Al kisah, ada seorang raja yang ingin
mengetahui kebaikan dan ketaatan mereka kepadanya. Pada suatu hari, raja
tersebut memerintahkan kepada beberapa prajuritnya untuk meletakkan sebuah batu
besar di tengan jalan yang ramai dilalui orang banyak. Dengan harapan, mereka yang
melewati jalan itu bisa memindahkan atau pun membuangnya ketempat lain agar
tidak lagi menghalangi jalan. Ternyata, beragam sikap orang yang melewati
tempat itu. Ada yang marah, mengumpat, kecewa, sedih, dan sebagainya. Dalam
beberapa hari, batu itu tetap berada pada tempatnya. Tidak ada satu pun yang
mau memindahnya dari tengah jalan. Bahkan ada penunggal kuda terjatuh
tersandung batu itu, karena berkuda pada malam hari. Ia marah besar dan berkata
‘siapa yang menaruh batu besar ditengah jalan, bikin celaka orang saja’ dengan
nada marah dan kesal. Setelah itu, ia meneruskan perjalanan menunggang kudanya.
Ada juga seorang saudagar yang mau lewat jalan itu dengan kereta kudanya. Ia
tidak bisa lewat karena hamper semua jalan tertutup batu. Padahal ia membawa
dagangan untuk di jual di pasar. Hanya ada jalan itu yang bisa dilalui,
ternyata tidak bisa. Sang saudagar marah sambal mengumpat, kenapa ada batu yang
menghalagi jalan. Dia berpikir kalau tidak bisa lewat, maka dia tidak bisa
berjualan sehingga tidak mendapatkan keuntungan dan justru kerugian yang
didapatnya. Sang saudagar akhirnya berbalik arah pulang tanpa berbuat apa-apa
untuk menyingkirkan batu itu.
Bagi yang berjalan kaki, mereka tidak
masalah melewati jalan itu. Setiap saat hilir-mudik secara bergantian
melewatinya. Anehnya, tidak ada yang berbuat untuk mengangkat atau pun
mengalihkan batu itu. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Awal
mula melihat batu itu ditengah jalan, semua marah, mengumpat dan tidak terima
dengan adanya batu itu. Akan tetapi, setelah beberapa hari meliwati jalan itu,
akhirnya mereka terbiasa. Tuh, masih bisa lewat walaupun menyisi jalan itu.
Begitulah pikiran yang ada di benak mereka. Tidak ada inisiatif untuk membuang
atau pun sekedar menggeser batu itu agar kereta maupun kuda bisa melewatinya.
Pada suatu hari, lewatlah seorang pengemis
tua dengan pakaian lusuh. Ia merasa heran heran, kenapa ada batu besar di
tengah jalan. Ia berpikir, kalau tidak di angkat atau digeser, maka batu itu
akan menghalangi jalan. Bahkan lebih jauh, sang pengemis tua itu berpikir bahwa
batu besar itu akan mencelakakan orang lain. Ketika malam hari, suasananya
gelap para pengguna jalan akan tertabrak batu itu. Begitulah pikir sang pengemis tua itu. Dengan
tanpa pikir Panjang lagi, ia kemudian mencoba menggeser batu itu dengan sekuat
tenaga. Tubuh tua rentanya dan dengan tenaga yang sedikit ngos-ngosan ia
kerahkan agar bisa menggeser batu itu. Tanpa bantuan orang lain, akhirnya
setelah sekian lama berusaha menggesernya, ternyata batu itu bisa tergeser
sehingga tidak menggangu jalan lagi. Ada sebuah kejadian yang luar biasa
dialami oleh pengemis tua itu. Ketika batu sudah tergeser, ternyata di bawah
batu itu ada satu kotak kecil. Ketika kotak itu di buka, maka bertambah
terkejutlah sang pengemis tua itu. Di dalam kotak itu ternyata isinya penuh
dengan emas dan sebuah surat. Surat itu di tulis langsung oleh raja. Isi surat
itu adalah ‘TERIMA KASIH TELAH MEMBANTU ORANG BANYAK. EMAS INI KUHADIAHKAN
KEPADA ORANG YANG TELAH BERBUAT BAIK. Sang pengemis tua terharu dan tak
sanggup menahan derai air matanya. Ia langsung sungkem bersujud kepada Allah
Swt. Dengan terus berderai air mata, dalam sujudnya ia bersyukur dan berterima
kasih kepada Allah Swt dan juga kepada sang raja atas anugerah yang telah diterimanya.
