Ada video
ceramah yang beredar di media sosial yang berisi keyakinan yang kuat kepada
Allah Swt. Dalam video itu ia menyatakan bahwa yang ditakuti di dunia ini hanya
Allah Swt. Bukannya virus yang sedang mewabah saat ini. Allah Swt pasti akan
menolongnya, selama ia memiliki keyakinan itu. Memang ada yang sebagian orang
yang berpendapat dan berkeyakinan seperti itu. Terkadang cenderung meremehkan
penyebaran virus corona saat ini. Pemerintah telah memberlakukan Social Distancing
(Pembatasan terhadap masyarakat) dan Pysichal Distancing (Pembatasan
kontak fisik). Kedua pembatasan itu diberlakukan untuk memutus mata rantai
penyebaran virusnya. Social Distancing merupakan pembatasan terhadap
masyarakat untuk tetap berada dirumah, bekerja dirumah dan tidak keluar rumah
selama batas waktu yang sudah ditentukan. Selain itu, tidak melakukan kontak
fisik dengan orang lain seperti jabatan tangan, pelukan, cipika-cipiki,
berboncengan dan sebagainya.
Himbauan itu
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan ketika,
ada larangan sementara untuk tidak shalat jum’at dan shalat lima waktu
berjamaah di masjid atau mushalla, juga harus ditaati. Apalagi sudah ada fatwa
ulama yang membolehkan untuk tidak melaksanakan shalat jumat dan shalat
berjamaah di masjid dan mushalla. Kalau tidak taat terhadap pemerintah dan
ulama yang memiliki otoritas dalam menetapkan hukum, lantas siapa lagi yang
harus ditaati. Masalah khilafiyah kalau perlu kita kesampingkan dulu
untuk kemaslahatan bersama. Kalau khilafiyah hukum diperdebatkan, maka
perlu penjelasan yang panjang lebar dan waktu yang lama untuk meyakinkan
masyarakat awam. Itu pun kalau perdebatan itu berujung ada kesimpulan yang bisa
disepakati. Andaikan, antar kelompok masing-masing punya pendapat yang berbeda,
maka masalah hukum itu tidak akan selesai. Justru akan berbuntut panjang dan
saling menyalahkan bahkan bisa saling kafir-mengkafirkan. Akibatnya, tujuan
utama untuk menanggulangi penyebaran virus corona ini tidak akan selesai. Bisa terus
berlanjut tidak berujung. Korban akan terus bertambah banyak. Dan virus akan
terus menyebar tidak bisa dihentikan lagi. Nauzdubillah…
Keyakinan akan
pertolongan Allah Swt itu merupakan harga mati bagi umat Islam yang beriman. Sebab,
hanya Allah Swt saja yang dapat menolong setiap manusia dari berbagai macam
bala bencana yang menimpa di muka bumi ini. Kalau tidak yakin itu, maka
seseorang bisa dikategorikan sebagai orang yang syirik. Akan tetapi
perlu juga diluruskan, pemahaman pertolongan dari Allah Swt itu yang seperti
apa?. Apakah langsung atau melalui perantara?. Apakah berupa sim salabim (dalam
bahasa Al Qur’an dengan kata ‘Kun’) seperti orang sulap? Ketika menghendaki
sesuatu langsung ada dan muncul seketika. Hal ini perlu diperjelas, agar
keyakinan kita itu tidak kebablasan atau justru membahayakan diri kita dan
orang lain. Pertolongan yang diberikan Allah Swt itu pasti terjadi. Sebab,
manusia manapun di muka bumi ini tidak ada yang mempunyai kekuatan untuk bisa
melawan takdir Allah Swt. Takdir Allah Swt meliputi alam semesta ini. Tidak ada
yang bisa lari maupun sembunyi dari takdir itu. Lalu, apakah manusia harus
pasrah kepada takdir itu?. Apakah manusia tidak ada usaha untuk ‘melawan’nya?. Disinilah
letak perbedaan pendapat yang seringkali muncul dikalangan umat Islam. Hal ini
sudah terjadi ratusan bahkan ribuan tahun. Dan memunculkan berbagai macam
aliran dalam Islam. Tulisan ini bukan untuk mendukung salah satu dari aliran
itu.
Penulis hanya,
ingin meletakkan bahwa pertolongan Allah Swt bisa melalui jalur mana pun dan
siapa saja. Bisa saja, melalui orang lain, binatang, angin, tumbuhan, air,
ataupun energi. Atau makhluk gaib seperti malaikat dan jin. Apakah Allah Swt
tidak bisa langsung memberikan pertolongan? Pertanyaan itu tidak sepantasnya
dilayangkan. Sebagai orang yang beriman tentunya memiliki keyakinan bahwa Allah
Maha Kuasa atas segala makhluknya di alam semesta ini. Akan tetapi, semua yang
ada di alam semesta ini memiliki prosedurnya masing-masing. Setiap makhluk
sudah ada ketentuannya. Sudah ada aturan atau mekanisme yang mengatur kehidupan
masing-masing makhluk itu. Alam semesta punya mekanismenya dengan berbagai
macam benda-benda angkasa yang saling beraturan. Manusia juga punya mekanisme
atau aturan dalam kehidupannya. Begitu juga binatang, tumbuhan, angin, malaikat
dan jin. Semuanya punya aturan yang dimiliki. Aturan itu menjadi ‘hukum’ yang tidak
terpisahkan diantara mereka. Ketika, salah satu menabrak aturan yang berlaku
itu, maka akan terjadi suatu kekacauan. Seperti manusia yang suka merusak
keseimbangan alam ini dengan cara menebang pohon secara sporadis. Meruntuhkan gunung,
menimbun sungai-sungai untuk dijadikan pemukiman dan sebagainya. Kalau hal itu
terus dibiarkan, maka akan terjadi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan
sebagainya. Inilah akibat dari keserakahan manusia yang merusak hukum keseimbangan
alam. Begitulah seterusnya.
Virus corona
yang sekarang lagi mewabah di seluruh dunia merupakan makhluk Allah Swt. Setiap
virus yang ada memiliki mekanisme atau cara kerjanya masing-masing. Virus yang
masuk ke dalam tubuh atau yang menempel di anggota tubuh seseorang belum tentu
menjadi penyakit. Bisa saja virus yang masuk ke dalam tubuh itu sebagai antibodi
atau untuk kekebalan tubuh. Seperti imunisasi terhadap bayi. Itu ‘virus’ yang
dimasukkan kedalam tubuh dengan suntikan agar kelak bayi itu kebal terhadap
serangan virus, seperti campak. Tapi sebagian besar, virus itu bisa
mendatangkan bibit penyakit kepada manusia yang menerimanya. Karena memang itu
sudah merupakan Tufoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) dari virus itu seperti itu. Kita
tidak bisa menyalahkan virus itu. Kita juga tidak bisa menantang apalagi
meremehkannya. Virus yang ada bisa bermutasi menjadi virus lainnya yang mungkin
lebih ganas lagi dari sebelumnya. Virus ini sudah ada dari dulu. Ia tidak bisa
dimusnahkan sampai akhir zaman. Ia akan selalu ada disetiap zamannya. Dengan bentuk
dan fungsi yang lain. sebagai contoh, virus influenza, virus colera dan
lain-lain itu sudah ada dari dulu. Dan sekarang pun juga masih ada. Kedua virus
itu ketika munculnya juga banyak menimbulkan korban nyawa. Akan tetapi sekarang
virus itu tidak terlalu berbahaya. Masih banyak orang yang terkena flu setiap
saat. Akan tetapi, hampir tidak ada lagi yang meninggal akibat flu itu. Ini membuktikan
bahwa virus itu tetap ada dan bisa berubah bentuk dan fungsi dikemudian hari. Yang
menyebabkan manusia bisa tahan dengan virus itu diantaranya adalah telah
ditemukannya vaksin anti virus itu. Dan juga, bentuk imunitas (kekebalan tubuh)
manusia yang cenderung meningkat setiap saat. Sehingga virus itu bisa
dijinakkan dan tidak berbahaya lagi ketika menyentuh tubuh manusia.
Untuk itu, kita
tidak usah ‘sombong’ dengan pertolongan dari Allah Swt. Allah Swt pasti
menolong. Akan tetapi sesuai dengan prosedur-Nya. Manusia dan virus itu sama-sama
makhluk-Nya. Mereka diciptakan masing-masing memiliki peranannya. Virus diciptakan
salah satunya untuk memberikan ‘penyakit’ kepada manusia. Untuk itu, ketika
virus itu datang menyerang manusia, maka taatlah terhadap aturan untuk bisa
melawannya agar ia tetap tahan terhadap virus itu. Dengan cara apa?
Ketika dia
memiliki ilmu dan kemampuan, maka dia bisa berusaha sendiri untuk melawannya. Bisa
dengan meracik obat sendiri. Bisa dengan meminum tumbuhan antibodi. Bisa dengan
olah raga. Bisa juga dengan menjaga kebersihan dirinya seperti mencuci tangan,
mandi, menyemprot dengan cairan disinfiktan dan sebagainya. Jika ia tidak
memiliki kemampuan itu, maka bisa melalui perantara orang lain, seperti bantuan
dokter, perawat dan sebagainya. Usaha itu, juga merupakan bentuk ‘pertolongan’
Allah Swt. Melalui usaha yang dilakukannya dan perantara orang lain. Ketika virus
itu mulai mewabah, maka peran pemerintah untuk menanggulanginya. Bisa dengan Social
Distancing, Psychal Distancing ataupun lockdown. Masyarakat disuruh
beraktivitas di rumah masing-masing. Tidak boleh keluar rumah dan melakukan
kontak fisik dengan orang lain. Setiap kerumunan massa ditiadakan. Termasuk ibadah
ditempat suci masing-masing agama yang mendatangkan orang banyak dalam satu
tempat juga ditiadakan. Ini berlaku bagi semua agama, bukan hanya Islam. Karena
itu, larangan ini jangan dijadikan dasar mengecam pemerintah telah membatasi
hak beribadah bagi pemeluknya. Semua lapisan masyarakat harus bisa mematuhinya.
Sebab dengan cara itu, maka virus akan terputus penyebarannya. Ini bukan
perkara agama saja. Ini merupakan masalah bangsa. Masalah orang banyak. Kalau tidak
ditindaklanjuti dengan segera, maka akan banyak lagi korban yang berjatuhan. Ini
pun juga merupakan bentuk ‘pertolongan’ dari Allah Swt. Artinya, semua usaha
yang dilakukan sendiri maupun orang lain ataupun dari perantara manapun
merupakan ‘pertolongan’ Allah Swt. Sebab, manusia tidak akan bisa lari dan
sembunyi dari Sunnatullah. Hukum Allah akan berlaku kepada semua
makhluknya di alam semesta ini. Maka dari itu, janganlah pertolongan Allah Swt
itu dipersepsi hanya untuk diri sendiri dan seperti sulap ‘Sim Salabim’.
Semuanya serba instan. Banyak variabel yang terlibat didalamnya. Yang penting
tetap yakin, bahwa pertolongan Allah Swt itu pasti datang. Tapi bentuknya
seperti apa, hanya Allah Swt yang mengetahuinya. Wallahu A’lam Bishshawab…
Paringin, 11
April 2020
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar