MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 11 Mei 2020

Setan Adalah Karakter

Di dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipelajari tentang makhluk hidup. Yang dipelajari dalam IPA itu adalah manusia, binatang dan tumbuhan. Pembahasan tentang makhluk hidup itu sangat luas. Mempelajari manusia, binatang dan tumbuhan yang sangat beragam. Manusia dengan lingkungan. Binatang dengan berbagai jenis dan habitatnya. Tumbuhan dengan berbagai macam spesiesnya dan lain-lain. Sehingga ketiga unsur makhluk hidup itu menciptakan ilmu pengetahuan tersendiri untuk mempelajarinya. Antropologi mempelajari tentang manusia, khususnya mempelajarai tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau dan lain-lain. Zoologi merupakan ilmu yang mepelajarai tentang kehidupan binatang dan pembuatan klasifikasi aneka macam bentuk binatang di dunia. Botani merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan tumbuh-tumbuhan. Ketiga ilmu itu sangat luas dan kompleks. Perlu keahlian dan ketekunan dalam mempelajari sehingga benar-benar menjadi ahli dibidangnya masing-masing.

Dalam agama, yang disebut makhluk hidup itu adalah sesuatu yang memiliki nyawa (ruh). Ruh ditiupkan oleh Allah Swt kepada makhluknya sehingga menjadi hidup atau bernyawa. Ruh merupakan eksistensi nilai-nilai ketuhanan yang diberikan Allah Swt kepada mahkluk-Nya. Selain manusia, hewan dan tumbuhan yang telah disebutkan di atas. Makhluk hidup lainnya adalah malaikat dan jin. Keduanya juga telah ditiupkan ruh oleh Allah Swt sehingga memiliki nyawa seperti makhluk hidup lainnya. Walaupun dalam bentuk dan bahan penciptaan yang berbeda serta memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Jadi kalau kita kelompokkan, maka yang disebut makhluk hidup di dunia ini 5 (lima), yaitu malaikat, jin, manusia, binatang dan tumbuhan. Di luar yang 5 itu tidak ada lagi makhluk hidup. Baik Al qur’an maupun pengetahuan modern saat ini tidak ada menyebutkan ada makhluk hidup selain itu. Kalaupun ada, itu merupakan cerita fiktif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Semua benda apapun disekitar makhluk hidup itu disebut sebagai benda mati. Benda yang tidak bergerak sendiri kecuali digerakkan oleh kelima makhluk hidup itu. Akan tetapi, di dalam Al qur’an dan hadis ada banyak disebut ‘makhluk’ lain yaitu setan. Lalu, siapakah setan ini? Apakah setan merupakan makhluk hidup juga?.

Siapakah Setan?

Setan berasal dari bahasa Arab syaithan yang berarti jauh, sesat, berkobar, terbakar dan ekstrem.[1] Setan dimaknai jauh, karena ia telah menjauh dari kebenaran atau rahmat Allah Swt. Kemudian setan juga senantiasa mengajak kepada kesesatan, kejahatan dan keburukan. Dengan senantiasa menjalankan atau mengerjakan sesuatu yang bathil (salah) menurut pandangan Allah Swt. Selain itu, setan bisa juga berarti tepi.[2] Karena kebaikan itu berada ditengah. Keberanian itu berada diantara sikap takut dan ceroboh. Kedermawanan juga berada diantara sikap boros dan kikir. Maka setan itu berada ditepinya atau diujung yang dibawahnya ada jurang yang sangat dalam. Yang akan menjerumuskan siapa saja untuk bisa masuk ke dalam jurang yang dalam itu. Setan adalah makhluk yang durhaka (menentang) kepada Allah Swt dan mengajak kepada kedurhakaan itu. Maka, setan bisa saja dari bangsa jin atau manusia yang memiliki ciri-ciri tersebut, yakni suka berbuat durhaka kepada Allah Swt dan mengajak orang lain untuk berbuat durhaka kepada-Nya. Dari sini dapat diketahui, bahwa setan itu bukanlah makhluk hidup seperti malaikat, jin, manusia, binatang dan tumbuhan. Setan itu merupakan karakter (sifat) yang buruk yang mengarah kepada durhaka dan mengajak atau membisiki agar berbuat durhaka. Setan juga menyuruh untuk senantiasa berbuat jahat dan keji. Sifat buruk ini bisa ada pada manusia, jin, dan hewan maupun benda-benda lainnya.

Qs. Maryam (19): 44
يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيّٗا ٤٤
“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Qs. Al Baqarah (2): 169
إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ١٦٩
“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

Harus dipahami terlebih dahulu makna istilah setan di dalam Islam. Istilah setan digunakan dalam spektrum yang sangat luas, mengacu kepada karakter atau anasir (unsur) jahat dan tidak baik. Bisa juga, sesuatu yang menabrak keseimbangan. Pokoknya, segala sesuatu yang menyebabkan munculnya masalah yang tidak baik bisa dikategorikan sebagai setan. Jadi, sebenarnya setan itu bukanlah sosok (makhluk). Melainkan karakter atau kondisi yang buruk. Setan merupakan keadaan yang dipersonifikasikan sebagai sosok. Karena itu Al qur`an menyebut apa saja atau siapa saja yang memiliki karakter buruk sebagai setan. Bisa melekat pada jin, manusia maupun peristiwa dan benda-benda mati yang terlibat dalam suatu kejadian. Bisa juga anasir-anasir lain yang memunculkan masalah dan mengganggu.

Allah Swt menyatakan bahwa setiap nabi yang diutus-Nya ke muka bumi ini diberi musuh yang dinamakan setan. Dan setan itu bisa berupa bangsa jin maupun bangsa manusia yang memiliki karakter jahat. Yakni, jin yang jahat, dan manusia yang jahat. Jin yang ingkar dan manusia yang ingkar, artinya bukan menunjuk kepada sosoknya, melainkan lebih kepada karakter alias sifat-sifatnya, bahkan sosok (makhluk) siapa saja yang memiliki karakter itu. Mereka senantiasa membisikkan perkataan-perkataan indah yang ternyata tipuan belaka.

Qs Al An’am (6): 112
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Di ayat lain, Allah Swt menyuruh hamba-hamba-Nya untuk senantiasa berlindung kepada-Nya. Dari setan yang merupakan raja manusia dan menjadi sesembahan sebagian manusia itu. Setan senantiasa membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. Mereka itu bisa saja dari golongan jin maupun manusia.

Qs. An Nas (114): 1-6
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١  مَلِكِ ٱلنَّاسِ ٢  إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ٣  مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٤ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥  مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦ 
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

Dari kedua ayat diatas, kita mengetahui bahwa setan itu bukanlah sosok (makhluk). Setan merupakan karakter (sifat) yang bisa saja dimiliki oleh setiap makhluk Allah Swt di muka bumi ini. Setaniah (sifat-sifat kesetanan) bisa dimiliki oleh bangsa jin, manusia, binatang dan lain-lain. Di dalam hadis, Rasulullah Saw juga menyatakan bahwa setan itu memang karakter. Hal ini berkaitan dengan salat. Ketika seseorang salat kemudian ada orang yang mau lewat dihadapannya hendaklah dicegahnya dengan mengulurkan tangannya kedepan. Jika orang itu tetap saja mau lewat dihadapan orang yang sedang salat, maka orang itu dikategorikan sebagai setan. Ia boleh diperangi atau diserang bahkan dibunuh.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرَّ بَيْنَ يَدَيْ أَحَدِكُمْ شَيْءٌ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَمْنَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيَمْنَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَليُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ. (رواه البخارى و مسلم و ابن ماجه و احمد)
Rasulullah Saw bersabda: Jika ada seseorang lewat di hadapan salah seorang dari kalian yang sedang salat, hendaklah dicegahnya. Jika tidak mau dicegahnya lagi dan jika tetap tidak mau, maka perangilah karena dia adalah setan.” (HR. Bukhari No. 3033, Muslim No. 782, Ibnu Majah No. 944, Ahmad No. 10872).

Kalau melihat hadis itu, jelaslah sudah bahwa setan itu memang sebuah karakter (sifat) yang buruk. Orang yang sedang melaksanakan salat dilewatinya atau berjalan dihadapannya. Rasulullah saw melarangnya. Orang itu tidak memiliki adab yang baik. Sebab, akan mengganggu kekhusyukan salat seseorang. Karakter inilah yang disebut Rasulullah Saw sebagai setan kepada orang yang tidak bisa menjaga adabnya dihadapan orang yang sedang salat itu. Jelas, bahwa yang melewati orang yang salat itu adalah manusia, bukannya jin atau makhluk lain. Akan tetapi manusia yang telah memiliki karakter setaniah.

Di hadis lain, Rasulullah saw menyatakan bahwa ada sekelompok jin yang telah masuk Islam. Ketika mereka meminta izin untuk tinggal disuatu tempat, maka berilah mereka izin selama tiga hari. Setelah tiga hari itu, maka mereka harus meninggalkan daerah itu. Karena menurut Islam, batas bertamu itu maksimal tiga hari saja. Jika melebihi batas tiga hari itu, maka ia telah menyalahi aturan Islam. Kecuali yang punya rumah menyuruhnya untuk bertahan beberapa hari lagi. Itu berlaku bagi semua pemeluk Islam, baik bangsa jin yang muslim maupun manusia. Rasulullah Saw menyatakan, apabila ada sesuatu yang aneh dari sekelompok jin itu, yakni ada diantara mereka yang masih berada didaerah itu setelah tiga hari. Maka ia juga dikategorikan sebagai setan. Sosok jin yang membangkang dan tidak beradab itu merupakan sifat setaniah.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ نَفَرًا مِنْ الْجِنِّ قَدْ أَسْلَمُوا فَمَنْ رَأَى شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الْعَوَامِرِ فَلْيُؤْذِنْهُ ثَلَاثًا فَإِنْ بَدَا لَهُ بَعْدُ فَلْيَقْتُلْهُ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌو (رواه المسلم)
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya di Madinah terdapat sekelompok jin yang telah masuk Islam. Maka barang siapa yang melihat sesuatu yang aneh dari sekelompok jin-jin ini, beri izinlah dia untuk tinggal selama tiga hari. Jika sesudah tiga dia masih nampak, maka bunuhlah. Karena dia adalah setan.” (HR. Muslim No. 4151).

Iblis dan Setan

Apakah sama antara Iblis dan Setan?. Tentu saja keduanya berbeda. Iblis merupakan sosok (makhluk) yang berasal dari golongan Jin. Sedangkan setan adalah sifat yang melekat pada si iblis tersebut. Dan, sifat-sifat setaniah itulah yang lantas ditularkan oleh Iblis kepada anak keturunannya. Juga kepada jin-jin lainnya yang menjadi teman-teman dan anak buahnya. Juga kepada manusia-manusia yang terpengaruh oleh bujuk rayunya. Dengan demikian, jelas sudah siapa Iblis dan setan itu. Iblis merupakan makhluk yang memiliki sifat setaniah. Iblis telah kerasukan sifat-sifat setan dalam dirinya, sehingga ia menjadi pembangkang dan menentang perintah Allah Swt.

Qs. Al Kahfi (18): 50
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا ٥٠
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”

Apa saja sifat-sifat setan yang telah merasuki Iblis itu? Diantaranya adalah perasaan tinggi hati (sombong), bahwa bangsa jin adalah bangsa yang lebih baik dibandingkan bangsa manusia. Karena menurutnya, jin yang terbuat dari api memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia yang diciptakan dari tanah. Allah Swt kemudian mencap Iblis sebagai orang yang sombong, sehingga tidak pantas untuk tetap tinggal di dalam surga dan menjadi orang yang hina.

Qs. Al A’raf (7): 12-13
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ١٢ 
قَالَ فَٱهۡبِطۡ مِنۡهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخۡرُجۡ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ ١٣ 
“Allah berfirman : “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya : Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman : “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.”

Setelah Iblis dikeluarkan dari surga, maka Iblis menjadi makhluk yang terkutuk. Akibat pembangkangannya itu, Iblis dikutuk oleh Allah Swt sampai hari pembalasan kelak. Artinya, Iblis akan dikutuk Allah Swt sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, Iblis meminta kepada Allah swt untuk ditangguhkan kematiannnya di dunia ini sampai hari berbangkit kelak. Tujuannya adalah untuk menyesatkan Adam dan keturunannya sebagai bentuk balas dendam. Iblis menganggap bahwa akibat Adam diciptakan maka ia menjadi terusir dari surga. Akibat adanya Adam, maka Iblis disuruh oleh Allah untuk sujud kepadanya. Iblis menganggap, ia lebih utama dibandingkan Adam. Sebab ia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Iblis menganggap ia lebih utama dan mulia dibandingkan Adam. Seharusnya Adamlah yang sujud kepada Iblis. Bukan sebaliknya. Akibat kesombongannya inilah, Iblis menjadi makhluk yang dikutuk oleh Allah Swt. Iblis akan menjadi musuh utama manusia di muka bumi ini sampai menjelang kiamat kelak. Iblis dan bala tentaranya akan berusaha semaksimal mungkin agar manusia tersesat dari jalan yang benar (lurus). Iblis dan tentaranya tidak akan berhenti menyesatkan manusia sampai mereka mau menjadi pembangkang seperti Iblis. Hanya orang-orang yang ikhlas dalam menjalankan semua perintah Allah Swt (Mukhlis) yang bisa terhindar dari bujuk rayu Iblis dan tentaranya (golongan jin dan manusia).

Qs. Shad (38): 75-83
قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ أَسۡتَكۡبَرۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡعَالِينَ ٧٥ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ٧٦  قَالَ فَٱخۡرُجۡ مِنۡهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٞ ٧٧ وَإِنَّ عَلَيۡكَ لَعۡنَتِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٧٨  قَالَ رَبِّ فَأَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ٧٩ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ٨٠ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ ٨١  قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢  إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣ 
“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)”. Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.”

Iblis telah kerasukan sifat-sifat setaniah berupa kesombongan. Sehingga, jelas sudah bahwa yang menjadi korban kejahatan pertama dari setan adalah Iblis itu sendiri, bukannya manusia. Untuk itulah, Iblis mencari korban-korban berikutnya untuk menemaninya menjadi penghuni neraka. Korban-korban itu berasal dari keturunannya, teman-temannya sesama bangsa jin, dan terutama sekali manusia yang telah dianggapnya sebagai biang keladi ia tersesat ke dalam sifat-sifat setaniah itu. Karena itu, manusia harus terus waspada serta mengetahui bentuk godaan dan bisikan dari Iblis yang sudah kesetanan itu. Dengan mengetahui sifat-sifat setan, maka kita akan bisa melawannya atau mungkin saja bisa mengalahkannya. Wallahu a’lam…

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 11 Mei 2020




[1] M. Quraish Shihab, Setan Dalam Al Qur’an (Yang Halus dan Tak Terlihat), (Jakara : Lentera hati, 2010), Edisi Baru Cet 1, h. 22.
[2] M. Quraish Shihab, Sahur Bersama M. Quraish Shihab Di RCTI, (Bandung : Mizan, 1997), Cet I, h. 88. 

Tidak ada komentar:

Popular