Luar biasa! Apa yang yang diterima oleh
sang pengemis tua itu. Kebaikan yang telah dilakukannya dengan tulus ternyata
berbuah manis untuk hari tuanya. Ia tidak menyangka bahwa perbauatan yang
dilakukannya mendapatkan balasan seperti itu. Kebanyakan orang menganggap bahwa
perbuatan yang seperti itu adalah hal yang biasa. Terkadang mereka menganggap
sepele. Padahal bagi Allah tidak ada perbuatan yang sepele itu. Besar dan
kecilnya perbuatan baik itu yang mengukur adalah manusia. Allah Swt hanya memandang
perbutan manusia dari keikhlasan dan ketulusannya. Ketika manusia berbuat baik
dengan ikhlas dan hanya mengharap ridha-Nya, maka Dia akan membalas perbuatan
itu dengan ganjaran pahala yang berlipat
ganda. Balasan yang diberikan Allah itu sungguh tak di sangka oleh manusia dan
Dia juga akan memberikan jalan keluar yang baik terhadap segala persoalan yang
di hadapi manusia. Firman-Nya ‘Apabila mereka
telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu’
(Qs.65:2-3).
Dalam cerita di atas, bisa dilihat bagaimana karakter
(sifat) manusia dalam menyikapi kebaikan. Ketika raja menaruh batu besar di
tengah jalan sehingga menghalangi pengguna jalan. Banyak yang marah, mengumpat,
tidak mengacuhkannya, sibuk dengan urusannya, santai melihatnya, dan
sebagainya. Dalam beberapa hari, tidak ada yang punya inisiatif untuk
menjauhkan batu itu dari jalan. Padahal ada yang tiap hari lewat di jalan itu.
Tuh, mereka berpikir masih bisa lewat sehingga tidak perlu menggesernya. Dan
ada juga yang berpikir, bahwa nanti ada orang lain yang akan membuang batu itu.
Raja yang menaruh batu dan kotak emas, pengguna jalan dengan berbagai karakter
dan tingkat kesibukannya serta pengemis tua dalam cerita tersebut merupakan
gambaran kehidupan kita.
Dalam kehidupan bermasyarakat kepedulian merupakan
sumber kebaikan. Dengan sikap peduli akan muncul niat untuk membantu orang
lain. Ketika rasa peduli ini telah pudar, apalagi sampai hilang pada diri
sesorang, maka rasa belas kasihan juga akan hilang. Ketika melihat orang yang
perlu bantuan, misalnya orang sakit, tua, fakir dan miskin, kebakaran, banjir,
anak yatim, dan sebagainya akan biasa-biasa saja. Tidak ada usaha untuk
membantu padahal dia mampu. Orang seperti itu kepeduliannnya telah hilang pada
dirinya.
Tiga karakter itu merupakan simbol dalam kehidupan di
masyarakat. Bisa saja, kita merupakan salah satu dari ke tiga karakter di cerita
itu. Orang yang memiliki kelebihan, baik dari segir kekuasaan maupun harta
benda merupakan simbol raja. Setiap orang yang mempunyai kelebihan hendaklah
dia gunakan untuk berbuat kebaikan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Saling
memberi dan peduli terhadap penderitaan orang lain merupakan kebaikan yang
sangat mulia. Allah Swt menyuruh hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan (Qs.2:148). Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh
kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan
kejahatannya (Qs.6:160). Sebab, kebaikan yang kita kerjakan untuk diri kita
sendiri dan akan mendapatkan pahala disisi Allah Swt (Qs.2:110). Bersabarlah,
karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat
kebaikan (Qs.11:115). Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan
(Qs.3:148). Allah akan memberikan balasan berupa surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya (Qs.5:85).
Banyak diantara kita yang tidak peduli dengan
penderitaan orang disekitarnya. Padahal, dia sebenarnya mampu untuk menolong
dan berbuat baik kepada mereka. Terkadang cenderung menyalahkan orang lain. Dalam
cerita diatas, banyak yang menderita dan merasa tidak nyaman dengan adanya batu
besar yang menghalangi jalanan. Mereka menggerutu, memaki, menyumpah serapah
dengan kata-kata kotor. Akan tetapi tidak mau berbuat baik untuk menggeser dari
tempatnya. Sikap seperti itu banyak kita jumpai disekeliling kita. Mereka
maunya duduk santai sambil ngobrol minum kopi (atau minuman lainnya) ditemani
camelan, sementara orang lain bersusah payah berbuat untuk kepentingan orang
banyak. Akan tetapi, ketika sudah beres persoalannya maunya pengin disebut
sebagai pahlawan. Sikap seperti ini bisa jadi ada pada diri kita. Atau pun
orang-orang disekeliling kita. Rasa peduli sebagai sesama manusia mulai pudar.
Dalam benaknya masih ada orang lain yang mau membantu, sehingga dia tidak perlu
turun tangan. Belum lagi, sikap saling salah-menyalahkan. Seolah-olah dirinya
yang paling benar. Saling suruh-menyuruh sehingga persoalannya tidak
selesai-selesai.
Jadilah seperti pengemis dalam cerita di atas. Bukan
pekerjaannya, akan tetapi sikap mulia yang dilakukannya. Dia melihat bahwa batu
besar itu kalau dibiarkan akan menggangu orang banyak. Dengan tulus ikhlas
tanpa mengharap imbalan apapun, maka dia berusaha sekuat tenaga untuk
menggesernya. Berhasil! Orang lain menjadi senang, gembira dan bahagia. Banyak
ucapan terima kasih kepadanya. Akan tetapi yang mencengangkan adalah dia
menemukan kotak berisi emas. Begitulah, buah dari perbuatan baiknya. Banyak
orang tidak menyangka bahwa dibawah batu besar itu ada kotak berisi emas. Seandainya,
raja memberitahu bahwa dibawahnya ada emas. Maka bisa dipastikan mereka akan
berlomba-lomba untuk menggeser batu itu. Bahkan, karena saling berebut bisa
menjadi perkelahian, pertikaian dan bahkan saling bunuh-membunuh. Naudzubillah.
Begitulah Allah Swt memberikan balasan kepada manusia
yang selalu berbuat baik. Kita harus yakin, sekecil apapun perbuatan baik yang
kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Karena itu jangan sampai
kita malas apalagi cuek untuk berbuat baik. Tidak ada yang sia-sia dalam
pandangan Allah Swt. Firman-Nya “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat
zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan
kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (Qs.99:7-8). Di
dalam Al-qur`an Allah menyatakan bahwa Barang siapa berbuat kebaikan mendapat
balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas
seimbang dengan kejahatannya (Qs.6:160). Rasulullah Saw juga bersabda “Sesungguhnya
Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekan, kemudian menerangkan
hal tersebut. Maka barangsiapa yang ingin melakukan suatu kebaikan akan tetapi
ia tidak melaksanakannya, Allah menulis disisi-Nya sebagai suatu kebaikan yang
sempurna. Jika ia ingin melakukannya dan kemudian melaksanakannya, maka Allah
menulis disisi-Nya dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat
hingga berlipat-lipat lagi. Dan barangsiapa yang ingin melakukan sebuah
kejelekan dan tidak melakukannya, Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu
kebajikan yang sempurna. Dan jika ia ingin melaksanakannya kemudia ia benar
melakukannya, maka Allah menulis di sisi-Nya sebagai satu kejahatan” (HR.
Bukhari pada kitab ke-81 Kitab Kehalusan Hati, Bab ke-31 Bab orang yang berniat
Ingin Melakukan Kebaikan dan Kejahatan).
Dengan begitu, Allah Swt pasti membalas kebaikan yang
kita lakukan. Kalau tidak di dunia ini pasti akan didapatkanya di akhirat
kelak. Allah Swt menyatakan bahwa “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain
kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Qs.55:60-61). Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan
kebaikan baginya (Qs.42:23). Barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri. Mereka
kekal di dalam Neraka Jahanam (Qs.23:102-103). Wahai orang-orang yang beriman,
Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu. Dan berbuatlah kebaikan agar kamu
beruntung (Qs.22:77). Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita selalu menebarkan
kebaikan kepada siapa pun. Kalau tidak bisa berbuat baik yang besar, maka
mulailah dari hal yang kecil-kecil. Selama kita mampu maka teruslah berbuat
kebaikan. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan
yang setimpal dari Allah Swt. Janji Allah pasti akan ditepati-Nya. Kita akan
mendapatkan buah yang manis lagi lezat dari kebaikan yang telah dilakukan. Semoga….
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 16 Agustus
2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar