MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 13 Maret 2019

Kenyataan

Kenyataan berasal dari kata nyata. Artinya adalah terang (kelihatan, kedengaran, dan sebagainya), jelas sekali, kentara, benar-benar ada, berwujud dan terbukti. Kenyataan merupakan sesuat yang sudah terang benderang, benar, jelas dan terbukti. Artinya setiap peristiwa atau kejadian yang benar, jelas, dan terbukti merupakan kenyataan. Setiap peristiwa yang sudah jelas dan terbukti merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima. Artinya, kenyataan yang diterima itu harus benar-benar dari lubuk hati yang paling dalam. Sebab, kenyataan itu tidak bisa di tolak dan di bantah-bantah lagi. Semuanya jelas, terang benderang dan terbukti. Tinggal, bagaimana seseorang menghadapi setiap kenyataan yang diterimanya. Dan juga, bagaimana menyikapinya, agar setiap kenyataan hidup yang didapat dan diterimanya bisa mendatangkan keberuntungan, kesuksesan, kedamaian, ketentraman dan ketenangan. serta membawa keberkahan bagi kehidupannya saat dia menerima kenyataan itu, maupun untuk kehidupan yang akan datang setelah dia menerima kenyataan itu.

Kenyataan hidup yang diterima setiap orang itu berbagai macam. Ada yang sama dan ada juga yang beda. Kadang kenyataan yang diterimanya itu baik, kadangkala buruk. Kadang berupa keberuntungan, dan kadangkala berupa kerugian. Bisa kesenangan, dan bisa juga kesedihan. Bisa berupa kemewahan, tapi bisa juga kemiskinan. Bisa kebahagiaan, bisa juga penderitaan. Bisa kecerdasan, bisa juga kebodohan. Bisa ketampanan, kecantikan, dan bentuk fisik yang ideal lainnya, tetapi kadang juga bisa kejelekan, buruk rupa, gendut, kurus keremping, dan sebagainya. Setiap sesuatu yang diterima oleh seseorang ketika itu jelas dan terbukti, maka itulah kenyataan yang diterimanya. Dia harus bisa menerima kenyataan itu apa adanya. Kalau kenyataan itu berupa sesuatu yang baik, baik berupa keberuntungan, kemewahan, kebahagiaan, kecerdasan, fisik yang bagus dan sebagainya, maka itu harus disyukuri. Begitu pula, apabila dia menerima kenyataan hidupnya yang buruk, baik berupa kerugian, kemiskinan, penderitaan, kebodohan, kejelekan dan sebagainya, maka dia pun juga harus bisa mensyukurinya. Firman Allah Swt, “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (Qs.76:3). “Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."(Qs. 27:40). “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Qs. 31:12).

Dalam ayat di atas, Allah Swt menyatakan bahwa Dia-lah yang menunjukkan jalan yang lurus. Akan tetapi ada yang mau bersyukur dan ada pula yang mengingkarinya. Allah menyatakan bahwa barangsiapa yang bersyukur, maka dia telah bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan jika mereka mengingkarinya, maka Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Artinya, Allah tidak membutuhkan rasa simpati dan empati manusia. Justru manusia itulah yang harus bersimpati dan berempati kepada-Nya. Yang perlu itu siapa? Allah tidak memerlukan manusia. Manusia lah yang sangat memerlukan Allah Swt. Dia-lah yang memberikan apapun kepada manusia. Bahkan, tidak dimintapun Allah sudah memberikannya. Makanya, sangatlah wajar kalau kita selalu bersyukur dengan segala pemberian yang diberikan Allah Swt. Dia Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta ini. Manusia tinggal di salah satu planetnya, yaitu bumi. Padahal planet bumi merupakan salah satu dari miliaran benda angkasa yang berseleweran di alam semesta ini. Untuk itu, tidak ada alasan untuk manusia tidak bersyukur dengan pemberian Allah Swt. Justru dengan bersyukur itu, maka Allah Swt akan menambah nikmatnya.  Begitu juga sebaliknya, apabila manusia mengingkarinya, maka azab yang pedihlah yang akan Allah swt berikan kepadanya. Firman-Nya “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Qs.14:7).

Banyak orang yang bisa menerima kenyataan hidup yang diterimanya. Akan tetapi, lebih banyak lagi yang tidak sanggup menerimanya. Kenyataan hidup yang diterima dan dijalaninya saat ini begitu berat. Dia merasa hidup yang dijalaninya penuh dengan penderitaan, kesedihan dan keburukan. Hidup melarat, miskin, bodoh, serta serba kekurangan menyebabkan mereka berputus asa. Dengan begitu, sangat sedikit dari manusia yang mau bersyukur terhadap pemberian Allah Swt. Firman-Nya,  “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Qs. 23:78). Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati."(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Qs. 67:23). Segala kenikmatan dan penderitaan hidup yang diterima setiap manusia merupakan pemberian Allah Swt. Semua itu merupakan ujian dan cobaan yang diberikan-Nya kepada manusia. Jika manusia bisa menerima pembelajaran dari setiap kenikmatan dan penderitaan itu, maka dia merupakan manusia yang bisa bersyukur kepada Sang Penciptannya. Orang yang seperti itu akan mendapatkan petunjuk dari Allah kepada jalan yang lurus. Hidupnya akan mudah menerima kebaikan dan kebenaran dari siapa dan apapun. Karena kebaikan dan kebenaran itu merupakan petunjuk yang diberikan-Nya kepada manusia dengan berbagai macam jalan, agar bisa ditangkap dan diambil oleh manusia yang bersyukur itu. Selain itu, Allah Swt juga menyatakan bahwa orang yang suka bersyukur termasuk golongan orang-orang yang saleh di akhirat kelak. Allah Swt berfirman “(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh (Qs. 16:12-122).

Untuk itu, berusahalah menerima setiap kenyataan hidup yang kita terima. Senang dan bahagia merupakan sebuah anugerah dari-Nya. Akan tetapi bisa juga sebagai ujian dan cobaan dari-Nya. Firman-Nya “Dan aku tiada mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu” (Qs.21:111). Ketika seseorang merasakan hidup dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan. Bisa menjadi lupa diri dan cenderung mengingkari semua pemberian itu. Hidupnya hanya untuk bersenang-senang saja, sambil menikmati keindahan dan kesenangan dunia ini. Dia lupa akan ‘keberadaan’ Allah Swt di sekitar dan di dalam hidupnya. Padahal kesenangan dan kebahagian itu hanya sementara. Firman Allah Swt “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal (Qs.40:39). Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." (Qs.33:16). (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka (Qs.10:70). Kesenangan yang dirasakan seseorang pada saat ini bisa saja suatu saat dicabut dan diambil oleh Allah Swt. Hal itu mudah dan gampang saja bagi-Nya. Dia yang memberi dan Dia juga yang akan mengambilnya. Untuk itu, kenyataan hidup berupa kesenangan dan kebahagiaan itu harus digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kekayaan, kehormatan dan jabatan tinggi, kekuasaan, dan kemewahan yang dimiliki serta dinikmati saat ini merupakan sebuah kenyataan yang seharusnya digunakan untuk kebaikan orang banyak. Janganlah hal itu digunakan untuk kejahatan dan kesenangan hawa nafsu semata. Sebab, kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban semua itu. Ketika kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan dunia itu dipergunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan orang, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala yang baik. Dan kelak akan mendapatkan surga-Nya. Firman-Nya “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Qs.3:14).

Selain kesenangan, sepahit atau segetir apapun kehidupan yang dijalaninya. Tetaplah tegar dan kuat dalam menghadapinya. Semua itu merupakan kenyataan hidup yang sedang dijalaninya saat ini. Yakin, bahwa Allah Swt akan memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalaninya. Allah Swt memerintah kepada hamba-Nya yang beriman, apabila mengalami kesempitan dan penderitaan hidup untuk bisa bersabar. Firman-Nya “(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka.  (Qs. 22:35). Di ayat lain Allah menyatakan bahwa “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Qs.2:177). Allah Swt juga menyatakan bahwa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan merupakan suatu cobaan yang diberikan-Nya kepada manusia. Untuk itu bersabarlah terhadap semua pemberian Allah tersebut. Sebab, semua itu merupakan kenyataan hidup yang diberikannya kepada seseorang. Dengan bersabar maka Allah akan memberikan kabar berita gembira kepadanya balasan surga diakhirat kelak. Firman-Nya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Qs.2:155). Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Qs.16:96).

Sabar dan shalat merupakan penolong bagi hamba-Nya yang beriman. Sebab, Allah Swt akan selalu Bersama dengan yang selalu sabar di dalam hidupnya. Firman-Nya “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (Qs.2:45). Di ayat lain juga disebutkan “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Qs.2:153). Sabar dalam menjalani hidup ini merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan. Dengan memiliki kesabaran yang tinggi, maka kesempitan dan kesusahan hidup yang dijalaninya saat ini akan terasa nyaman, nikmat dan menyenangkan. Sehingga dia bisa menerima dan menjalani setiap kenyataan hidupnya dengan penuh damai dan bahagia. Semoga!!!

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 13 Maret 2019

Tidak ada komentar:

Popular