Qs. Al Hujurat (49): 13
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ
وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ
أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Allah menciptakan makhluk dan benda di muka bumi
ini secara berpasang-pasangan (Qs.
Adz Dzariyat (51): 49). Tidak hanya makhluk atau
pun benda yang berpasangan, sifat (karakter) dan ukuran pun juga
berpasang-pasangan. Ada baik dan jahat, lurus dan sesat, tinggi dan rendah,
berat dan ringan, Panjang dan pendek dan lain sebagainya. akibat adanya
pasangan itu, maka dalam kehidupan ini ada pembandingnya. Orang disebut baik
karena ada pembangdingnya yaitu jahat. Orang disebut kaya, karena ada orang
miskin. Orang disebut pintar, cerdas, alim karena ada orang yang bodoh, dungu,
dan jahil. Orang disebut cantik atau tampan, karena ada yang jelek atau buruk
rupa. Ada yang tua, karena ada yang muda. Disebut gemuk, karena ada yang kurus.
Disebut tinggi karena ada yang rendah. Disebut Panjang karena ada yang pendek,
dan seterusnya. Seandainya tidak ada pembanding, maka kehidupan di dunia ini
akan dipenuhi oleh satu hal saja atau monoton. Bisa saja, hanya ada orang baik
atau jahat di dunia ini. Atau, orang kaya atau miskin saja. Bisa juga, orang pintar
semua, atau bodoh semuanya. Bisa juga, laki-laki, atau perempuan semuanya. Oleh
sebab itu, berpasang-pasangan merupakan sunnatullah. Hukum yang telah
ditetapkan Allah mulai dari awal penciptaan sampai kiamat kelak. Sebab, kalau
sudah menjadi satu semuanya, maka akan menyerupai keesaan Allah Swt. Hanya
Allah saja yang esa. Selainnya bisa dua, tiga, empat dan seterusnya.
Dengan adanya pembanding itu, maka wajar saja
ada yang baik dan buruk. Kaya ataupun miskin, pintar dan bodoh, tinggi dan
rendah, tua dan muda, raja dan rakyat biasa, atasan dan bawahan dan sebagainya.
Semua itu memang sebuah kepastian. Saat ini ada yang berada di posisi atas, seperti
jadi raja, presiden, orang kaya, punya jabatan, pintar, dan sebagainya. Atau,
saat ini, ada yang berada diposisi bawah. Menjadi orang miskin, bodoh, rakyat
jelata, pengemis, pemulung dan sebagainya. Akan tetapi, semua itu tidak selalu
berjalan dengan mulus. Bisa saja orang yang punya jabatan tinggi, mendadak
diberhentikan, bisa secara paksa oleh orang yang tidak suka ataupun tersangkut
kasus hukum. Bisa saja, orang yang kaya raya, jatuh bangkrut kemudian menjadi
miskin. Atau sebaliknya, orang yang miskin kemudian menjadi kaya. Orang yang
tidak punya jabatan kemudian mendapat jabatan tinggi dan sebagainya. semua itu
tidak ada yang pasti. Kehidupan manusia di muka bumi ini cenderung turun naik.
Untuk itu, bagi yang memiliki kelebihan, baik harta, jabatan, wajah, kecerdasan, jangan merasa lebih tinggi dari yang lainnya. Begitu juga, bagi yang memiliki kekurangan, janganlah merasa rendah diri. Sebab, Allah Swt tidak memandang manusia dari tinggi rendahnya status dimasyarakat. Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa (Qs. Al Hujurat( 49): 13). Jangan suka membandingkan diri dengan orang lain. Ketika, membanding dengan orang yang lebih rendah, maka akan muncul sikap sombong (takabur). Ketika membanding dengan yang lebih tinggi, maka akan muncul sikap rendah diri dan minder. Lihat diri masing-masing saja. Sudahkah, nikmat yang diberikan Allah kita gunakan untuk kemaslahatan agama dan orang banyak?. Sudahkah jabatan yang diberikan dijalankan dengan Amanah?. Sudahkah, ilmu pengetahuan yang diberikan digunakan untuk mencerdaskan dan membimbing orang lain untuk dekat kepada Allah Swt?. Atau, sudahkah kita bersyukur terhadap kekurangan, kemiskinan dan kebodohan yang kita terima dari Allah? Dan sebagainya. Cobalah untuk melihat kemampuan diri masing-masing untuk berbuat yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Jangan suka melihat ke atas atau ke bawah. Tetap ikhlas menerima apapun keadaannya dan senantiasa bersyukur. Sebab, Allah pasti akan menambahkan rezeki bagi orang yang senantiasa bersyukur. Semoga!
Tebing Tinggi, 25 Oktober 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar