MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 18 Mei 2020

Setan Di Belenggu

Setan adalah karakter. Yakni sifat-sifat jahat yang ada pada diri jin dan manusia. Karakter setan bisa melekat pada diri siapa saja. Ketika ia menentang dan durhaka kepada Allah Swt. Kedurhakaan itu merupakan pangkal dari perbuatan setan untuk menjerumuskan siapa saja agar menjauh dari Allah Swt. Ketika sudah jauh maka setan akan membisikkanya untuk berbuat jahat dan buruk. Setan tidak akan berhenti membujuk seseorang sampai ia menjadi ‘setan’ juga. Untuk itu, tujuan setan membujuk adalah agar jin dan manusia durhaka kepada Allah Swt dan mengajak orang lain agar juga berbuat durhaka. Ada orang yang durhaka dia malu diketahui oleh orang lain bahwa dia berdosa. Itu belum sampai pada tahap setan. Tapi kalau dia mengajak, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatanya yang merangsang orang lain untuk berbuat dosa, maka ketika itu dia telah menjelma menjadi setan. Setan berusaha menjerumuskan orang kepada kejahatan. Setan membisikkan kepada seseorang perkataan-perkataan yang indah-indah untuk memperdaya (menipu) mereka.

Qs Al A’am (6): 112
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Setan telah bekerja sama untuk bisa memperdayakan manusia. Setan tidak akan berhenti, kecuali jika manusia itu juga menjadi setan seperti dia. Setan amat pandai melihat situasi yang dihadapi manusia. Terkadang dia puji seseorang dengan mengatakan: Hebat benar ibadah Anda. Begitu dia puji boleh jadi timbul pamrih (Riya) di hati orang yang dipuji itu. Munculnya sifat pamrih itulah tujuan bujuk rayunya. Setan juga memperkecil makna suatu kebaikan. Sebagai contoh, ada orang yang menyumbang ke sebuah masjid Rp. 1.000. Setan datang kepadanya berkata : Masa Cuma Rp. 1.000, sehingga orang itu tidak jadi menyumbang karena setan memperkecil sumbangannya. Dia akan merasa minder dan merasa terlalu sedikit dibanding orang lain. Bisa juga setan memperbesar seseorang. Contohnya, dia berkata : Anda kan pejabat tinggi, masa Anda tidak dihormati!. Dengan begitu akan muncul sifat sombong dan angkuh pada diri pejabat itu. Selain itu, setan juga bisa merendahkan sesuatu. Misalnya : tidak apa-apa, itu bukan dosa besar, lakukan saja. Meremehkan dosa kecil akan berakibat fatal nantinya. Sebab, dosa besar itu bermula dari dosa kecil yang senantiasa dilakukan secara terus-menerus. Setan juga mengajarkan budaya mumpung. Misalnya : mumpung Anda ditempat ini, lakukanlah. Mumpung Anda pejabat lakukanlah. Mumpung Anda sedang berdua dengan kekasih, lakukanlah dan seterusnya. Sehingga menimbulkan kejahatan seperti korupsi, zina, mencuri dan sebagainya. Itu semua merupakan pintu-pintu yang digunakan setan untuk memperdaya manusia. Ketika manusia mengikutinya, maka dia akan terjerumus kedalam perangkapnya. Akan tetapi, kalau seseorang mampu bertahan, maka dia akan menurunkan kadar permintaannya.

Setan itu memang diciptakan untuk menguji tingkat keimanan manusia. Setan itu sumber keburukan. Sejak manusia mengenal setan, sejak itu pula mereka mengenal kebaikan. Tanpa keburukan kita tidak akan mengenal kebaikan. Tanpa sakit, kita tidak tahu bagaimana nikmatnya sehat. Tanpa sedih, kita tidak akan mengenal kebahagiaan. Tanpa miskin, kita tidak tahu kekayaan. Tanpa sakit hati, tidak akan mengenal cinta sejati, dan seterusnya. Setan senantiasa membisikkan kearah yang tidak baik. Ada yang beranggapan kekayaan itu adalah kebaikan. Bisa jadi, kekayaan itu justru menjerumuskannya kepada keburukan dan kejahatan. Sebaliknya, kemiskinan itu merupakan keburukan dan penderitaan. Bisa jadi kemiskinannya itu adalah sebuah kebaikan dan kebahagiaan. Memiliki wajah buruk merupakan penderitaan. Boleh jadi wajah buruk itu mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sebaliknya, wajah cantik dan tampan adalah kebahagiaan. Ternyata, banyak orang yang menderita dengan memiliki wajah cantik dan tampan itu. Dan seterusnya. Baik dan buruk itu merupakan persepsi manusia. Disinilah setan ikut bermain. Dengan memutar balikkan keduanya itu. Yang baik akan dikatakannya buruk, sedangkan yang buruk akan dikatakannya baik. Tujuannya agar manusia senantiasa ragu akan kebenaran. Dan menyesatkan mereka dari jalan kebenaran itu.

Qs. Fathir (35): 8
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنٗاۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۖ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٨
“Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Setan memiliki kebebasan untuk menyeru dan mengajak manusia kejalan kesesatan. Ini merupakan bentuk dikabulkannya permohonan Iblis kepada Allah Swt. Ketika Iblis membangkang perintah Allah Swt untuk sujud kepada Adam As. Ternyata Iblis menolaknya dengan membandingkan penciptaan dirinya yang lebih baik (mulia) dari Adam As. Akibat pembangkangannya itu, maka Iblis menjadi makhluk yang durhaka dan terhina serta terusir dari surga. Iblis sakit hati kepada Adam As dan berdoa kepada Allah Swt untuk ditangguhkan kematiannya sampai hari kiamat kelak. Dan Allah Swt mengabulkannya. Tujuannya hanya satu, yakni menghalang-halangi manusia dari jalan Allah Swt yang lurus. Iblis akan mendatangi (merayu) manusia dari berbagai sudut. Mulai muka sampai belakang. Dari kanan maupun kiri. Dari atas sampai bawah, dan seterusnya. Allah Swt menyatakan, apabila ada manusia yang mau mengikuti ajakan Iblis itu, maka mereka akan menjadi pengisi Neraka Jahanam. Nauzdubillah…

Qs. Al A’raf (7): 14-18
قَالَ أَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٤ 
 قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ١٥ 
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ 
ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧ 
قَالَ ٱخۡرُجۡ مِنۡهَا مَذۡءُومٗا مَّدۡحُورٗاۖ لَّمَن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكُمۡ أَجۡمَعِينَ ١٨ 
“Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya.”

Walaupun setan memiliki kebebasan dan kemampuan yang mumpuni dalam menyesatkan manusia. Ternyata setan itu bisa dibelenggu (dikurung). Hal ini disampaikan Rasulullah Saw. Ketika datang bulan Ramadan, maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan akan dibelenggu.
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ. (رواه البخارى و مسلم و أحمد و مالك)
Apabila datang bulan Ramadlan pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari No. 3035, Muslim No. 1793 , Ahmad No. 7450, Malik No. 604 dari Abu Hurairah Ra).

Dalam Shahih Bukhari, ada juga riwayat yang senada dengan itu. Perbedaannya hanya pada kata-kata pintu-pintu surga dan pintu neraka. Kalau pada riwayat yang kedua ini menggunakan kalimat pintu-pintu langit, tanpa menyebut kata surga dan pintu-pintu jahanam, tanpa menyebut nerakanya. Akan tetapi, kedua riwayat ini memiliki persamaan maknanya. Yang mencerminkan bahwa pada bulan Ramadan pintu-pintu langit (surga) dibukakan oleh Allah Swt. Sedangkan pintu-pintu neraka (jahanam) ditutup-Nya dan setan-setan dibelenggu. Riwayat yang kedua itu juga datang dari Abu Hurairah Ra, yaitu :
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ. (رواه البخارى)
Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari No. 1766).

Dalam hadis itu jelas disebutkan bahwa setan-setan akan terbelenggu ketika bulan Ramadan. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa setan itu pada saat Ramadan diikat tubuhnya, dikurung dan dipenjara sehingga dia tidak bisa lagi menggoda manusia. Kalau benar setan-setan itu diikat atau dipenjara tentunya tidak ada lagi kejahatan di muka bumi ini. Buktinya, selama Ramadan masih ada kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia. Seperti pembunuhan, perkosaan, perzinahan, mabuk-mabukan, perkelahian (tawuran), perjudian dan sebagainya. Pada bulan Ramadan juga banyak yang suka menjelek-jelekkan orang lain, kata-katanya kasar dan penuh dengan hasutan dan adu domba. Ada juga yang suka marah-marah dan membentak orang lain. Ada juga yang matanya jelalatan memandang lawan jenisnya dengan penuh birahi. Kebohongan juga ada dimana-mana. Ada yang menipu dengan mengatakan barang yang dijualnya baik ternyata buruk. Mengurangi takaran. Mengatakan modal dagang dan keuntungannya tidak seberapa malah rugi dan seterusnya. Suka pamer dan sombong. Padahal mereka waktu itu sedang berpuasa. Kenapa mereka melakukan semua itu, padahal mereka berpuasa?. Apakah setan telah bebas dari penjara sehingga leluasa membisikkan kejahatan kepada mereka?. Tentu tidak. Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa setan dibelenggu. Tidak mungkin setan bisa melakukannya kepada manusia. Lantas siapa?

Begitulah kesalahkaprahan sebagian kita menafsirkan hadis itu. Sebagian kita menggambarkan bahwa setan adalah sosok (makhluk). Sehingga setan bisa diikat atau dipasung dan tidak bisa mengganggu manusia. Padahal sudah disebutkan dibagian awal tulisan ini. Bahwa setan itu adalah karakter (sifat) saja, bukan sosok. Sifat-sifat jahat dan buruk yang dimiliki oleh bangsa jin dan manusia itulah yang disebut setan. Sifat-sifat buruk dan jahat itu akan menghalangi manusia untuk dekat dengan Allah Swt. Sifat-sifat buruk itu akan memunculkan perbuatan jahat. Disitulah setan memainkan peranannya sebagai pemain tunggal agar manusia tersesat dari jalan Allah Swt. Korbannya adalah bangsa jin dan manusia. Sifat-sifat buruk yang dimiliki jin dan manusia itu sangat sulit untuk dihilangkan. Sebab, manusia memiliki sebagian sifat-sifat itu di dalam dirinya. Dalam diri manusia ada yang disebut Nafsu. Ini bukan mengacu kepada nafsu dalam bahasa Indonesia yang artinya dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Nafsu disini dalam istilah Al qur’an adalah jiwa. Yang cenderung baik dan ada juga yang buruk. Allah Swt menciptakan jiwa (nafs) secara sempurna dan menganugerahkan kepada nafsu ini kemampuan ke arah yang baik dan buruk. Bagi mereka yang mampu mensucikan jiwanya, maka dia akan beruntung, sebaliknya, jika mereka mengotori jiwanya maka merugilah dia.

Qs. As Syams (91): 7-10  
وَنَفۡسٖ وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ 
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ 
 قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ 
وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠ 
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh. Ketika berpuasa, setiap Muslim disuruh untuk senantiasa menahan dari segala yang membatalkan puasa, seperti makan, minum dan bersetubuh. Larangan itu hanya berlaku pada siang hari saja, pada waktu malam ketiga hal itu dibolehkan. Tidak itu saja, puasa yang baik itu tidak hanya mampu menahan makan, minum, dan bersetubuh. Puasa dituntut untuk lebih dari itu. Yakni, mampu menahan diri dari segala sifat-sifat jelek dan buruk yang bisa mengurangi pahala puasa. Rasulullah Saw menyatakan bahwa puasa itu adalah benteng (pertahanan). Untuk itu, ketika seseorang berpuasa hendaklah dia jangan mengatakan perkataan yang buruk, kotor, jorok dan porno. Ketika berpuasa juga dilarang berkelahi atau bertengkar, berteriak-teriak sambil memarahi dan mengumpat, menghina, merendahkan, berbohong dan sebagainya. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi maka katakan saja bahwa dia sedang berpuasa. Sebab, orang yang berpuasa tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Mulutnya terjaga dari perkataan kotor. Matanya terjaga dari pandangan yang yang mengandung birahi. Telinganya terjaga dari pendengaran yang jelek. Kakinya terjaga dari langkah menuju tempat maksiat. Tangannya juga terjaga dari sentuhan yang jelek. Bahkan hatinya pun juga terjaga dari sifat sombong, pamer, iri, dengki, dan sebagainya. Semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan buruk. Hidupnya senantiasa terkontrol untuk tidak melakukan kejahatan. Puasa telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang berakhlakul karimah. Yang senantiasa taat terhadap perintah Allah Swt dan memiliki sifat-sifat yang baik.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ. (رواه البجارى و مسلم و النسائي)
Rasulullah Saw bersabda: “Allah Ta'ala telah berfirman: "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan shaum itu adalah benteng, maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan shaum, maka janganlah dia berkata rafats (berbicara keji yang termasuk di dalamnya adalah jima) dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia mengatakan 'Aku orang yang sedang shaum'. Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya, yaitu apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah shaumnya itu." (HR. Bukahri No. 1771, Muslim No. 1944, Nasa'i No. 2186).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (رواه البخارى و أبي داوود و أحمد)
Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw beliau bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya (puasa).” (HR. Bukhari No. 1770, Abu Daud No. 2015, Ahmad No. 9463).  

Hadis Nabi Saw yang menyatakan setan dibelenggu merupakan metafora, yaitu pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Hal ini juga bisa dipahami dari awal hadis yang menyatakan bahwa pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup. Surga dan neraka disediakan oleh Allah Swt kelak di alam akhirat. Sebagai bentuk balasan bagi makhluknya yang berbuat baik dan jahat. Pintu surga dan neraka hanya akan dibuka oleh Allah Swt pada Hari Pembalasan. Ketika manusia dan jin diadili oleh Allah Swt atas perbuatan mereka selama di dunia. Bagi yang banyak kebaikannya maka akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya, jika banyak kejahatannya maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka. Untuk itu, hadis yang berkaitan dengan pintu surga, pintu neraka dan setan dibelenggu merupakan metafora. Kenapa bisa begitu?. Sebab, selama Ramadan, Allah Swt memberikan ‘obral pahala’. Pada bulan Ramadan, Allah Swt memberikan pahala yang berlipat ganda terhadap hamba-Nya yang beribadah. Sekecil apapun ibadah yang dilakukan akan mendapat pahala yang besar. Sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya diluar Ramadan. Rasulullah Saw menyatakan tidur pada saat berpuasa itu ibadah. Tapi jangan sampai tidurnya berlebihan sehingga lalai melaksanakan ibadah yang wajib. Bau mulut orang yang berpuasa harum bagai minyak kasturi, bahkan lebih harum dari itu disisi Allah Swt. Ibadah-ibadah sunnah banyak dilakukan selama Ramadan. Seperti salat tarawih, baca qur’an, iktikaf di masjid dan musala, sedekah, infaq, zakat, silaturahmi, tahajud, sahur, dan sebagainya. Selama Ramadan orang-orang mampu menjaga matanya dari pandangan kotor, mulut terjaga dari perkataan jelek, telinga mendengar kalimat atau suara yang baik, kaki dilangkahkan menuju masjid dan musala untuk ibadah dan mendengar ceramah. Hati terjaga dari sifat sombong, iri, dengki, suka pamer, dan sebagainya. Pada bulan Ramadan orang berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan. Apalagi di sepuluh akhir Ramadan, banyak orang yang meningkatkan aktivitas ibadahnya. Mereka melakukan itu untuk mengharapkan kedatangan malam seribu bulan, yakni Lailatur Qadar. Malam yang apabila didapatkan atau ditemuinya akan mendapat pahala sama dengan ibadah yang dikerjakan selama 1000 bulan. Persamaan usia manusia sekitar 80 tahun melakukan ibadah. Sungguh luar biasa.  Ini melambangkan bahwa pintu surga terbuka.

Selain itu, kejahatan selama Ramadan juga berkurang. Bukannya tidak ada lagi. Pembunuhan, perkelahian, korupsi, tawuran mabuk-mabukan, judi, zina, riba, dan lain-lainnya cenderung menurun. Para pelaku kejahatan juga menghormati bulan Ramadan. Mereka untuk sementara ‘tiarap’ dulu berbuat jahat. Sifat-sifat buruk juga tertahan, seperti sombong, riya, iri, dengki, marah, mengolok-olok, meremehkan, menghina, fitnah, gibah, adu domba, dan sebagainya. Ini juga perlambang dari pintu-pintu neraka tertutup. Di tambah lagi dengan setan dibelenggu. sehingga membuat kesyahduan dan kekhusyukan Ramadan sungguh sangat terasa dari awal sampai akhirnya. Dari sini kita bisa memahami bahwa pintu surga terbuka, pintu neraka tertutup dan setan dibelenggu adalah metapora. Pada saat ramadan setan tidak bisa atau sangat sulit membisikkan kejahatan kepada manusia. Ini disebabkan, umat Islam berlomba-lomba melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat dan buruk. Selama Ramadan, semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan jahat. Mata ditahannya memandang kepada yang mengandung birahi. Mulut dan lisannya terjaga mengeluarkan kata-kata kasar dan mengumpat. Kaki selalu dilangkahkan menuju masjid dan musala. Telinganya senantiasa mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al qur’an dan selawat Nabi Saw.

Iman dan Introspeksi Diri

Pintu surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan terbelenggu akan didapatkan oleh setiap Muslim jika melakukan puasanya dengan baik dan benar. Di dalam Al Qur’an Allah Swt menyatakan bahwa puasa itu diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki iman dan kelak akan mendapatkan derajat takwa. Allah Swt menyatakan bahwa iman merupakan syarat pertama dalam berpuasa. Iman merupakan pondasi dalam menjalankan ibadah puasa. Mereka yang tidak beriman maka dia tidak akan mampu melakukan puasa sebaik mungkin sampai meraih derajat takwa itu.

Qs. Al Baqarah (2): 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Iman merupakan fondasi dasar dalam beragama seseorang. Iman adalah percaya akan keberadaan Allah Swt yang diucapkan dengan lisan, diyakini dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan. Keyakinan orang yang beriman hanya tertuju kepada Allah Swt. Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Kepercayaan hanya kepada Allah Swt itu membuat orang Islam yakin akan keberadaan-Nya. Setiap Muslim menyandarkan hidupnya hanya kepada-Nya. Meminta segalanya juga hanya kepada-Nya. Untuk menunjukkan kualitas keimanannya maka setiap Muslim harus melakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya. Semakin baik keimanannya, maka semakin baik pula agama yang dilakukannya. Setiap perbuatan baik (amal shaleh) biasanya dimulai dengan iman. Banyak ayat dalam Al qur’an yang menyatakan iman dulu baru perbuatan baik. Diantaranya adalah :

Qs. Al Kahfi (18): 107
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا ١٠٧
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”

Qs. Thaha (20): 82
وَإِنِّي لَغَفَّارٞ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ ٨٢
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”

Qs. Al Hajj (22): 50
فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٥٠
“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.”

Qs. Fushshilat (41): 8
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ ٨
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.”

Ketika seseorang menyatakan beriman, maka dia harus mempraktekkan iman itu dengan perbuatan baik. Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya agar berbuat baik sebanyak-banyaknya. Bahkan disuruh-Nya untuk berlomba-lomba dalam mengejar kebaikan itu. Keimanan yang kuat akan membuat setan tidak bisa berbuat apa-apa terhadap seorang Muslim. Iman akan menjaganya dari perbuatan buruk dan jahat. Sebab, dengan keyakinannya akan keberadaan Allah Swt di dalam setiap nafas kehidupannya, maka dia akan selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya (introspeksi). Dengan melakukan introspeksi, seseorang dapat mengenal kekurangan dirinya, menyesal dan bertaubat atas setiap kesalahan yang telah dilakukannya, bahkan bisa menjadi lebih dekat kepada Allah Swt. Introspeksi akan melahirkan kesadaran dan ketenangan batin, sedang mengabaikannya akan berpotensi mengakibatkan berlanjutnya kesalahan dan ini pada akhirnya akan mengundang bencana bagi dirinya. Disinilah Nabi saw menyatakan bahwa orang yang berpuasa dan melakukan introspeksi diri, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه البجارى و مسلم و النسائي و ابن ماجه و أحمد)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda:Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan introspeksi diri, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No. 37, Muslim No. 1268, Nasa'i No. 2174, Ibnu Majah No. 1631, Ahmad No. 6873).

Dari sini terlihat jelas, kenapa setan terbelenggu pada bulan Ramadan. Setan tidak akan mampu membisikkan sifat-sifat buruk dan jahat kepada orang-orang yang beriman yang selalu melakukan introspeksi dirinya. Setiap ibadah atau perbuatan baik yang dilakukannya selalu dievaluasinya. Apakah meningkat atau menurun?. Dengan begitu, keimanannya akan terus bertambah dan bertambah lagi sampai menuju kepada derajat yang lebih tinggi yaitu takwa. Orang yang sudah mencapai derajat takwa dalam hidupnya selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Dimanapun dan kapanpun ia berada, dia merasa Allah Swt selalu hadir dalam kehidupannya. Sehingga tidak ada lagi celah untuk berbuat atau bersikap buruk dan jahat kepada orang lain, baik yang nampak oleh mata maupun yang kasat mata. Dia merasa Allah Swt senantiasa ‘hadir’ dalam hidupnya. Dengan begitu, setan manapun (baik dari bangsa jin dan manusia) tidak akan mampu menjerumuskannya ke jalan yang sesat. Dan ini tetap berlanjut setelah Ramadan usai. Di saat itulah sebenarnya setan telah terbelenggu. Tidak hanya di bulan Ramadan, akan tetapi terus berlanjut sepanjang tahun. Bahkan sampai ajal menjemputnya kelak. Semoga!. Wallahu a’lam…


#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 18 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Popular