MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 25 Januari 2025

Buah Kebaikan (Revisi)

Al kisah, ada seorang raja yang ingin mengetahui kebaikan dan ketaatan rakyatnya kepadanya. Pada suatu hari, raja tersebut memerintahkan kepada beberapa prajuritnya untuk meletakkan sebuah batu besar di tengan jalan yang ramai dilalui oleh orang banyak. Dengan harapan, mereka yang melewati jalan itu bisa memindahkan atau pun membuangnya ketempat lain agar tidak lagi menghalangi jalan. Ternyata, beragam sikap orang yang melewati tempat itu. Ada yang marah, mengumpat, kecewa, sedih, dan sebagainya. Dalam beberapa hari, batu itu tetap berada pada tempatnya. Tidak ada satu pun yang mau memindahkannya dari tengah jalan. Bahkan ada penunggang kuda terjatuh tersandung batu itu, karena berkuda pada malam hari. Ia marah besar  dan berkata ‘siapa yang menaruh batu besar ditengah jalan, bikin celaka orang saja’ dengan nada marah dan kesal. 

Setelah itu, ia meneruskan perjalanan menunggang kudanya. Ada juga seorang saudagar yang mau lewat jalan itu dengan kereta kudanya. Ia tidak bisa lewat karena hampir semua jalan tertutup batu itu. Padahal ia membawa dagangan untuk di jual di pasar. Hanya ada jalan itu saja yang bisa dilalui, ternyata tidak bisa. Sang saudagar marah sambil mengumpat, kenapa ada batu yang menghalagi jalan. Dia berpikir kalau tidak bisa lewat, maka dia tidak akan bisa berjualan sehingga tidak mendapatkan keuntungan dan justru kerugian yang didapatkannya. Sang saudagar akhirnya berbalik arah pulang tanpa berbuat apa-apa untuk menyingkirkan batu itu. 

Bagi yang berjalan kaki, mereka tidak masalah melewati jalan itu. Setiap saat hilir- mudik secara bergantian melewatinya. Anehnya, tidak ada yang berbuat untuk mengangkat atau pun mengalihkan batu itu. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Awal mula melihat batu itu di tengah jalan, semua marah, mengumpat dan tidak terima dengan adanya batu itu. Akan tetapi, setelah beberapa hari meliwati jalan itu, akhirnya mereka terbiasa. Tuh, masih bisa lewat walaupun menyisi jalan itu. Begitulah pikiran yang ada di benak mereka. Tidak ada inisiatif untuk membuang atau pun sekadar menggeser batu itu agar kereta maupun kuda bisa melewatinya. 

Pada suatu hari, lewatlah seorang pengemis tua dengan pakaian lusuh. Ia merasa heran, kenapa ada batu besar di tengah jalan. Ia berpikir, kalau tidak di angkat atau di geser, maka batu itu akan menghalangi jalan. Bahkan lebih jauh, sang pengemis tua itu berpikir bahwa batu besar itu akan mencelakakan banyak orang. Ketika malam hari, suasananya gelap para pengguna jalan akan tertabrak batu itu. Begitulah pikir sang pengemis tua itu. Dengan tanpa pikir Panjang lagi, ia kemudian mencoba menggeser batu itu dengan sekuat tenaga. Tubuh tua rentanya dengan tenaga yang sedikit ngos-ngosan ia kerahkan agar bisa menggeser batu itu. Tanpa bantuan orang lain, akhirnya setelah sekian lama bersusah payah berusaha menggesernya, akhirnya batu itu bisa tergeser sehingga tidak menggangu jalan lagi. Ada sebuah kejadian yang luar biasa dialami oleh pengemis tua itu. Ketika batu sudah tergeser, ternyata di bawah batu itu ada satu kotak kecil. Ketika kotak itu di buka, maka bertambah terkejutlah sang pengemis tua itu. Di dalam kotak itu ternyata isinya penuh dengan emas dan sebuah surat. Surat itu di tulis langsung oleh sang raja. Isi surat itu adalah ‘TERIMA KASIH TELAH MEMBANTU ORANG BANYAK. EMAS INI KUHADIAHKAN KEPADA ORANG YANG TELAH BERBUAT BAIK’. Sang pengemis tua itu terharu dan tak sanggup menahan derai air matanya. Ia langsung sungkem bersujud kepada Allah Swt. Dengan terus berderai air mata, dalam sujudnya ia bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Swt dan juga kepada sang raja atas anugerah yang telah diterimanya. 

Luar biasa! Apa yang yang diterima oleh sang pengemis tua itu. Kebaikan yang telah dilakukannya dengan tulus ternyata berbuah manis untuk hari tuanya. Ia tidak menyangka bahwa perbuatan yang dilakukannya mendapatkan balasan seperti itu. Kebanyakan orang menganggap bahwa perbuatan yang seperti itu adalah hal yang biasa. Terkadang mereka menganggap sepele saja. Padahal bagi Allah tidak ada perbuatan yang sepele itu. Besar dan kecilnya perbuatan baik itu yang mengukur adalah manusia. Allah Swt hanya memandang perbutan manusia dari keikhlasan dan ketulusannya. Ketika manusia berbuat baik dengan  ikhlas dan hanya mengharap ridha-Nya, maka Dia akan membalas perbuatan itu dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda. Balasan yang diberikan Allah itu sungguh tak di sangka oleh manusia dan Dia juga akan memberikan jalan keluar yang baik terhadap segala persoalan yang di hadapi manusia. 

Qs. Ath Thalaq (65): 2-3

فَإِذَا بَلَغۡنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمۡسِكُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٍ أَوۡ فَارِقُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٖ وَأَشۡهِدُواْ ذَوَيۡ عَدۡلٖ مِّنكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلشَّهَٰدَةَ لِلَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ يُوعَظُ بِهِۦ مَن كَانَ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا  ٢ 

وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا  ٣

“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)- Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” 

Dalam cerita di atas, bisa dilihat bagaimana karakter (sifat) manusia dalam menyikapi kebaikan. Ketika raja menaruh batu besar di tengah jalan sehingga menghalangi pengguna jalan. Banyak yang marah, mengumpat, tidak mengacuhkannya, sibuk dengan urusannya, santai melihatnya, dan sebagainya. Dalam beberapa hari, tidak ada yang punya inisiatif untuk menjauhkan batu itu dari jalan. Padahal ada yang tiap hari lewat di jalan itu. Tuh, mereka berpikir masih bisa lewat sehingga tidak perlu menggesernya. Dan ada juga yang berpikir, bahwa nanti ada orang lain yang akan membuang batu itu. Raja yang menaruh batu dan kotak emas, pengguna jalan dengan berbagai karakter dan tingkat kesibukannya serta pengemis tua dalam cerita tersebut merupakan gambaran kehidupan kita. 

Dalam kehidupan bermasyarakat kepedulian merupakan sumber kebaikan. Dengan sikap peduli akan muncul niat untuk membantu orang lain. Ketika rasa peduli ini telah pudar, apalagi sampai hilang pada diri sesorang, maka rasa belas kasihan juga akan hilang. Ketika melihat orang yang perlu bantuan, misalnya orang sakit, tua renta, fakir miskin, kebakaran, banjir, anak yatim, dan sebagainya akan biasa-biasa saja. Tidak ada usaha untuk membantu padahal dia mampu. Orang seperti itu kepeduliannnya telah hilang pada dirinya. 

Tiga karakter itu merupakan simbol dalam kehidupan di masyarakat. Bisa saja, kita merupakan salah satu dari ke tiga karakter di cerita itu. Orang yang memiliki kelebihan, baik dari segi kekuasaan maupun harta benda merupakan simbol raja. Setiap orang yang mempunyai kelebihan hendaklah dia gunakan untuk berbuat kebaikan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Saling memberi dan peduli terhadap penderitaan orang lain merupakan kebaikan yang sangat mulia. Allah Swt menyuruh hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dimanapun ia berada. 

Qs. Al Baqarah (2): 148

وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ أَيۡنَ مَا تَكُونُواْ يَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ  ١٤٨

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap  kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” 

Allah Swt telah menyatakan, bahwa dalam kehidupan di dunia ini hendaklah selalu berbuat kebaikan dimanapun berada. Bahkan, manusia disuruh untuk saling berlomba untuk berbuat baik itu. Sebab, Allah Swt telah memberikan jaminan kepada hamba-Nya yang telah berbuat baik. Allah Swt akan memberikan pahala yang sangat banyak. Bahkan berbanding sepuluh kali lipat.  Selain  itu, Allah Swt telah melarang hamba-Nya untuk berbuat jahat. Sebab, perbuatan jahat yang dilakukannya akan mendapatkan balasan yang sebanding dengan perbuatannya itu. Pahala dan dosa yang diberikan-Nya tidk akan pernah tertukar, baik di dunia maupun akhirat kelak. Semuanya akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya masih-masing. Berbuat baik akan mendapat pahala, sedang perbuatan jahat akan mendapatkan dosa. 

Qs. Al An’am (6): 160

مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ  ١٦٠

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat  maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). 

Allah Swt telah menyatakan bahwa kebaikan yang telah dikerjakan itu untuk dirinya sendiri dan akan mendapatkan pahala disisi-Nya. Allah Swt Maha Melihat (mengetahui) apapun yang dikerjakan hamba-Nya. 

Qs. Al Baqarah (2): 110

وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ  ١١٠

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” 

Untuk itu, bersabarlah dalam mengerjakan setiap kebaikan itu. Kebaikan yang dilakukan biasanya penuh dengan halangan dan rintangan. Bisa jadi, orang tidak suka dengan perbuatan baik yang telah dilakukan. Bukannya penghargaan atau ucapan terima kasih yang didapatkannya. Justru, fitnah dan caci maki yang didapat dari perbuatan baik itu, dan sebagainya. Untuk itu, bersabar, jangan mengeluh, apalagi sampai putus asa. Sebab, Allah Swt tidak akan pernah menyia- nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan itu. 

Qs. Hud (11): 115

وَٱصۡبِرۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  ١١٥

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” 

Di ayat lain bahkan disebutkan bahwa Allah Swt menyukai orang-orang yang telah berbuat kebaikan. 

Qs. Ali ‘Imran (3): 148

فَئَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا وَحُسۡنَ ثَوَابِ ٱلۡأٓخِرَةِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  ١٤٨

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” 

Puncaknya kelak adalah Allah Swt juga akan memberikan balasan berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan mereka akan kekal didalamnya. 

Qs. Al Ma`idah (5): 85

فَأَثَٰبَهُمُ ٱللَّهُ بِمَا قَالُواْ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  ٨٥

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan “Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang  yang  berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).” 

Banyak diantara kita yang tidak peduli dengan penderitaan orang disekitarnya. Padahal, dia sebenarnya mampu untuk menolong dan berbuat baik kepada mereka. Terkadang cenderung menyalahkan orang lain. Dalam cerita di atas, banyak yang menderita dan merasa tidak nyaman dengan adanya batu besar yang menghalangi jalanan. Mereka menggerutu, memaki, menyumpah serapah dengan kata-kata kotor. Akan tetapi tidak mau berbuat baik untuk menggeser dari tempatnya. Sikap seperti itu banyak kita jumpai di sekeliling kita. Mereka maunya duduk santai sambil ngobrol minum kopi (atau minuman lainnya) ditemani camelan, sementara orang lain bersusah payah berbuat untuk kepentingan orang banyak. Akan tetapi, ketika sudah beres persoalannya maunya pengin disebut sebagai pahlawan. Sikap seperti ini bisa jadi ada pada diri kita masing-masing. Atau pun orang-orang yang berada di sekeliling kita saat ini. Rasa peduli sebagai sesama manusia mulai pudar. Dalam benaknya masih ada orang lain yang mau membantu atau melakukan pekerjaan itu, sehingga dia tidak perlu turun tangan. Belum lagi, sikap saling salah-menyalahkan. Seolah-olah dirinya yang paling benar. Saling suruh-menyuruh, saling iri dan dengki sehingga persoalannya tidak selesai-selesai. 

Jadilah seperti pengemis dalam cerita di atas. Bukan pekerjaannya, akan tetapi sikap mulia yang dilakukannya. Dia melihat bahwa batu besar itu kalau dibiarkan akan menggangu orang banyak. Dengan tulus ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun, maka dia berusaha sekuat tenaga untuk menggesernya. Berhasil! Orang lain menjadi senang, gembira dan bahagia. Banyak ucapan terima kasih kepadanya. Akan tetapi yang mencengangkan adalah dia menemukan kotak berisi emas. Begitulah, buah dari perbuatan baiknya. Banyak orang tidak menyangka bahwa dibawah batu besar itu ada kotak berisi emas. Seandainya, raja memberitahu bahwa dibawahnya ada emas. Maka bisa dipastikan mereka akan berlomba-lomba untuk menggeser batu itu. Bahkan, karena saling berebut bisa menjadi perkelahian, pertikaian dan bahkan bisa saling bunuh-membunuh. Naudzubillah. 

Begitulah Allah Swt memberikan balasan kepada manusia yang selalu berbuat baik. Kita harus yakin, sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Karena itu jangan sampai kita malas apalagi cuek untuk berbuat baik. Tidak ada yang sia-sia dalam pandangan Allah Swt. 

Qs. Al Zalzalah (99): 7-8

لَهَا يَوۡمَئِذٖ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ  ٧ 

وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ  ٨

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” 

Di dalam Al-qur`an Allah Swt menyatakan bahwa Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. 

Qs. Al An’am (6): 160

مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ  ١٦٠

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” 

Rasulullah Saw juga bersabda,

حَدَّثنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثنَا جَعْدُ بْنُ دِينَارٍ أَبُو عُثْمَانَ حَدَّثنَا أَبُو رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيُّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبيِهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قَالَ إِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا الله ُلَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِئَةٍ فلَمْ يعَمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ سَيِئَةً وَاحِدَةً.

Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdul warits telah menceritakan kepada kami ja'd bin Dinar Abu Utsman telah menceritakan kepada kami Abu Raja' Al 'Utharidi dari Ibnu Abbas radhilayyahu'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau riwayatkan dari rabbnya (hadis qudsi) Azza wa jalla berfirman, yang beliau sabdakan; "Allah menulis kebaikan dan kejahatan," selanjutnya beliau jelaskan; "siapa yang berniat kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu kebaikan  disisi-Nya  secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan, bahkan hingga dilipatgandakan tujuh ratus kali, bahkan lipatganda yang tidak terbatas, sebaliknya  barangsiapa  yang  berniat melakukan kejahatan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah menulis satu kebaikan disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat kejahatan dan jadi ia lakukan, Allah menulisnya sebagai satu kejahatan saja.” (HR. Bukhari no. 6010 pada kitab ke-81 Kitab Kehalusan Hati, Bab ke-31 Bab orang yang berniat Ingin Melakukan Kebaikan dan Kejahatan). 

Dengan begitu, Allah Swt pasti membalas kebaikan yang kita lakukan. Kalau tidak di dunia ini pasti akan didapatkanya di akhirat kelak. 

Qs. Ar Rahman (55): 60-61

هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ  ٦٠ 

فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ  ٦١

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” 

Allah Swt juga menyatakan bahwa barangsiapa mengerjakan kebaikan akan mendapatkan tambahan kebaikan baginya. 

Qs. Asy Syura (42): 23

ذَٰلِكَ ٱلَّذِي يُبَشِّرُ ٱللَّهُ عِبَادَهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِۗ قُل لَّآ أَسَۡٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ أَجۡرًا إِلَّا ٱلۡمَوَدَّةَ فِي ٱلۡقُرۡبَىٰۗ وَمَن يَقۡتَرِفۡ حَسَنَةٗ نَّزِدۡ لَهُۥ فِيهَا حُسۡنًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ شَكُورٌ  ٢٣

“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” 

Allah Swt menyatakan bahwa siapa yang yang berat timbangan kebaikannya, maka ia akan mendapat keberuntungan. Begitu sebaliknya, apabila ringan timbangan kebaikanya, maka akan mendapat kerugian. Bahkan, akan lebih parah lagi hukumannya, yaitu berupa Neraka Jahanam. 

Qs. Al Mu’minun (23): 102-103

فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  ١٠٢ 

وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فِي جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ  ١٠٣

“Barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. orang- orang yang merugikan dirinya sendiri. Mereka kekal di dalam Neraka Jahanam.” 

Dalam kehidupan ini, Allah Swt telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu mengerjakan rukuk dan sujud untuk menyembah-Nya. Setelah itu lakukanlah perbuatan baik. Dengan begitu, ia akan mendapatkan keberuntungan. 

Qs. Al Hajj (22): 77

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱرۡكَعُواْ وَٱسۡجُدُواْۤ وَٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمۡ وَٱفۡعَلُواْ ٱلۡخَيۡرَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ۩  ٧٧

“Wahai orang-orang yang beriman, Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu. Dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.” 

Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita selalu menebarkan kebaikan kepada siapa pun. Kalau tidak bisa berbuat baik yang besar, maka mulailah dari hal yang kecil-kecil. Selama kita mampu maka teruslah berbuat kebaikan. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt, baik di dunia maupu akhirat kelak. Janji Allah pasti akan ditepati-Nya. Tentunya, kita akan mendapatkan buah yang manis lagi lezat dari semua perbuatan baik yang telah dilakukan itu. Semoga!

Tidak ada komentar:

Popular