MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 22 November 2021

Mutasi Jabatan, Ka.Kankemenag Pinta Pejabat Bersinergi dengan Pimpinan Wilayah

Paringin (Kemenag Balangan) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Ka.Kankemenag) Kabupaten Balangan Drs. H. Saribuddin, M.Pd.I meminta kepada sepuluh pejabat fungsional di lingkungan Kantor Kemenag Balangan yang baru saja mengalami mutasi agar melakukan sinergi dengan pimpinan wilayah tempat tugas berada, dalam hal ini Camat.

"Saya berpesan kepada Kepala Madrasah dan kepala Kantor Urusan Agama (KUA) yang barus saja dikukuhkan agar dapat melaksanakn tugas di tempat baru dengan menyesuaikan diri dan berkoordinasi dengan camat di instansi tempat bekerja nantinya," ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara Pelantikan Pejabat Fungsional serta serah terima Jabatan di Lingkungan Kantor Kemenag Balangan di Lingkungan Kantor Kemenag Balangan, Senin (22/11/21) di Aula Asy Syura Kantor Kemenag Balangan.

Saribuddin menyampaikan mutasi sebenarnya adalah hal yang biasa dan jangan dianggap sebagai suatu masalah. Terlebih mengingat lokasi penempatan yang tidak jauh dari domisili, dan apabila memang terlalu jauh maka bisa dirembukkan kembali untuk kenyamanan bersama.

"Lakukan pula koordinasi dengan pejabat lama tentang program kerja yang telah berjalan dan belum dituntaskan, serta dengan para rekan kerja tempat bertugas nantinya agar apa yang menjadi aspirasi bisa dibicarakan demi kemajuan instansi tempat kita bekerja," pungkasnya.

Sepuluh pejabat fungsional yang dilantik terdiri dari 4 orang Kepala KUA dan 6 orang Kepala Madrasah. Kepala KUA yang dilantik adalah M. Yusuf S.Pd.I sebagai Kepala KUA Kec. Awayan, Ahmad Gazali, S.H.I sebagai Kepala KUA Kec. Lampihong, Adnan Rizali, S.Ag sebagai Kepala KUA Kec. Batumandi dan Muhammad Yusran, S.Ag sebagai Kepala KUA Kec. Juai.

Adapun Kepala madrasah yang dilantik yaitu H. Sarmadi, S.Pd.I sebagai Kepala MTsN 3 Balangan, Rahmatullah, S.Pd. Sebagai Kepala MTsN 5 Balangan, Hj.Norlaila,S.Ag. MM sebagai Kepala MIN 3 Balangan, Kastalani, S.Pd.I sebagai Kepala MIN 1 Balangan dan Masroliyan Nor, S.Pd.I, M.Pd. sebagai Kepala MAN 3 Balangan.


Rabu 24-11-2021 09:26:14 WITA

Rabu, 10 November 2021

Berzikir Yang Banyak, Bukan Berdoa!


Qs. Al Ahzab (33): 41-42

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا  ٤١ وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا  ٤٢

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” 

Dalam al Quran, kita disuruh untuk banyak berzikir (menyebut nama) Allah sebanyak-banyaknya. Baik diwaktu pagi maupun petang. Di ayat lain disebutkan menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya itu bisa pada saat berperang (Qs. Al Anfal (8): 45). Perintah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya itu dirangkai dengan perintah untuk bertasbih baik diwaktu pagi maupun petang (Qs. Ali Imran (3): 41). Zikir merupakan perbuatan mengingat Allah dengan senantiasa menyebutnya. Di ayat lain, disebutkan bahwa mengingat Allah itu bisa dilakukan sambal berdiri, duduk maupun dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (Qs. Ali Imran (3): 190).    

Kalau dilihat dari ayat-ayat al Quran itu, maka yang dimaksud dengan zikir yaitu menyebut dan mengingat Allah Swt. Sebab, banyak orang yang mengucapkan zikir akan tetapi lupa dalam mengingat-Nya. Lidahnya mengucapkan kalimat zikir akan tetapi hati dan pikirannya lupa kepada Allah. Zikir yang baik itu adalah totalitas seorang hamba kepada penciptanya. Segenap pikiran dan hatinya diserahkan hanya kepada Allah. Dimanapun ia berada dan pada saat kondisi apapun, hatinya selalu ingat kepada Allah. Selama 24 jam, hati dan pikirannya hanya tertuju kepada-Nya. Melihat segala penciptaannya dari yang kecil sampai yang besar, ingat kepada-Nya. Sebab, segala sesuatu di dunia ini tidak akan pernah terjadi tanpa ‘izin’ dari Allah Swt. Allah yang menundukkan bagi manusia apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Allah juga menahan benda-benda langit jatuh ke bumi. Semua itu dengan izin-Nya saja (Qs. Al Hajj (22): 65). 

Di dalam al Quran, Allah Swt menyuruh untuk banyak berzikir. Tidak ada satupun ayat dalam al Quran yang menyuruh banyak berdoa. Hal ini menjadi sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataan yang kita hadapi dimasyarakat. Sering kita dengar pernyataan supaya banyak berdoa. Setiap ada masalah, maka kita disuruh untuk banyak berdoa. Padahal, didalam al Quran Allah menyuruh hamba-Nya untuk banyak berzikir, yakni menyebut dan mengingat-Nya. Sebab, orang yang berzikir maka hatinya menjadi tenteram (Qs. Ar Ra'd (13): 28). 

Allah Swt menyatakan bahwa cara berzikir yang baik adalah dengan merendahkan diri dan memiliki rasa takut. Selain itu, Ketika berzikir hendaklah dengan tidak mengeraskan suara. Zikir bisa dilakukan pada waktu pagi dan petang (Qs. Al A’raf (7): 205). Ketika zikir yang dilakukan dengan cara merendahkan diri, rasa takut dan suara yang pelan, maka zikir yang dilakukannya menjadi khusyuk. Dengan begitu, terbangun kedekatan dirinya dengan Allah Swt. Dari situlah, ketenangan dan ketenteraman akan didapatkannya. Maka ia akan menjadi orang yang Bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga! 

 

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 9 Nopember 2021

 

Senin, 25 Oktober 2021

Membandingkan

Qs. Al Hujurat (49): 13

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ  ١٣

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 

 

Allah menciptakan makhluk dan benda di muka bumi ini secara berpasang-pasangan (Qs. Adz Dzariyat (51): 49). Tidak hanya makhluk atau pun benda yang berpasangan, sifat (karakter) dan ukuran pun juga berpasang-pasangan. Ada baik dan jahat, lurus dan sesat, tinggi dan rendah, berat dan ringan, Panjang dan pendek dan lain sebagainya. akibat adanya pasangan itu, maka dalam kehidupan ini ada pembandingnya. Orang disebut baik karena ada pembangdingnya yaitu jahat. Orang disebut kaya, karena ada orang miskin. Orang disebut pintar, cerdas, alim karena ada orang yang bodoh, dungu, dan jahil. Orang disebut cantik atau tampan, karena ada yang jelek atau buruk rupa. Ada yang tua, karena ada yang muda. Disebut gemuk, karena ada yang kurus. Disebut tinggi karena ada yang rendah. Disebut Panjang karena ada yang pendek, dan seterusnya. Seandainya tidak ada pembanding, maka kehidupan di dunia ini akan dipenuhi oleh satu hal saja atau monoton. Bisa saja, hanya ada orang baik atau jahat di dunia ini. Atau, orang kaya atau miskin saja. Bisa juga, orang pintar semua, atau bodoh semuanya. Bisa juga, laki-laki, atau perempuan semuanya. Oleh sebab itu, berpasang-pasangan merupakan sunnatullah. Hukum yang telah ditetapkan Allah mulai dari awal penciptaan sampai kiamat kelak. Sebab, kalau sudah menjadi satu semuanya, maka akan menyerupai keesaan Allah Swt. Hanya Allah saja yang esa. Selainnya bisa dua, tiga, empat dan seterusnya.

 

Dengan adanya pembanding itu, maka wajar saja ada yang baik dan buruk. Kaya ataupun miskin, pintar dan bodoh, tinggi dan rendah, tua dan muda, raja dan rakyat biasa, atasan dan bawahan dan sebagainya. Semua itu memang sebuah kepastian. Saat ini ada yang berada di posisi atas, seperti jadi raja, presiden, orang kaya, punya jabatan, pintar, dan sebagainya. Atau, saat ini, ada yang berada diposisi bawah. Menjadi orang miskin, bodoh, rakyat jelata, pengemis, pemulung dan sebagainya. Akan tetapi, semua itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Bisa saja orang yang punya jabatan tinggi, mendadak diberhentikan, bisa secara paksa oleh orang yang tidak suka ataupun tersangkut kasus hukum. Bisa saja, orang yang kaya raya, jatuh bangkrut kemudian menjadi miskin. Atau sebaliknya, orang yang miskin kemudian menjadi kaya. Orang yang tidak punya jabatan kemudian mendapat jabatan tinggi dan sebagainya. semua itu tidak ada yang pasti. Kehidupan manusia di muka bumi ini cenderung turun naik.

 

Untuk itu, bagi yang memiliki kelebihan, baik harta, jabatan, wajah, kecerdasan, jangan merasa lebih tinggi dari yang lainnya. Begitu juga, bagi yang memiliki kekurangan, janganlah merasa rendah diri. Sebab, Allah Swt tidak memandang manusia dari tinggi rendahnya status dimasyarakat. Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa (Qs. Al Hujurat( 49): 13). Jangan suka membandingkan diri dengan orang lain. Ketika, membanding dengan orang yang lebih rendah, maka akan muncul sikap sombong (takabur). Ketika membanding dengan yang lebih tinggi, maka akan muncul sikap rendah diri dan minder. Lihat diri masing-masing saja. Sudahkah, nikmat yang diberikan Allah kita gunakan untuk kemaslahatan agama dan orang banyak?. Sudahkah jabatan yang diberikan dijalankan dengan Amanah?. Sudahkah, ilmu pengetahuan yang diberikan digunakan untuk mencerdaskan dan membimbing orang lain untuk dekat kepada Allah Swt?. Atau, sudahkah kita bersyukur terhadap kekurangan, kemiskinan dan kebodohan yang kita terima dari Allah? Dan sebagainya. Cobalah untuk melihat kemampuan diri masing-masing untuk berbuat yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Jangan suka melihat ke atas atau ke bawah. Tetap ikhlas menerima apapun keadaannya dan senantiasa bersyukur. Sebab, Allah pasti akan menambahkan rezeki bagi orang yang senantiasa bersyukur. Semoga!  

 

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Tebing Tinggi, 25 Oktober 2021

Rabu, 20 Oktober 2021

Suri Teladan

Qs. Al Ahzab (33): 21

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  ٢١

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” 

Suri teladan adalah contoh terbaik yang pantas untuk ditiru. Menjadi panutan dan teladan dalam menjalani hidup agar lebih baik. Seorang yang menjadi suri teladan merupakan orang yang benar-benar menjadi pilihan yang tepat. Salah dalam memilih sosok sebagai panutan akan menjadi berantakan. Hidupnya bisa menjadi tidak Bahagia, bahkan bisa menderita. Seseorang yang menjadi teladan merupakan orang yang memiliki kelebihan. Terutama akhlak atau budi pekerti. Orang yang memiliki akhlak yang baik akan membawa kebaikan bagi orang lain yang berada didekatnya. Tidak hanya itu, orang yang memiliki akhlak mulia akan menjadi kebaikan bagi orang banyak. Kata-katanya lemah lembut dan jujur. Ketika marah tidak meluap-luap. Marahnya pun dapat terkontrol, sehingga tidak menyebabkan kontak fisik dan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dan menyakitkan hati. Sikapnya sopan dan senantiasa membantu orang yang membutuhkan. Kepada yang tua menghormatinya dan kepada yang muda menyayangi. Dia senantiasa dicintai oleh orang banyak. Tidak pernah menyakiti fisik dan hati orang lain. Dia memiliki kecerdasan yang baik. Senantiasa memberikan nasihat yang baik dan menyejukkan. Ketika dia tidak ada akan senantiasa dicari dan dirindukan kehadirannya. 

Senantiasa memberikan solusi dalam setiap permasalahan. Mencintai dan suka membantu orang-orang fakir miskin dan lemah. Menyayangi anak-anak yatim dan piatu. Menjadi kepala keluarga yang baik dan panutan. Menjadi pemimpin yang Amanah dan adil. Tidak sombong, bahkan rendah hati. Tidak suka menyalahkan orang lain, justru memberikan solusi dan nasihat yang baik. Selalu memaafkan kesalahan, bahkan kezaliman yang dilakukan orang lain kepadanya. Hidupnya sederhana, walaupun memiliki harta yang banyak. Suka bersedekah,infaq dan zakat. Jiwa, raga dan harta rela digunakannya untuk kepentingan agama. Seluruh hidupnya hanya untuk kemaslahatan umatnya. Dia lah sosok Agung, manusia Insal Kamil di muka bumi ini. Rasulullah Saw. Membicarakannya tidak akan pernah habis ditulis. Berbagai macam kitab dan buku telah ditulis. Selalu memberikan pelajaran dan kesejukan yang tiada tara. Untuk itu, kita hanya meniru semaksimal mungkin apa yang telah dilakukan dan diperjuangkannya untuk agama dan kehidupan manusia di muka bumi ini. Dengan senantiasa selalu mengharap limpahan rahmat dari Allah Swt. Beriman kepada hari akhir dan senantiasa berdzikir kepada Allah Swt. Sebab, dengan meniru akhlaknya maka kita termasuk orang yang mencintai dan merindukannya. Dengan begitu, kita akan selalu bersamanya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya rabbal alamin… 

#Menyebarluaskan kebaikan#

Paringin, 20 Oktober 2021

Kamis, 14 Oktober 2021

Kebencian, Jangan Tidak Adil

Qs. Al Maidah (5): 8

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. 

Benci merupakan sifat yang tidak suka terhadap sesuatu. Bisa manusia, binatang, makanan, minuman, tumbuhan, benda dan lainnya. Ketidak sukaan terhadap sesuatu itu merupakan hal yang hajar. Ketidaksukaan terhadap manusia bisa disebabkan karena fisiknya, karakter, suara, pemikiran, pekerjaan, harta, Pendidikan, jabatan dan lain-lain. Ketidaksukaan kepada makanan dan minuman, akibat dari rasa yang kurang enak. Terlalu asis, manis atau pahit. Bisa juga karena tampilan menu dan bahan yang digunakan dan sebagainya. Ketidaksukaan terhadap binatang karena bentuk binatang itu yang tidak menarik. Bisa juga karena geli dan jorok atau kotor. Bisa karena buas dan membahayakan, dan sebagainya. Ketidaksukaan terhadap benda karena kurang menarik. Mengganggu pandangan dan gerak yang sempit. Tidak suka bentuknya dan lain sebagainya. Ketika ketidaksukaan itu berubah menjadi sangat tidak suka, maka itulah yang disebut benci. 

Benci merupakan sifat sangat tidak suka atau senang kepada sesuatu. Ia berawal dari tidak suka. Kalau dibiarkan terus maka akan berubah menjadi benci. Kalau sifat benci ini ada dalam diri seseorang, maka kebaikan, kebenaran, keindahan dan keadilan bisa hilang. Se pintar atau sebaik apapun orangnya, bisa menjadi bodoh bahkan bija menjadi jahat. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak bisa menjadi penolongnya untuk berbuat baik dan adil. Ilmu pengetahuan yang seharusnya membuatnya bijaksana dan adil mejadi tertutupi oleh kebencian. Terkadang kebaikan dan kebenaran yang dilakukan oleh orang yang dibencinya tidak dianggap sama sekali. Bahkan, kesalahan sedikit bisa menjadi besar. Akibatnya, permusuhan semakin menjadi-jadi. Sangat sulit untuk didamaikan. Untuk itu, janganlah kebencian pada orang lain atau sesuatu menjadikan dirinya lupa terhadap kebaikan dan kebenaran. Kalau ada orang yang berbuat baik atau berkata benar, maka ambillah sebagai suatu kebaikan. Jangan dilihat siapa yang melakukan kebaikan itu. Tapi lihatlah kebaikan yang dilakukannya. Dengan begitu, kita bisa berbuat adil kepada semua orang. Sebab, perbuatan adil merupakan perbuatan yang dekat dengan takwa. Semoga! 

#Menyebarluaskan Kebaikan#

Tebing Tinggi, 14 Oktober 2021

Rabu, 29 September 2021

Hati Terkunci

Nabi Saw bersabda “Didalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh, daging itu adalah hati”. Hati merupakan tempat merasakan kebahagian dan kesedihan dalam jiwa. Hati yang bersih akan menimbulkan rasa tenang, tentram, damai dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya. Begitu sebaliknya, hati yang buruk atau kotor akan menimbulkan rasa gelisah, stres, frustasi, amarah, dendam, putus asa dan hidupnya penuh kesedihan dan sengsara. 

Berkaitan dengan hati yang buruk tersebut, dalam Al Quran disebutkan ada lima tingkatan hati seseorang semakin memburuk. Di mulai dari hati yang berpenyakit, mengeras, membatu, ditutup oleh Allah, dan akhirnya dikunci mati. Dari lima tingkatan ini, mungkin saat ini kita berada pada tingkatan yang mana. Atau kah sedang menuju kepada salah satunya. Atau kepada yang terakhir?. 

Pertama, hati yang berpenyakit adalah potensi kekotoran jiwa yang menyebabkan hati kita mulai mengeras. Ketika penyakit hati itu terus kita biarkan tanpa diobati apalagi sampai menjadi 'amalan'. Dalam Al qur’an telah disebutkan, ada beberapa potensi penyakit hati yang bisa menghijab hati seseorang, diantaranya adalah suka berbohong (dusta). 

Qs. Al Baqarah (2): 10

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ  ١٠

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” 

Penyakit hati lainya adalah serakah, iri, dengki. 

Qs. Muhammad (47): 29

أَمۡ حَسِبَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّن يُخۡرِجَ ٱللَّهُ أَضۡغَٰنَهُمۡ  ٢٩

“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?”

Penyakit hati juga adalah ragu-ragu. 

Qs. An Nur (24): 50

أَفِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ ٱرۡتَابُوٓاْ أَمۡ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ وَرَسُولُهُۥۚ بَلۡ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ  ٥٠

“Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Kemudian, penyakit hati juga bisa berupa penakut (termasuk takut mati). 

Qs. Muhammad (47): 20

وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَوۡلَا نُزِّلَتۡ سُورَةٞۖ فَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ مُّحۡكَمَةٞ وَذُكِرَ فِيهَا ٱلۡقِتَالُ رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ نَظَرَ ٱلۡمَغۡشِيِّ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَأَوۡلَىٰ لَهُمۡ  ٢٠

“Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturun-kan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.” 

Kemudian lagi, sifat munafik. 

Qs. Al Anfal (8): 49

إِذۡ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّ هَٰٓؤُلَآءِ دِينُهُمۡۗ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ  ٤٩

“(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agama-nya." (Allah berfirman): "Barangsiapa yang ber-tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 

Di ayat lain juga disebutkan bahwa di dalam hati sesorang itu ada penyakit bathiniyyah, seperti kekafiran, kemunafikan, keragu-raguan dan sebagainya.

Qs. At Taubah (9): 125

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ  ١٢٥

“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” 

Dan lebih jelas lagi, Allah Swt menyatakan bahwa orang yang munafik itu memiliki penyakit di dalam hatinya. 

Qs. Al Ma`idah (5): 52

فَتَرَى ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يُسَٰرِعُونَ فِيهِمۡ يَقُولُونَ نَخۡشَىٰٓ أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٞۚ فَعَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَ بِٱلۡفَتۡحِ أَوۡ أَمۡرٖ مِّنۡ عِندِهِۦ فَيُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَآ أَسَرُّواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ نَٰدِمِينَ  ٥٢

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenang-an (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” 

Penyakit hati lainnya adalah sifat dengki. Sifat ini merupakan kelanjutan dari sifat iri yang ada pada diri sese-orang. Ketika iri sudah bersarang dalam dirinya dan dibiarkan terus berkembang biak, maka nantinya akan berubah menjadi dengki. Iri itu merupakan sikap tidak senang atau suka terhadap nikmat atau kesenangan yang dimiliki atau didapat orang lain. Sedangkan dengki merupakan sikap tidak suka dan berusaha untuk menghilangkan atau menghancurkan kese-nangan orang itu. 

Qs. Muhammad (47): 29

أَمۡ حَسِبَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّن يُخۡرِجَ ٱللَّهُ أَضۡغَٰنَهُمۡ  ٢٩

“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?” 

Kedua, Hati yang mengeras karena penyakit hati yang ada di dalam jiwanya tidak di obati. Kita tidak mau mengobatinya dan bahkan dibiarkan tumbuh berkembang dengan cara mengamalkannya setiap hari. Jika hal itu terus dibiarkan, maka dijamin hati kita bakal mengeras dan semakin men-dekati kondisi jiwa yang terhijab. Hati yang telah berubah mengeras itu disebabkan mereka telah berbuat fasik. Yakni, perbuatan dosa yang telah diperbuatnya secara terus-menerus. Selain itu, tidak peduli terhadap perintah Allah Swt atau percaya kepada Allah Swt, tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan melakukan perbuatan dosa, baik kecil ataupun besar. 

Qs. Al Hadid (57): 16

۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ  ١٦

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebe-lumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. 

Di ayat lain, disebutkan bahwa setan telah memberikan godaan berupa kebagusan atau keindahan serta keelokan setiap pekerjaan yang dilakukannya. Ia merasa bahwa perbu-atan yang dilakukannya sudah benar. Padahal itu merupakan tipu muslihat setan saja. Akibat godaan itu, maka ia menjadi lalai terhadap perintah Allah Swt. Ia lupa dan tidak mau lagi taat terhadap perintah-Nya. Oleh sebab itu, hatinya menjadi keras.

Qs. Al An’am (6): 43

فَلَوۡلَآ إِذۡ جَآءَهُم بَأۡسُنَا تَضَرَّعُواْ وَلَٰكِن قَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  ٤٣

“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” 

Padahal setan hanya memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. Allah Swt memberikan cobaan berupa godaan setan itu kepada mereka yang di dalam hatinya ada penyakit dan kasar hatinya. Ketika, godaan dari setan itu diperturutkannya, maka ia termasuk orang yang telah berbuat zalim. 

Qs. Al Hajj (22): 52-53

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلۡقَى ٱلشَّيۡطَٰنُ فِيٓ أُمۡنِيَّتِهِۦ فَيَنسَخُ ٱللَّهُ مَا يُلۡقِي ٱلشَّيۡطَٰنُ ثُمَّ يُحۡكِمُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ  ٥٢ لِّيَجۡعَلَ مَا يُلۡقِي ٱلشَّيۡطَٰنُ فِتۡنَةٗ لِّلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ وَٱلۡقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمۡۗ وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَفِي شِقَاقِۢ بَعِيدٖ  ٥٣

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia men-jadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.” 

Ketiga, Hati yang lebih keras lagi yang dalan bahasa Al quran di sebut sebagai 'Hati yang membatu' atau lebih keras dari batu. Hal itu disebabkan hati yang sudah mengeras sehingga lupa akan mengingat Allah Swt. Mereka ini berada dalam kesesatan yang nyata. 

Qs. Az Zumar (39): 22

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ  ٢٢

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” 

Di ayat lain juga disebutkan hati yang menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Hal ini disebabkan, mereka tidak mentaati setiap perintah-Nya itu. Bahkan cenderung berbuat zalim atau kejahatan. Allah Swt selalu mengawasi setiap hamba-Nya. Dia tidak akan lengah sedikit pun pada setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Untuk itu, manusia harus benar-benar sadar bahwa perbuat-annya selalu diawasi-Nya. Ketika ia berbuat baik, maka Allah akan mengetahui dan membalasnya dengan kebaikan. Begitu juga, ketika manusia berbuat keburukan, Allah juga akan mengetahuinya, dan akan membalasnya sesuai dengan perbu-atannya itu. 

Qs. Al Baqarah (2):74

ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗۚ وَإِنَّ مِنَ ٱلۡحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنۡهُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ  ٧٤

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” 

Keempat, Hati akan benar-benar terhijab jika kualitas hati semakin memburuk sehingga hatinya tertutup. Karena hatinya sudah berpaling dan melupakan ayat-ayat-Nya setelah diperingatkan berkali-kali. Hal itu disebabkan mereka ingkar terhadap perintah-Nya, sehingga diberikan kutukan berupa tertutupnya hati mereka dari kebenaran. 

Qs. Al Baqarah (2): 88

وَقَالُواْ قُلُوبُنَا غُلۡفُۢۚ بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ فَقَلِيلٗا مَّا يُؤۡمِنُونَ  ٨٨

“Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keing-karan mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” 

Di ayat lain, dijelaskan lagi bahwa Allah telah meletakkan tutupan di atas hati mereka. Sehingga mereka tidak bisa lagi memahami ajaran yang telah diberikan Allah Swt. Selain itu, telinga mereka juga disumbat sehingga tidak dapat lagi mendengar atau menerima petunjuk kebaikan selama-lama-nya. Ketika ia diseru kepada kebaikan, ia tidak bisa lagi men-dengarnya. Hal itu disebabkan, mereka telah berpaling dari ayat-ayat Allah Swt, sehingga menjadi zalim. 

Qs. Al Kahfi (18): 57

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بَِٔايَٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعۡرَضَ عَنۡهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتۡ يَدَاهُۚ إِنَّا جَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۖ وَإِن تَدۡعُهُمۡ إِلَى ٱلۡهُدَىٰ فَلَن يَهۡتَدُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا  ٥٧

“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lama-nya.” 

Kelima, adalah orang yang hatinya bukan hanya sekedar tertutup alias terhijab, melainkan sudah dikunci mati karena keingkarannya terhadap Allah yang sudah melampaui batas. Segala perintah Allah tidak dilaksanakan dan justru larangan-Nya yang dikerjakan sehingga setiap peringatan yang dituju-kan kepadanya ditolak, maka Allah Swt akan mengunci hatinya. Mereka telah berbuat lalai, dan diakhirat kelak akan menjadi orang yang merugi. 

Qs. An Nahl (16): 108-109

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ  ١٠٨ لَا جَرَمَ أَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ  ١٠٩

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi.” 

Hal itu disebabkan mereka awalnya beriman, kemudian menjadi kafir lagi. Oleh sebab itu, Allah Swt mengunci mati hatinya. Dan mereka tidak akan mengerti lagi arti kebenaran yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. 

Qs. Al Munafiqun (63): 3

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ ءَامَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَفۡقَهُونَ  ٣

“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.” 

Di ayat lain, disebutkan bahwa hati yang terkunci itu tidak akan dapat mendengar pelajaran yang baik. mereka kelak akan mendapatkan azab akibat dosa-dosa yang telah mereka laku-kan. 

Qs. Al A’raf (7): 100

أَوَ لَمۡ يَهۡدِ لِلَّذِينَ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ أَهۡلِهَآ أَن لَّوۡ نَشَآءُ أَصَبۡنَٰهُم بِذُنُوبِهِمۡۚ وَنَطۡبَعُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ  ١٠٠

“Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduk-nya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?” 

Dari kelima tahapan hati yang memburuk tersebut, mungkin salah satu atau beberapanya ada dalam diri kita masing-masing. Kalau tidak semuanya minimal salah satunya ada pada kita. Mungkin yang paling banyak adalah tahapan yang pertama, yaitu hati berpenyakit. Penyakit hati itu ada pada semua orang, mulai dari yang awam maupun yang sudah khawas. Awam dan Khawas adalah dua kategori yang sering digunakan para ulama untuk menyebut manusia pada umumnya. Awam berarti orang-orang kebanyakan. Penge-tahuan atau pemahaman akal mereka masih sederhana dan dangkal. Bila mereka itu penganut Islam, maka kualitas keimanan dan amal saleh mereka masih rendah. Mereka mengakui adanya Allah dan kerasulan Nabi Muhammad, hanya berdasarkan pembenaran atas pengajaran yang disampaikan para guru atau mubalig. Mereka melakukan amal saleh tanpa pemahaman yang mendalam dan kukuh. Bila mereka bertobat, maka itu masih dalam taraf tobat dan dosa besar, yang kadang-kadang masih mereka lakukan. Keberagamaan mereka perlu terus menerus dibimbing dan dijaga oleh kaum Khawas. 

Khawas berarti orang-orang pilihan. Pengetahuan dan pemahaman akal mereka terhadap sesuatu sudah mendalam. Bila mereka penganut Islam, maka itu berarti bahwa kualitas iman dan amal saleh mereka sudah tinggi. Mereka mengakui adanya Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Mereka meyakini Allah dan Rasul-Nya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal yang sudah matang. Mereka laksanakan tugas-tugas agama berdasarkan pemahaman yang mendalam. Bila mereka bertobat, maka itu bukanlah dari dosa-dosa besar, tapi dari kekhilafan atau dosa kecil, yang masih mungkin tim-bul dari pribadi mereka. 

Di samping itu juga terdapat istilah khawasul khawas, yang berarti pilihan dari pilihan. Menurut kaum sufi, selain dari para nabi, hanya mereka yang memiliki hati yang suci (yakni dengan mata hati yang mampu menyaksikan rahasia Tuhan secara langsung, karena hijab yang menutup mata-batin sudah dapat dihilangkan melalui mujahadah) yang dapat disebut dengan istilah terakhir ini. Mereka itu merupa-kan auliya Allah (para wali), dan minimal para arifin atau para sufi. Keimanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak lagi berdasarkan dalil-dalil pemikiran akal, tapi telah dikukuhkan dengan penyaksian mata hati tersebut. Rasa rida dan cinta mereka kepada Allah menjadi luar biasa, demikian pula amal saleh mereka bagi sesama makhluk. 

Untuk itulah, agar kita terpelihara dari semua penyakit hati itu, maka mulai sekarang kita memperbaiki kualitas hati kita untuk selalu dekat dengan-Nya. Penyakit hati itu harus dihilangkan dari diri kita, sehingga hati nantinya menjadi sehat. Setiap kebaikan dan keburukan yang dilakukan sese-orang merupakan makanan bagi hatinya. Makanan yang baik dan halal untuk hati itu antara lain : 

Pertama Dzikrullah. Mengingat Allah dalam setiap kesempatan serta di manapun ia berada. Allah Swt menyata-kan bahwa apabila hamba-Nya ingat dengan-Nya, maka Dia juga akan mengingatnya. Ia akan mendapatkan rahmat serta ampunan dari Allah Swt. 

Qs. Al Baqarah (2): 152

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ  ١٥٢

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Dengan selalu ingat kepada Allah, maka hati setiap orang akan menjadi tentram, damai dan bahagia. 

Qs. Ar Ra’d (13): 28

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ  ٢٨

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” 

Kedua, Istighfar. Yakni memohon ampun dari keburukan yang dapat menimbulkan dosa. Allah Swt mengetahui diantara hambanya itu orang-orang yang memiliki penyakit. Untuk itu memohonlah ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang dilakukan. Sebab, Allah Swt Maha Pengampun atas setiap kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan hambanya. 

Qs. Al Muzzammil (73): 20

۞إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَيِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمُۢ  ٢٠

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikan-lah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 

Di ayat lain juga disebutkan, bahwa siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia meminta ampun atas kesalahannya itu, maka Allah Swt akan memberikan ampunan. 

Qs. An Nisa (4): 110

وَمَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا أَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهُۥ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا  ١١٠

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 

Ketiga, berdoa. Allah Swt memerintahkan kepada umat manusia untuk berdoa kepada-Nya. Allah Swt akan mencela orang yang mengabaikan doa. Orang-orang yang seperti itu dikatakan Allah sebagai orang yang sombong. Padahal, hanya Allah saja yang berhak sombong. 

Qs. Al Mu’min (40): 60

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  ٦٠

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyem-bah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” 

Rasulullah Saw bersabda

قال صلى الله عليه وسلم : إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَ غْضَبْ عَلَيْهِ. (رواه الترمذي)

Barangsiapa yang tidak mau meminta (memohon) kepada Allah, maka Allah murka terhadapnya.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah ra). 

Doa yang dipanjatkan dengan khusyuk bisa melembutkan hati. Ketika pikiran tertuju kepada Allah, hati merasa tentram dan damai. Seolah-olah ia merasa dekat dengan Allah Swt. Dengan doa seperti itu, Allah pasti akan mengabulkan doanya. 

Qs. Al Baqarah (2): 186

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ  ١٨٦

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang ber-doa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendak-lah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” 

Keempat, Bershalawat kepada Nabi Saw. Bershalawat, kalau dari Allah berarti memberi rahmat, sedangkan dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan “Allahuma shalli ala Muhammad”. 

Qs. Al Ahzab (33): 56

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا  ٥٦

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya ber-shalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” 

Bershalawat kepada nabi merupakan suatu kebaikan. Di dalam Al qur’an dinyatakan bahwa orang yang melakukan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali kebaikan pula. Untuk itu, setiap orang yang bershalawat akan mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatannya. Semakin banyak ia ber-shalawat kepada nabi, semakin banyak pula kelipatan pahala yang didapatnya. 

Qs. Al An’am (6): 160

مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ  ١٦٠

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” 

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْ رًا. (رواه مسلم(

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408). 

Kelima, Qiyamullail (shalat malam). Shalat ini merupakan shalat yang sangat dianjurkan oleh nabi. Shalat ini dilaksa-nakan pada pertigaan malam. Tidak banyak orang yang mampu menjalankannya. Pada saat itu merupakan tidur yang paling enak. Jika ada yang mampu bangun, kemudian melaksanakan shalat, sungguh itu hal yang luar biasa. Ketenangan, kenyamanan dan kedamaian akan sangat terasa pada saat menjalankan shalat itu sampai waktu subuh (terbit fajar). Hati menjadi tentram, lembut dan tenang. Tidak ada lagi kegelisahan dan ketakutan di dalam dirinya. Pada pertigaan malam itu, serasa sangat dekat dengan Tuhannya. Pada saat itu, kekhusyukan ibadah akan sangat terasa. Seolah-olah tidak ada penghalang antara dirinya dengan Sang Pencipta. Orang yang mampu melaksanakan shalat malam itu akan diangkat derajatnya menjadi orang yang terpuji. 

Qs. Al Isra (17): 79

وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةٗ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا مَّحۡمُودٗا  ٧٩

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagi-mu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” 

Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda :

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَ عْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم(

“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (HR. Muslim no. 1163). 

Apabila kita mampu, melaksanakan lima hal di atas secara rutin, maka hati yang awalnya berpenyakit tidak akan sampai mengeras, membatu, tertutup apalagi sampai terkunci. Ia akan cepat terobati. Hati akan menjadi tenang dan tentram. Jauh dari kegelisahan dan ketakutan. Hidupnya akan menjadi lebih bermakna dan tenang. Cahaya kegembiraan dan kebaha-giaan akan selalu terpancar di wajahnya sampai ajal kelak menjemputnya. Semoga! 

#Menyebarluaskan Kebaikan#

Paringin, 29 September 2021

Popular