahduan dan kekhusyukan Ramadan sungguh sangat terasa dari awal
sampai akhirnya. Dari sini kita bisa memahami bahwa pintu surga terbuka, pintu
neraka tertutup dan setan dibelenggu adalah metapora. Pada saat ramadan setan
tidak bisa atau sangat sulit membisikkan kejahatan kepada manusia.
Ini disebabkan, umat Islam berlomba-lomba melaksanakan ibadah kepada Allah Swt.
Senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat dan buruk. Selama
Ramadan, semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan jahat. Mata ditahannya
memandang kepada yang mengandung birahi. Mulut dan lisannya terjaga
mengeluarkan kata-kata kasar dan mengumpat. Kaki selalu dilangkahkan menuju
masjid dan musala. Telinganya senantiasa mendengarkan lantunan ayat-ayat suci
Al qur’an dan selawat Nabi Saw.
Iman dan Introspeksi Diri
Pintu
surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan terbelenggu akan
didapatkan oleh setiap Muslim jika melakukan puasanya dengan baik dan benar. Di
dalam Al Qur’an Allah Swt menyatakan bahwa puasa itu diwajibkan bagi orang-orang
yang memiliki iman dan kelak akan mendapatkan derajat takwa. Allah Swt menyatakan bahwa iman merupakan syarat pertama dalam berpuasa.
Iman merupakan pondasi dalam menjalankan ibadah puasa. Mereka yang tidak
beriman maka dia tidak akan mampu melakukan puasa sebaik mungkin sampai meraih
derajat takwa itu.
Qs. Al Baqarah (2): 183
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.”
Iman
merupakan fondasi dasar dalam beragama seseorang. Iman adalah percaya akan
keberadaan Allah Swt yang diucapkan dengan lisan, diyakini dalam hati dan diamalkan
dalam kehidupan. Keyakinan orang yang beriman hanya tertuju kepada Allah Swt. Tidak
ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Kepercayaan hanya kepada Allah Swt
itu membuat orang Islam yakin akan keberadaan-Nya. Setiap Muslim menyandarkan
hidupnya hanya kepada-Nya. Meminta segalanya juga hanya kepada-Nya. Untuk menunjukkan
kualitas keimanannya maka setiap Muslim harus melakukan perbuatan baik
sebanyak-banyaknya. Semakin baik keimanannya, maka semakin baik pula agama yang
dilakukannya. Setiap perbuatan baik (amal shaleh) biasanya dimulai
dengan iman. Banyak ayat dalam Al qur’an yang menyatakan iman dulu baru
perbuatan baik. Diantaranya adalah :
Qs. Al Kahfi (18): 107
إِنَّ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ
نُزُلًا ١٠٧
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal.”
Qs. Thaha (20): 82
وَإِنِّي
لَغَفَّارٞ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ ٨٢
“Dan sesungguhnya Aku Maha
Pengampun bagi orang
yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”
Qs. Al Hajj (22): 50
فَٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٥٠
“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.”
Qs. Fushshilat (41): 8
إِنَّ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ ٨
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.”
Ketika
seseorang menyatakan beriman, maka dia harus mempraktekkan iman itu dengan
perbuatan baik. Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya agar berbuat baik
sebanyak-banyaknya. Bahkan disuruh-Nya untuk berlomba-lomba dalam mengejar
kebaikan itu. Keimanan yang kuat akan membuat setan tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap seorang Muslim. Iman akan menjaganya dari perbuatan buruk dan jahat. Sebab,
dengan keyakinannya akan keberadaan Allah Swt di dalam setiap nafas
kehidupannya, maka dia akan selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya
(introspeksi). Dengan melakukan introspeksi, seseorang dapat mengenal
kekurangan dirinya, menyesal dan bertaubat atas setiap kesalahan yang telah
dilakukannya, bahkan bisa menjadi lebih dekat kepada Allah Swt. Introspeksi
akan melahirkan kesadaran dan ketenangan batin, sedang mengabaikannya akan
berpotensi mengakibatkan berlanjutnya kesalahan dan ini pada akhirnya akan
mengundang bencana bagi dirinya. Disinilah Nabi saw menyatakan bahwa orang yang
berpuasa dan melakukan introspeksi diri, maka akan diampuni dosanya yang telah
lalu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(رواه البجارى و مسلم و النسائي و ابن ماجه و أحمد)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa karena iman
dan introspeksi diri, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No. 37, Muslim No. 1268, Nasa'i No. 2174, Ibnu Majah No. 1631, Ahmad No. 6873).
Dari
sini terlihat jelas, kenapa setan terbelenggu pada bulan Ramadan. Setan tidak
akan mampu membisikkan sifat-sifat buruk dan jahat kepada orang-orang yang
beriman yang selalu melakukan introspeksi dirinya. Setiap ibadah atau perbuatan
baik yang dilakukannya selalu dievaluasinya. Apakah meningkat atau menurun?.
Dengan begitu, keimanannya akan terus bertambah dan bertambah lagi sampai
menuju kepada derajat yang lebih tinggi yaitu takwa. Orang yang sudah mencapai
derajat takwa dalam hidupnya selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Dimanapun
dan kapanpun ia berada, dia merasa Allah Swt selalu hadir dalam kehidupannya. Sehingga
tidak ada lagi celah untuk berbuat atau bersikap buruk dan jahat kepada orang
lain, baik yang nampak oleh mata maupun yang kasat mata. Dia merasa Allah Swt
senantiasa ‘hadir’ dalam hidupnya. Dengan begitu, setan manapun (baik dari bangsa
jin dan manusia) tidak akan mampu menjerumuskannya ke jalan yang sesat. Dan ini
tetap berlanjut setelah Ramadan usai. Di saat itulah sebenarnya setan telah terbelenggu.
Tidak hanya di bulan Ramadan, akan tetapi terus berlanjut sepanjang tahun. Bahkan
sampai ajal menjemputnya kelak. Semoga!. Wallahu a’lam…
#Menyebarluaskan
Kebaikan#
Paringin, 18 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar