Kenyataan berasal dari kata nyata. Artinya
adalah terang (kelihatan, kedengaran, dan sebagainya), jelas sekali, kentara, benar-benar ada, berwujud dan terbukti. Kenyataan merupakan sesuat yang sudah
terang benderang, benar, jelas dan terbukti. Artinya setiap peristiwa atau
kejadian yang benar, jelas, dan terbukti merupakan kenyataan. Setiap peristiwa
yang sudah jelas dan terbukti merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima.
Artinya, kenyataan yang diterima itu harus benar-benar dari lubuk hati yang
paling dalam. Sebab, kenyataan itu tidak bisa di tolak dan di bantah-bantah
lagi. Semuanya jelas, terang benderang dan terbukti. Tinggal, bagaimana
seseorang menghadapi setiap kenyataan yang diterimanya. Dan juga, bagaimana
menyikapinya, agar setiap kenyataan hidup yang didapat dan diterimanya bisa
mendatangkan keberuntungan, kesuksesan, kedamaian, ketentraman dan ketenangan.
serta membawa keberkahan bagi kehidupannya saat dia menerima kenyataan itu,
maupun untuk kehidupan yang akan datang setelah dia menerima kenyataan itu.
Kenyataan hidup yang diterima setiap orang
itu berbagai macam. Ada yang sama dan ada juga yang beda. Kadang kenyataan yang
diterimanya itu baik, kadangkala buruk. Kadang berupa keberuntungan, dan
kadangkala berupa kerugian. Bisa kesenangan, dan bisa juga kesedihan. Bisa berupa
kemewahan, tapi bisa juga kemiskinan. Bisa kebahagiaan, bisa juga penderitaan. Bisa
kecerdasan, bisa juga kebodohan. Bisa ketampanan, kecantikan, dan bentuk fisik
yang ideal lainnya, tetapi kadang juga bisa kejelekan, buruk rupa, gendut,
kurus keremping, dan sebagainya. Setiap sesuatu yang diterima oleh seseorang
ketika itu jelas dan terbukti, maka itulah kenyataan yang diterimanya. Dia
harus bisa menerima kenyataan itu apa adanya. Kalau kenyataan itu berupa
sesuatu yang baik, baik berupa keberuntungan, kemewahan, kebahagiaan,
kecerdasan, fisik yang bagus dan sebagainya, maka itu harus disyukuri. Begitu
pula, apabila dia menerima kenyataan hidupnya yang buruk, baik berupa kerugian,
kemiskinan, penderitaan, kebodohan, kejelekan dan sebagainya, maka dia pun juga
harus bisa mensyukurinya. Firman Allah Swt, “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir. (Qs.76:3). “Dan barangsiapa
yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri
dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia."(Qs. 27:40). “Dan
sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Qs. 31:12).
Dalam ayat di atas, Allah Swt menyatakan
bahwa Dia-lah yang menunjukkan jalan yang lurus. Akan tetapi ada yang mau
bersyukur dan ada pula yang mengingkarinya. Allah menyatakan bahwa barangsiapa
yang bersyukur, maka dia telah bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan
jika mereka mengingkarinya, maka Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Artinya,
Allah tidak membutuhkan rasa simpati dan empati manusia. Justru manusia itulah
yang harus bersimpati dan berempati kepada-Nya. Yang perlu itu siapa? Allah
tidak memerlukan manusia. Manusia lah yang sangat memerlukan Allah Swt. Dia-lah
yang memberikan apapun kepada manusia. Bahkan, tidak dimintapun Allah sudah
memberikannya. Makanya, sangatlah wajar kalau kita selalu bersyukur dengan
segala pemberian yang diberikan Allah Swt. Dia Sang Pencipta dan Pemilik alam
semesta ini. Manusia tinggal di salah satu planetnya, yaitu bumi. Padahal
planet bumi merupakan salah satu dari miliaran benda angkasa yang berseleweran di
alam semesta ini. Untuk itu, tidak ada alasan untuk manusia tidak bersyukur
dengan pemberian Allah Swt. Justru dengan bersyukur itu, maka Allah Swt akan
menambah nikmatnya. Begitu juga
sebaliknya, apabila manusia mengingkarinya, maka azab yang pedihlah yang akan
Allah swt berikan kepadanya. Firman-Nya “Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Qs.14:7).
Banyak orang yang bisa menerima kenyataan
hidup yang diterimanya. Akan tetapi, lebih banyak lagi yang tidak sanggup
menerimanya. Kenyataan hidup yang diterima dan dijalaninya saat ini begitu
berat. Dia merasa hidup yang dijalaninya penuh dengan penderitaan, kesedihan
dan keburukan. Hidup melarat, miskin, bodoh, serta serba kekurangan menyebabkan
mereka berputus asa. Dengan begitu, sangat sedikit dari manusia yang mau
bersyukur terhadap pemberian Allah Swt. Firman-Nya, “Dan Dialah
yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati.
Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Qs. 23:78). Katakanlah: "Dia-lah
Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati."(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Qs. 67:23). Segala kenikmatan dan penderitaan hidup
yang diterima setiap manusia merupakan pemberian Allah Swt. Semua itu merupakan
ujian dan cobaan yang diberikan-Nya kepada manusia. Jika manusia bisa menerima
pembelajaran dari setiap kenikmatan dan penderitaan itu, maka dia merupakan
manusia yang bisa bersyukur kepada Sang Penciptannya. Orang yang seperti itu
akan mendapatkan petunjuk dari Allah kepada jalan yang lurus. Hidupnya akan
mudah menerima kebaikan dan kebenaran dari siapa dan apapun. Karena kebaikan
dan kebenaran itu merupakan petunjuk yang diberikan-Nya kepada manusia dengan
berbagai macam jalan, agar bisa ditangkap dan diambil oleh manusia yang
bersyukur itu. Selain itu, Allah Swt juga menyatakan bahwa orang yang suka
bersyukur termasuk golongan orang-orang yang saleh di akhirat kelak. Allah Swt
berfirman “(lagi) yang mensyukuri
nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada
jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya
kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk
orang-orang yang saleh (Qs. 16:12-122).
Untuk itu, berusahalah menerima setiap
kenyataan hidup yang kita terima. Senang dan bahagia merupakan sebuah anugerah
dari-Nya. Akan tetapi bisa juga sebagai ujian dan cobaan dari-Nya. Firman-Nya “Dan aku tiada mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu
dan kesenangan sampai kepada suatu waktu” (Qs.21:111). Ketika seseorang merasakan hidup dengan penuh
kesenangan dan kebahagiaan. Bisa menjadi lupa diri dan cenderung mengingkari
semua pemberian itu. Hidupnya hanya untuk bersenang-senang saja, sambil
menikmati keindahan dan kesenangan dunia ini. Dia lupa akan ‘keberadaan’ Allah
Swt di sekitar dan di dalam hidupnya. Padahal kesenangan dan kebahagian itu
hanya sementara. Firman Allah Swt “Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal” (Qs.40:39). Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu,
jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu
terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali
sebentar saja." (Qs.33:16). (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian
kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang
berat, disebabkan kekafiran mereka (Qs.10:70). Kesenangan yang dirasakan seseorang
pada saat ini bisa saja suatu saat dicabut dan diambil oleh Allah Swt. Hal itu
mudah dan gampang saja bagi-Nya. Dia yang memberi dan Dia juga yang akan
mengambilnya. Untuk itu, kenyataan hidup berupa kesenangan dan kebahagiaan itu
harus digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kekayaan, kehormatan dan jabatan
tinggi, kekuasaan, dan kemewahan yang dimiliki serta dinikmati saat ini
merupakan sebuah kenyataan yang seharusnya digunakan untuk kebaikan orang
banyak. Janganlah hal itu digunakan untuk kejahatan dan kesenangan hawa nafsu
semata. Sebab, kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban semua itu. Ketika
kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan dunia itu dipergunakan untuk kebaikan
dan kemaslahatan orang, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala yang baik. Dan
kelak akan mendapatkan surga-Nya. Firman-Nya “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Qs.3:14).
Selain kesenangan, sepahit atau segetir
apapun kehidupan yang dijalaninya. Tetaplah tegar dan kuat dalam menghadapinya.
Semua itu merupakan kenyataan hidup yang sedang dijalaninya saat ini. Yakin,
bahwa Allah Swt akan memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalaninya. Allah
Swt memerintah kepada hamba-Nya yang beriman, apabila mengalami kesempitan dan
penderitaan hidup untuk bisa bersabar. Firman-Nya “(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka,
orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan
sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka. (Qs. 22:35). Di ayat lain Allah menyatakan
bahwa “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Qs.2:177). Allah Swt juga menyatakan bahwa
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan merupakan suatu
cobaan yang diberikan-Nya kepada manusia. Untuk itu bersabarlah terhadap semua
pemberian Allah tersebut. Sebab, semua itu merupakan kenyataan hidup yang
diberikannya kepada seseorang. Dengan bersabar maka Allah akan memberikan kabar
berita gembira kepadanya balasan surga diakhirat kelak. Firman-Nya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs.2:155). Apa yang di sisimu akan lenyap, dan
apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan” (Qs.16:96).
Sabar dan shalat merupakan penolong bagi hamba-Nya
yang beriman. Sebab, Allah Swt akan selalu Bersama dengan yang selalu sabar di
dalam hidupnya. Firman-Nya “Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu' (Qs.2:45). Di ayat lain juga disebutkan “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar” (Qs.2:153). Sabar
dalam menjalani hidup ini merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan. Dengan memiliki
kesabaran yang tinggi, maka kesempitan dan kesusahan hidup yang dijalaninya
saat ini akan terasa nyaman, nikmat dan menyenangkan. Sehingga dia bisa
menerima dan menjalani setiap kenyataan hidupnya dengan penuh damai dan
bahagia. Semoga!!!
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 13 Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar