MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Selasa, 30 April 2019

Milenial, Bank Kalsel dan Haji (Cara Mudah, Ringan dan Aman Dalam Melaksanakan Ibadah Haji)


Milenial, Bank Kalsel dan Haji

(Cara Mudah, Ringan dan Aman Dalam Melaksanakan Ibadah Haji)*

 

Pendahuluan

Dalam abad 21 ini, ada pengelompokkan generasi berdasarkan tahun kelahirannya (umur). Setiap generasi itu ada masa dan zamannya. Ada generasi baby boomers kelahiran dari 1940-1960. Generasi X dari 1960-1980. Generasi Y dari 1980-2000. Geneari Z dari tahun 2000-2010. Dan, Generasi Alpha dari 2010-2025. Dari beberapa generasi itu, generasi Y merupakan generasi yang mendominasi keadaan penduduk di dunia saat ini. Generasi Y juga disebut sebagai generasi milenial.  Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Usia dari generasi milenial saat ini diperkirakan antara 19 sampai 39 tahun.

Kaum Milenial ini, ada yang mulai merintis pendidikan tingginya. Ada juga yang sedang merintis usaha dan pekerjaannya. Ada yang merintis membina rumah tangga. Ada yang merintis dibidang politik, ekonomi, pertahanan, keamanan, dan sebagainya. Kaum milenial inilah kelak yang akan menjadi penerus estafet kepemimpinan di negara ini. Apa yang dirintis sebelumnya itu, tidak berapa lama lagi akan mereka nikmati. Mereka akan menjadi pionir kemajuan sekaligus pengganti generasi X nantinya. Di tangan mereka inilah kemajuan dan kemunduran peradaban suatu bangsa nantinya.

Dalam bidang agama, kaum milenial ini juga termasuk yang akan mempengaruhi kehidupan umatnya. Kaum milenial ini juga yang akan menjadi penerus dakwah generasi X. Kaum milenial akan menjadi tokoh pembaharu dalam keagamaan. Kaum milenial ini, akan menjadi pionir perubahan keagamaan ke arah yang lebih baik lagi. Sebab, kaum milenal ini hidup ditengah kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat. Sehingga, perlu penyesuaian dan inovasi dalam agama. Contohnya, di bidang ibadah haji dan umrah.

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia ini. Potensi penduduknya untuk menunaikan ibadah haji dan umrah sangat besar. hal ini, berbanding terbalik dengan kouta haji yang diberikan negara Arab Saudi. Akibatnya, banyak penduduk yang tidak bisa langsung menunaikan ibadah haji. Sehingga menyebabkan panjangnya daftar tunggu (antrian) bagi penduduk Indonesia. Setiap provinsi dan kabupaten memiliki perbedaan dalam daftar tunggu itu. Ada yang 20 tahun, 25 tahun, 27 tahun dan bahkan ada yang sampai 30 tahun. Hal ini menyebabkan kaum milenial merasa perlu untuk menyikapinya. Sebab, kalau dihitung usia mereka ketika mendaftar haji dan tahun keberangkatan akan mengalami peningkatan. Ketika usia 30 tahun mendaftar haji, maka diperkirakan usia 55 tahun ke atas baru bisa berangkat. Artinya, usia tua baru bisa menunaikan ibadah haji. Yang mana, fisik dan psikis sudah tidak kuat lagi. Untuk itu, perlu kebijakan yang baik untuk mengatasi panjangnya antrian keberangkatan haji ini. Supaya waktu keberangkatan itu menjadi pendek dan usia keberangkatan tidak terlalu tua. 

Bagian Isi                            

Ibadah Haji

Haji merupakan salah satu ibadah yang istemewa, karena ibadah ini tidak dapat dilaksanakan kapan saja dan disembarang tempat. Hanya waktu musim haji dan di Masjidl Haram ibadah ini dapat dilaksanakan. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan merupakan ibadah mahdah. Hukum melaksanakan ibadah haji adalah fardhu a’in atas mukmin yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, sedangkan yang kedua kali dan seterusnya hukumnya sunnah. Ibadah haji adalah ibadah yang dilakukan di tanah suci Makkah dan merupakan wujud rasa ketaatan kepada Allah Swt.

Haji berasal dari kata hajj, yang berarti berniat, bermaksud, dan menyengaja. Sedangkan menurut istilah, haji adalah menyegaja mengunjungi kakbah untuk mengerjakan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah Swt dan mengharap keridaan-Nya dalam waktu yang telah ditentukan dengan syarat-syarat tertentu pula. Ibadah yang ditentukan itu adalah tawaf, sai, wukuf, melontar Jumrah, mabit (bermalam), dan bercukur. Semua bentuk ibadah itu dilakukan ditempat yang telah ditentukan, seperti kakbah sebagai tempat tawaf, Safa-Marwah tempat sai, Arafah tempat wukuf, Mudzalifah tempat bermalam, dan Mina tempat melontar Jumrah.[1]

Tempat utama pelaksanaan ibadah haji adalah Kakbah atau Bayt Allah (rumah Allah),[2] rumah pertama di muka bumi yang dijadikan Allah sebagai tempat manusia menyembah-Nya.[3] Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya mengunjungi rumah-Nya itu, paling tidak sekali seumur hidup. Tentu saja bagi orang yang mampu[4] berkunjung ke sana akan dianggap sebagai tamu istimewa. Mampu di ayat itu berkaitan dengan mampu secara ekonomis, mampu secara ilmu pengetahuan (terutama tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji), dan mampu secara fisik, yakni mampu melaksanakan perjalanan ke Makkah dan melaksanakan seluruh rangkaian ritual ibadah haji.

Puncak ibadah haji adalah wukuf di Arafah ketika matahari tergelincir pada 9 Zulhijjah. Dalam hadis disebutkan “Haji adalah (hadir) di Arafah”.[5] Karena itu, jika seorang Jemaah tidak hadir untuk melaksanakan wukuf di Arafah itu, maka hajinya tidak sah. Wukuf yang dilaksanakan itu tidak seberat ritual haji lainnya, seperti tawaf dan sai. Pelaksanaan wukuf hanya dengan cara berhenti beberapa waktu di Arafah. Kata wukuf berarti berhenti atau berdiri.[6] Jadi berbeda dengan tawaf dan sai yang membutuhkan energi untuk berjalan mengelilingi Kakbah dan berjalan (berlari-lari kecil) antara Shafa dan Marwah. Wukuf dikerjakan dengan cara yang lebih santai. Jemaah cukup duduk sembari berzikir dan berdoa.

Wukuf di Arafah berlangsung hanya setengah hari. Mulai dari tergelincir matahari sampai datang gelapnya malam. Persinggahan yang sebentar ini melambangkan kehidupan manusia yang hanya sekejap saja di dunia ini. Al Qur’an telah menggambarkan betapa cepatnya kehidupan dunia ini berlalu. Bagaikan petani yang menanam tumbuhan. Setelah ditanam, hujan turun, dan tumbuhan itu hidup subur. Tetapi, ketika tumbuhan yang subur itu dalam waktu sebentar segera layu, kering, dan berubah warna menjadi kuning, lalu menjadi hancur.[7] Seperti itu pulalah jalan kehidupan yang manusia lalui. Ia dilahirkan, menjadi anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Kemudian akan berakhir dengan kematian. Kehidupan manusia di dunia ini bukanlah sesuatu yang abadi, melainkan hanya sebentar saja. 

Bank Kalsel

Tabungan Haji Ar-Rahman merupakan layanan istimewa Bank Kalsel kepada Nasabah yang memiliki niat suci untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci. Setoran awal yang sangat ringan sebesar Rp. 1.000.000,00. Didukung adanya kepastian bagi calon jemaah haji di Kalimantan Selatan karena langsung terdaftar pada SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) sehingga mendapatkan porsi keberangkatan ke Tanah Suci dengan mudah, aman dan barokah melalui seluruh unit kerja Bank Kalsel yang beroperasional secara konvensional maupun syariah.

Ada beberapa keuntungan dan fasilitas yang di tawarkan Bank Kalsel, Pertama, Bebas biaya administrasi bulanan. Kedua, Penerimaan bunga dapat diserahkan pada nasabah yaitu: bunga dapat diberikan, dipindahkan, tidak diberikan atau disumbangkan. Ketiga, Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan secara online di seluruh kantor Bank Kalsel. Dan Keempat, Souvenir Haji yang sangat menarik.

Di masa transisi antara Kementerian Agama dan Badan Pengelola Keuangan Haji pada tahun 2014, Bank Kalsel sempat terhenti menjadi Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH). Namun pada Nopember 2018, Bank Kalsel secara resmi kembali menjadi BPS-BPIH. Bank Pembangunan Daerah di Kalsel ini melayani kebutuhan perencanaan keberangkatan Haji dengan produk tabungan haji iB Ar-Rahman. Adanya kebijakan antrian haji di Indonesia yang cukup lama hingga 20 tahun ke atas, membuat Bank Kalsel terus mendorong dan mensosialisasikan nasabah untuk menyetorkan dana lebih awal. Untuk persyaratan membuka tabungan iB Ar-Rahman terbilang mudah. Cukup isi formulir, copy identitas dan setoran awal Rp1 juta. Usai menyetor Rp1 juta, nasabah bisa melakukan setoran selanjutnya minimal Rp100 ribu. Untuk dana yang sudah terkumpul minimal Rp25 juta, akan didaftarkan pada Siskohat, sehingga nama yang didaftarkan tercatat sebagai calon jamaah haji.

Kepada para orang tua dapat menabungkan haji atas nama anaknya mulai usia 12 tahun. Sehingga setelah 20 tahun kemudian usia sudah proporsional, dan insya Allah dalam keadaan sehat dan dapat menunaikan ibadah haji secara lancar. Tabungan Haji Ar-Rahman merupakan layanan Bank Kalsel Syariah kepada nasabah yang memiliki niat suci untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci. Tabungan untuk memenuhi syarat dan jumlah ongkos naik haji ini dikelola berdasarkan akad Mudharabah Muthlaqah. Artinya, transaksi penanaman dana dari pemilik dana (nasabah) kepada pengelola dana (bank) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. 

Milenial, Bank Kalsel dan Haji

Telah disebutkan bahwa kaum milenial merupakan generasi yang terlahir dari tahun 1980-2000. Generasi milenial ini merupakan penduduk terbanyak yang mengisi semua lini pekerjaan di setiap instansi, baik negeri maupun swasta. Mulai dari industri rumah tangga, perdagangan, pemerintahan, perusahaan dan sebagainya. Kaum milenial ini merupakan generasi peralihan dari remaja menuju kedewasaan. Milenial ini juga merupakan generasi yang berhadapan langsung dengan peralihan teknologi. Generasi milenial sekarang telah bersentuhan dengan dunia teknologi informasi yang tiada terbatas. Internet menjadi sebuah kebutuhan pokok yang tidak terpisahkan dari generasi milenial. Generasi ini berfokus pada perkembangan teknologi yang serba cepat dan canggih dan dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan dan sekaligus penghasilan.

Teknologi yang berkembang di Indonesia sangat dimanfaatkan oleh para Generasi Milenial, karena dengan seiringnya kemudahan mengakses informasi dari dalam dan luar negeri dapat memudahkan pengetahuan dan perekonomian berbasis teknologi. Semakin mudah mengakses informasi maka semakin luas pengetahuan yang di dapat dan juga pasar perekonomian. Hal ini yang membuat para agen perubahan melihat peluang yang besar bagi mereka dan bangsa Indonesia.

Selain masalah teknologi informasi, pengetahuan dan perekonomian, yang menarik minat kaum milenial. Bidang keagamaan pun tak luput dari perhatian mereka. Terutama dalam pelaksanaan ibadah haji. Mengingat daftar tunggu yang begitu panjang, sekitar 20 tahun ke atas. Menyebabkan generasi milenial ini ikut terlibat didalamnya. Mereka berpikir, dengan usia sekitar 25-35 tahun, kalau tidak mendaftar sebagai calon haji. Akan terlalu tua nantinya pada saat keberangkatan. Perhitungannya adalah usia 30-40 tahun merupakan usia yang cukup mapan dalam ekonomi. Sehingga, mereka akan memikirkan untuk mendaftar sebagai calon haji. Usia tersebut ditambah dengan waktu keberangkatan sekitar 20 tahun ke atas, maka usia mereka ketika berangkat sekitar 50-60 tahun. Artinya, dengan usia generasi milenal antara 19-39 tahun, maka diperkirakan usia 50 tahun ke atas baru bisa berangkat melaksanakan ibadah haji. Usia itu sudah merupakan usia tua. Di mana fisik dan psikis sudah mulai menurun. Di tambah dengan pola kehidupan modern yang cenderung mengabaikan kesehatan. Seperti pola makan dan minum yang tidak sehat, olah raga yang kurang, merokok, atau mengonsumsi narkoba. Sehingga, tidak sedikit generasi milenial sudah ada yang meninggal sebelum usia 50 tahun.

