Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) takut artinya merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap
akan mendatangkan bencana. Bisa juga berarti tidak berani (berbuat, menempuh,
menderita dan sebagainya), gelisah dan khawatir. Ketakutan adalah perihal
takut, rasa takut, keadaan takut, keseganan, kekhawatiran dan kegelisahan. Ketakutan itu
merupakan suatu tanggapan emosi terhadap ancaman, baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. ketakutan merupakan suatu mekanisme pertahanan hidup
dasar yang terjadi sebagai respons terhadap berbagai rangsangan maupun dorongan
didalam diri seseorang, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Ketakutan bisa
muncul kapan saja dan di mana saja. Dorongan rasa takut muncul ketika dalam
kesendirian maupun ditengah orang banyak. Rasa takut juga bisa muncul ditengan
kegelapan maupun saat terang benderang. Malam hari atau pun siang. Waktu sadar
maupun tidak sadar. Di dalam rumah, masjid, Gedung maupun diluarnya.
Rasa takut juga bisa menghinggapi
siapa saja. Sebab, rasa takut itu merupakan salah satu emosi dasar yang
dimiliki semua manusia (selainnya, seperti bahagia, sedih dan marah). Artinya,
semua manusia di dunia ini tidak memandang jenis kelamin, status, suku, bangsa
dan negara juga memiliki rasa takut. Orang
dewasa maupun anak kecil. Laki-laki maupun perempuan (atau, setengah laki-laki
dan perempuan, waria). Kaya atau miskin. Pejabat tinggi maupun bawahan. Ulama
atupun awam. Bahkan seorang raja atau presiden pun yang di sekelilingnya selalu
dijaga selama siang dan malam juga memiliki rasa takut. Rasa takut memang wajar dimiliki oleh semua manusia. Karena, pada
dasarnya manusia merupakan makhluk yang lemah, makhluk yang selalu takut dengan
sesuatu yang asing, sesuatu yang baru dan segala sesuatu yang membahayakan bagi
dirinya. Akan tetapi, kadar rasa takut di dalam tiap diri manusia, tentunya
berbeda-beda dari satu individu manusia ke individu manusia yang lain nya. Ketakutan
merupakan sikap yang muncul di pikiran seseorang. Karena itu, rasa takut itu
akan menimpa semua orang. Yang membedakannya, hanya pada saat menerima rasa
takut itu, apakah dia memberitahukannya atau tidak. Nampak atau tidak. Mengeluh
atau diam saja. tenang atau gelisah. Ribut atau sepi-sepi saja, dan sebagainya.
Sehingga ketika rasa takut itu muncul, dia santai dan tenang-tenang saja dalam
menghadapi dan menyikapinya. Orang lain tidak mengetahui ketakutan yang
dihadapinya. Sehingga tidak heboh, ribut dan ramai dan sebagainya.
Allah Swt menyatakan “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun" (Qs.2:155-156). Di dalam ayat itu, Allah sangat jelas
menyatakan bahwa ketakutan merupakan salah satu dari cobaan yang diberikan-Nya.
Cobaan yang diberikan merupakan ujian untuk bersabar. Sehingga ketika mereka
ditimpa musibah bisa mengembalikannya kepada Allah Swt. Karena, pada
hakikatnya, setiap cobaan dan musibah yang menimpa manusia itu berhasil dari
Allah Swt. Ketika, ia menyadari hal itu, maka ia akan bisa bersabar.
Di ayat lain Allah Swt menyatakan
bahwa kilat dapat menimbulkan ketakutan dan harapan. Firman-Nya “Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan
ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung” (Qs.13:12). “Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit,
lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan
akalnya” (Qs.30:24). Begitulah Allah memberikan rasa takut sekaligus harapan kepada
manusia. Ketakutan yang ditimbulkan oleh sebab apapun ketika bisa diterima
dengan baik (sabar), justru memberikan efek yang positif. Ada sebuah harapan
baru yang akan memberikan manfaat yang besar dibalik itu. Hal ini tercermin
dalam ayat di atas, ketika Allah Swt memperlihatkan kilat kepada manusia. Kilat
yang muncul itu biasanya diiringi oleh suara Guntur yang nyaring dan bergemuruh.
Sehingga, banyak manusia yang takut dan ngeri melihatnya, apalagi anak-anak.
Mereka biasanya sampai menjerit dan menangis karenanya. Akan tetapi, setelah
kilat itu muncul, tidak berapa lama hujan turun membasahi muka bumi. Dengan
hujan itu, Allah Swt menghidupkan bumi sesudah matinya. Tanah yang mula-mula
kering menjadi basah, sehingga bermunculan tanam-tanaman yang bisa dimakan dan
diambil manfaat oleh manusia dan binatang. Begitulah Allah Swt memberikan
gambaran, bahwa ketakutan itu hanya merupakan ujian belaka, dan dibalik ujian
itu terdapat hikmah dan pelajaran yang sangat berharga bagi manusia yang mampu
bersabar dan ikhlas menerimanya.
Banyak hal yang
menyebabkan rasa takut itu muncul. Diantaranya, adanya ancaman, intimidasi,
pelecehan, kekerasan baik di rumah tangga maupun dimasyarakat, tersangkut kasus
hukum, kebakaran, banjir, longsor, dendam, gempa dan gunung meletus, kelaparan,
narkoba, penyakit, dan bahkan gangguan setan dan jin. Akibat dari rasa takut
dan cemas itu bisa menyebabkan Stres, depresi, berkurangnya rasa percaya diri, menjadi
penyendiri, sulit untuk berkonsentrasi, sulit tidur, jantung berdebar-debar,
Sesak nafas, lelah, letih, lesu
dan sebagainya. Kalau hal itu terus dibiarkan akan berdampak buruk bagi
kehidupan seseorang. Hidupnya tidak akan tenang dan bahagia. Setiap saat selalu
dibayang-bayangi rasa takut yang tidak jelas dan berujung. Jiwanya akan
terguncang dan bisa mengalami trauma yang berkepanjangan. Dan yang lebih parah
lagi bisa menjadi paranoid, yaitu gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin
membahayakan dirinya. Hal ini ditandai dengan proses pikiran yang terganggu
yang cirinya berupa kecemasan atau ketakutan yang
berlebihan secara tidak rasional dan timbul delusi (pikiran atau
pandangan yang tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat
kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; khayal). Pemikiran paranoid biasanya disertai anggapan akan
dianiaya oleh sesuatu yang mengancamnya. Kalau terus dibiarkan bisa menimbulkan
kegilaan.
Allah Swt telah menyatakan bahwa rasa takut
itu hanya kepada-Nya. Jangan kepada makhluk lain, apakah itu manusia maupun
setan dan jin. Sebab, takut kepada Allah Swt merupakan bentuk keimanan
seseorang. Firman-Nya “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy),
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu,
jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Qs.3:175). “Mengapakah kamu
tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka
telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai
memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang
berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Qs.9:13).
“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang
zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk” (Qs.2:150). “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat
di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga
yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Qs.5:44). “Allah
berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan
Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut" (Qs.16:51).
Ketika rasa takut yang
muncul di dalam dirinya hanya kepada Allah Swt. Maka Allah akan memberikan
petunjuk dan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Yang jelas, Allah Swt
akan memberikan rasa senang dan tenang di dalam dirinya, sehingga tidak ada
lagi rasa kekhawatiran (ketakutan). Bahkan tidak akan bersedih hati lagi.
Firman-Nya “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati" (Qs.2:38). Selain itu, orang yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah, maka dia akan mendapat
kemenangan. Firman-Nya “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya
dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-
orang yang mendapat kemenangan” (Qs.24:52). Bahkan, Allah Swt memberikan tempat
tinggalnya di surga (Qs.79:40-41). Yaitu surga ‘Adn yang mengair di bawahnya
sungai-sungai dan mereka akan kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida
terhadap mereka dan merekapun juga rida kepada-Nya. Hal tergambar dalam al-Qur’an
sebagai berikut “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya
dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah
tempat tinggal(nya)” (Qs.79:40-41). Dan, “Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya” (Qs.98:8).
Untuk mendapatkan rasa
senang dan tenang serta tidak bersedih hati, sehingga tidak ada rasa
kekhawatiran (ketakutan) di dalam jiwanya. Al qur’an menjelaskan beberapa hal
yang harus dilakukan oleh semua orang, yaitu beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh (Qs.2:62). Berserah diri (tawakkal)
kepada Allah dan berbuat kebaikan (Qs.2:112). Orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi
apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima) (Qs.2:262). Orang-orang yang menafkahkan
hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan
(Qs.2:274). Orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat (Qs.2:277). Apabila, semua itu bisa dilakukan
maka tidak akan ada lagi kekhawatiran (ketakutan) di dalam jiwanya. Bahkan Allah
akan memberikan pahala kepadanya. Dengan demikian, hidupnya akan diliputi rasa tenang,
damai, bahagia dan tentram. Semoga…!!!
#Mari Sebarkan
Kebaikan#
Paringin, 13 Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar