Bahkan sekarang ini ada lagunya yang berjudul “Bahagia Itu Sederhana”. Di mana liriknya itu menceritakan tentang percintaan. Menurut lagu itu, bahagia itu sederhana apabila pasangan kita ada disisi. Bahagia ketika melihat senyumnya. Bahagia dengan kasih sayang dan senyumannya. Nah, kalau membaca lirik lagu itu, sepertinya bahagia itu memang sangat sederhana sekali. Siapapun bisa merasakannya, ketika pasangan yang kita cintai selalu memperhatikan kita, selalu berada disamping kita baik suka ataupun duka. Melihat senyumnya yang manis, indah dan tulus. Senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayangnya tanpa ada pamrih dan sebagainya.
Bahagia letaknya di Hati
Bahagia itu bukan soal materi. Begitu juga dengan banyaknya materi yang dimilikinya. Tidak akan bisa mengantarkan kebahagian ketika hatinya gundah gulana. Tidur dirumah atau Gedung mewah yang ber AC, Kasur empuk, wangi dan indah tidak bisa nyenyak ketika hatinya sedang galau. Makanan yang enak terasa hambar bahkan tidak menarik untuk disantap. Mobil mewah, perhiasan, dan segala bentuk kemewahan benda yang dimilikinya tidak membuatnya bahagia. Hidup terasa penuh dengan masalah. Sangat sulit sekali untuk diselesaikan sehingga membuat hati menjadi sedih, risau, kacau balau dan membuatnya menjadi stres berat bahkan depresi. Hal inilah yang membuatnya menjadi tidak bahagia. Hidupnya tidak tenang. Harta yang dimilikinya tidak membuatnya senang dan tenang. Justru membuat masalah menjadi besar dan sulit diselesaikan.
Bahagian itu juga bukan kekuasaan. Semakin besar kekuasaan dan pengaruh yang dimilikinya akan menghantarkan kepada kebahagiaan. Ternyata tidak!. Banyak orang yang memiliki kekuasaan justru hidupnya tidak tenang. Perasaan takut, khawatir, sedih dan cemas senantiasa meliputi kehidupannya. Takut jika kekuasaannya direbut orang lain. Khawatir kekuasaannya hilang, bisa karena diberhentikan, dimutasi atau memang sudah waktunya berhenti atau pensiun. Bisa juga ada anak buahnya yang melakukan pengkhianatan sehingga menyebabkan lengsernya dari kekuasaan itu. Dan lain sebagainya.
Bahagia itu soal rasa. Letaknya dihati. Ketika hati tenang dan damai, itulah kebahagiaan itu. Walaupun dimanapun ia berada. Entah ia sedang berada di gunung, di sungai, danau, laut, mall, dihutan, taman bunga, air terjun, Di gubuk riut ataupun digedung/rumah yang mewah, atau sedang rekreasi berada diluar negeri atau dimana saja. Sesulit apapun kehidupannya ketika hatinya tenang, maka ia berada dalam kebahagiaan. Memiliki harta yang banyak ketika mampu menghantarkan hatinya menjadi tenang itulah kebahagiaan. Banyaknya harta tidak menghantarkannya lupa kepada Allah. Justru dimanfaatkannya dijalan Allah. Dengan banyak bersedekah, infak dan zakat. Membangun panti asuhan, masjid, mushalla, sekolah ataupun perguruan tinggi. Dia menggunakan harta untuk kemaslahatan umat. Ketika jalan dan jembatan rusak, dia mampu menyumbangkan hartanya.
Begitu juga dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia gunakan untuk membantu sesama manusia. Dia gunakan kekuasaan untuk membangun jalan, jembatan, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, masjid dan mushalla. Dia gunakan kekuasaan untuk menolong orang yang kesusahan dan lain sebagainya. Tidak zhalim dan menindas orang lain. Dia jaga keamanan dan kesejahteraan rakyatnya. Dia Kelola negara dengan baik dan tidak korupsi. Maka hidupnya akan tenang dan damai. Disitulah letak kebahagiaannya.
Dalam Al qur’an, Allah Swt menyatakan bahwa hati itu akan tenang ketika senantiasa mengingat-Nya. Begitulah, hanya dengan mengingat Allah Swt sajalah, maka hati ini akan tenang. Kebahagian yang luar biasa, dimanapun kita berada, saat apapun kondisi kita, sesulit apapun kehidupan kita. Ketika hati kita ingat dengan Allah, maka ia meraih kebahagian hakiki.
Qs. Ar Ra’d (13) : 28-29
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا
بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
٢٨ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمۡ
وَحُسۡنُ مَأَابٖ ٢٩
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”
Begitulah, bahwa bahagia itu memang sederhana. Hanya mengingat Allah swt (zikir) maka hati akan tenang dan tentram. Ya! Bahkan dalam ayat itu diulangi lagi, hanya dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang. Mengingat Allah Swt itu dalam setiap aspek kehidupan. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bahkan dalam tidurnya pun ia mengingat Allah (zikir). Mengingat Allah (zikir) itu dilakukan pada semua aktivitas kita. Untuk itu, zikir itu tidak melulu duduk diatas sajadah dengan membaca Al Qur’an, membaca tasbih, tahmid dan takbir, serta bacaan-bacan lainnya yang dijadikan sebagai wirid harian, mingguan, bulanan dan sebagainya. semua ibadah yang wajib dan sunnah adalah zikir. Shalat zikir, puasa zikir, haji dan umrah zikir. Aktivitas harian juga zikir seperti makan, minum, cuci dan setrika pakaian, mandi, gosok gigi, bahkan ‘buang air besar dan kecil’ juga zikir, dan bersetubuhpun semuanya adalah zikir. Kita tidak boleh lupa dengan Allah Swt. Ketika kerja dikantor, ditoko, dipasar, disawah, diladang, dan sebagainya adalah zikir. Ketika sedang duduk-duduk sendiri atau sambil ngobrol, makan, dan minum, rekreasi kegunung, laut, dalam dan luar kota, mall dan lainnya. Oleh sebab itu, Allah Swt menyatakan didalam Al Qur’an bahwa mengingat-nya bisa sambil berdiri, duduk ataupun berbaring.
Qs. Ali ‘Imran (3) :191
ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ
هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka.”
Ketika ada suatu kaum atau kelompok manusia yang berkumpul dengan melakukan zikir kepada Allah Swt, maka kelompok itu akan dinaungi oleh malaikat. Mereka akan diberikan rahmat oleh Allah Swt. Mereka akan mendapatkan ketenangan dan Allah Swt akan menyebut-nyebut mereka dihadapan para makhluk yang ada disisi-Nya. Begitulah balasan bagi orang yang suka berzikir kepada Allah, baik diwaktu berdiri, berduduk dan berbaring.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَقَ يُحَدِّثُ عَنْ الْأَغَرِّ
أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ قَالَ أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا
حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ
السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ. (صحيح مسلم ٤٨٦٨, سنن ابن
ماجه ٣٧٨١, مسند أحمد ١١٤٤١).
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al
Mutsanna dan Ibnu Basysyar mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah aku mendengar
Abu Ishaq bercerita dari Al A'raj Abu Muslim bahwasanya dia berkata: 'aku
bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Sa'id Al Khudri bahwasanya keduanya
menyaksikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Tidaklah suatu
kaum yang duduk berkumpul untuk mengingat Allah, kecuali dinaungi oleh para
malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat, akan diturunkan kepada mereka
ketenangan, dan Allah Azza Wa jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan
para makhluk yang ada di sisi-Nya. (Shahih Muslim No. 4868, Sunan Ibnu Majah No. 3781, Musnad Ahmad No. 11441)
Zikir (mengingat) Allah Swt merupakan bentuk pendekatan diri kepada-Nya. Melalui zikir, maka setiap orang akan senantiasa ingat kepada-Nya. Setiap saat seseorang bisa berzikir. Zikir itu tidak mesti membaca tasbih, tahmid takbir, dan wirid-wirid lainnya. Zikir itu bisa sambil bekerja. Ya, bekerja apa saja bisa sambil zikir. Dimana saja berada bisa sambil zikir. Bahkan tidur pun zikir. Karena itu Allah Swt, menyatakan bahwa zikir itu bisa sambil berdiri, duduk dan berbaring. Ketika seseorang sudah merasa dekat dengan Allah. Maka dirinya senantiasa merasa diawasi oleh-Nya. Dirinya merasa diperhatikan oleh-Nya. Sehingga tidak ada lagi celah untuk ‘melupakan-Nya’. Dari sinilah, rasa bahagia itu muncul secara terus-menerus. Ketika seseorang dekat dengan sumber kebahagiaan, maka dirinya senantiasa akan merasa bahagia. Bahagia yang hakiki. Semoga!
#Menyebarluaskan Kebaikan#