Bank Kalsel sebagai Banknya Urang Banua, melihat peluang ini memberikan kemudahan kepada para nasabahnya, terutama generasi milenial untuk segera mendaftarkan dirinya sebagai calon Jemaah haji. Karena itu, melalui Bank Kalsel Syariah, Banknya Urang Banua ini siap melayani kebutuhan perencanaan keberangkatan haji dengan produk tabungan haji iB Ar-Rahman. Untuk persyaratan membuka tabungan iB Ar-Rahman tersebut terbilang sangat mudah. Cukup isi formulir, copy identitas dan setoran awal Rp1 juta. Kemudian nasabah bisa melakukan setoran selanjutnya minimal Rp100 ribu. Ketika dana tabungan tersebut sudah terkumpul Rp 25 juta, maka nasabah akan langsung terdaftar di Sistem Komputerisasi Haji Terpadu  (Siskohat). Sehingga nama yang didaftarkan sudah tercatat sebagai calon jemaah haji. Selain itu, Bank Kalsel dengan tabungan iB Ar-Rahman bisa menerima nasabah mulai usia 12 tahun. Sehingga setelah 20 tahun kemudian usianya sudah proporsional, dan insya Allah dalam keadaan sehat dan dapat menunaikan ibadah haji dengan baik dan lancar. Kedepan, Bank Kalsel terus berinovasi memberikan kemudahan, keringanan dan jaminan keamanan dana setoran nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji. Selain itu, Bank Kalsel juga bisa memberikan informasi tentang kepastian keberangkatan calon Jemaah haji. Serta memberikan santunan atau bantuan kematian, apabila nasabah yang sudah setor dana haji meninggal dunia sebelum keberangkatan. 

Penutup

Milenal, Bank Kalsel dan Haji merupakan tiga variabel yang berhubungan erat. Milenal merupakan pangsa pasar yang cukup produktif bagi Bank Kalsel untuk menyasar mereka dalam program tabungan haji. Dengan produk iB Ar-Rahmannya, maka kaum milenial bisa dengan mudah untuk merencanakan keberangkatan hajinya. Kaum milenial yang sudah membuka tabungan itu, bisa dengan mudah dan ringan menyetorkan penghasilannya. Sehingga, dalam jangka beberapa tahun sudah bisa terdaftar sebagai calon Jemaah haji. Sinergi antara kaum milenial dan Bank Kalsel ini merupakan sesuatu yang sangat baik dan positif. selain mudah, ringan dan aman. Dengan adanya produk iB Ar-Rahman itu, maka nasabah (khsususnya milenial) akan sangat terbantu. Dan tentunya, akan memudahkan mereka untuk melaksanakan ibadah wajib, Rukun Islam yang kelima, yakni bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah Al mukarramah dengan baik dan khusyuk. Semoga! 

Daftar Pustaka

1. Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah : Mengerti Kedalaman dan Keindahan Spiritual Shalat, Puasa, Zakat dan Haji, Jakarta : Zaman, 2012.

2.  Komaruddin Hidayat, Agama Di Tengah Kemelut, Jakarta : Media Cita, 2008.

3. Direktorat Pendidikan Madrasah, Buku Siswa Fikih : Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013,  Jakarta : Kementerian Agama RI, 2014.



[1] Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah : Mengerti Kedalaman dan Keindahan Spiritual Shalat, Puasa, Zakat dan Haji, (Jakarta : Zaman, 2012), h. 440.

[2] Istilah Baitullah diambil dari ayat Al qur’an Surah Al-Baqarah (2) : 125.

[3] Qs. Ali Imran (3) : 96.

[4] Qs. Ali Imran (3) : 97.

[5] HR. At Tirmizdi.

[6] Yunasril Ali, Ibid, h. 497.

[7] Qs. Al Hadid (57) : 20.


*Tulisan Essay Kategori Umum Lomba Karya Tulis Bank Kalsel, 30 April 2019

Rabu, 24 April 2019

Tertipu

Tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung dengan berbagai macam cara dan upaya. Orang yang melakukan tipu disebut penipu. Dan, orang yang terkena tipu disebut tertipu. Sedangkan hasil perbuatan dari tipu itu adalah tipuan. Tujuannya adalah untuk mengelabui atau mengecoh orang lain sehingga ia tertipu. Tipu dan jenis perbuatan sejenisnya merupakan perbuatan yang tercela dan jahat. Menipu merupakan perbuatan yang merugikan orang lain. dalih atau alasan yang dilakukan ketika menipu itu berbagai macam. Ada yang memang sudah menjadi pekerjaan rutinitasnya. Ada juga karena terdesak oleh keadaan. Ada juga karena tuntutan kehidupan yang serba sulit dan miskin. Dalam kehidupan, tipuan ini ada dimana-mana. Dia ada dalam segala aktivitas kehidupan ini. Mulai dari yang kecil dan remeh temeh, sampai pada sekala besar. Dari lingkungan kecil seperti keluarga sampai kepada lingkungan yang lebih besar lagi, yaitu menyangkut sebuah negara dan bangsa. Selama dalam kehidupan itu ada kepentingan dan keuntungan yang akan dicari dan didapatkan, maka tipuan itu akan selalu hadir dalam hal apapun, dan dimanapun ia berada. Dengan menipu, maka ia akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan itu bisa kecil, besar dan bahkan bisa berlipat ganda. Orang yang tertipu akan merasa dirugikan, baik materil maupun moril. Akibat dari tipuan ini, banyak orang yang bangkrut. Jabatan terlepas. Kepercayaan menjadi hilang. Saling adu domba dan fitnah. Semangat kerja menjadi hilang. Persaingan menjadi tidak ada artinya lagi. Sebab, dengan tipuan, ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara yang licik. Adu domba dan fitnah.

Setiap orang dalam hidupnya itu mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkannya itu, berbagai macam cara yang dilakukan. Baik cara yang benar maupun cara yang salah. Cara yang benar adalah cara yang sesuai dengan ajaran agama, tidak menzalimi orang, jujur, ikhlas, sabar, pemaaf dan sebagainya. Sedangkan cara yang salah, diantaranya zalim, fitnah, dusta, adu domba, menipu, riba, dan lain-lain. Semua itu dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Keuntungan yang didapat itu tidak peduli walaupun didapatkannya dengan cara yang salah dan zalim. Untuk mendapatkannya, ia tega menghalalkan segala cara. Orang yang seperti itu cenderung akan berbuat jahat agar kepentingannya tidak terganggu dan bisa tercapai hasil yang sebesar-besarnya. Hasil itulah tujuannya. Untuk mendapatkan hasil itu, kawan bisa jadi lawan. Kelurga bisa menjadi musuh. Mereka tidak mempedulikan kerugian yang diderita orang lain. Mereka juga tidak mempedulikan perasaannya. Bahkan, mereka tidak mempedulikan nyawa orang lain sekalipun. Nauzdubillah…

Menipu merupakan perbuatan yang merugikan orang lain. Dalam melakukan tipuan, terkadang tidak memandang teman, keluarga dan saudara. Tipuan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan sesuatu. Bisa jabatan, harta, kehormatan, cinta, dan sebagainya. Dalam perdagangan (bisnis), tipu menipu itu sering terjadi. Saling menjatuhkan demi persaingan dagang, supaya dapat memperoleh keuntungan yang banyak dan berlipat ganda. Mereka akan senang dan bahagia, ketika melihat saingannya rugi, bahkan sampai jatuh bangkrut. Selain itu, dalam dunia politik, tipu menipu ini juga sering terjadi. Antar sesama teman di sebuah partai politik bisa saling menipu. Apalagi dengan partai yang lain. Dalam politik itu adalah kepentingan dan kekuasaan. Untuk mendapatkan kekuasaan bisa dengan berbagai macam cara. Yang penting tujuan tercapai. Bisa saja dengan menggunakan tipuan, curang, intimidasi, kekerasan fisik, dan bahkan mengorbankan nyawa orang lain. selain dalam perdagangan dan politik, dalam agama pun ada juga yang menipu. Seolah-olah ia mau ‘mengakali’ Tuhan. Tuhan dianggapnya tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Tipu-menipu dalam agama ini diantaranya adalah berkaitan dengan zakat, sedekah, infaq dan wakaf. Semua itu hanya dijadikan alat untuk memperkaya diri. Selain itu, ada yang juga yang menipu dalam urusan haji dan umrah. Ada penyelenggara haji dan umrah bodung (palsu) yang tidak terdaftar izinnya di Kementerian Agama. Mereka merekrut dan mencari calon haji dan umrah. Dengan biaya murah, mereka mencoba meyakinkan mereka untuk bisa berangkat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ternyata, itu tipuan belaka. Banyak calon jamaah haji dan umrah yang sudah setor uang puluhan juta ternyata gagal berangkat. Ada yang berangkat juga, tetapi tidak terurus di Mekkah, sehingga mereka terkatung-katung di kota suci itu dan tidak bisa melaksanakan ibadah haji dan umrah sebagaimana mestinya. Dan masih banyak lagi contoh yang berkaitan dengan penipuan itu.

Dalam Al qur’an, Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang seperti itu sebagai orang yang telah menjadikan agamanya sebagai main-main dan senda gurau. Sebenarnya kehidupan dunia telah menipu mereka. Orang yang seperti itu, di akhirat kelak dilupakan oleh Allah Swt, karena ia telah mengingkari ayat-ayat-Nya. Hal sesuai dengan firman-Nya “(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Qs.7:51). Di ayat lain, Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yang telah menjadikan agama mereka sebai main-main dan senda gurau untuk ditinggalkan. Sebab mereka itu telah ditipu oleh kehidupan dunia. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (Qs.6:70).

Memang Allah Swt telah menyatakan bahwa apabila manusia telah diberikan kenikmatan (rahmat), maka mereka segera melakukan tipu daya menentang ayat-ayat-Nya. Artinya, manusia ketika sudah merasa nyaman dengan apa yang dimilikinya. Bahkan cenderung memiliki kelebihan rezeki yang telah diberikan Allah Swt, maka mereka akan lupa terhadap pemberi-Nya. Manusa seperti itu telah tertipu oleh bujuk rayu setan dan keindahan dunia. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang diperbuatnya selama di dunia selalu dalam pengawasan-Nya. Dan malaikat selalu mencatat setiap tipu daya yang dilakukan manusia itu. Dan kelak, Allah Swt akan membalas perbuatan mereka dengan balasan yang setimpal. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu). "Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.” (Qs.10:21). Manusia yang melakukan kejahatan dan kezaliman di muka bumi ini dikatakan Allah sebagai orang yang tertipu oleh kehidupan dunia. Orang yang seperti itu, hidupnya akan dipenuhi dengan ketidak jujuran dan kemunafikan. Perbuatan tipu daya merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan hasil sesuai seleranya. Orang seperti itu, ketika berdagang, berpolitik, bekerja, memperoleh jabatan, kehormatan, popularitas, kekayaan, kesuksesan, dan sebagainya didapatkan dengan cara tipu daya. Padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa janji-Nya itu pasti benar, maka janganlah kehidupan dunia ini memperdayakan (menipu) kamu. Dan, janganlah setan yang pandai menipu juga memperdayakan kamu untuk mengingat Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (Qs.35:5).

Manusia harus tahu dan menyadarinya bahwa setan itu memberikan janji-janji palsu dan hanya membangkitkan angan-angan kosong belaka. Mereka harus sadar bahwa setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka saja. Mereka yang tertipu oleh bujuk raya setan akan ditempatkan Allah Swt di Neraka Jahannam. Mereka tidak akan bisa menghindari hukuman yang akan diberikan oleh Allah Swt. Dan, mereka juga tidak akan bisa lari dari itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya. (Qs.4:120-121). Allah Swt telah memberikan ‘nasihat’ kepada seluruh manusia, agar tidak tertipu oleh bujuk rayu setan. Sebab, setan pernah membujuk rayu ibu bapa manusia pertama (Adam-Hawa), sehingga mereka berdua ‘terusir’ dari surga. Padahal, awalnya mereka berdua hidup senang, bahagia dan penuh kenikmatan berada disurga itu. Akan tetapi, karena terpengaruh bujuk rayu setan, maka mereka berdua diturunkan ke bumi, dan hidup susah payah untuk mencukupi kebutuhannya. Allah Swt menyatakan bahwa setan-setan itu merupakan pemimpin bagi kalangan orang yang tidak beriman. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Qs.7:27).

Dalam kehidupan ini, manusia cenderung tertipu oleh kemilaunya dunia. Harta benda, pangkat dan jabatan, wajah cantik dan tampan, serta kecerdasan. Allah Swt menyatakan bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Allah Swt mengibaratkan perbuatan seperti itu dengan hujan dan tanaman petani. Ketika tanaman petani itu diguyur hujan. Maka tanaman itu dapat tumbuh dengan suburnya. Petani merasa, ia akan mendapatkan hasil yang banyak dan melimpah. Petani itu merasa senang dan bangga. Akan tetapi, ketika tanaman itu mengering. Bisa jadi akibat hama atau virus yang menyerang tanaman itu, sehingga tanaman itu hancur. Tanaman itu, tidak jadi mendatangkan manfaat, sehingga sang petani mengalami kerugian yang luar biasa. Tanamannya gagal total. Nah! Begitulah, gambaran bagi orang-orang yang menjadikan kehidupan dunia sebagai tempat bermegah-megah dan berbangga-bangga dengan banyak harta dan anak. Kelak, mereka itu akan mendapatkan kerugian yang luar biasa. Baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, Allah Swt telah menyatakan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Jangan sampai terbuai dengan gemerlap indahnya dunia ini. Sebab, di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Azab akan diberikan Allah Swt bagi mereka yang ikut terbawa oleh kesenangan dunia itu. Sedangkan ampunan dan rida akan diberikan-Nya kepada orang-orang beriman yang hatinya tidak terpaut dengan kesenangan dunia itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Qs.57:20).

Semua itu merupakan bentuk ujian yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Setan sudah memberi perangkap kepada manusia agar terjerumus kepada kejahatan dan kesesatan. Dengan memberikan kesenangan dunia, maka dengan mudahnya mereka menjerumuskan manusia kelembah kehinaan. Untuk itu, kita harus bisa melawan ajakan dari setan itu. Allah Swt menyatakan orang-orang yang beriman, mereka harus berperang di jalan Allah Swt. Musuh yang harus di lawan adalah setan. Sebab, setan dan kawan-kawannyalah yang telah menyesatkan dan menjerumuskan manusia dari Jalan Allah Swt. Oelh sebab itu, setan harus bisa diperangi, agar tipu dayanya tidak lagi menyesatkan. Allah Swt mewajibkan kepada orang yang beriman untuk memerangi setan. Sebab, tipu daya setan itu sebenarnya lemah. Yang membuat mereka kuat, karena kebanyakan manusia mau mengikutinya. Manusia yang mengikuti setan itulah yang disebut sebagai kawan-kawan setan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (Qs.4:76).

Selain itu, di dalam Al qur’an Allah Swt juga menyatakan bahwa diantara manusia ada yang berkata, kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Allah Swt Maha Kuasa dan Maha Segala-galanya. Manusia itu merupakan salah satu makhluk ciptaannya. Manusia kecil dibandingkan makhluk yang lainnya. Manusia tinggal di bumi. Bumi merupakan ciptaan Allah Swt. Bumi hanya secuil debu di ruang angkasa yang luar biasa luasnya. Selain bumi, banyak berseleweran benda-benda angkasa lainnya. Seperti asteroid, planet, matahari dan sebagainya. Oleh sebab itu, bagaimana mungkin manusia yang kecil dan lemah ini mampu ‘menipu’ Allah Swt. Oleh sebab itu, Allah Swt menyatakan bahwa manusia itulah yang tertipu oleh perbuatannya sendiri. Yang lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Hanya saja, manusia tidak sadar bahwa mereka tertipu oleh kehidupan dunia ini. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Qs.2:8-9).

Tertipunya manusia oleh kehidupan dunia, karena mereka telah menjadikan ayat-ayat Allah Swt sebagai bahan olok-olokkan. Orang yang seperti itu tidak akan diterima tobatnya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat.”  (Qs.45:35). Untuk itu, ketika ada yang menipu kita, baik itu dikalangan manusia atau setan, maka berserah dirilah kepada Allah Swt. Allah menyatakan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan dukungan orang-orang mukmin. Allah Swt jualah yang akan mempersatukan hati di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (Qs.8:62-63).

Untuk menghadapi orang yang telah menipu itu. Allah Swt menyatakan agar mengajak mereka untuk kembali kepada jalan kebenaran. Mengajak mereka itu bisa dengan hikmah, yakni perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang benar dan salah. Selain itu, ajak pula mereka dengan memberikan pelajaran yang baik serta bantahlah atau debatlah mereka dengan cara yang baik lagi santun. Hanya Allah Swt sajalah yang mengetahui siapa yang tersesat dari jalan kebenaran itu. Dan, Allah Swt jugalah yang dapat memberikan petunjuk kepada jalan kebenaran. Untuk itu, berusahalah untuk bersikap sabar dalam menghadapinya dalam situasi apapun dan dimanapun. Sebab, sabar itu merupakan sesuatu yang lebih baik dari membalas perbuatan yang serupa. Allah Swt akan memberikan pertolongan kepada mereka yang bersiap sabar itu. Untuk itu, janganlah bersedih hati dan bersempit dada terhadap apa yang ditipukan kepadanya. Sebab, Allah Swt selalu beserta orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs.16:125-128). Oleh karena itu, yakinlah, dengan bersikap sabar, maka pertolongan Allah Swt pasti akan datang. Hati akan menjadi damai, nyaman, tenang dan tentram. Siap menerima dengan lapang dada setiap kejadian atau peristiwa yang menimpa dirinya. Sehingga ia tidak akan marah apalagi sampai membalas perbuatan penipuan yang menimpanya itu. Ia tahu, bahwa sikap sabar dan lapang dadanya itu akan mengantarkannya kepada ketakwaan dan kebaikan. Dan ia juga yakin, bahwa Allah Swt lah yang berhak untuk memberikan ‘balasan’ kepada mereka-mereka yang telah melakukan tipu daya itu. Semoga!!!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 24 April 2019

Senin, 22 April 2019

Berlebih-lebihan 2

Lebih artinya lewat dari semestinya, baik tentang ukuran, banyaknya, besarnya, dan sebagainya. Lebih juga berarti bertambah atau semakin meningkat. Berlebihan adalah sesuatu yang bertambah diluar batasan, ukuran, banyak atau ketentuan yang sudah ditetapkan. Batasan dan ketentuan itu berbeda-beda dalam menentukannya. Sebagai contoh adalah makan. Ada yang sedikit makannya sudah merasa kenyang dan nyaman. Tetapi, ada juga yang ketika makan harus menambah lagi, apalagi kalau merasa makanan itu enak, maka dia akan menambah lagi walaupun perutnya sudah kenyang. Itu merupakan salah satu contoh saja dalam kehidupan kita. Banyak hal dilakukan dalam hidup ini, ketika dilihat dan dirasakan ternyata perbuatan yang dilakukan itu ternyata berlebihan. Apakah itu, makan-minum, berpakaian, kendaraan, rumah, dandanan, pekerjaan, dan sebagainya. Ada juga berlebihan itu berkaitan dengan kepribadian dan karakter, seperti marah, malu, senyum, berbicara, bersikap, dan lain-lain. Bahkan ada yang berlebih-lebihan dalam beribadah, karena tidak jelas dalil naqli dan perintahnya. Hal itu bisa saja dilakukan oleh siapapun, kapan dan dimana pun mereka berada.

Perbuatan berlebihan itu, ada yang dilakukan secara sengaja. Ada juga yang tidak di sengaja atau disadarinya. Perbuatan berlebihan yang sengaja merupakan bentuk karakternya. Perbuatan itu dilakukan sacara spontan. Dia tahu bahwa perbuatannya itu berlebihan. Akan tetapi, demi gengsi atau mengharap pujian orang lain, maka dia sengaja melakukannya. Baginya kehormatan dan pujian itu merupakan tujuan dari perbuatan berlebihannya. Ia merasa senang, bangga dan bahagia ketika mendapat pujian, sanjungan dan kehormatan dari perbuatannya itu. Sebagai contoh, sudah punya mobil satu mau dua, tiga atau lebih. Punya rumah mewah, ingin terus direnovasi dan ditambah lagi, agar terlihat lebih mewah dan hebat. Memakai perhiasan sebanyak-banyaknya atau semewah-mewahnya dan mahal. Hal ini dilakukan agar dipuji dan dihormati. Kesannya, mereka adalah orang kaya dan tidak ada yang bisa menyainginya. Begitu juga, ada orang yang tidak menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya itu berlebihan. Ia menyangka bahwa perbuatan yang dilakukannya itu merupakan hal yang wajar saja. tidak ada niat dan maksud untuk berlebih-lebihan. Misalnya, berpakaian. Dia orang yang kaya. Mempunyai kelebihan harta, sehingga mudah membeli pakaian yang mewah dan mahal. Ketika ia memakai pakaian dalam acara keluarga atau ditengah-tengah orang kaya, ia berpakaian mahal tidak masalah. Akan tetapi ketika, ia memakainya ditengah-tengah orang yang berkekurangan, maka itu termasuk berlebihan dalam berpakaian. Artinya, berpakaian itu menyesuaikan tempat dalam memakainya. Dalam peristiwa seperti itu jelas bahwa ia tidak bermaksud untuk menampakkan pakaian bagus dan mewahnya kepada orang lain. Akan tetapi, situasi dan kondisi pada waktu itu tidak tepat menggunakannya.

Dalam agama Islam, sikap berlebih-lebihan itu merupakan pemborosan. Setiap pemborosan itu merupakan sikap dan perbuatan setan. Allah Swt berfirman “Berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya (Qs.17:26-27). Boros merupakan tindakan berlebih-lebihan. Allah Swt melarang setiap orang berlebih-lebihan di dalam hidupnya. Sebab, berlebih-lebihan itu merupakan perbuatan yang melampaui batas. Setiap pemberian yang diberikan kepada manusia merupakan rezki dari Allah Swt. Setiap rezeki itu harus digunakan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan diri, keluarga dan masyarakat. Allah Swt juga melarang mengikuti hawa nafsu orang-orang yang berniat tidak baik. Pekerjaan mereka hanya menyesatkan orang lain dari jalan yang lurus (kebenaran). Hal dinyatakan Allah Swt dalam firman-Nya “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (Qs.5:77-80).

Dalam Al qur’an, Allah Swt juga menyatakan jangan berlebih-lebihan dalam berpakaian, makan dan minum. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs.7:31). Pakaian selain sebagai penutup tubuh, juga sebagai penunjang keindahan yang memakainya. Nilai indah itu merupakan perhiasan bagi badannya. Seorang laki-laki akan terlihat tampan, gagah dan berwibawa ketika memakai pakaian yang bagus. Begitu juga bagi perempuan. Dia akan terlihat cantik, anggun dan menawan ketika pakaian yang dipakainya bagus dan indah. Model dan gaya pakaiannya disesuaikan dengan tren yang berkembang saat ini. Allah Swt menyatakan bahwa pakaian indah untuk perhiasan. (Qs.7:26). Siapapun yang memakai perhiasan, seperti emas, perak, intan, berlian dan sebagainya. Ia akan terlihat cantik dan menawan. Selain itu, perhiasan itu merupakan lambang kemewahan. Siapapun yang memakai perhiasan ditubuhnya, pertanda ia merupakan orang yang kaya. Begitu juga dalam berpakaian. Pakaian merupakan perhiasan. Artinya, nilai keindahan berupa (tampan dan cantik) bagi manusia salah satunya dilihat dari pakaiannya. Semakin baik, bagus, bahan serta motif yang mewah akan menambah nilai keindahan dari pakaian itu.

Pakaian merupakan salah satu simbol kemewahan dan kekayaan seseorang. Semakin kaya, maka ia mampu membeli dan membuat pakaian itu sebaik dan seindah mungkin. Dari sinilah, banyak orang yang berlomba-lomba untuk membuat pakaian itu sebaik-baiknya. Banyak yang berlebih-lebihan dalam membuatnya. Padahal, Allah Swt melarang hamba-Nya berlebih-lebihan di dalam berpakaian. Allah Swt melarang menampakkan perhiasannya itu kepada orang lain. Allah Swt hanya membolehkan menampakkannya kepada orang-orang tertentu saja. Dalam bahasa fikih, menampakkannya hanya kepada mahram saja. selain itu, bagi wanita juga disuruh untuk mengulurkan jilbabnya kebagian dadanya. Banyak sekarang ini, wanita yang justru menampakkan auratnya dihadapan umum. Bahkan, ada juga yang berjilbab menutup kepalanya, akan tetapi bagian dadanya terkesan dibiarkan terbuka. Atau, memakai pakaian yang kentat, sehingga buah dadanya dibiarkan ‘menyembul’ keluar. Selanjutnya, Allah Swt juga melarang memukul-mukulkan kaki ke lantai atau jalan. Tujuannya, agar orang mengetahui dan melihat perhiasan yang tersembunyi dikakinya. Sebagai bentuk ia orang yang kaya. Semua perbuatan itu, merupakan tindakan yang berlebih-lebihan. Jika mereka mau bertaubat, maka mereka termasuk orang-orang yang beriman dan akan mendapat keberuntungan. Hal ini dinyatakan Allah swt dalam firman-Nya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Qs.24:31).

Di dalam Qs.7:31, Allah Swt telah menyatakan bahwa makan dan minum itu janganlah berlebih-lebihan. Sebab, Allah swt Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Salah satu penyebab terbanyak munculnya penyakit pada diri manusia adalah karena makanan dan minuman. Dewasa ini, banyak makanan dan minuman yang instan. Yang dibuat tidak memenuhi standar kesehatan. Mereka cenderung berlebih-lebihan dalam makanan. Kandungan makanan dan minuman yang cenderung berlebihan membuat sistem kekebalan dalam tubuh tidak seimbang lagi. Lihat saja penyakit-penyakit yang muncul di zaman modern ini, kebanyakan akibat pola hidup dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak terkontrol. Penyakit yang muncul akibat dari makanan yang berlebih-lebihan, diantaranya, Pertama adalah Diebetes. Penyakit ini disebabkan oleh makanan yang manis-manis dan makanan berkalori tinggi seperti es krim, manisan, minuman cepat saji. Kedua, penyakit kolesterol. Penyakit ini disebabkan oleh makanan berlemak, berminyak, dan gorengan tidak sehat. Ketiga, penyakit hipertensi. Ini akibat dari makan garam yang terlalu banyak dan pola hidup tidak sehat. Keempat, penyakit Asam Urat. Penyebabnya adalah mengonsumsi makanan yang memiliki kadar purin tinggi seperti jeroan (hati, ampela, paru, usus), makanan laut (kepiting, kerang, udang, cumi) dan daging merah. Selain jenis makanan tersebut, minuman manis dan alkohol juga dapat menyebabkan peningkatan asam urat.

Selain makanan, minuman juga bisa mengakibatkan penyakit. Terutama minuman cepat saji dan minuman energi. Banyak jenis atau merek dari minuman cepat saji dan minuman berenergi itu. Semuanya menarik dan enak untuk dikonsumsi. Minuman berenergi menawarkan beragam rasa unik, contohnya adalah rasa buah. Minuman berenergi pun disebut-sebut memberi tenaga tambahan bagi konsumennya. Sehingga banyak yang tergoda dan mengonsumsinya tanpa berpikir dampak yang terjadi akibat meminumnya. Terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Ada beberapa bahaya, bagi orang yang mengonsumsi minuman berenergi secara berlebihan, Pertama adalah akan ketagihan. Sebab, dalam minuman berenergi adalah sodium sitrat yang berfungsi mengawetkan glukosa dengan mengubahnya jadi asam laktat. Namun, justru proses ini hanya berlangsung sementara dan selama kamu mengonsumsi minuman tersebut. Jika tidak dikonsumsi lagi, justru badan menjadi lebih sering lesu dan berujung pada ketagihan. Kedua, Kandungan kafeinnya membuat cepat dehidrasi. Mengonsumsi minuman berenergi berarti menambah kafein dalam tubuh. Kandungan kafeinnya justru bikin ginjal bekerja lebih ekstra untuk membuang cairan tubuh. Maka, dehidrasi tidak akan terhindarkan bagi para pecinta minuman berenergi. Ketiga, Tubuh akan panik dan tidak bisa tenang. Kafiein, selain membuat dehidrasi, juga bisa menimbulkan rasa panik dan khawatir. Hal ini akan membuat jantung kita berdebar lebih kencang. Keempat, Minuman berenergi membuat ginjal rusak. Kandungan Glomerulus dalam ginjal bertugas untuk menyaring darah kotor. Namun, akibat konsumsi minuman berenergi, kandungan tersebut mengalami piknosisi dan nekrosis, atau kematian sel. Setelah itu, proses cuci darah yang harusnya dilakukan ginjal akan terhenti dan kerusakan dari ginjal membuat tubuh menjadi rusak. Kelima, Obesitas. Mengonsumsi minuman berenergi akan mengalami penambahan berat badan. Kandungan gula yang sangat tinggi, membuat minuman berenergi justru bikin perut membesar. Keenam, Diabetes. Kandungan gulanya akan memberi pengaruh jangka panjang. Diabetes atau kencing manis pun susah untuk dihindari. Ketujuh, Masalah pada jantung. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kafein menyebabkan jantung kita berdebar lebih kencang. Jantung yang berdebar lebih kencang dari biasanya justru berbahaya. Konsumsi dalam jumlah banyak akan menimbulkan serangan jantung terhadap para pecinta minuman berenergi. Kedelapan, Sulit berkonsentrasi. Minuman berenergi akan membuat seseorang sulit untuk berkonsentrasi. Kandungan Taurine yang disebut-sebut bisa jadi bius terhadap otak ternyata menghasilkan energi semu. Maksudnya adalah salah satu jenis asam amino ini tidak memiliki kejelasan manfaat. Jadi ketika seseorang mengonsumsinya, energinya justru tidak terasa, malah tetap kelelahan karena akan melakukan kegiatan lebih banyak.

Untuk itu, Allah Swt menyatakan janganlah berlebih-lebihan di dalam makan dan minum. Selain mengandung banyak penyakit, perbuatan berlebih-lebihan itu merupakan sesuatu yang tidak disukai Allah Swt. Sebab, berlebih-lebihan itu merupakan perbuatan setan. Untuk itu, kita dilarang mengikutinya. Karena setan itu merupakan musuh yang sangat nyata bagi manusia yang beriman. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs.6:141-142). Allah Swt juga menyatakan bahwa makanan itu merupakan rezeki yang telah diberikan-Nya. Untuk itu, makanlah setiap rezeki yang telah diberikan itu dengan sebaik-baiknya. Dan janganlah melampaui batas dari apa yang telah dibolehkannya. Sehingga menyebabkan kemurkaanAllah Swt. Sebab, kalau Allah Swt telah murka, maka setiap orang akan binasa nantinya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (Qs.20:81).

Selain berlebih-lebihan di dalam berpakaian, makanan dan minuman. Allah Swt juga menyatakan bahwa manusia cenderung berlebih-lebihan dalam mencintai hartanya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Qs.89:20). Akibat terlalu berlebihan dalam mencintai hartanya itu, maka manusia itu cenderung mengingkarinya dan muncul sifat bakhil (pelit). Dia tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah Swt kepadanya. Hal dinyatakan dalam firman-Nya “ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (Qs.100:6-8). Mereka menyangka bahwa sikap bakhil (kikir) itu merupakan sesuatu yang baik. padahal Allah Swt menyetakan bahwa sifat bakhil (kikir) itu merupakan keburukan. Dan kelak, harta yang dikikirkan itu akan dikalungkan dilehernya pada hari kiamat. Tentunya, dia akan sangat berat menahan beban harta yang banyak yang dikalungkan dilehernya itu. Dan akan merasa susah payah nanti membawanya. Begitulah hukuman Allah Swt kepada manusia yang mempunyai sifat bakhil itu nantinya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs.3:180).

Allah Swt menyatakan bahwa harta yang telah diberikan itu harus digunakan dan dibelanjakan di jalan-Nya. Hal ini telah difirmankan-Nya Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs.2:195). Selain itu, Allah Swt juga menyatakan bahwa ketika membelanjakan harta itu janganlah berlebih-lebihan. Dan juga tidak kikir. Sebab, membelanjakan harta dijalan Allah Swt itu merupakan pertengahan antara sifat berlebih-lebihan dan sifat kikir. artinya, dalam menggunakan harta itu harus sesuai peruntukkannya. Tidak berlebih-lebihan dan juga kikir (pelit). hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Qs.25:67). Di dalam harta yang telah diberikan oleh Allah Swt itu terdapat hak orang-orang miskin. Orang miskin itu ada yang sengaja meminta-minta sumbangan atau sedekah. Dan ada juga, orang-orang miskin itu yang tidak mendapat bagian, yakni mereka yang tidak mau meminta-minta sumbangan atau sedekah itu. Orang-orang miskin itu merupakan orang yang berhak mendapatkan sebagian dari harta yang kita punya. Sebab, didalam harta setiap orang yang kaya terdapat hak dari orang-orang miskin. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Qs.51:19). Sebab, dengan sedekah itu, maka hartanya akan dibersihkan dan disucikan. Hartanya bersih dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda itu. Dan juga suci, yakni zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda dengan kebaikan. Sehingga bisa mensucikan diri dan harta itu sekaligus dari sifat-sifat yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs.9:103).

Untuk itu, Allah Swt menyatakan bahwa harta itu harus diberikan kepada keluarga-keluarga yang dekat dengan pemiliknya. Kemudian diberikan juga kepada fakir miskin, orang yang musafir (dalam perjalanan). Kemudian, Allah Swt melarang hamba-Nya untuk menghambur-hamburkan harta itu secara boros (berlebih-lebihan). Sebab, sifat boros itu juga merupakan perbuatan yang mengingkari nikmat yang telah diberikan-Nya. Sifat boros merupakan perbuatan setan. Siapa yang suka menghambur-hamburkan hartanya kepada sesuatu yang tidak jelas dan hura-hura. Maka mereka itu disamakan Allah Swt sebagai saudaranya setan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Qs.17:26-27). Sikap berlebih-lebihan dan melampaui batas merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Swt. Perbuatan berlebih-lebihan dan melampaui batas itu merupakan sebuah dosa. Sebab, perbuatan berlebih-lebihan itu merupakan sebuah kezaliman terhadap sesama manusia. Kelak mereka akan menerima azab dari Allah Swt. Hal telah dijelaskan dalam firman-Nya Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. (Qs.42:42). Di ayat lain, disebutkan bahwa mereka yang melampaui batas itu lebih mengutamakan kehidupan dunia. Dan kelak, mereka akan dimasukkan kedalam apa neraka. Hal ini disebutkan di dalam Al qur’an “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).  (Qs.79:37-41).

Untuk itu, berdoalah, agar diampuni dosa-dosa akibat tindakan berlebih-lebihan itu. Dan juga mohonlah agar ditetapkan hati agar tidak lagi melakukan perbuatan itu. Dengan ketetapan hati (Istiqamah) dalam menggunakan harta benda di jalan Allah Swt, maka sifat berlebih-lebihan dan kikir akan hilang. Allah Swt akan memberikan kepada orang yang istiqamah itu pahala di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, mereka itu termasuk orang-orang yang berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs.3:147-148). Maka dari itu, bertobatlah dan beriman kepada Allah, serta selalu mengerjakan kebaikan. Dengan demikian maka kejahatan akan diganti Allah dengan kebaikan. Dan barangsiapa yang bertobat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. Hal dinyatakan Allah Swt dalam firman-Nya Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. (Qs.25:70-71). Dengan demikian, maka perbuatan berlebih-lebihan itu lambat laun akan berkurang, bahkan bisa menghilang dari pribadi kita semuanya. Semoga!!!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 22 April 2019

Popular