MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 27 Mei 2020

Semangat Beragama

Saat ini banyak orang yang berkomentar "Bagaimana shalat Idul Fitri, boleh atau tidak". Masyarakat banyak yang tanda tanya tentang pelaksanaan Salat Id. Fatwa MUI nomor 28 Tahun 2020 memberikan angin segar bagi daerah yang sebaran covid-19 sedikit atau tidak ada. MUI membolehkan untuk melaksanakan salat id bagi daerah yang zona hijau. Salat id boleh dilaksanakan dilapangan luas, masjid, musala dan lain-lain. Walaupun boleh tetap menjaga protokol kesehatan, seperti jaga jarak, tidak bersalaman, pakai masker, bawa sajadah sendiri, dan mencuci tangan dengan air yang mengalir. Khutbah yang dibacakan tidak terlalu panjang dan imam membaca ayat pendek saja.

Bagi daerah yang zona merah tidak dibolehkan melaksanakan salat id. Dikhawatirkan akan terjadi penyebaran Covid 19 secara masif. Bagi derah zona hijau mereka merasa senang bisa salat id berjamaah. Tetapi, daerah zona merah mereka merasa sedih dan galau. Tidak bisa melaksanakan salat id berjamaah seperti biasa. Mau melaksanakan salat dirumah tidak bisa. Untuk itu, ada yang cenderung memaksakan agar salat id tetap dilaksanakan. Walaupun terbatas dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan tidak menggunakan pengeras suara. Larangan Ulama dan pemerintah seolah-olah ingin diabaikan. Intinya salat id harus tetap dilaksanakan walaupun dengan cara yang bagaimana pun.

Melihat kasus ini, sepertinya ada semacam semangat tinggi untuk melaksanakan ibadah. Walaupun resiko yang ditanggungnya cukup tinggi. Yakni bisa terpapar virus corona. Padahal kalau dikaji benar-benar jumhur ulama menyatakan bahwa salat id itu hukumnya sunnah. Ada yang mengatakan Sunnah Muakkadah (Sunnah yang sangat dianjurkan). Tapi semua ulama sepakat hukumnya sunnah saja. Artinya dikerjakan berpahala dan jika tidak dikerjakan pun tidak apa-apa.

Sebelumnya kita telah ada larangan untuk tidak salat jumat, bagi daerah zona merah dan bagi yang dinyatakan positif corona. Tuh, sampai sekarang tidak ada masalah. Padahal, salat jumat itu hukumnya wajib. Ada ulama yang berpendapat fardhu ain, ada juga fardhu kifayah dan ada juga yang menyatakan sunnah saja. Tapi kebanyakan ulama di Indonesia menyatakan bahwa salat jumat hukumnya fardhu ain. Larangan salat jumat ini sudah berlaku sejak sebelum Ramadan tiba. Dan bisa terus berlangsung selama pandemi covid 19 belum reda atau bahkan meningkat.

Semangat beragama dan ibadah itu sangat baik. Akan tetapi harus dilihat juga efek sampingnya. Jika berakibat pada buruk bagi diri dan orang lain maka jangan dipaksakan. Kerjakan saja sesuai dengan kemampuan dan anjuran dari ulama. Toh, mereka mengeluarkan pendapat itu pasti ada dasarnya. Mengikuti mereka insya allah tidak akan salah. Justru akan menimbulkan rasa aman, nyaman dan damai. Wallahu a'lam

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Rantau, 21 Mei 2020

Senin, 18 Mei 2020

Setan Di Belenggu

Setan adalah karakter. Yakni sifat-sifat jahat yang ada pada diri jin dan manusia. Karakter setan bisa melekat pada diri siapa saja. Ketika ia menentang dan durhaka kepada Allah Swt. Kedurhakaan itu merupakan pangkal dari perbuatan setan untuk menjerumuskan siapa saja agar menjauh dari Allah Swt. Ketika sudah jauh maka setan akan membisikkanya untuk berbuat jahat dan buruk. Setan tidak akan berhenti membujuk seseorang sampai ia menjadi ‘setan’ juga. Untuk itu, tujuan setan membujuk adalah agar jin dan manusia durhaka kepada Allah Swt dan mengajak orang lain agar juga berbuat durhaka. Ada orang yang durhaka dia malu diketahui oleh orang lain bahwa dia berdosa. Itu belum sampai pada tahap setan. Tapi kalau dia mengajak, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatanya yang merangsang orang lain untuk berbuat dosa, maka ketika itu dia telah menjelma menjadi setan. Setan berusaha menjerumuskan orang kepada kejahatan. Setan membisikkan kepada seseorang perkataan-perkataan yang indah-indah untuk memperdaya (menipu) mereka.

Qs Al A’am (6): 112
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Setan telah bekerja sama untuk bisa memperdayakan manusia. Setan tidak akan berhenti, kecuali jika manusia itu juga menjadi setan seperti dia. Setan amat pandai melihat situasi yang dihadapi manusia. Terkadang dia puji seseorang dengan mengatakan: Hebat benar ibadah Anda. Begitu dia puji boleh jadi timbul pamrih (Riya) di hati orang yang dipuji itu. Munculnya sifat pamrih itulah tujuan bujuk rayunya. Setan juga memperkecil makna suatu kebaikan. Sebagai contoh, ada orang yang menyumbang ke sebuah masjid Rp. 1.000. Setan datang kepadanya berkata : Masa Cuma Rp. 1.000, sehingga orang itu tidak jadi menyumbang karena setan memperkecil sumbangannya. Dia akan merasa minder dan merasa terlalu sedikit dibanding orang lain. Bisa juga setan memperbesar seseorang. Contohnya, dia berkata : Anda kan pejabat tinggi, masa Anda tidak dihormati!. Dengan begitu akan muncul sifat sombong dan angkuh pada diri pejabat itu. Selain itu, setan juga bisa merendahkan sesuatu. Misalnya : tidak apa-apa, itu bukan dosa besar, lakukan saja. Meremehkan dosa kecil akan berakibat fatal nantinya. Sebab, dosa besar itu bermula dari dosa kecil yang senantiasa dilakukan secara terus-menerus. Setan juga mengajarkan budaya mumpung. Misalnya : mumpung Anda ditempat ini, lakukanlah. Mumpung Anda pejabat lakukanlah. Mumpung Anda sedang berdua dengan kekasih, lakukanlah dan seterusnya. Sehingga menimbulkan kejahatan seperti korupsi, zina, mencuri dan sebagainya. Itu semua merupakan pintu-pintu yang digunakan setan untuk memperdaya manusia. Ketika manusia mengikutinya, maka dia akan terjerumus kedalam perangkapnya. Akan tetapi, kalau seseorang mampu bertahan, maka dia akan menurunkan kadar permintaannya.

Setan itu memang diciptakan untuk menguji tingkat keimanan manusia. Setan itu sumber keburukan. Sejak manusia mengenal setan, sejak itu pula mereka mengenal kebaikan. Tanpa keburukan kita tidak akan mengenal kebaikan. Tanpa sakit, kita tidak tahu bagaimana nikmatnya sehat. Tanpa sedih, kita tidak akan mengenal kebahagiaan. Tanpa miskin, kita tidak tahu kekayaan. Tanpa sakit hati, tidak akan mengenal cinta sejati, dan seterusnya. Setan senantiasa membisikkan kearah yang tidak baik. Ada yang beranggapan kekayaan itu adalah kebaikan. Bisa jadi, kekayaan itu justru menjerumuskannya kepada keburukan dan kejahatan. Sebaliknya, kemiskinan itu merupakan keburukan dan penderitaan. Bisa jadi kemiskinannya itu adalah sebuah kebaikan dan kebahagiaan. Memiliki wajah buruk merupakan penderitaan. Boleh jadi wajah buruk itu mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sebaliknya, wajah cantik dan tampan adalah kebahagiaan. Ternyata, banyak orang yang menderita dengan memiliki wajah cantik dan tampan itu. Dan seterusnya. Baik dan buruk itu merupakan persepsi manusia. Disinilah setan ikut bermain. Dengan memutar balikkan keduanya itu. Yang baik akan dikatakannya buruk, sedangkan yang buruk akan dikatakannya baik. Tujuannya agar manusia senantiasa ragu akan kebenaran. Dan menyesatkan mereka dari jalan kebenaran itu.

Qs. Fathir (35): 8
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنٗاۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۖ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٨
“Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Setan memiliki kebebasan untuk menyeru dan mengajak manusia kejalan kesesatan. Ini merupakan bentuk dikabulkannya permohonan Iblis kepada Allah Swt. Ketika Iblis membangkang perintah Allah Swt untuk sujud kepada Adam As. Ternyata Iblis menolaknya dengan membandingkan penciptaan dirinya yang lebih baik (mulia) dari Adam As. Akibat pembangkangannya itu, maka Iblis menjadi makhluk yang durhaka dan terhina serta terusir dari surga. Iblis sakit hati kepada Adam As dan berdoa kepada Allah Swt untuk ditangguhkan kematiannya sampai hari kiamat kelak. Dan Allah Swt mengabulkannya. Tujuannya hanya satu, yakni menghalang-halangi manusia dari jalan Allah Swt yang lurus. Iblis akan mendatangi (merayu) manusia dari berbagai sudut. Mulai muka sampai belakang. Dari kanan maupun kiri. Dari atas sampai bawah, dan seterusnya. Allah Swt menyatakan, apabila ada manusia yang mau mengikuti ajakan Iblis itu, maka mereka akan menjadi pengisi Neraka Jahanam. Nauzdubillah…

Qs. Al A’raf (7): 14-18
قَالَ أَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٤ 
 قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ١٥ 
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ 
ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧ 
قَالَ ٱخۡرُجۡ مِنۡهَا مَذۡءُومٗا مَّدۡحُورٗاۖ لَّمَن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكُمۡ أَجۡمَعِينَ ١٨ 
“Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya.”

Walaupun setan memiliki kebebasan dan kemampuan yang mumpuni dalam menyesatkan manusia. Ternyata setan itu bisa dibelenggu (dikurung). Hal ini disampaikan Rasulullah Saw. Ketika datang bulan Ramadan, maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan akan dibelenggu.
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ. (رواه البخارى و مسلم و أحمد و مالك)
Apabila datang bulan Ramadlan pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari No. 3035, Muslim No. 1793 , Ahmad No. 7450, Malik No. 604 dari Abu Hurairah Ra).

Dalam Shahih Bukhari, ada juga riwayat yang senada dengan itu. Perbedaannya hanya pada kata-kata pintu-pintu surga dan pintu neraka. Kalau pada riwayat yang kedua ini menggunakan kalimat pintu-pintu langit, tanpa menyebut kata surga dan pintu-pintu jahanam, tanpa menyebut nerakanya. Akan tetapi, kedua riwayat ini memiliki persamaan maknanya. Yang mencerminkan bahwa pada bulan Ramadan pintu-pintu langit (surga) dibukakan oleh Allah Swt. Sedangkan pintu-pintu neraka (jahanam) ditutup-Nya dan setan-setan dibelenggu. Riwayat yang kedua itu juga datang dari Abu Hurairah Ra, yaitu :
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ. (رواه البخارى)
Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari No. 1766).

Dalam hadis itu jelas disebutkan bahwa setan-setan akan terbelenggu ketika bulan Ramadan. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa setan itu pada saat Ramadan diikat tubuhnya, dikurung dan dipenjara sehingga dia tidak bisa lagi menggoda manusia. Kalau benar setan-setan itu diikat atau dipenjara tentunya tidak ada lagi kejahatan di muka bumi ini. Buktinya, selama Ramadan masih ada kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia. Seperti pembunuhan, perkosaan, perzinahan, mabuk-mabukan, perkelahian (tawuran), perjudian dan sebagainya. Pada bulan Ramadan juga banyak yang suka menjelek-jelekkan orang lain, kata-katanya kasar dan penuh dengan hasutan dan adu domba. Ada juga yang suka marah-marah dan membentak orang lain. Ada juga yang matanya jelalatan memandang lawan jenisnya dengan penuh birahi. Kebohongan juga ada dimana-mana. Ada yang menipu dengan mengatakan barang yang dijualnya baik ternyata buruk. Mengurangi takaran. Mengatakan modal dagang dan keuntungannya tidak seberapa malah rugi dan seterusnya. Suka pamer dan sombong. Padahal mereka waktu itu sedang berpuasa. Kenapa mereka melakukan semua itu, padahal mereka berpuasa?. Apakah setan telah bebas dari penjara sehingga leluasa membisikkan kejahatan kepada mereka?. Tentu tidak. Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa setan dibelenggu. Tidak mungkin setan bisa melakukannya kepada manusia. Lantas siapa?

Begitulah kesalahkaprahan sebagian kita menafsirkan hadis itu. Sebagian kita menggambarkan bahwa setan adalah sosok (makhluk). Sehingga setan bisa diikat atau dipasung dan tidak bisa mengganggu manusia. Padahal sudah disebutkan dibagian awal tulisan ini. Bahwa setan itu adalah karakter (sifat) saja, bukan sosok. Sifat-sifat jahat dan buruk yang dimiliki oleh bangsa jin dan manusia itulah yang disebut setan. Sifat-sifat buruk dan jahat itu akan menghalangi manusia untuk dekat dengan Allah Swt. Sifat-sifat buruk itu akan memunculkan perbuatan jahat. Disitulah setan memainkan peranannya sebagai pemain tunggal agar manusia tersesat dari jalan Allah Swt. Korbannya adalah bangsa jin dan manusia. Sifat-sifat buruk yang dimiliki jin dan manusia itu sangat sulit untuk dihilangkan. Sebab, manusia memiliki sebagian sifat-sifat itu di dalam dirinya. Dalam diri manusia ada yang disebut Nafsu. Ini bukan mengacu kepada nafsu dalam bahasa Indonesia yang artinya dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Nafsu disini dalam istilah Al qur’an adalah jiwa. Yang cenderung baik dan ada juga yang buruk. Allah Swt menciptakan jiwa (nafs) secara sempurna dan menganugerahkan kepada nafsu ini kemampuan ke arah yang baik dan buruk. Bagi mereka yang mampu mensucikan jiwanya, maka dia akan beruntung, sebaliknya, jika mereka mengotori jiwanya maka merugilah dia.

Qs. As Syams (91): 7-10  
وَنَفۡسٖ وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ 
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ 
 قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ 
وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠ 
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh. Ketika berpuasa, setiap Muslim disuruh untuk senantiasa menahan dari segala yang membatalkan puasa, seperti makan, minum dan bersetubuh. Larangan itu hanya berlaku pada siang hari saja, pada waktu malam ketiga hal itu dibolehkan. Tidak itu saja, puasa yang baik itu tidak hanya mampu menahan makan, minum, dan bersetubuh. Puasa dituntut untuk lebih dari itu. Yakni, mampu menahan diri dari segala sifat-sifat jelek dan buruk yang bisa mengurangi pahala puasa. Rasulullah Saw menyatakan bahwa puasa itu adalah benteng (pertahanan). Untuk itu, ketika seseorang berpuasa hendaklah dia jangan mengatakan perkataan yang buruk, kotor, jorok dan porno. Ketika berpuasa juga dilarang berkelahi atau bertengkar, berteriak-teriak sambil memarahi dan mengumpat, menghina, merendahkan, berbohong dan sebagainya. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi maka katakan saja bahwa dia sedang berpuasa. Sebab, orang yang berpuasa tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Mulutnya terjaga dari perkataan kotor. Matanya terjaga dari pandangan yang yang mengandung birahi. Telinganya terjaga dari pendengaran yang jelek. Kakinya terjaga dari langkah menuju tempat maksiat. Tangannya juga terjaga dari sentuhan yang jelek. Bahkan hatinya pun juga terjaga dari sifat sombong, pamer, iri, dengki, dan sebagainya. Semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan buruk. Hidupnya senantiasa terkontrol untuk tidak melakukan kejahatan. Puasa telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang berakhlakul karimah. Yang senantiasa taat terhadap perintah Allah Swt dan memiliki sifat-sifat yang baik.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ. (رواه البجارى و مسلم و النسائي)
Rasulullah Saw bersabda: “Allah Ta'ala telah berfirman: "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan shaum itu adalah benteng, maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan shaum, maka janganlah dia berkata rafats (berbicara keji yang termasuk di dalamnya adalah jima) dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia mengatakan 'Aku orang yang sedang shaum'. Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya, yaitu apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah shaumnya itu." (HR. Bukahri No. 1771, Muslim No. 1944, Nasa'i No. 2186).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (رواه البخارى و أبي داوود و أحمد)
Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw beliau bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya (puasa).” (HR. Bukhari No. 1770, Abu Daud No. 2015, Ahmad No. 9463).  

Hadis Nabi Saw yang menyatakan setan dibelenggu merupakan metafora, yaitu pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Hal ini juga bisa dipahami dari awal hadis yang menyatakan bahwa pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup. Surga dan neraka disediakan oleh Allah Swt kelak di alam akhirat. Sebagai bentuk balasan bagi makhluknya yang berbuat baik dan jahat. Pintu surga dan neraka hanya akan dibuka oleh Allah Swt pada Hari Pembalasan. Ketika manusia dan jin diadili oleh Allah Swt atas perbuatan mereka selama di dunia. Bagi yang banyak kebaikannya maka akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya, jika banyak kejahatannya maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka. Untuk itu, hadis yang berkaitan dengan pintu surga, pintu neraka dan setan dibelenggu merupakan metafora. Kenapa bisa begitu?. Sebab, selama Ramadan, Allah Swt memberikan ‘obral pahala’. Pada bulan Ramadan, Allah Swt memberikan pahala yang berlipat ganda terhadap hamba-Nya yang beribadah. Sekecil apapun ibadah yang dilakukan akan mendapat pahala yang besar. Sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya diluar Ramadan. Rasulullah Saw menyatakan tidur pada saat berpuasa itu ibadah. Tapi jangan sampai tidurnya berlebihan sehingga lalai melaksanakan ibadah yang wajib. Bau mulut orang yang berpuasa harum bagai minyak kasturi, bahkan lebih harum dari itu disisi Allah Swt. Ibadah-ibadah sunnah banyak dilakukan selama Ramadan. Seperti salat tarawih, baca qur’an, iktikaf di masjid dan musala, sedekah, infaq, zakat, silaturahmi, tahajud, sahur, dan sebagainya. Selama Ramadan orang-orang mampu menjaga matanya dari pandangan kotor, mulut terjaga dari perkataan jelek, telinga mendengar kalimat atau suara yang baik, kaki dilangkahkan menuju masjid dan musala untuk ibadah dan mendengar ceramah. Hati terjaga dari sifat sombong, iri, dengki, suka pamer, dan sebagainya. Pada bulan Ramadan orang berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan. Apalagi di sepuluh akhir Ramadan, banyak orang yang meningkatkan aktivitas ibadahnya. Mereka melakukan itu untuk mengharapkan kedatangan malam seribu bulan, yakni Lailatur Qadar. Malam yang apabila didapatkan atau ditemuinya akan mendapat pahala sama dengan ibadah yang dikerjakan selama 1000 bulan. Persamaan usia manusia sekitar 80 tahun melakukan ibadah. Sungguh luar biasa.  Ini melambangkan bahwa pintu surga terbuka.

Selain itu, kejahatan selama Ramadan juga berkurang. Bukannya tidak ada lagi. Pembunuhan, perkelahian, korupsi, tawuran mabuk-mabukan, judi, zina, riba, dan lain-lainnya cenderung menurun. Para pelaku kejahatan juga menghormati bulan Ramadan. Mereka untuk sementara ‘tiarap’ dulu berbuat jahat. Sifat-sifat buruk juga tertahan, seperti sombong, riya, iri, dengki, marah, mengolok-olok, meremehkan, menghina, fitnah, gibah, adu domba, dan sebagainya. Ini juga perlambang dari pintu-pintu neraka tertutup. Di tambah lagi dengan setan dibelenggu. sehingga membuat kesyahduan dan kekhusyukan Ramadan sungguh sangat terasa dari awal sampai akhirnya. Dari sini kita bisa memahami bahwa pintu surga terbuka, pintu neraka tertutup dan setan dibelenggu adalah metapora. Pada saat ramadan setan tidak bisa atau sangat sulit membisikkan kejahatan kepada manusia. Ini disebabkan, umat Islam berlomba-lomba melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat dan buruk. Selama Ramadan, semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan jahat. Mata ditahannya memandang kepada yang mengandung birahi. Mulut dan lisannya terjaga mengeluarkan kata-kata kasar dan mengumpat. Kaki selalu dilangkahkan menuju masjid dan musala. Telinganya senantiasa mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al qur’an dan selawat Nabi Saw.

Iman dan Introspeksi Diri

Pintu surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan terbelenggu akan didapatkan oleh setiap Muslim jika melakukan puasanya dengan baik dan benar. Di dalam Al Qur’an Allah Swt menyatakan bahwa puasa itu diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki iman dan kelak akan mendapatkan derajat takwa. Allah Swt menyatakan bahwa iman merupakan syarat pertama dalam berpuasa. Iman merupakan pondasi dalam menjalankan ibadah puasa. Mereka yang tidak beriman maka dia tidak akan mampu melakukan puasa sebaik mungkin sampai meraih derajat takwa itu.

Qs. Al Baqarah (2): 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Iman merupakan fondasi dasar dalam beragama seseorang. Iman adalah percaya akan keberadaan Allah Swt yang diucapkan dengan lisan, diyakini dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan. Keyakinan orang yang beriman hanya tertuju kepada Allah Swt. Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Kepercayaan hanya kepada Allah Swt itu membuat orang Islam yakin akan keberadaan-Nya. Setiap Muslim menyandarkan hidupnya hanya kepada-Nya. Meminta segalanya juga hanya kepada-Nya. Untuk menunjukkan kualitas keimanannya maka setiap Muslim harus melakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya. Semakin baik keimanannya, maka semakin baik pula agama yang dilakukannya. Setiap perbuatan baik (amal shaleh) biasanya dimulai dengan iman. Banyak ayat dalam Al qur’an yang menyatakan iman dulu baru perbuatan baik. Diantaranya adalah :

Qs. Al Kahfi (18): 107
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا ١٠٧
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”

Qs. Thaha (20): 82
وَإِنِّي لَغَفَّارٞ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ ٨٢
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”

Qs. Al Hajj (22): 50
فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٥٠
“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.”

Qs. Fushshilat (41): 8
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ ٨
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.”

Ketika seseorang menyatakan beriman, maka dia harus mempraktekkan iman itu dengan perbuatan baik. Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya agar berbuat baik sebanyak-banyaknya. Bahkan disuruh-Nya untuk berlomba-lomba dalam mengejar kebaikan itu. Keimanan yang kuat akan membuat setan tidak bisa berbuat apa-apa terhadap seorang Muslim. Iman akan menjaganya dari perbuatan buruk dan jahat. Sebab, dengan keyakinannya akan keberadaan Allah Swt di dalam setiap nafas kehidupannya, maka dia akan selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya (introspeksi). Dengan melakukan introspeksi, seseorang dapat mengenal kekurangan dirinya, menyesal dan bertaubat atas setiap kesalahan yang telah dilakukannya, bahkan bisa menjadi lebih dekat kepada Allah Swt. Introspeksi akan melahirkan kesadaran dan ketenangan batin, sedang mengabaikannya akan berpotensi mengakibatkan berlanjutnya kesalahan dan ini pada akhirnya akan mengundang bencana bagi dirinya. Disinilah Nabi saw menyatakan bahwa orang yang berpuasa dan melakukan introspeksi diri, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه البجارى و مسلم و النسائي و ابن ماجه و أحمد)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda:Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan introspeksi diri, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No. 37, Muslim No. 1268, Nasa'i No. 2174, Ibnu Majah No. 1631, Ahmad No. 6873).

Dari sini terlihat jelas, kenapa setan terbelenggu pada bulan Ramadan. Setan tidak akan mampu membisikkan sifat-sifat buruk dan jahat kepada orang-orang yang beriman yang selalu melakukan introspeksi dirinya. Setiap ibadah atau perbuatan baik yang dilakukannya selalu dievaluasinya. Apakah meningkat atau menurun?. Dengan begitu, keimanannya akan terus bertambah dan bertambah lagi sampai menuju kepada derajat yang lebih tinggi yaitu takwa. Orang yang sudah mencapai derajat takwa dalam hidupnya selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Dimanapun dan kapanpun ia berada, dia merasa Allah Swt selalu hadir dalam kehidupannya. Sehingga tidak ada lagi celah untuk berbuat atau bersikap buruk dan jahat kepada orang lain, baik yang nampak oleh mata maupun yang kasat mata. Dia merasa Allah Swt senantiasa ‘hadir’ dalam hidupnya. Dengan begitu, setan manapun (baik dari bangsa jin dan manusia) tidak akan mampu menjerumuskannya ke jalan yang sesat. Dan ini tetap berlanjut setelah Ramadan usai. Di saat itulah sebenarnya setan telah terbelenggu. Tidak hanya di bulan Ramadan, akan tetapi terus berlanjut sepanjang tahun. Bahkan sampai ajal menjemputnya kelak. Semoga!. Wallahu a’lam…


#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 18 Mei 2020

Selasa, 12 Mei 2020

Karakter Setan

Di dalam Al qur’an, Allah Swt banyak menggunakan istilah setan untuk menunjukkan karakter yang tidak baik itu. Dimana sumbernya sangat beragam. Lantas, sejak kapan sifat-sifat setan itu ada? Setan sebagai sifat keburukan sebenarnya sudah ada sejak alam semesta ini diciptakan.

Pertama, adanya kegelapan

Kegelapan adalah variabel pertama dan utama dalam sifat-sifat setaniah. Dimana ia muncul bersamaan dengan diciptakannya cahaya. Dimana ada cahaya, maka dibalik cahaya itu pasti ada kegelapan.

Itulah sebabnya kegelapan menjadi simbol utama dari kejahatan, kesesatan, pembangkangan, kekejaman, kerusakan, dan berbagai macam sifat buruk lainnya yang cenderung menghancurkan. Begitu sebaliknya, cahaya menjadi simbol dari kebaikan, ketaatan, kasih sayang, jalan lurus, dan berbagai macam sifat kebaikan lainnya yang akan memunculkan kesejahteraan, ketertataan, ketentraman, kesejukan, dan kedamaian.

Qs. Al baqarah (2): 257
ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥٧
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Di dalam hadis, Rasulullah Saw juga menyatakan bahwa apabila kegelapan malam datang. Pada saat petang hari, maka jagalah anak-anak kalian. Sebab pada saat gelap itu setan sedang berkeliaran. Untuk mengganggu dan menggoda manusia untuk tidak melakukan salat dan sebagainya. Jika malam telah berlalu beberapa saat, artinya telah sampai waktu magrib, maka tutuplah pintu-pintu rumah. Sebutlah nama Allah dan laksanakan salat magrib berjamaah. Sebab, pada waktu itu setan tidak akan bisa menyesatkan manusia.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا. (رواه البخارى)
Rasulullah Saw bersabda:Jika kegelapan malam datang, atau kalian berada pada petang hari, jagalah anak-anak kalian karena pada saat itu setan sedang berkeliaran. Jika malam telah berlalu beberapa saat, bolehlah kalian biarkan mereka dan tutuplah pintu rumah dan sebutlah nama Allah karena setan tidak akan membuka pintu yang tertutup.” (HR. Bukhari No. 3059)

Dihadits lain juga disebutkan bahwa setan akan keluar ketika matahari telah terbenam sampai hilang cahaya senjanya. Untuk itu, laranglah anak-anak kita untuk berkeliaran pada waktu itu. Suruh mereka pulang kerumah untuk mandi dan bersiap-siap melaksanakan salat magrib berjamaah di masjid, mushalla maupun dirumah.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ. (رواه المسلم)
Rasulullah Saw bersabda: Jangan biarkan ternak dan anak-anakmu lepas berkeliaran ketika matahari terbenam sampai hilangnya cahaya senja. Karena setan keluar ketika matahari terbenam sampai hilang cahaya senja. (HR. Muslim No. 3757).

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw menyatakan bahwa kezaliman itu akan mendatangkan kegelapan. Untuk itu hindarilah berbuat zalim kepada sesama manusia. Sebab perbuatan zalim itu merupakan perbuatan setan yang akan membawa kepada kehancuran bagi dirinya.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ. (رواه المسلم)
“Bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Hindarilah kezhaliman, karena kezaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak! Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang diharamkan.” (HR. Muslim No. 4675).

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخارى و مسلم و ترمذى)
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya kezaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak.” (HR. Bukhari No. 2267, Muslim No. 4676, At Tirmidzi No. 1953).

Kedua, mengantuk

Mengantuk bisa dikategorikan sebagai perbuatan setan. Sebab, rasa kantuk itu akan menimbulkan rasa lemas dan malas dalam menjalankan ibadah maupun perintah lain dari Allah Swt. Kantuk juga bisa melalaikan seseorang menjalankan kewajibannya. Ketika kantuk itu terasa berat sehingga membuatnya tertidur. Boleh jadi timbulnya rasa kantuk itu merupakan perbuatan setan yang iingin menyesatkannya. Berikut ini adalah ayat yang menyebut rasa kantuk itu sebagai gangguan setan, yaitu ketika suasana perang Badar. Dimana pasukan Islam pada waktu itu harus bersiaga dari serangan musuh. Sehingga muncul rasa mengantuk menghinggapi sebagian tentara Islam. Padahal, mengantuk itu merupakan perbuatan setan. Sehingga, Allah Swt memberikan pertolongan untuk mengusir rasa kantuk itu dengan cara menidurkan mereka beberapa saat dan lantas mengirimkan hujan yang menyegarkan kembali kondisi pasukan tersebut.

Qs. Al Anfal (8): 11
إِذۡ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ ١١
“(ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).”

Mengantuk merupakan rasa hendak tidur. Biasa didahului oleh kuap (menguap), yakni perihal (perbuatan) mengangakan mulut dengan menarik dan mengeluarkan napas karena mengantuk. Rasululullah saw juga menyatakan bahwa Allah Swt menyukai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap. Rasulullah Saw menyuruh umat islam yang bersin untuk memuji Allah Swt. Dan menyuruh orang yang mendengar bersin itu untuk mendoakannya agar senantiasa mendapat rahmat dari Allah Swt. Sedangkan orang yang menguap justru disuruh untuk berlindung dari godaan (bisikan) dari setan yang terkutuk. Untuk itu, berusahalah untuk menahan menguap itu yang akan mendatangkan kantuk. Apalagi ketika sedang melaksanakan ibadah salat. Sebab, menguap yang akan mendatangkan rasa kantuk itu merupakan perbuatan setan.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ. (رواه البخارى و ترمذى و ابن حبّان)
Dari Nabi Saw: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya.” (HR. Bukhari No. 5755, Tirmidzi No. 2671, Ibnu Hibban No. 2358).

Dalam riwayat Muslim, disebutkan bahwa apabila seseorang menguap, hendaklah ditutup dengan salah satu tangannya. Sebab, kalau tidak ditutupi dengan tangannya, maka setan bisa masuk kedalam tubuhnya. Sehingga sifat-sifat setaniah itu akan menjalar kedalam tubuhnya. Sebab dalam Riwayat lain disebutkan bahwa setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darahnya. Kalau setan sudah masuk dalam aliran darah itu, maka ia akan leluasa membisikkan sesuatu yang jahat ke dalam hati manusia. Dan menjerumuskannya ke dalam kesesatan dan kedurhakaan. Naudzubillahi min dzalik…
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ. (رواه المسلم)
Rasulullah Saw bersabda: Bila salah seorang dari kalian menguap hendaklah ditutupi dengan tangannya karena sesungguhnya setan masuk.” (HR. Muslim No. 5311)

قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا. (رواه البخارى و مسلم و ابي داوود)
Beliau bersabda: Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Aku khawatir kalau-kalau setan membisikkan sesuatu yang jahat ke dalam hati kalian.” (HR. Bukhari No. 2870, Muslim No. 4041, Abu Daud 4342)

Ketiga, Pendusta

Sifat setan itu adalah suka berdusta. Dusta merupakan perkataan yang tidak benar (bohong). Apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan kenyataan. Dia sering menasihati orang lain dengan kebaikan-kebaikan akan tetapi dia sendiri tidak melakukannya. Ibarat lampu lilin, ia bisa menerangi orang yang dalam kegelapan, akan tetapi ia sendiri terbakar. Perbuatan dusta merupakan dosa. Allah Swt menyatakan bahwa tiap-tiap pendusta itu banyak pula dosanya.

Qs. Asy Syura (26): 221-226
هَلۡ أُنَبِّئُكُمۡ عَلَىٰ مَن تَنَزَّلُ ٱلشَّيَٰطِينُ ٢٢١  تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٖ ٢٢٢ يُلۡقُونَ ٱلسَّمۡعَ وَأَكۡثَرُهُمۡ كَٰذِبُونَ ٢٢٣  وَٱلشُّعَرَآءُ يَتَّبِعُهُمُ ٱلۡغَاوُۥنَ ٢٢٤  أَلَمۡ تَرَ أَنَّهُمۡ فِي كُلِّ وَادٖ يَهِيمُونَ ٢٢٥ وَأَنَّهُمۡ يَقُولُونَ مَا لَا يَفۡعَلُونَ ٢٢٦ 
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya).”

Dalam hadis, Rasululullah Saw juga menyatakan bahwa pendusta itu adalah setan. Dia bisa menyusup atau menyamar menjadi orang yang baik. Mengatakan yang baik-baik, padahal semua yang diucapkannya adalah dusta. Untuk itu berhati-hatilah kepada orang yang seperti ini. Terkadang, dihadapan kita ia baik dan bermuka manis, tetapi dibelakang justru menikam.
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ. (رواه البخارى)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw menugaskanku untuk menjaga harta zakat Ramadlan. Lalu datang seseorang yang menyusup hendak mengambil makanan, maka aku pun menyergapnya seraya berkata: "Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada Rasulullah Saw." Lalu ia bercerita dan berkata: "Jika kamu hendak beranjak ke tempat tidur maka bacalah ayat kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi." Maka Nabi Saw pun bersabda: "Ia telah berkata benar padamu, padahal ia adalah pendusta. Penyusup itu adalah setan.” (HR. Bukhari No. 4624).

Lawan pendusta adalah jujur. Dusta adalah sifat orang munafik, sedangkan jujur merupakan sifat mukmin. Kejujuran adalah fondasi keimanan, sedangkan kebohongan adalah benih dari kemunafikan. Kejujuran merupakan kunci untuk meraih kebaikan. Sifat jujur akan mengarahkan seseorang kepada kebaikan dan jalan menuju surga. Hal ini tidak akan didapatkan oleh para pendusta. Sebab, kebohongan yang dilakukannya akan menggiring mereka kepada keburukan (kejahatan) dan jalan menuju neraka. Sekali berdusta, ia akan dicatat sebagai pendusta, begitu juga ketika ia berkata jujur akan dicatat sebagai orang yang jujur. Semakin banyak kedua perbuatan itu dilakukan, semakin banyak pula catatannya. Catatan dusta akan menggiring ke neraka, sedangkan catatan jujur akan menggiringnya ke surga.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا. (رواه البخارى و مسلم ترمذى)
Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari No. 5629, Muslim No. 4719, Tirmidzi No. 1894)

Keempat, Penipu

Selain pendusta, setan juga merupakan penipu ulung. Tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong atau palsu) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Perbuatan menipu bisa juga dengan mengecoh, yakni kecurangan yang merugikan orang, seperti barang palsu dikatakan tulen, mengurangi berat atau ukuran barang, mencampuri dengan barang yang kurang baik dan sebagainya. Kalau pendusta lebih kepada perkataannya, sedangkan penipu bisa perbuatan dan perkataan sekaligus. Penipuan ini bisa dilakukan dalam semua aktivitas kehidupan sehari-hari. Yang paling banyak dilakukan oleh kalangan pedagang (bisnis). Tujuannya adalah untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya. Walaupun dilakukan dengan berbagai cara, sampai mengorbankan harga diri dan bahkan nyawa orang lain. Setan tidak hanya berhenti sampai disitu. Setan akan menipu manusia agar mereka lupa mengintat Allah Swt. Setan memberikan janji-janji palsu berupa angan-angan kosong belaka. Setan menjanjikan kebahagian, kesenangan dan kedamaian. Padahal itu bohong, justru setan mengajak golongannya (jin dan manusia) untuk menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. Dari sini, kita mengetahui bahwa godaan setan itu sebenarnya lemah. Setan hanya memberikan angan-angan kosong saja. Semuanya fatamorgana dan tidak nyata. Apa yang dijanjikan Allah Swt adalah kenyataan dan pasti. Untuk itu, jangan terbuai oleh angan-angan kosong yang menyenangkan. Semuanya akan hilang dan justru akan mendapatkan balasan yang amat buruk dari Allah Swt kelak, yakni neraka yang menyala-nyala. Nauzdubillahi min dzalik….

Qs. Fathir (35): 5-6
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ ٥ 
إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ٦ 
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Qs. Al Isra (17): 64
وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ وَأَجۡلِبۡ عَلَيۡهِم بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ وَعِدۡهُمۡۚ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا ٦٤
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.”

Qs. An Nisa (4): 120
يَعِدُهُمۡ وَيُمَنِّيهِمۡۖ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا ١٢٠
“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”

Qs. Al Hadid (57): 14
يُنَادُونَهُمۡ أَلَمۡ نَكُن مَّعَكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمۡ فَتَنتُمۡ أَنفُسَكُمۡ وَتَرَبَّصۡتُمۡ وَٱرۡتَبۡتُمۡ وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمۡرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ ١٤
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.”

Qs. An Nisa (4): 76
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱلطَّٰغُوتِ فَقَٰتِلُوٓاْ أَوۡلِيَآءَ ٱلشَّيۡطَٰنِۖ إِنَّ كَيۡدَ ٱلشَّيۡطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا ٧٦
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.

Bentuk penipuan yang dilakukan setan kepada manusia adalah dengan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik. Setan membisikkan kepada manusia bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu benar, padahal justru bertentangan dengan perintah Allah Swt. Meminum khamar, mencuri, menipu, berdusta, berzina, merampok, berjudi, riba, kikir, meninggalkan salat, puasa, zakat, haji dan sebagainya merupakan perbuatan keji (buruk). Setan mengarahkan manusia untuk melakukan semua yang dilarang itu. Setan selalu menyesatkan manusia dengan bujuk rayunya. Dengan mengatakan bahwa yang dilakukannya itu adalah benar. Ini dilakukan setan agar manusia tidak bisa kembali ke jalan Allah Swt (kebenaran). Dan terus mengikutinya sampai manusia tersesat dari jalan kebenaran. Padahal, semua itu merupakan tipu muslihat dari setan yang terkutuk.

Qs. Fathir (35): 8
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنٗاۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۖ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٨
“Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Qs. An Nahl (16): 63
تَٱللَّهِ لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰٓ أُمَمٖ مِّن قَبۡلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ ٱلۡيَوۡمَ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ٦٣
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.”

Qs. Al Ankabut (29): 38
وَعَادٗا وَثَمُودَاْ وَقَد تَّبَيَّنَ لَكُم مِّن مَّسَٰكِنِهِمۡۖ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ وَكَانُواْ مُسۡتَبۡصِرِينَ ٣٨
“Dan (juga) kaum ´Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam.”

Kelima, Lupa mengingat Allah Swt

Setan membangun strategi untuk terus memperdaya manusia. Bersama dengan pasukannya, setan menyusun rencana untuk melalaikan manusia ingat kepada Allah Swt. Setan akan menawarkan kesenangan dan kenikmatan duniawi. Setan membujuk manusia untuk menyenangi harta benda, kekayaan, jabatan, kemewahan, syahwat, wanita, anak-anak dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk melalaikan manusia dari kewajiban agama yang dibebankan kepada mereka. Salat, puasa, zakat, sedekah, haji bisa tidak dikerjakannya lagi. Setan juga menghiasi diri manusia dengan kesombongan, keangkuhan, gila hormat, senang dipuji sehingga lupa dengan jati dirinya sebagai manusia. Lupa bahwa semua itu merupakan pemberian dari Allah Swt yang harus disyukurinya. Kesenangan dan kenikmatan dunia merupakan senjata setan untuk melalaikan manusia ingat kepada Allah Swt.

Qs. Al Mujadilah (58): 19
ٱسۡتَحۡوَذَ عَلَيۡهِمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمۡ ذِكۡرَ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱلشَّيۡطَٰنِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ١٩
“Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.”

Allah Swt memberikan peringatan kepada manusia, agar jangan sampai harta, dan anak-anakmu melalaikan kamu mengingat Allah Swt. Sebab, semua itu akan membuatnya rugi.

Qs. Al Munafiqun (63): 9
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ٩
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”

Selain itu, bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah Swt. Kelalaian itu akan terbawa sampai dia meninggal dunia (alam kubur). Kelak ia akan tersadar dan mengetahui kelalaiannya itu. Ketika di alam kubur ia akan diperlihatkan oleh Allah Swt siksa neraka jahim. Akibat ia bermegah-megah hidup didunia. Kelak ia akan mempertanggungjawabkan semuanya dengan mendapat pertanyaan diakhirat kelak. Dan ia tidak akan bisa menjawabnya dan mendapat siksa neraka Jahanam. Nauzdubillahi min dzalik…

Qs. At Takatsur (102): 1-8
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣  ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤ كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ ٥  لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦  ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧  ثُمَّ لَتُسۡ‍َٔلُنَّ يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨ 
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”

Keenam, Boros

Yakni membelanjakan harta secara berlebih-lebihan dalam hal yang mubah (boleh) atau menggunakan harta kepada sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti penampilan, makanan, kendaraan, perabotan rumah, aksesori, dan sebagainya. Allah Swt menyatakan bahwa boros itu merupakan saudara setan. Padahal setan itu sangat ingkar kepada tuhannya. Dengan sifat boros ini, setan hendak menjerumuskan manusia ke arah sifat keangkuhan, sombong dan ingin pamer (riya), serta senang menerima sanjungan atau pujian dari orang lain. Dia akan memandang rendah kepada orang lain, seolah-olah kemulian dan kehormatan telah menjadi miliknya.

Qs. Al Isra (17): 26-27
وَءَاتِ ذَا ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلۡمِسۡكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا ٢٦
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Rasulullah Saw menyatakan, bahwa celakalah orang yang berlebih-lebihan dan melampaui batas. Rasulullah mengucapkannya sampai tiga kali. Artinya, apa yang dilarang oleh Rasul itu merupakan sesuatu yang sangat serius. Umat Islam harus benar-benar menjauhi sifat boros ini, karena akan mendatangkan kerugian dan membuat celaka bagi pelakunya.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. (رواه أبي داوود)
Dari Nabi Saw, beliau bersabda :Ketahuilah, sesungguhnya celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan dan melampaui batas." Beliau ucapkan hal itu hingga tiga kali.” (HR. Abu daud No. 3992)

Sifat boros ini biasanya beriringan dengan sifat kikir (pelit). Orang suka boros dalam membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat cenderung kikir. Dia tidak mau membagi (sedekah/infak) hartanya kepada orang yang membutuhkan. Orang kikir sangat menyayangi harta bendanya. Dia tidak menginginkan hartanya itu dinikmati oleh orang lain, walaupun Cuma sedikit. Orang yang kikir lebih suka menghambur-hamburkan hartanya untuk dirinya sendiri. Dia hidup bergelimang harta, akan tetapi lupa untuk berbagi. Allah Swt menyuruh hambanya untuk senantiasa menginfakkan hartanya di jalan Allah Swt. Akan tetapi diantara manusia ada yang kikir. Padahal, sifat kikir itu hanya untuk dirinya sendiri. Harta yang dimilikinya merupakan kepunyaan-Nya. Allah Swt Maha Kaya. Allah Swt tidak memiliki kehendak terhadap harta benda manusia. Justru manusia itulah yang berkehendak kepada-Nya. Untuk apa berbuat kikir. Sifat kikir itu membelakangi nilai-nilai kebenaran. Ia merupakan karakter setan yang terkutuk. Sifat kikir tidak akan mendatangkan manfaat, justru akan mencelakakan dan merugikan dirinya sendiri.

Qs. Muhammad (47): 38
هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ تُدۡعَوۡنَ لِتُنفِقُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَمِنكُم مَّن يَبۡخَلُۖ وَمَن يَبۡخَلۡ فَإِنَّمَا يَبۡخَلُ عَن نَّفۡسِهِۦۚ وَٱللَّهُ ٱلۡغَنِيُّ وَأَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُۚ وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم ٣٨
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.”

Qs. At Taubah (9): 76
فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ بَخِلُواْ بِهِۦ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ٧٦
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).”

Rasulullah saw, juga menyatakan untuk makan, minum dan bersedekah serta berpakaian secara sederhana. Jangan sampai berlebih-lebihan dan sombong dalam menggunakan Karunia yang telah diberikan Allah swt kepadanya. Sebab, berlebih-lebihan dan sombong itu merupakan sifat setan yang harus dijauhi sejauh-jauhnya, agar mendapat kebahagiaan yang hakiki.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ. (رواه ابن ماجه)
Rasulullah Saw bersabda: Makan dan minumlah, bersedekah dan berpakaianlah kalian dengan tidak berlebih-lebihan atau kesombongan.” (HR. Ibnu Majah No. 3595)

Ketujuh, Menimbulkan Perselisihan

Fitnah dan adu domba merupakan sifat setan. Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang dan lain-lain. Sedangkan adu domba (namimah) adalah menjadikan berselisih (bertikai) di antara pihak yang sepaham atau menarungkan (mempertarungkan, memperlagakan) kita sama kita. Fitnah dan adu domba merupakan perbuatan yang dilakukan untuk mendatangkan perselisihan diantara sesama. Bisa teman dengan orang lain, teman dengan teman, suami istri, antar saudara, rekan seprofesi, tokoh agama (ulama). Bahkan antar suku, bangsa dan Negara. Fitnah dan adu domba ini merupakan perbuatan yang sangat dahsyat efek buruknya. Bisa saja suatu persahabatan yang sudah terjalin dengan sangat baik selama puluhan tahun pecah (rusak) akibatnya. Sesama saudara bisa menjadi musuh. Suami istri akan bercerai. Antar tokoh agama (ulama/ustaz) saling serang dengan dalil-dalil agama. Antar suku saling serang. Bahkan antar Negara bisa terjadi perang yang akan menimbulkan kerusakan dan kehanuran suatu bangsa. Fitnah dan adu domba ini akan menimbulkan permusuhan dimana-mana. Tidak memandang apa dan siapapun. Karena itu sifat fitnah dan adu domba ini merupakan sifat yang sangat keji dan harus dijauhi sejauh-jauhnya agar mendatangkan kebahagian, ketentraman dan kedamaian di muka bumi ini. Fitnah dan adu domba merupakan perbuatan setan, agar dikalangan manusia terus terjadi perselisihan yang tidak ada ujungnya. Musuh sebenarnya dari manusia adalah setan yang ada didalam dirinya dan bisikan Iblis.

Qs. Al Isra (17): 53
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَهُمۡۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلۡإِنسَٰنِ عَدُوّٗا مُّبِينٗا ٥٣
“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Qs. Al Baqarah (2): 208
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Selain dengan fitnah dan adu domba. Setan juga menimbulkan perselisihan yang akan menimbulkan permusuhan dan kebencian dengan meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah. Meminum khamar (mabuk-mabukan) dan judi akan melalaikan manusia mengingat Allah Swt. Mabuk-mabukan dan judi akan menimbulkan permusuhan. Orang yang mabuk akan hilang akalnya. Dia tidak menyadari siapa dirinya. Dia juga tidak sadar dengan apa yang diperbuat dan apa yang dikatakannya. Ketika mabuk dia bisa berbuat apa saja, seperti berzina, memukul, memerkosa, bahkan membunuh. Ketika mabuk dia juga tidak menyadari apa yang dikatakannya, seperti menghina, mengolok-olok, sesuatu yang rahasia, dan kata-kata jorok. Orang mabuk akan menyebabkan permusuhan dan pertikaian. Begitu juga dengan judi. kalah dan menang dalam judi itu hal yang biasa. Tidak ada dalam judi itu menang terus, atau kalah terus. Keduanya datang silih berganti, sehingga menyebabkan penasaran bagi yang berjudi. Itulah yang membuat mereka menjadi ketagihan. Sehingga terus-menerus berjudi. Ketika menang, hasilnya justru dibuat untuk foya-foya. Mabuk-mabukan dan zina merupakan hasil dari kemenangan judi. Yang kalah, akan menjadi merasa dan jatuh miskin. Akibatnya dia bisa mencuri, merampok, membajak, mengintimidasi, dan bahkan membunuh orang. Tidak ada orang yang kaya karena judi. Justru dengan judi hidupnya akan melarat dan jatuh miskin. Mabuk dan judi merupakan perbuatan setan, maka berhentilah melakukannya agar kamu mendapatkan keberuntungan hidup di dunia dan akhirat kelak.   

Qs. Al Ma’idah (5): 90-91
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٩٠ 
إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةَ وَٱلۡبَغۡضَآءَ فِي ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِ وَيَصُدَّكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّنتَهُونَ ٩١ 
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”

Kedelapan, Menyesatkan Manusia Tanpa Pengetahuan

Sifat setan adalah menyesatkan. Yakni mengajak atau membisikkan kepada manusia dan jin agar tergelicir bahkan menjauh dari jalan yang benar. Jalan yang lurus dan mendapat rahmat Allah Swt. Tugas setan dan balatentaranya adalah menyesatkan sebanyak-banyak kalangan manusia dan jin agar ingkar terhadap kewajibannya sebagai Hamba, yakni mengabdi (beribadah) kepada Allah Swt. Karena tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah mengabdikan dirinya hanya untuk Allah Swt.

Qs. Adz Dzariyat (51): 56
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Justru setan ingin melalaikan golongan jin dan manusia dari tujuan penciptannya itu. Setan menyesatkannya dengan cara membuat rasa was-was di dalam dirinya. Was-was adalah sifat ragu-ragu, kurang yakin atau khawatir terhadap sesuatu. Sifat was-was ini dibisikkan setan di dalam hatinya sehingga muncul keragu-raguan terhadap apa yang akan dilakukannya. Ketika seseorang ingin berbuat baik, seperti sedekah, zakat, puasa, salat, haji dan sebagainya. Maka setan membuat sifat keragu-raguan itu. Akibat dari sifat ragu itu bisa jadi tidak dapat dilakukannya. Niat hati ingin sedekah, ternyata tidak jadi (batal). Sifat was-was juga muncul ketika salat. Sudah niat mau takbir, muncul was-was ini sehingga takbirnya menjadi beberapa kali. Sifat was-was ini juga menyerang mereka yang akan berdakwah dan jihad. Berbagai macam pertimbangan dibuat setan agar menimbulkan keraguan sehingga tidak jadi melakukan dakwah dan jihad. Semua jalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia pasti akan diganggu oleh setan dengan mendatangkan rasa was-was dihatinya. Tujuannya agar manusia tidak jadi menuju jalan kebenaran itu.

Qs. Ya Sin (36): 62
وَلَقَدۡ أَضَلَّ مِنكُمۡ جِبِلّٗا كَثِيرًاۖ أَفَلَمۡ تَكُونُواْ تَعۡقِلُونَ ٦٢
“Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan?.”

Qs. Al A’raf (7): 201-202
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ إِذَا مَسَّهُمۡ طَٰٓئِفٞ مِّنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبۡصِرُونَ ٢٠١ 
وَإِخۡوَٰنُهُمۡ يَمُدُّونَهُمۡ فِي ٱلۡغَيِّ ثُمَّ لَا يُقۡصِرُونَ ٢٠٢ 
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan).”

Sebenarnya, tujuan setan menyesatkan dengan menimbulkan rasa was-was itu tidak berdasar. Setan menyesatkan manusia tanpa dasar pengetahuan yang matang. Ketika seseorang menyadari dan yakin dengan apa yang akan diperbuatnya, maka setan tidak akan bisa berbuat apa-apa. Keyakinan dalam diri manusia itu muncul ketika dia mengetahui perbuatannya. Kalau dia yakin bahwa perbuatannya itu benar dan merupakan perintah Allah Swt. Maka setan tidak akan bisa menyesatkannya. Diperlukan ilmu pengetahuan yang banyak agar manusia benar-benar yakin dengan apa yang dilakukannya. Yang penting jangan sampai berpaling atau menjauh dari pengajaran Allah Swt. Tetap berpegang kepada Al qur’an dan Sunah Nabi saw. Dia yakin apa yang diperbuatnya akan mendapat hasil yang baik. Hasil yang akan membawanya kepada kebahagian dan kedamaian. Hasil yang akan mengarahkannya berjumpa dengan Tuhannya. Insya Allah, setan tidak akan mampu memperdaya mereka.

Qs. Al An’am (6): 144
وَمِنَ ٱلۡإِبِلِ ٱثۡنَيۡنِ وَمِنَ ٱلۡبَقَرِ ٱثۡنَيۡنِۗ قُلۡ ءَآلذَّكَرَيۡنِ حَرَّمَ أَمِ ٱلۡأُنثَيَيۡنِ أَمَّا ٱشۡتَمَلَتۡ عَلَيۡهِ أَرۡحَامُ ٱلۡأُنثَيَيۡنِۖ أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ وَصَّىٰكُمُ ٱللَّهُ بِهَٰذَاۚ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيۡرِ عِلۡمٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٤
“Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Qs, Al Hajj (22): 3-4
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيۡطَٰنٖ مَّرِيدٖ ٣ 
كُتِبَ عَلَيۡهِ أَنَّهُۥ مَن تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُۥ يُضِلُّهُۥ وَيَهۡدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ ٤ 
“Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang jahat, yang telah ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.”

Qs. Az Zukhruf (43): 36-37
وَمَن يَعۡشُ عَن ذِكۡرِ ٱلرَّحۡمَٰنِ نُقَيِّضۡ لَهُۥ شَيۡطَٰنٗا فَهُوَ لَهُۥ قَرِينٞ ٣٦ 
وَإِنَّهُمۡ لَيَصُدُّونَهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّهُم مُّهۡتَدُونَ ٣٧ 
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.”

Kesembilan, Membisikkan pikiran an menyuruh berbuat jahat

Setan selalu membisikkan kedalam pikiran untuk berbuat jahat. Dan hal ini sudah dilakukannya kepada manusia pertama yaitu Adam dan istrinya Hawa. Adam a.s. yang telah hidup senang dan bahagia di dalam surga mendapat bujukan dan bisikan dari setan. Allah Swt membebaskan Adam a.s. dan istrinya memakan (buah-buahan) apapun yang ada di dalam surga. Allah Swt hanya melarang untuk tidak mendekati pohon tertentu di surga. Kelak pohon itu dipahami oleh sebagian umat Islam sebagai pohon khuldi atau buahnya disebut buah khuldi. Nama itu sebenarnya bukan dari Allah Swt, akan tetapi dari setan. Setan memberi nama pohon itu sebagai Khuld yang artinya kekal. Setan membisiki Adam a.s. dan istrinya jika memakan buah yang ada dipohn itu maka mereka berdua akan kekal di dalam surga. Ternyata bisikan setan itu adalah tipuan belaka. Ketika Adam a.s. dan istrinya memakan buah itu, justru nampaklah aurat mereka. Sesuatu yang tersembunyi akhirnya terlihat nampak oleh Adam a.s. Aurat merupakan batas tubuh yang harus ditutupi. Aurat itu harus disembunyikan karena bagian dari rahasia tubuh. Ketika aurta terbuka maka manusia akan mengalami rasa malu. Akibat, Adam a.s. melanggar larangan Allah Swt itu, maka ia menjadi durhaka dan tersesat.

Yang dimaksud dengan durhaka di sini ialah melanggar larangan Allah karena lupa, dengan tidak sengaja. Dan yang dimaksud dengan sesat ialah mengikuti apa yang dibisikkan setan. Kesalahan Adam a.s. meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa sudah dinamai durhaka dan sesat, karena tingginya martabat Adam a.s. dan untuk menjadi teladan bagi orang besar dan pemimpin-pemimpin agar menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang bagaimanapun kecilnya. Tingginya martabat seseorang dihadapan Allah Swt ditunjukkan dengan senantiasa melaksanakan segala perintahnya serta menjauhi semua larangannya. Sekecil apapun perintah itu, jika dari Allah Swt pasti akan dilaksakannya. Dan juga, sekecil apapun larangan itu kalau datang dari Allah Swt akan ditinggalkannya. Sebab, ketika dia telah mengabaikan perintah Allah dan justru larangan dikerjakannya, maka dia telah mendapat bisikan jahat setan yang durhaka dan sesat. Dia juga akan menjadi durhaka dan tersesat bersama dengan setan. Na’uzdubillah…

Qs. Al A’raf (7): 19-20
وَيَٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ فَكُلَا مِنۡ حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩
فَوَسۡوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ لِيُبۡدِيَ لَهُمَا مَا وُۥرِيَ عَنۡهُمَا مِن سَوۡءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنۡ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيۡنِ أَوۡ تَكُونَا مِنَ ٱلۡخَٰلِدِينَ ٢٠
“(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim. Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).”

Qs. Thaha (20): 120-121
فَوَسۡوَسَ إِلَيۡهِ ٱلشَّيۡطَٰنُ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ هَلۡ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلۡخُلۡدِ وَمُلۡكٖ لَّا يَبۡلَىٰ ١٢٠
فَأَكَلَا مِنۡهَا فَبَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخۡصِفَانِ عَلَيۡهِمَا مِن وَرَقِ ٱلۡجَنَّةِۚ وَعَصَىٰٓ ءَادَمُ رَبَّهُۥ فَغَوَىٰ ١٢١
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.”

Qs. Maryam (19): 44
يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيّٗا ٤٤
“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Di dalam hadis Nabi saw juga menyebutkan bahwa bisikan setan itu berbeda dengan bisikan malaikat. Bisikan setan selalu menjanjikan kepada kejahatan dan mendustakan kebenaran. Sedangkan bisikan malaikat selalu menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran. Apabila manusia mendapat bisikan tentang kebenaran dari malaikat, maka itu datang dari Allah Swt. Cepat-cepatlah ucapkan puji-pujian kepada-Nya. Tapi, jika manusia mendapat bisikan berupa kejahatan maka cepatlah berlindung kepada Allah Swt dari godaan dan bisikan setan yang terkutuk. Sebab, setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ الْأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ثُمَّ قَرَأَ (الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمْ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ) الْآيَةَ. (رواه الترمذى)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesunguhnya setan memiliki bisikan was-was kepada anak cucu Adam, dan Malaikatpun memiliki bisikan, adapun bisikan setan selalu menjanjikan kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan para Malaikat selalu menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran, barangsiapa mendapatkan demikian (bisikan malaikat) maka ketahuilah, sesungguhnya itu dari Allah dan memujilah kepada Allah, namun barangsiapa mendapatkan yang lainnya (bisikan setan), maka berlindunglah kepada Allah dari setan yang terkutuk dan bacalah ayat.” Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) (Qs. Al Baqarah (2): 268). (HR. At Tirmidzi No. 2914)

Selain membisikkan pikiran jahat, setan juga menyuruh untuk berbuat jahat dan keji. Setan tidak akan pernah berhenti membujuk bangsa jin dan manusia, sampai mereka juga berbuat kejahatan dan kekejian. Dengan begitu setan nantinya punya teman di dalam neraka.

Qs. Al Baqarah (2): 169
إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ١٦٩
“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Untuk itu Allah Swt telah menyatakan kepada manusia agar jangan terperdaya oleh kehidupan dunia yang menyenangkan dan membahagiakan. Sebab, kesenangan dunia itu akan memperdaya kamu dalam mentaati perintah Allah Swt. Kesenangaan dan kenikmatan dunia merupkan senjata setan untuk memperdaya manusia lalai dengan Allah Swt. Setan memperdaya manusia untuk lebih mencintai dunia daripada mencintai Allah Swt.

Qs. Luqman (31): 33
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡ وَٱخۡشَوۡاْ يَوۡمٗا لَّا يَجۡزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِۦ وَلَا مَوۡلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِۦ شَيۡ‍ًٔاۚ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ ٣٣
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.”

Begitulah, sifat-sifat setan yang digunakannya untuk menjerumuskan bangsa jin dan manusia dari pengabdiannya kepada Allah Swt. Manusia harus tetap waspada dan berhati-hati terhadap bisikan dan bujuk rayu setan. Kita harus bisa mengenali sifat-sifat setan itu. Agar kita mudah mengetahui bahwa yang akan dikerjakan itu merupakan hal yang tidak baik. Segala yang tidak baik pasti dari setan. Apabila dikerjakan maka akan berdampak buruk bagi kita. Kita akan ikut menjadi kawan atau saudara setan. Apabila itu terjadi maka ancaman siksa yang berat dari Allah Swt akan menimpa kita kelak. Bisa saja kita akan menjadi penghuni neraka dan kekal didalam bersama dengan para setan lainnya dari golongan jin dan manusia. Na’uzdubillah….Wallahu a’lam.


#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 12 Mei 2020

Popular