MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 25 Maret 2019

Kebebasan

Kebebasan berasal dari bebas. Artinya adalah lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa). Atau lepas dari (kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan sebagainya). Bisa juga berarti tidak dikenakan (pajak, hukuman, dan sebagainya); tidak terikat atau terbatas oleh aturan dan sebagainya; merdeka (tidak dijajah, diperintah, atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuasaan asing). Dari pengertian kata dasar tersebut, maka kebebasan adalah keadaan bebas; kemerdekaan atau keleluasaan setiap warga negara untuk melibatkan diri dalam kegiatan politik (tanpa adanya berbagai paksaan dari pihak masyarakat dan pemerintah); dan kebebasan mengeluarkan pikiran dan pendapat melalui media massa. Kebebasan merupakan hak setiap orang. Di dalam sebuah negara, kebebasan itu di atur di dalam Undang-undang. Walaupun kebebasan itu merupakan hak setiap orang, akan tetapi tidak serta merta kebebasan itu tanpa aturan, batasan maupun tanggung jawab. Sebab, setiap orang punya kebebasan yang sama sekaligus berbeda. Ketika semua orang mau menuntut kebebasan yang diinginkannya, maka satu sisi akan melanggar kebebasan orang lain. Seperti contoh, kebebasan mengeluarkan pendapat atau mengkritik orang lain. Artinya, boleh saja setiap orang mengeluarkan pendapatnya serta mengkritik orang lain atau sebuah Lembaga. Akan tetapi, orang lain maupun Lembaga itu juga mempunyai hak untuk juga mengeluarkan pendapat dan kritiknya kepada orang lain. maka ketika tidak ada aturan, batasan dan rasa tanggung jawab, maka perbedaan pendapat dan saling kritik tidak bisa dihindari. Bisa saja berubah menjadi saling serang, fitnah, dan bisa berujung kepada pertengkaran, perkelahian dan permusuhan.

Untuk itu, setiap kebebasan yang dimiliki seseorang harus benar-benar disalurkan dengan cara yang baik. setiap orang bebas mengeluarkan pendapat, kritik, bekerja, makan, minum, berpolitik, berkreasi, bernyanyi, bermain, dan sebagainya. Akan tetapi semua itu, harus teratur dan bertanggung jawab. Aturan itu bisa saja tertulis maupun tidak tertulis. Yang tertulis bisa dari Kitab Suci, undang-undang, maupun peraturan-peraturan yang disepakati oleh pemerintah maupu masyarakat dibawahnya. Aturan yang tidak tertulis, bisa berupa adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan disuatu daerah. Yang mana, adat istiadat itu sudah turun-temurun diberlakukan oleh masyarakat itu. Dan sangat teguh dipegang oleh mereka. Sehingga menjadi suatu hukum yang sangat sensitif dan baku dipakai di daerah itu. Dengan begitu, kebebasan itu tidak dilakukan menjadi kebablasan. Bebas dengan sebebas-bebas, yakni melanggar serta menabrak aturan yang tertulis dan tidak tertulis itu. Sehingga membuat orang lain tidak senang, terganggu, dan tersakiti akibat tingkah polahnya.

Selain taat terhadap aturan yang tertulis dan tidak tertulis itu. Kebebasan yang dilakukan harus bertanggung jawab. Artinya, segala akibat dari kebebasan yang dilakukannya harus berani mempertanggungjawabkannya dihadapan manusia maupun di hadapan Allah Swt. Sebab, tidak ada kebebasan yang tidak dipertanggungjawabkan. Ketika seseorang memukul, melukai ataupun menyakiti dengan alasan kebebasan akan dimintai pertanggungjawaban secara hukum. Dia bisa saja dibalas dengan pukulan, melukai dan menyakiti yang sama seperti yang dia lakukan. Bisa juga dipenjara. Dan secara agama, dia berbuat zhalim, dan akan diberikan azab yang pedih di akhirat kelak, yakni masuk neraka. Begitulah, kebebasan harus dijalankan dengan sebaik mungkin. Sesuai dengan aturan yang berlaku serta siap mempertanggungjawabkannya kelak, di hadapan manusia maupun Allah swt. Dengan begitu, kebebasan yang dijalankan dalam bidang apapun akan terarah dengan baik, bertanggung jawab, dan tentunya mendapat berkah dan rahmat dari Allah Swt.

Dalam kehidupan di muka bumi ini Allah Swt memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbuat sekehendaknya. Sebab, manusia diberikannya akal dan kemampuan untuk bisa mengelola dirinya, orang maupun orang lain. Selain itu, manusia juga mampu ‘menundukkan’ alam. Dengan akal dan kemampuannya pula, darat, air dan udara bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya dan orang lain. Gunung, hutan, laut dan sungai dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk menunjang kehidupannya di muka bumi ini. Untuk itu, Allah Swt menyatakan bahwa diciptakannya bumi ini memang untuk manusia. Firman-Nya “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Qs. 7:10). Di ayat lain juga disebutkan bahwa “Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Qs. 43:10). Allah Swt, juga menyatakan bahwa bumi diciptakan-Nya dan manusialah yang menjadi pemakmurnya. Artinya manusia dijadikan sebagai penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia ini. Firman-Nya “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Qs. 11:61).

Begitulah, Allah Swt telah memberikan kepada manusia kebebasan untuk menjaga dan mengelola alam ini untuk kepentingannya. Manusia merupakan Khalifah (pemimpin) yang ditunjuk Allah Swt untuk mengelola alam ini dengan sebaik-baiknya. Firman-Nya Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. 2:30). Di ayat lain disebutkan Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. (Qs. 35:39). Dari sini, Allah Swt telah memberikan kekuasaan untuk mengelola alam ini kepada manusia. Manusia merupakan makhluk bumi yang Allah ciptakan dari tanah bumi itu sendiri. Sehingga sangat wajar kalau Allah Swt menunjuk manusia sebagai ‘Wakilnya’ di muka bumi ini. Dengan begitu, manusia bisa dengan leluasa mengelolanya dengan sebaik mungkin, agar tercipta kemakmuran, keadilan, kedamaian, dan ketentraman di muka bumi ini. Bukan sebaliknya, manusialah yang justru merusak dan menghancurkannya. Sehingga alam yang indah dan sejuk justru dirusak dengan berbagai kegiatan dan pekerjaan mereka. Gunung-gunung dikeruk, hutan dibabat habis, sungai dicemari dan ditutup dengan tanah dan batuan sehingga hilang dan kotor. Limbah pabrik, plastik, asap knalpot mobil dan kendaraan mengotori udara yang sejuk, sehingga terjadi polusi udara dimana-mana. Laut penuh dengan sampah, sehingga air laut menjadi tercemar yang menyebabkan biota laut menjadi rusak dan bahkan mati. Tanah juga dijadikan tumpukan sampah plastik dan timbunan limbah industri, baik rumah tangga maupun industri berskala besar. Akibatnya tanah menjadi tidak produktif lagi dan bahkan menjadi gersang dan mati.

Akibat lainnya, yang ditimbulkan akibat dari polusi udara, tanah dan air itu adalah udara menjadi panas, sungai dan laut menjadi kotor dan berbau. Sehingga kalau hujan terjadi banjir di mana-mana. Tanah longsor (erosi) yang menyebabkan bencana muncul di mana-mana. Selain itu, gempa bumi dan gunung meletus juga akibat dari kerusakan yang dilakukan manusia. Allah Swt menyatakan bahwa kerusakan di darat dan di laut akibat olah tangan manusia sendiri. Firman-Nya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. 30:41). Padahal Allah Swt melarang dan tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini. Bahkan Allah Swt akan memberikan azab (hukuman) yang sangat berat bagi mereka yang merusak bumi ini. Allah Swt menyatakan “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Qs.28:77). Di ayat lain juga disebutkan bahwa “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (Qs.26:183). Allah Swt akan memberikan siksaan di atas siksaan, yakni siksaan yang berlipat ganda kepada mereka yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Firman-Nya “Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.” (Qs.16:88). Selain itu, Allah Swt juga melarang mengikuti ataupun mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yakni mereka yang membuat kerusakan dan tidak mau memperbaiki kerusakan itu. Firman-Nya “Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan." (Qs.26:151-152).

Manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini hendaklah menjaga dan mengelola alam ini sebaik mungkin. Jangan sampai kebebasan (kekuasaan) yang diberikan digunakan untuk membuat kerusakan. Sebab, itu merupakan penyalahgunaan kewenangan yang diberikan-Nya. Allah Swt memerintahkan kepada manusia untuk bisa menjaga keseimbangan alam ini. Agar alam menjadi indah, sejuk, asri, dan hijau. Dengan merusaknya, maka manusia telah menyalahi amanah yang telah dibebankan kepadanya. Bumi dan langit adalah amanah yang dititipkan kepada manusia untuk dijaga sebaik-baiknya. Allah Swt menyatakan bahwa Dia telah memberikan amanah kepada langit, bumi dan guung. Mereka malah menolaknya karena khawatir mengkhianatinya. Kemudian ditawarkan kepada manusia dan ia mau menerima amanah itu. Dengan mau menerima amanah itu, maka manusia disebut Allah sebagai yang amat zalim dan amat bodoh. Sebab, amanah itu merupakan sesuatu yang sangat berat. Langit dan bumi yang begitu luas dan besar tidak sanggup memikulnya. Begitu juga gunung-gunung yang kokoh dan kuat juga tidak sanggup. Justru manusia yang kecil dan lemah merasa sanggup memikulnya. Firman-Nya “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Qs.33:72).

Amanah, merupakan tanggung jawab yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Tanggung jawab itu harus ditunaikan dengan sebaik mungkin. Walaupun manusia memiliki tubuh yang kecil dan lemah. Dia diberikan anugerah yang sangat besar, yakni akal. Dengan akalnya, manusia mampu menaklukkan langit dan bumi. Bisa memanfaatkan segala potensi yang dimiliki langit dan bumi itu. Karena itu, ketika akal digunakan untuk kemakmuran bumi, maka kedamaian, kesejehteraan, kesenangan, kedamaian serta kebahagiaan akan tercipta dengan baik. begitu pula sebaliknya, ketika akal yang dimilikinya dia gunakan untuk membuat kerusakan. Maka bencana akan terjadi dimana-mana. Kekeringan, kelaparan, banjir, erosi, gempa bumi, gunung meletus, pemanasan global dan sebagainya. Semua itu akan dirasakan tidak hanya oleh manusia. Melainkan seluruh makhluk yang tinggal di bumi akan ikut merasakan dampaknya. Untuk itu, kebebasan yang diberikan oleh Allah Swt harus digunakan untuk kemaslahatan orang banyak. Allah Swt yang menciptakan manusia dari bumi (tanah) dan menjadikan manusia itu sebagai pemakmurnya. Artinya, keberadaan manusia di muka bumi ini untuk menjaganya, mengelolanya dan melestarikannya. Firman-Nya “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Qs.11:61). Dengan begitu, tugas manusia sebagai khalifah akan benar-benar terwujud. Dan amanah yang telah diberikan kepada manusia akan terjaga dengan baik. Semoga!!!

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 25 Maret 2019

Tidak ada komentar:

Popular