MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Kamis, 27 Februari 2025

Meraih Taqwa Dengan Berpuasa 'Khusus'

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah,

Dalam kesempatan ini, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Sambil menunggu keputusan pemerintah tentang penetapan awal Ramadhan. Tidak berapa lagi kita akan menjalankan ibadah puasa ramadhan. Tujuan utama berpuasa adalah menjadi manusia yang bertaqwa. Allah Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Qs. Al-Baqarah: 183).   

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Untuk meraih derajat taqwa selama berpuasa, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan tentang kualitas puasa orang-orang saleh, orang-orang yang berada pada tingkatan khusus. 

Puasa ini dapat dicapai dengan enam hal:   Pertama, menjaga mata dari memandang hal yang tercela, serta tidak memandang hal yang melalaikan hati dari dzikir kepada Allah. Bulan puasa menjadi momentum yang baik untuk menyibukkan pandangan kita dengan membaca Al-Qur’an, dan mempelajari ilmu pengetahuan. 

Kedua, menjaga lisan dari ujaran kebohongan, menggunjing, memaki, menghina dan segala bentuk permusuhan. Bulan puasa merupakan momentum untuk membiasakan diri dengan berdzikir kepada Allah, membaca Qur’an, dan lebih baik diam daripada mengucapkan yang tidak baik. 

Ketiga, menjaga telinga dari mendengarkan hal yang diharamkan Allah. Sesuatu yang haram diucapkan, maka haram juga untuk didengarkan. selama berpuasa, mari kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan hal yang bermanfaat, seperti mendengarkan lantunan Al-Qur’an, pengajian, maupun nasehat keagamaan. Agar puasa kita berkah dan mendapatkan pahala yang sempurna dari Allah SWT.   

Keempat, menjaga segenap anggota badan, mulai dari tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya dari melakukan hal-hal yang dilarang syariat agama, mari kita gunakan anggota badan kita untuk pergi ke masjid, musholla, sekolah, agar anggota tubuh kita terhindar perbuatan yang tercela.   

Kelima, tidak makan berlebihan ketika berbuka puasa, karena Allah membenci terhadap perut yang berisi makanan halal secara berlebihan. Makan berlebihan tidak sesuai dengan tujuan puasa, yaitu melemahkan godaan syaitan dan hawa nafsu, tujuan ini tidak dapat terwujud tanpa mengurangi porsi makan.    

Keenam, ketika berbuka puasa, sebaiknya perasaan hati memuat dua hal, yaitu takut terhadap siksa Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya. Harapannya agar seseorang selalu menjaga semangat ibadahnya, dan selalu istiqomah beribadah kepada Allah sehingga ia menjadi orang yang beruntung, orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.   

Hadirin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Momentum bulan Ramadhan tahun ini hendaklah kita jadikan untuk meningkatkan kualitas berpuasa. Berusaha semaksimal mungkin menjaga diri, hati dan anggota badan untuk melakukan perbuatan tercela. Semoga ibadah puasa kita di bulan Ramadhan ini terus meningkat, dan diakhir Ramadhan kita semua bisa meraih derajat taqwa di sisi Allah Swt. Aamiin.

Kamis, 20 Februari 2025

4 Hal Yang Dipertanggungjawabkan di Akhirat

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Dalam kesempatan ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Dengan iman dan takwa, kehidupan kita akan Bahagia didunia dan diakhirat kelak.

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Karena orang yang shalih akan mencari harta dengan cara yang halal dan membelanjakannya untuk hal-hal yang dihalalkan oleh Allah ta’ala. Demikian khutbah yang dapat ulun sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menuntun kita menuju kehidupan yang lebih baik dan pernuh barokah. Amin ya rabbal alamin

Dalam kesempatan ini pula, mari kita Bersama-sama mempelajarai dan merenungkan salah satu sabda Baginda Rasulullah Saw yang berbunyi :

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ. (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)  

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).   

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Dalam hadits tersebut, ada 4 hal yang akan kita pertanggungjawabkan kelak diakhirat. Pertama adalah umur kita. Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Jika kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjauhkan diri kita dari semua yang diharamkan, maka kita akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, jika tidak, maka kita akan binasa dan merana.   

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Perkara Kedua, kita akan ditanya mengenai jasad kita. Jika seluruh anggota badan kita gunakan untuk berbuat taat kepada Allah, maka kita akan senang dan beruntung. Sebaliknya, jika kita menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita akan merugi dan buntung. perkara Ketiga, kita akan ditanya mengenai ilmu kita. Kita akan ditanya, apakah kita telah mempelajari bagian ilmu agama yang fardlu ain untuk kita pelajari atau tidak. Dan jika kita telah mempelajarinya, apakah sudah kita amalkan ataukah tidak. Ilmu agama yang hukum mempelajarinya fardlu ain adalah seperti dasar-dasar ilmu aqidah, hukum-hukum dasar terkait bersuci, shalat, zakat bagi yang mampu, puasa, kewajiban hati, maksiat-maksiat anggota badan dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

وَيْلٌ لِمَنْ لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ ثُمَّ لَا يَعْمَلُ.  

“Sungguh sangat celaka orang yang tidak belajar (ilmu agama yang fardlu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya.” 

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah, 

Perkara terakhir yang Keempat, kita akan ditanya mengenai harta, dari mana kita memperolehnya dan untuk apa kita belanjakan. Dalam masalah harta, manusia terbagi menjadi tiga golongan, dua celaka dan satu yang selamat. Dua golongan yang celaka pada hari kiamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang haram atau dari sumber yang haram, dan mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang halal tapi membelanjakannya untuk hal-hal yang diharamkan. Sedangkan golongan yang selamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan jalan yang halal dan membelanjakannya untuk perkara-perkara yang halal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ. (رَوَاهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ)  

“Sebaik-baik harta adalah harta milik orang yang shalih.” (HR Ahmad dalam al-Musnad)  

Karena orang yang shalih akan mencari harta dengan cara yang halal dan membelanjakannya untuk hal-hal yang dihalalkan oleh Allah ta’ala. Demikian khutbah yang dapat ulun sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menuntun kita menuju kehidupan yang lebih baik dan pernuh barokah. Amin ya rabbal alamin

 

Persiapan Menyambut Ramadhan

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara terus berusaha dan berupaya untuk istiqamah dalam menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. 

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Tinggal menghitung hari, tidak berapa lagi Bulan Ramadhan akan segera datang. Bulan yang penuh mulia, bulan ampunan dan bulan dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka serta syaithan dibelenggu. 

Untuk meraih itu, perlu persiapan yang baik agar dapat meraihnya. Ada beberapa langkah yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan. Pertama, niat yang baik dan benar merupakan kunci utama dalam setiap ibadah. Maka kita hendaknya bertekad dengan niat yang kuat untuk menjalani puasa di bulan Ramadhan yang akan datang dengan kesungguhan, dan terus berusaha memperbaiki semua perbuatan sehari-hari. Tidak hanya kunci utama, niat juga menjadi salah satu syarat diterimanya sebuah ibadah, termasuk ibadah puasa. Allah tidak akan menerima ibadah yang tidak disertai dengan niat. Bahkan, niat baik orang mukmin bisa lebih mulia daripada ibadah itu sendiri. Rasulullah SAW bersabda:

نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ. وَفِي رِوَايَةٍ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ أَبْلَغُ مِنْ عَمَلِهِ.

“Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya. Dalam riwayat yang lain: niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya.” (HR at-Thabrani). 

Kedua, adalah dengan memperbanyak berdoa kepada Allah SWT. Berdoa agar Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa sampai pada bulan mulia ini, serta memberikan taufik dan pertolongan kepada kita dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain. Kita juga berdoa agar ibadah yang kita lakukan diterima dan murni hanya karena Allah semata. Allah SWT berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.’” (QS Ghafir, [40]: 60).  

Ketiga, puasa sunnah Sya’ban. Melakukan puasa sunnah di bulan Sya’ban selain karena sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki pahala yang banyak, juga menjadi salah satu bentuk Latihan umat Islam menuju puasa wajib selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Artinya, jika kita sudah terbiasa berpuasa sebelum Ramadhan, maka kita tidak akan merasa berat ketika menjalani puasa di bulan Ramadhan. Nabi Saw bersabda:

ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.

“Sya’ban adalah bulan yang sering dilupakan oleh manusia, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Padahal, ia adalah bulan di mana amalan-amalan diangkat kepada Rabb semesta alam. Maka, aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi). 

Keempat, bertobat. Hal terbaik yang harus kita persiapkan menuju Ramadhan adalah memasuki bulan mulia ini dengan hati yang suci dan jiwa yang bersih dari segala kotoran-kotoran kejelekan, keburukan, dan dosa-dosa. Hal itu bisa kita raih dengan bertobat, yaitu dengan cara meninggalkan dosa, menyesali kesalahan yang kita perbuat, bertekad untuk tidak menghalanginya kembali, dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Allah berfirman:

وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS An-Nur, [24]: 31). 

Jika di antara kita ada yang memiliki sangkut paut dengan orang lain, baik berupa harta, jiwa, kehormatan dan yang lainnya. Segeralah meminta maaf dan segera pula untuk mengembalikan hak-hak yang telah kita ambil dari mereka, agar persiapan kita dalam menghadapi bulan Ramadhan benar-benar bersih dan suci. 

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Mempersiapkan diri menuju Ramadhan harus dimulai dengan niat yang tulus, memperbanyak doa agar diberi kesempatan beribadah dengan ikhlas, melatih diri dengan puasa sunnah di bulan Sya’ban, dan menyucikan hati melalui tobat yang sungguh-sungguh. Semoga kita bisa menggapai berkah Ramadhan nantinya, dan bisa meraih derajat taqwa. Amin ya rabbal alamin.

Rabu, 19 Februari 2025

Indahnya Akhlak Rasululullah

Inilah manusia teragung, kekasih Allah, Nabi utama, dan pemimpin orang-orang shaleh yang dikaruniai beragam kemukjizatan. Dari beragam aspek kemukjizatan, salah satunya ialah cerminan dari akhlaknya yang begitu mulia, karakter pribadi yang murni yang menjadikan beliau pantas diutus sebagai Rasul pilihan. Dari sekian banyak contoh dari keanggunan akhlaknya marilah kita simak sekelumit akhlak beliau yang patut kita tauladani.

Lihatlah bagaimana beliau begitu tawadhu. Para sahabat bercerita bahwa Rasul saw kala bersalaman tidak melepakan tangannya hingga orang yang disalami itu yang melepasnya. Beliau selalu menghadap dengan seluruh tubuhnya. Beliau tidak memalingkan wajah dari orang lain, sampai orang itu sendiri yang memalingkan wajah. Beliau selalu duduk di tempat duduk terakhir yang tersisa. Beliau juga senantiasa riang ceria. Engkau tidak akan menemuinya kecuali dalam keadaan tersenyum.

Ketika seorang mendatangi Nabi dengan tubuh gemetar (ia mengira sedang bertemu dengan seorang raja). Melihat hal itu Nabi saw berkata, “Biasa-biasa saja. Aku bukan raja. Aku hanyalah anak dari seorang wanita yang makan daging kering di kota Makkah.” (HR. Ibn Majah no 3312)

Nabi lebih dari sekedar pekerja keras, lihatlah ini. Saat perang Khandak, di antara sahabat Nabi ada yang menggali lubang dan ada yang memecahkan batu. Menggali lubang dan memecahkan batu adalah pekerjaan yang relatif lebih bersih. Lalu apa yang dilakukan olehmu wahai Rasulullah? Apakah beliau hanya mengawasi? Apakah ikut menggali lubang? Ataukah ikut memecahkan batu?. Ternyata beliau membawa galian yang dalamnya tiga meter di atas pundaknya. Kata para sahabat, :Demi Allah kami melihat tubuh Rasul saw tertutupi tanah”

Salah satu pribadinya yang menonjol adalah, Rasulullah tidak rela dirinya diperlakukan istimewa. Saat dalam perjalanan, Nabi Muhammad saw menyuruh memasak kambing. Salah seorang berkata, “Aku yang mengulitinya, Yang lainnya berkata, “Aku yang memasaknya, Nabi pun berkata, “Aku yang mengumpukan kayu bakar”. Mereka menjawab, “Biar kami saja yang bekerja. Mendengar hal itu, beliau berkta, “Aku tahu kalian akan melarangku. Tetapi aku tidak suka diperlakukan istimewa, sebab Allah membenci seorang hamba yang ingin tampak istimewa di antara sahabatnya.” Nabi pun bangkit dan mengumpulkan kayu bakar.

Tugasnya sebagai pemimpin umat tidak membuatnya kehilangan kepekaannya terhadap anak-anak. Beliau memang sosok paling penyayang di antara semua manusia. Ada sebuah cerita. Seorang anak kecil di kota Madinah yang bernama Umair, ia selalu bermain dengan burung pipit. Nabi saw menamai burung itu dengan al-nughair (anak burung pipit). Setiap kali melihat Umair, Nabi berkata, “Wahai Umair, apa yang dilakukan oleh al-nughair?” suatu hari, Nabi melihat Umair sedang menangis. Beliau pun bertanya, “mengapa engkau menangis wahai Umair?” “Ya Rasulullah, al-nughair telah mati,” jawab Umair,.

Maka Nabi saw duduk sejenak mengajaknya bermain. Para sahabat yang lewat melihat Rasulullah saw bermain dengan Umair. Beliau berkata pada mereka, “al-nughair telah mati, karenanya aku ingin menghibur Umair.” (HR Bukhari 6203)

Simaklah betapa indahnyanya kisah ini. Ketika perang Khaibar telah berakhir, aku melihat Rasulullah sedang membagikan harta rampasan perang. Beliau melihat kepada orang-orang dan melihatku. Maka beliau memanggilku, “Kemari!” aku segera mendatanginya, lalu beliau mengeluarkan sebuah kalung dan berkata, “Pakailah!” sebetulnya aku hendak mengambilnya dan memakainya sendiri. Namun beliau menolak, “Tidak biar aku yang memakaikan.’” (HR Imam Ahmad 6/242).

Gadis itu melanjutkan, “beliau mengalungkan sendiri di leherku. Dan sejak saat itu demi Allah, kalung tersebut tdak pernah berpisah dari leherku. Bahkan aku telah berpesan agar ia ikut dikubur bersamaku sehingga pada hati kiamat nanti aku bisa menemui beliau dan berkata, “Kalung itu yang Rasulullah.” Jika hati kita jernih, pasti kita tersentuh dengan kisah ini.

Yaa Allah, shalawat serta salam kepada beliau sebanyak hembusan nafas para pengikutnya.

Sampaikan doa dan sapa kami kepada beliau, terangi kami dengan sunnah beliau, lindungi kami dengan naungan syafa’at beliau, dan pertemukan kami di surga-Mu dengan beliau. Amiinn.

Senin, 17 Februari 2025

Pengembangan Budaya Literasi Sebagai Penguatan Karakter Dengan Buletin Al Qalam di MAN 2 Balangan



BEST PRACTICE

 

 

 PENGEMBANGAN BUDAYA LITERASI SEBAGAI PENGUATAN KARAKTER DENGAN BULETIN AL QALAM DI MAN 2 BALANGAN

 

 

 

  

Disusun untuk mengikui Lomba Penulisan Best Practice Tenaga Pendidik dan Kependidikan yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Balangan

 

 

 

Diajukan oleh : 

Masroliyan Nor, S.Pd.I, M.Pd.

NIP. 198001012003121006


 


 


 

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BALANGAN

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BALANGAN

TAHUN 2019




Makalah Bisa dilihat di sini👉

Sabtu, 15 Februari 2025

Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2025-2026




Lihat Link :👇


Sya'ban, Bulan Perbersihan Diri

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Mengawali khutbah ini, seperti biasa mari kita sama-sama mengingatkan pada diri kita masing-masing, untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, yaitu dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan selalu berusaha untuk menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. 

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Saat ini kita telah memasuki pertengahan bulan Sya’ban. Sya’ban adalah bulan yang sering terlupakan oleh sebagian umat Islam, padahal bulan ini memiliki kedudukan yang sangat penting. Bulan Sya’ban seharusnya diisi dengan ibadah yang penuh ketekunan, sebagai persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan dengan penuh keberkahan. Rasulullah SAW bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ, وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.

“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai, yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. Abu Daud dan An Nasai). 

Kaum muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Hadits tadi menunjukkan betapa pentingnya bulan Sya’ban bagi umat Islam, terutama dalam meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal shaleh seperti puasa sunnah, shalat sunnah, dan membaca Al-Qur’an. Sya'ban adalah bulan pembersihan jiwa, membersihkan diri dari dosa-dosa yang mungkin telah kita lakukan sepanjang tahun. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama. Oleh karena itu, Sya’ban adalah kesempatan bagi kita untuk membersihkan diri, mempersiapkan hati, dan memperbaiki amalan kita agar lebih siap menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah. Semoga dengan persiapan yang matang di bulan Sya'ban, kita dapat menyambut Ramadhan dengan penuh kesungguhan dan mendapatkan keberkahan yang luar biasa. Agar kita benar-benar bisa merasakan kemuliaan Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh semangat. Amin ya Rabbal Alamin.

Sabtu, 01 Februari 2025

Lakukan Sekarang...

Selama hidup di dunia ini, ada tiga masa (waktu) yang akan dilalui oleh setiap manusia, yaitu masa LALU, masa SEKARANG dan masa yang AKAN DATANG. Masa lalu merupakan sejarah atau kenangan yang telah terjadi sebelum masa sekarang. Masa lalu disebut sebagai masa lalu karena peristiwanya sudah terjadi sebelum masa sekarang. Tidak mesti masa lalu itu dilihat dari sejak lahir sampai dewasa atau tua sekarang ini. Masa lalu merupakan peristiwa yang telah terjadi, walaupun se detik telah berlalu. Sebagai contoh, ketika kita sedang shalat, setelah kita selesai baca fatihah, maka bacaan fatihah itu sudah menjadi masa lalu bagi kita. Begitu seterusnya dalam setiap peristiwa yang kita jalani setiap harinya sampai ajal menjemput kelak. 

Masa sekarang adalah kenyataan. Peristiwa atau kejadian yang sedang dihadapi. Jauh ataupun dekat. Terlihat ataupun tidak terlihat. Dirasa ataupun tidak dirasakan. Semua kejadian itu adalah nyata. Terjadi disuatu tempat yang bisa dijangkau ataupun tidak bisa dijangkau. Semua peristiwa atau kejadian itu terjadi atas sepengetahuan kita ataupun tidak. Masa sekarang jelas nyata dan terjadi disekitar kita ataupun diluar. Contohnya makan. Ketika ada makanan dihadapan kita. Itu nyata. Kita ambil kemudian dimakan, sedikit demi sedikit sampai habis. Rangkaian dari melihat hidangan sampai habis itu adalah masa sekarang. Akan tetapi kalau di  balik, dari habisnya makanan sampai melihat hidangan diawal itu merupakan rangkaian peristiwa masa lalu. 

Masa yang akan datang adalah harapan, cita-cita atau ilusi (berupa angan-angan/khayalan). Kejadian atau peristiwanya belum terjadi. Bisa saja tidak terjadi karena keburu meninggal dunia. Atau, peristiwanya terjadi akan tetapi tidak sesuai harapan. Atau, peristiwa yang terjadi kemudian itu sesuai harapan bahkan bisa melebihi harapan. Semua yang terjadi pada masa yang akan datang tidak ada yang mengetahuinya secara persis. Jangankan tahunan, bulanan, mingguan atau harian. Perdetik setelah masa sekarang itu pun tidak ada yang tahu. Terkadang, baru bertemu sehat-sehat aja. Segar dan bugar, bahkan tawa canda meliputi setiap pertemuannya. Entah, beberapa detik atau menit kemudian dia meninggal dunia. Ataupun, baru beberapa saat dia mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, akan tetapi beberapa saat kemudian dia bangkrut atau gagal. Dan sebagainya. 

Masa LALU, SEKARANG dan AKAN DATANG sebenarnya berjalan beriringan. Masa lalu bagi kita, bisa menjadi masa sekarang dan masa akan datang bagi orang lain. Atau, masa sekarang yang kita hadapi, bisa menjadi masa lalu atau masa depan bagi orang lain. Atau, masa depan bagi kita, bisa menjadi masa lalu dan sekarang bagi orang lain. Kenapa seperti itu? Sebab, waktu berjalan paralel. Waktu berjalan secara terus menerus dan tidak akan berhenti sampai pada waktunya nanti di Hari kiamat kubra. Ketika waktu itu berjalan paralel. Maka posisi kita yang menetukan dimana kita berada, bisa di masa LALU, SEKARANG atau AKAN DATANG. Contohnya ketika kita berada di eskalator yang sedang berjalan naik dan turun atau berjalan secara horizontal. Maka, jalannya eskalator itu ibarat waktu. Ketika posisi kita sedang naik, maka kita akan melihat berbagai macam peristiwa yang terjadi. Disebalah kanan, bisa saja kita melihat orang berjualan. Terus naik, bisa melihat yang lain lagi, misal orang berlari dan sebagainya. Kemudian, ketika melihat kesebelah kiri, ada lagi peristiwa yang berbeda. Yang dilihat bisa ada pertunjukan badut dan sebagainya. Ketika melihat ke atas dan ke bawah pasti ada lagi peristiwa yang berbeda dengan sebelah kanan dan kiri. Begitulah seterusnya. 

Setiap peristiwa yang kita lihat dan saksikan ketika naik eskalator itu sebenarnya terjadi pada waktu yang sama. Bedanya, ketika kita melihat sebelah kanan maka itu masa SEKARANG, sedangkan sebelah kiri menjadi masa LALU. Begitu juga, ketika kita melihat sebelah atas itu mejadi masa LALU, dan bagian bawah menjadi masa DEPAN. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang yang berada di eskalator atau disekitar tempat yang kita lalui ketika berada dieskalator itu. Waktunya sama, akan tetapi peristiwanya bisa berbeda-beda, sesuai sudut pandang masing-masing ketika melihat dan merasakannya. 

Untuk itu, masa LALU walaupun sudah terlewati bagi kita, akan tetapi peristiwanya masih ada. Begitu juga masa SEKARANG dan masa DEPAN. Sebenarnya peristiwanya juga ada. Kebetulan saja, waktunya berbeda. Posisinya juga berbeda. Jaraknya juga beda. Cara pandangnya juga beda dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan kejadian setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang masa lalunya bahagia, ternyata masa sekarang dan akan datang menjadi sedih. Begitupula sebaliknya, masa lalunya suram, penuh kesedihan dan penderitaan, ternyata masa depannya menjadi bahagia. 

Begitulah perjalanan hidup di dunia ini. Sukses dan gagal, bahagia dan derita, tawa dan sedih bisa terjadi silih berganti. Yang merasakannya sebenarnya adalah masa SEKARANG. Masa lalu itu hanya tolok ukurnya saja. Peristiwa berhasil, sukses, bahagia, tawa, sedih, derita dan sebagainya itu dirasakan pada masa sekarang. Sebab, peristiwa ‘RASA’ itu hanya ada pada saat sekarang. Ketika kita merasa bahagia atau sedih, saat SEKARANG itulah dirasakannya. Ketika ‘RASA’ itu berlalu, maka sudah menjadi masa LALU. Sedangkan masa DEPAN peristiwanya belum kita temui. Sehingga ‘RASA’ pada masa depan belum terjadi. 

Ada sebuah ungkapan bagus yang bisa menjadi pelajaran bagi kita (ada yang menyatakan ini hadis, ada juga yang menyatakan perkataan Imam Ali Ra). Ungkapan itu menyatakan bahwa, hendaklah masa sekarang itu lebih baik dari masa lalu. Orang yang beruntung adalah masa SEKARANG lebih baik dari masa LALU. Orang yang rugi apabila masa SEKARANG masih sama dengan masa LALU. Dan, orang yang masa SEKARANG lebih jelek dari masa LALU, mereka adalah orang yang celaka.

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهَ فَهُوَ مَغْبُوْنَ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنَ.

“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” 

Dari ungkapan itu, kita bisa memahami bahwa perbuatan yang dinilai itu adalah perbuatan yang dikerjakan pada masa SEKARANG. Sebab, perbuatan baik yang dilakukan pada masa lalu, hakikatnya adalah juga masa sekarang. Hanya waktunya saja yang telah berlalu sehingga disebut masa lalu. Artinya, kita harus bisa berbuat amal shaleh (kebaikan) sebanyak-banyaknya di masa kini. Jangan tunda besok, tapi lakukanlah SEKARANG. Sebab, tidak ada yang bisa menjamin besok bakalan sukses. Tidak ada yang bisa menjamin masa depan masih ada umur. Tebarkan terus kebaikan dimanapun kita berada. Lakukan SEKARANG dengan baik dan ikhlas. Maka keberuntungan akan kita dapatkan, baik di dunia ini maupun diakhirat kelak. Wallahu a’lam bishshawab! 

Qs. At Taubah (9): 88 

لَٰكِنِ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ جَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡخَيۡرَٰتُۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ. 

“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” 

Qs. Al Mu’minun (23): 102 

فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ. 

Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.” 

Qs. Al Qari’ah (101): 6-11

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٞ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا هِيَهۡ نَارٌ حَامِيَةُۢ. 

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”

 

#Menyebarluaskan Kebaikan#

Paringin, 1 Februari 2025

Popular