Rasa takut
juga bisa menghinggapi siapa saja. Sebab, rasa takut itu merupakan salah satu karakter
dasar yang dimiliki semua manusia (selainnya, seperti bahagia, sedih dan
marah). Artinya, semua manusia di dunia ini tidak memandang jenis kelamin,
status, suku, bangsa dan negara juga memiliki rasa takut. Orang dewasa maupun
anak kecil. Laki-laki maupun perempuan (atau, setengah laki-laki dan perempuan,
waria). Kaya atau miskin. Pejabat tinggi maupun bawahan. Ulama atupun awam.
Bahkan seorang raja atau presiden pun yang di sekelilingnya selalu dijaga
selama siang dan malam juga memiliki rasa takut. Rasa
takut memang wajar dimiliki oleh semua manusia. Karena, pada dasarnya manusia
merupakan makhluk yang lemah, makhluk yang selalu takut dengan sesuatu yang
asing, sesuatu yang baru dan segala sesuatu yang membahayakan bagi dirinya.
Akan tetapi, kadar rasa takut di dalam tiap diri manusia, tentunya berbeda-beda
dari satu individu manusia ke individu manusia yang lain nya. Ketakutan
merupakan sikap yang muncul di pikiran seseorang. Karena itu, rasa takut itu
akan menimpa semua orang. Yang membedakannya, hanya pada saat menerima rasa
takut itu, apakah dia memberitahukannya atau tidak. Nampak atau tidak. Mengeluh
atau diam saja. tenang atau gelisah. Ribut atau sepi-sepi saja, dan sebagainya.
Sehingga ketika rasa takut itu muncul, dia santai dan tenang-tenang saja dalam
menghadapi dan menyikapinya. Orang lain tidak mengetahui ketakutan yang
dihadapinya. Sehingga tidak heboh, ribut, ramai dan sebagainya.
Qs. Al Baqarah
(2): 155-156
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ
مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿١٥٥﴾
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ
قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ﴿١٥٦﴾
“Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun".”
Di dalam ayat itu, Allah sangat jelas menyatakan bahwa ketakutan
merupakan salah satu dari cobaan yang diberikan-Nya. Cobaan yang diberikan
merupakan ujian untuk bersabar. Sehingga ketika mereka ditimpa musibah bisa
mengembalikannya kepada Allah Swt. Karena, pada hakikatnya, setiap cobaan dan
musibah yang menimpa manusia itu berhasil dari Allah Swt. Ketika, ia menyadari
hal itu, maka ia akan bisa bersabar.
Di ayat lain
Allah Swt menyatakan bahwa kilat juga dapat menimbulkan ketakutan dan harapan.
Qs. Ar Ra’d
(13) : 12-13
هُوَ ٱلَّذِي يُرِيكُمُ ٱلۡبَرۡقَ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا وَيُنشِئُ ٱلسَّحَابَ
ٱلثِّقَالَ ﴿١٢﴾
وَيُسَبِّحُ ٱلرَّعۡدُ بِحَمۡدِهِۦ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ مِنۡ خِيفَتِهِۦ
وَيُرۡسِلُ ٱلصَّوَٰعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَن يَشَآءُ وَهُمۡ يُجَٰدِلُونَ فِي ٱللَّهِ
وَهُوَ شَدِيدُ ٱلۡمِحَالِ ﴿١٣﴾
"Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat
kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan
mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para
malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah,
dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.”
Qs. Ar rum (30): 24
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦ يُرِيكُمُ ٱلۡبَرۡقَ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا
وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَيُحۡيِۦ بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَآۚ
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ ﴿٢٤﴾
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan)
ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan
akalnya.”
Begitulah Allah memberikan rasa takut sekaligus harapan kepada manusia.
Ketakutan yang ditimbulkan oleh sebab apapun ketika bisa diterima dengan baik
(sabar), justru memberikan efek yang positif. Ada sebuah harapan baru yang akan
memberikan manfaat yang besar dibalik itu. Hal ini tercermin dalam ayat di
atas, ketika Allah Swt memperlihatkan kilat kepada manusia. Kilat yang muncul
itu biasanya diiringi oleh suara Guntur yang nyaring dan bergemuruh. Sehingga,
banyak manusia yang takut dan ngeri melihatnya, apalagi anak-anak. Mereka
biasanya sampai menjerit dan menangis-nangis karenanya. Akan tetapi, setelah
kilat itu berlalu, tidak berapa lama hujan akan turun membasahi muka bumi.
Dengan hujan itu, Allah Swt menghidupkan bumi sesudah matinya. Tanah yang
mula-mula kering menjadi basah, sehingga bermunculan tanam-tanaman yang bisa
dimakan dan diambil manfaat oleh manusia dan binatang. Begitulah Allah Swt memberikan
gambaran, bahwa ketakutan itu hanya merupakan ujian belaka, dan dibalik ujian
itu terdapat hikmah dan pelajaran yang sangat berharga bagi manusia yang mampu
bersabar dan ikhlas menerimanya.
Banyak hal yang menyebabkan rasa takut itu muncul. Diantaranya, adanya
ancaman, intimidasi, pelecehan, kekerasan fisik baik diri sendiri, di rumah
tangga maupun di masyarakat. Rasa takut juga muncul akibat tersangkut kasus
hukum, kebakaran, banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, kelaparan, kekeringan,
narkoba, penyakit, dan bahkan gangguan setan dan jin. Akibat dari rasa takut
dan cemas itu bisa menyebabkan Stres, depresi, berkurangnya rasa
percaya diri, menjadi penyendiri, sulit untuk berkonsentrasi, sulit tidur,
jantung berdebar-debar, Sesak nafas, lelah, letih, lesu dan sebagainya. Kalau
hal itu terus dibiarkan akan berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Hidupnya
tidak akan tenang dan bahagia. Setiap saat selalu dibayang-bayangi rasa takut
yang tidak jelas dan berujung. Jiwanya akan terguncang dan bisa mengalami
trauma yang berkepanjangan. Dan yang lebih parah lagi bisa menjadi paranoid,
yaitu gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang
lain ingin membahayakan dirinya. Hal ini ditandai dengan proses pikiran yang
terganggu yang cirinya berupa kecemasan atau ketakutan yang berlebih-lebihan secara tidak rasional dan timbul delusi (pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak
rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar;
khayal).
Pemikiran paranoid biasanya disertai anggapan akan dianiaya oleh sesuatu yang
mengancamnya. Kalau terus dibiarkan bisa menimbulkan kegilaan. Bahkan muncul
keinginan untuk menghabisi nyawanya sendiri (bunuh diri). Nauzdubillah…
Allah Swt
telah menyatakan bahwa rasa takut itu hanya kepada-Nya. Jangan kepada makhluk
lain, apakah itu manusia, binatang, setan maupun jin. Sebab, takut kepada Allah
Swt merupakan bentuk keimanan seseorang. Percaya dan yakin hanya kepada Allah
Swt saja. Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang akan membahayakan dirinya
kecuali atas kehendak-Nya. Allah Swt akan memberikan bantuan kepadanya
dimanapun dia berada. Keyakinan itu sangat kuat mengakar di dalam dirinya. Keyakinan
yang kuat terhadap keberadaan dan pertolongan Allah Swt itu, akan menimbulkan
sikap optimis dalam dirinya. Sehingga ia akan merasa selalu dilindungi oleh
Allah Swt dimanapun ia berada dan dalam kondisi apapun yang sedang dihadapinya.
Qs. Ali Imran
(3): 175
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا
تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿١٧٥﴾
“Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.”
Qs. At Taubah (9): 13
أَلَا تُقَٰتِلُونَ قَوۡمٗا نَّكَثُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ وَهَمُّواْ
بِإِخۡرَاجِ ٱلرَّسُولِ وَهُم بَدَءُوكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٍۚ أَتَخۡشَوۡنَهُمۡۚ فَٱللَّهُ
أَحَقُّ أَن تَخۡشَوۡهُ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿١٣﴾
“Mengapakah
kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka
telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai
memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.”
Qs. Al Baqarah (2): 150
وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ
وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥ لِئَلَّا يَكُونَ
لِلنَّاسِ عَلَيۡكُمۡ حُجَّةٌ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنۡهُمۡ فَلَا
تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِي وَلِأُتِمَّ نِعۡمَتِي عَلَيۡكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ
تَهۡتَدُونَ ﴿١٥٠﴾
“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian)
berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi
manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah
kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar
Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”
Qs. Al Maidah (5): 44
إِنَّآ أَنزَلۡنَا ٱلتَّوۡرَىٰةَ فِيهَا هُدٗى وَنُورٞۚ يَحۡكُمُ
بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسۡلَمُواْ لِلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلرَّبَّٰنِيُّونَ
وَٱلۡأَحۡبَارُ بِمَا ٱسۡتُحۡفِظُواْ مِن كِتَٰبِ ٱللَّهِ وَكَانُواْ عَلَيۡهِ
شُهَدَآءَۚ فَلَا تَخۡشَوُاْ ٱلنَّاسَ وَٱخۡشَوۡنِ وَلَا تَشۡتَرُواْ بَِٔايَٰتِي
ثَمَنٗا قَلِيلٗاۚ وَمَن لَّمۡ يَحۡكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ﴿٤٤﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan
Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang
dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”
Qs. An Nahl (16): 51
۞وَقَالَ
ٱللَّهُ لَا تَتَّخِذُوٓاْ إِلَٰهَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ
فَإِيَّٰيَ فَٱرۡهَبُونِ ﴿٥١﴾
“Allah berfirman: “Janganlah kamu
menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah
kepada-Ku saja kamu takut.”
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas ra.
Rasulullah Saw menyatakan bahwa jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya
engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Ingatlah Allah di waktu lapang
(berkecukupan) niscaya Allah juga akan ingat kepadamu di waktu sempit (susah). Apabila
hamba-Nya meminta maka mintalah hanya kepada Allah saja. Dan, apabila memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan hanya kepada Allah.
Sebab, yang bisa memberikan manfaat dan mudarat hanya Allah Swt saja. Makhluk
apapun di muka bumi ini tidak akan ada yang bisa mencelakan diri kita tanpa
seijin-Nya. semua makhluk di dunia ini adalah ciptaan-Nya. Semuanya tunduk dan
patuh hanya kepada-Nya. Tidak ada yang bisa bergerak dan berbuat tanpa
kuasa-Nya. Semuanya lemah dan tidak memiliki daya dan upaya dihadapan-Nya. Untuk
apa takut dan cemas kepada selain Dia. Untuk itu, bersabarlah dalam menghadapai
setiap kesulitan yang menimpa diri kita. Sebab, didalam kesulitan itu terdapat
banyak kebaikan didalamnya. Pertolongan Allah Swt akan segera datang kepada
mereka yang bersabar. Kelapangan itu (datang) setelah kesempitan. Dan kemudahan
itu (datang) setelah kesulitan.
عن ابن عباس ولا أحفظ حديث بعضهم عن
بعض أنه قال كنت رديف النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا غلام أو يا غليم ألا أعلمك
كلمات ينفعك الله بهن فقلت بلى فقال احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده أمامك تعرف
إليه في الرخاء يعرفك في الشدة وإذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله قد
جف القلم بما هو كائن فلو أن الخلق كلهم جميعا أرادوا أن ينفعوك بشيء لم يكتبه
الله عليك لم يقدروا عليه وإن أرادوا أن يضروك بشيء لم يكتبه الله عليك لم يقدروا
عليه واعلم أن في الصبر على ما تكره خيرا كثيرا وأن النصر مع الصبر وأن الفرج مع
الكرب وأن مع العسر يسرا. (مسند أحمد ٢٦٦٦, سنن الترمذي ٢٤٤٠)
“Dari Ibnu Abbas, dan aku tidak hafal
(detail) hadits sebagian mereka dari sebagian lainnya, bahwa ia berkata: Aku
dibonceng oleh Nabi Saw lalu beliau bersabda: “Wahai anak.” Atau beliau
mengatakan: “Wahai anak kecil,
maukah kamu aku ajari beberapa kalimat yang Allah akan memberimu manfaat.” Aku menjawab: “Ya.” Lalu beliau bersabda: “Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu,
Jagalah Allah niscaya engkau mendapati-Nya di
hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di
waktu sempit. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Telah kering pena dengan apa
yang telah terjadi. Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu
dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu
memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak
mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka
tidak akan mampu mencelakakanmu. Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran
terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan
kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang)
setelah kesulitan.” (Musnad Ahmad No. 2666, Sunan Tirmidzi No. 2440).
Ketika rasa takut yang muncul di dalam dirinya hanya kepada Allah Swt.
Maka Allah akan memberikan petunjuk dan jalan keluar dari masalah yang
dihadapinya. Yang jelas, Allah Swt akan memberikan rasa senang dan tenang di
dalam dirinya, sehingga tidak ada lagi rasa kekhawatiran (ketakutan). Bahkan
tidak akan bersedih hati lagi.
Qs. Al Baqarah (2): 38
قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم
مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ
يَحۡزَنُونَ ﴿٣٨﴾
“Kami berfirman: “Turunlah kamu
semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".”
Hamba yang senantiasa takut kepada Allah Swt akan merasakan ketentraman
dalam hidupnya. Dia akan merasa aman dimanapun ia berada. Tidak ada rasa
ketakutan dan kekhwatiran dalam dirinya. Rasulullah Saw bersabda dalam riwayat
yang berisikan hadist qudsi. Allah Swt berfirman :
وَعِزَّنِي
لَا اَجْمَعُ لِعَبْدِيْ أَمْنَيْنِ وَلاَ خَوْفَيْنِ, اِنْ هُوَ أَمِنَنِي فِيْ
الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ أَجْمَعُ فِيْهِ عِبَادِيْ, وَاِنْ هَوَ خَافَنِيْ
فِي الدُّنْيَا أَمِنْتُهُ يَوْمَ أَجْمَعُ فِيْهِ عِبَادِيْ. (رواه ابو نعيم).
“Demi
keperkasaan-Ku, Aku tidak akan mempertemukan dua rasa aman dan dua rasa takut
dalam diri hamba-Ku. Jika dia merasa aman dari siksa-Ku ketika berada di dunia,
niscaya Aku akan membuatnya takut pada hari ketika Aku mengumpulkan seluruh
hamba-Ku. Sedangkan jika dia takut kepada-Ku ketika berada di dunia, niscaya
Aku akan memberinya rasa aman pada hari ketika Aku mengumpulkan seluruh
hamba-Ku.” (HR. Abu Nu’aim).
Selain itu, orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut
kepada Allah, maka dia akan mendapat kemenangan.
Qs. An Nur (24): 52
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ﴿٥٢﴾
“Dan barang siapa yang taat kepada
Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Orang yang takut kepada kebesaran Allah Swt dan bisa menahan dirinya
dari keinginan-keinginan yang tidak baik oleh hawa nafsunya, maka Allah Swt akan
memberikan tempat tinggalnya di surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Mereka akan merasakan kekal didalamnya selama-lamanya.
Disebabkan Allah Swt rida terhadap mereka dan merekapun rida kepada-Nya.
Qs. An Nazi’at (79): 40-41
وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ
﴿٤٠﴾
فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ ﴿٤١﴾
“Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”
Qs. Al Bayyinah (98): 7-8
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ
هُمۡ خَيۡرُ ٱلۡبَرِيَّةِ ﴿٧﴾
جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ
لِمَنۡ خَشِيَ رَبَّهُۥ ﴿٨﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
surga ´Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah rida terhadap mereka dan merekapun rida kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
Abu Hurairah Ra meriwayatakan, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ
الْمَنْزِلَ أَلاَ اِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ أَلَا اِنَّ سِلْعَةَ اللهِ
الْجَنَّةُ. (سنن الترمذي ٢٣٧٤)
“Siapa yang merasa khawatir (takut) maka dia berjalan, dan barangsiapa yang berjalan niscaya dia akan sampai ke tempat tinggal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu sangat mahal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.” (Sunan Tirmidzi 2374).
Meraih Ketenangan
Untuk mendapatkan rasa senang dan tenang serta tidak bersedih hati,
sehingga tidak ada rasa kekhawatiran (ketakutan) di dalam jiwanya. Al qur’an
menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan oleh semua orang. Pertama,
beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh. Iman merupakan percaya
sepenuhnya hanya kepada Allah Swt. Selain percaya, juga mempercayai-Nya dalam
setiap aspek kehidupan dan mempercayakan sepenuhnya segala kehidupannya hanya
kepada Allah Swt. Ketika, manusia sudah percaya, mempercayai dan mempercayakan
dirinya hanya kepada Allah Swt, maka hidupnya selalu dalam pengawasan-Nya. Dia
akan selalu melakukan kebaikan (amal saleh) dalam kehidupannya. Dari situlah
muncul ketenangan dan kebahagian dalam dirinya. Dia merasa, Allah Swt
senantiasa ‘hadir’ dalam hidupnya. Allah Swt Sang Maha Pemilik Segalanya akan
memberikan perlindungan, keamanan, dan kebutuhannya di dunia ini.
Qs. Al Baqarah (2): 62
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلنَّصَٰرَىٰ وَٱلصَّٰبِِٔينَ
مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَلَهُمۡ
أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿٦٢﴾
“Sesungguhnya orang-orang mukmin,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Kedua, Berserah diri
(tawakal) kepada Allah dan berbuat kebaikan. Tawakal termasuk sifat yang
dicintai Allah Swt. Seorang Muslim harus menyerahkan seluruh urusan kepada-Nya,
juga menyakini bahwasanya hanya Dia yang mampu memberi dan menahan sesuatu
serta mendatangkan manfaat dan mudarat atasnya. Dengan tawakal, hati akan terhubung
langsung kepada Allah Swt sehingga seorang Mukmin tidak perlu mencari
pertolongan dan perlindungan kepada makhluk, tetapi hanya kepada-Nya saja.
Dengan begitu, jiwanya dipenuhi dengan kesenangan, ketentraman dan ketenangan.
Tidak ada lagi rasa sedih yang menyelimuti dirinya. Semua urusan telah
diserahkan kepada Sang Penerima Urusan itu. Dia-lah yang akan memberikan jalan
keluar yang terbaik baginya. Jalan yang akan menghantarkannya menuju kepada
kebahagian yang hakiki.
Qs. Al Baqarah (2): 112
بَلَىٰۚ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَلَهُۥٓ
أَجۡرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿١١٢﴾
“(Tidak
demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Apabila seorang hamba benar-benar bertawakal kepada Allah Swt, niscaya perasaan takut, was-was dan pesimistis akan sirna. Ibnu Mas’ud Ra. meriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw bersabda :
عن
عبد الله بن مسعود قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اَلطِّيَرَةُ مِنَ الشِّرْكِ
وَمَا مِنَّا وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ. (سنن الترمذي ١٥٣٩, سنن
أبي داوود ٣٤١١, سنن ابن ماجه ٣٥٢٨, مسند أحمد ٣٩٥٧)
Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya thiyarah[1] (pesimis) bagian dari syirik dan bukan
bagian dari ajaran kami, justru Allah akan menghilangkan thiyarah (pesimis) itu dengan
bertawakkal kepada-Nya.” (Sunan Tirmidzi No. 1539, Sunan Abu Daud No. 3411,
Sunan Ibnu Majah No. 3528, Musnad Ahmad No. 3957).
Di hadits lain, Riwayat Aisyah disebutkan bahwa pesimis merupakan sebuah akhlak yang buruk.
قالت عائشة قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم الشؤم سوء الخلق. (مسند أحمد ٢٣٤٠٨)
Aisyah berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Pesimis adalah akhlaq yang buruk.” (Musnad Ahmad No. 23408).
Ketiga, Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima). Menyebut pemberian yang sudah diserahkan
kepada orang lain merupakan bentuk kesombongan. Apalagi ketika memberi itu
sambil mengucapkan kata-kata yang tidak pantas seperti kata-kata kasar, meremehkan,
menghina dan merendahkannya. Tentunya, orang yang diberi akan merasa tersakiti
hatinya dan menerima dalam keadaan terpaksa. Untuk itu, dalam memberi itu harus
benar-benar ikhlas karena Allah Swt. Tanpa mengharap balasan dan imbalan
apa-apa, kecuali hanya mengharap rida Allah Swt.
Qs. Al Baqarah (2): 262
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لَا
يُتۡبِعُونَ مَآ أَنفَقُواْ مَنّٗا وَلَآ أَذٗى لَّهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ
رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿٢٦٢﴾
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.”
Pemberian nafkah itu bisa berupa pemberian makanan yang disukainya kepada
orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Semua pemberian itu diniatkan hanyalah
untuk mengharapkan keridaan Allah Swt. Dia tidak menghendaki balasan dari pemberian
makanan itu, dan tidak juga berupa ucapan terima kasih. Selain mengharap
rida-Nya, juga karena takut akan azab Tuhan pada suatu hari nantinya. Dimana
pada hari (kiamat) itu orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Pada hari
itu, mereka yang suka memberi nafkah sewaktu di dunia dengan hartanya, maka
Allah Swt akan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada
mereka kejernihan wajah dan kegembiraan hati. Allah Swt juga akan memberi
balasan kepada mereka karena kesabarannya dengan surga dan pakaian yang terbuat
dari sutera.
Qs. Al Insan (76):
8-12
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا
وَأَسِيرًا ﴿٨﴾
إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ
وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾
إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوۡمًا
عَبُوسٗا قَمۡطَرِيرٗا ﴿١٠﴾
فَوَقَىٰهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ ٱلۡيَوۡمِ وَلَقَّىٰهُمۡ نَضۡرَةٗ
وَسُرُورٗا ﴿١١﴾
وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُواْ جَنَّةٗ
وَحَرِيرٗا ﴿١٢﴾
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu
hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan
dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan
(azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam
penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan
memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia
memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan
(pakaian) sutera.”
Mukmin sejati adalah orang yang peduli kepada saudara-saudaranya yang
mengalami kesusahan. Hatinya mudah tergugah untuk membantu dan berbagi kebaikan
dengan sesame hamba Allah Swt. Seorang mukmin itu tidak bakhil (kikir), kaku,
dan acuh tak acuh terhadap kesusahan yang di alami oleh orang lain. Sebab ia
yakin bahwa Allah akan membalas dan meridai kepeduliannya itu. Ia senantiasa menafkahkan
hartanya baik pada waktu malam maupun di siang hari. Ketika memberikan nafkah
itu, bisa dilakukannya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Dia akan mendapat pahala di sisi Tuhannya. Kehidupannya tidak akan ada rasa
kekhawatiran dan tidak pula merasa bersedih hati.
Qs. Al Baqarah (2): 274
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُم بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ سِرّٗا
وَعَلَانِيَةٗ فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا
هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿٢٧٤﴾
“Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw menyatakan bahwa setiap pagi, akan turun dua malaikat yang akan mendoakan kebaikan bagi mereka yang suka menafkahkan sebagian hartanya. Allah Swt akan memberikan gantinya yang bisa lebih banyak dari apa yang diberikannya. Begitu sebaliknya, malaikat yang satunya lagi justru mendoakan kehancuran atau kebinasaan kepada mereka yang bakhil (pelit) dengan hartanya.
عن أبي هريرة رضي الله عنه, أن النبي
صلى الله عليه وسلم قال ما من يوم يصبح العباد فيه إلا ملكان ينزلان فيقول أحدهما
اللهم أعط منفقا خلفا ويقول الآخر اللهم أعط ممسكا تلفا. (صحيح البخاري ١٣٥١, صحيح
مسلم ١٦٧٨)
Dari Abu Hurairah ra.
bahwa Nabi saw bersabda: “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba
melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah
satunya berkata: ‘Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya’, sedangkan yang satunya lagi berkata: ‘Ya Allah
berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).”
(Shahih Bukhari No.
1351, Shahih Muslim No. 1678).
Untuk itu, tidak sepantasnya kita membiarkan sesama Muslim bersedih dan merasakan kepiluan dalam hidupnya. Sedang kita sendiri justru bergembira tanpa bisa berempati terhadap mereka. Setiap Muslim itu bersaudara. Maka sebagai seorang Muslim akan berbahagia jika saudaranya bahagia, dan akan bersedih jika saudaranya dirundung nestapa. Bahkan Rasulullah Saw menyatakan, setiap Muslim itu seperti satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga. Dia tidak bisa tidur dan merasa demam (panas) tubuhnya karena turut merasakan sakitnya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تَرَى
الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ
إِذَا اشْتَكَى عُضْوٌا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى. (صحيح البخاري ٥٥٥٢, صحيح مسلم ٤٦٨٥)
Rasulullah Saw bersabda: “Kamu akan melihat
orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi
bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur)
dan panas (turut merasakan sakitnya).” (Shahih Bukhari No. 5552,
Shahih Muslim No. 4685, Musnad Ahmad No. 17654).
Keempat, Orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Qs. Al Baqarah (2): 277
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ
وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ
عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿٢٧٧﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Apabila, semua itu bisa dilakukan maka tidak akan ada lagi kekhawatiran (ketakutan) di dalam jiwanya. Bahkan Allah akan memberikan pahala kepadanya. Dengan demikian, hidupnya akan diliputi rasa tenang, damai, bahagia dan tentram. Semoga!
[1] Tathayyur
(berfirasat buruk) mulanya
merupakan istilah untuk ramalan nasib dengan menerbangkan burung. Jika ia
terbang ke kiri maka itu pertanda sial, namun jika ia teerbang ke kanan maka
itu pertanda baik. Lantas istilah ini berlaku untuk setiap anggapan sial karena
melihat atau mendengar sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar