MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 29 Juni 2020

Guru dan Ustaz

Di Indonesia sebutan untuk pendidik di sekolah secara umumnya ada dua. Guru dan Ustaz (perempuan ustazah). Guru merupakan sebutan bagi pendidik, baik di sekolah umum maupun sekolah agama. Sedangkan ustaz merupakan sebutan di sekolah yang berbasis agama, khususnya agama Islam. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sebutan untuk guru itu banyak, sesuai dengan bidang apa yang diajarkannya. Ada guru agama dan umum (sesuai mata pelajaran disekolah), guru bantu, honorer, guru besar (profesor), guru mengaji, guru silat, guru musik dan sebagainya. Sedangkan, Ustaz adalah guru agama atau guru besar (laki-laki) atau tuan. Dalam Bahasa Arab kata ustaz berarti guru atau pengajar. 

Dilihat dari pengertian, antara guru dan ustaz/ah, sebenarnya memiliki tugas dan fungsi yang sama. Tugas keduanya adalah memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada anak didiknya agar menjadi orang yang berilmu dan mendapatkan kesuksesan di dalam hidupnya, baik di dunia dan akhirat kelak. Yang menjadi perbedaan adalah tempat mengajar dan mata pelajaran yang diampunya. Ketika ia mengajar di sekolah berbasis agama, pondok pesantren atau mengajar mata pelajaran agama (Islam) maka disebut ustaz, ketika ia mengajar di sekolah umum dan mengajar mata pelajaran umum, disebut guru.

Selain itu, ada perbedaan yang sangat mencolok antara guru dan ustaz. Terkait dalam berpakaian dan kebiasaan memakai perhiasan dalam penampilannya sehari-hari, baik di lingkungan sekolah saat mengajar maupun di masyarakat. Dari segi pakaian, ustaz biasanya memakai pakaian muslim, ustaz baju koko dengan lengan Panjang (sebagaian pakai kopiah) dan celana yang longgar. Sedangkan ustazahnya pakai baju kurung (jubah) atau baju lebar dan Panjang menutup pantat, memakai rok lebar dan kerudung (jilbab). Gaya berpakaian seperti itu diterapkan di sekolah setiap harinya, sehingga terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika di rumah dan bergaul di masyarakat pun mereka berpakaian yang seperti itu. Ketika menghadiri acara resepsi perkawinan, belanja ke pasar, ulang tahun, selamatan, rekreasi ke luar daerah dan sebagainya, mereka tetap berpakaian sesuai dengan syariat agama Islam. Bahkan ada diantara ustazah itu yang memakai cadar (purdah). Dengan berpakaian tertutup, maka perhiasan yang dipakainya tidak tampak (walaupun dipakainya). Selain itu, penampilan dan dandanan mereka tidak ada yang berlebihan. Misalnya bibir merah (tebal), bulu mata lentik (bulu mata palsu), pipi merah merona, alis mata buatan dan sebagainya.

Hal ini sangat berbeda dengan guru. Banyak guru ketika berpakaian dan berpenampilan tidak sesuai dengan syariat Islam. Terlebih khusus perempuan. Dalam berpakaian ada saja yang tidak memakai jilbab. Berpakaian dengan ketat, agak tipis dan transparan, serta memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ada yang pakai baju lengan pendek dan celana. Ada juga, pakai baju dan rok panjang tapi tidak berjilbab. Hal ini juga terbawa ke luar Lembaga pendidikan. Tidak jarang seorang guru ketika mengajar di sekolah dengan berpakaian muslim lengkap, artinya berpakaian Panjang, rok Panjang dan jilbab. Tetapi, ketika sudah dirumah dan keluar dari rumah untuk sekedar belanja tidak lagi memakainya. Bahkan bisa lebih parah dari itu, yakni pakai celana pendek, baju pendek dengan rambut terurai pergi menggunakan sepeda motor untuk jalan-jalan. Ada juga yang berpenampilan agak minor, bibir merah tebal, alis mata buatan, bulu mata palsu dan lentik, pipi merah merona, dan sebagainya. Juga, memakai perhiasan yang agak berlebihan. Padahal tugas guru itu adalah mengajar dan mendidik. Penampilan yang terlalu berlebihan akan membuat anak didiknya risih. Kalau dia mengajar di tingkat dasar, untuk apa berpenampilan dan berperhiasan yang banyak. Tuh, mereka tidak mengerti dengan semua itu. Kalau ditingkat lanjutan (pertama dan atas) masih mendingan. Mereka bisa memahami maksud dengan tujuan gurunya itu. Maka tidak sedikit dari mereka yang memuji dengan sebutan ibu cantik. Dan juga menjadi bahan olok-olokan.

Guru dan ustaz merupakan sosok yang di hormati. Dia digugu dan ditiru oleh anak didik dan juga masyarakat. Apapun yang dilakukan seorang guru merupakan teladan bagi siswanya. Sikapnya, cara bicara serta bertindak dan berpakaian (penampilan) selalu dilihat oleh mereka. Hal ini juga berlaku di luar satuan pendidikannya. Ketika guru bertindak, berbuat dan berpakaian yang tidak baik atau sopan. Akan menjadi sorotan mereka. Mereka akan beranggapan bahwa sosok guru seperti itu tidak patut untuk dijadikan teladan. Setiap murid dimanapun dia bersekolah ingin mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Mereka akan senang ketika guru itu mengajar dengan baik dan cerdas. Menguasai ilmu yang diajarkannya. Semakin banyak dan luas ilmu pengetahuan yang diajarkan atau dipaparkan guru dengan mengajukan fakta-fakta ilmiah, maka murid akan senang dan bangga dengan gurunya. Apalagi kalau guru itu berperangai dengan baik, bicaranya lemah lembut, tidak pemarah serta sabar dalam mengajar dan mendidik mereka, maka guru itu akan menjadi teladan bagi mereka. Mereka tidak memandang pakaian, penampilan dan perhiasan yang dipakai gurunya itu.

Kadang ada yang beranggapan bahwa masalah pakaian merupakan hak pribadi masing-masing. Apapun yang dipakai, dari jenis apapun pakaian itu merupakan urusan pribadinya. Orang lain tidak perlu mencampuri dan mempermasalahkannya. Begitu juga dengan penampilan, mereka cenderung cuek. Yang penting terlihat baik dan cantik, walaupun agak berlebih-lebihan. Seharusnya mereka sadar bahwa dalam agama disuruh untuk menutup aurat. Untuk itu, adakalanya guru menjadi seorang ustaz. Dalam arti, guru bisa menjaga penampilan dan berpakaian serta menjaga etika dalam berhias, baik ketika mengajar maupun di luar sekolah. Dengan begitu, guru akan menjadi teladan yang terbaik bagi anak didiknya dimanapun ia berada. Selain ilmu pengetahuan yang didapat, guru juga memberikan nilai etika yang baik pada muridnya. Murid akan segan dan hormat kepada guru dimanapun ia ketemu. Dan diharapkan mereka bisa mencontoh dan meniru setiap kebaikan yang dilakukan oleh gurunya dimanapaun ia berada. Semoga!


#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 29 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Popular