Di Indonesia sebutan
untuk pendidik di sekolah secara umumnya ada dua. Guru dan Ustaz (perempuan
ustazah). Guru merupakan sebutan bagi pendidik, baik di sekolah umum maupun
sekolah agama. Sedangkan ustaz merupakan sebutan di sekolah yang berbasis
agama, khususnya agama Islam. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Sebutan untuk guru itu banyak, sesuai dengan bidang
apa yang diajarkannya. Ada guru agama dan umum (sesuai mata pelajaran
disekolah), guru bantu, honorer, guru besar (profesor), guru mengaji, guru
silat, guru musik dan sebagainya. Sedangkan, Ustaz adalah guru agama atau guru
besar (laki-laki) atau tuan. Dalam Bahasa Arab kata ustaz berarti guru atau
pengajar.
Dilihat dari pengertian, antara guru dan
ustaz/ah, sebenarnya memiliki tugas dan fungsi yang sama. Tugas keduanya adalah
memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada anak didiknya agar
menjadi orang yang berilmu dan mendapatkan kesuksesan di dalam hidupnya, baik di
dunia dan akhirat kelak. Yang menjadi perbedaan adalah tempat mengajar dan mata
pelajaran yang diampunya. Ketika ia mengajar di sekolah berbasis agama, pondok
pesantren atau mengajar mata pelajaran agama (Islam) maka disebut ustaz, ketika
ia mengajar di sekolah umum dan mengajar mata pelajaran umum, disebut guru.
Selain itu, ada perbedaan yang sangat
mencolok antara guru dan ustaz. Terkait dalam berpakaian dan kebiasaan memakai
perhiasan dalam penampilannya sehari-hari, baik di lingkungan sekolah saat
mengajar maupun di masyarakat. Dari segi pakaian, ustaz biasanya memakai
pakaian muslim, ustaz baju koko dengan lengan Panjang (sebagaian pakai kopiah)
dan celana yang longgar. Sedangkan ustazahnya pakai baju kurung (jubah) atau
baju lebar dan Panjang menutup pantat, memakai rok lebar dan kerudung (jilbab).
Gaya berpakaian seperti itu diterapkan di sekolah setiap harinya, sehingga
terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika di rumah dan bergaul di
masyarakat pun mereka berpakaian yang seperti itu. Ketika menghadiri acara
resepsi perkawinan, belanja ke pasar, ulang tahun, selamatan, rekreasi ke luar
daerah dan sebagainya, mereka tetap berpakaian sesuai dengan syariat agama
Islam. Bahkan ada diantara ustazah itu yang memakai cadar (purdah). Dengan
berpakaian tertutup, maka perhiasan yang dipakainya tidak tampak (walaupun
dipakainya). Selain itu, penampilan dan dandanan mereka tidak ada yang berlebihan.
Misalnya bibir merah (tebal), bulu mata lentik (bulu mata palsu), pipi merah
merona, alis mata buatan dan sebagainya.
Hal ini sangat berbeda dengan guru. Banyak
guru ketika berpakaian dan berpenampilan tidak sesuai dengan syariat Islam.
Terlebih khusus perempuan. Dalam berpakaian ada saja yang tidak memakai jilbab.
Berpakaian dengan ketat, agak tipis dan transparan, serta memperlihatkan lekuk
tubuhnya. Ada yang pakai baju lengan pendek dan celana. Ada juga, pakai baju
dan rok panjang tapi tidak berjilbab. Hal ini juga terbawa ke luar Lembaga
pendidikan. Tidak jarang seorang guru ketika mengajar di sekolah dengan
berpakaian muslim lengkap, artinya berpakaian Panjang, rok Panjang dan jilbab. Tetapi,
ketika sudah dirumah dan keluar dari rumah untuk sekedar belanja tidak lagi
memakainya. Bahkan bisa lebih parah dari itu, yakni pakai celana pendek, baju
pendek dengan rambut terurai pergi menggunakan sepeda motor untuk jalan-jalan.
Ada juga yang berpenampilan agak minor, bibir merah tebal, alis mata buatan, bulu
mata palsu dan lentik, pipi merah merona, dan sebagainya. Juga, memakai
perhiasan yang agak berlebihan. Padahal tugas guru itu adalah mengajar dan
mendidik. Penampilan yang terlalu berlebihan akan membuat anak didiknya risih.
Kalau dia mengajar di tingkat dasar, untuk apa berpenampilan dan berperhiasan
yang banyak. Tuh, mereka tidak mengerti dengan semua itu. Kalau ditingkat
lanjutan (pertama dan atas) masih mendingan. Mereka bisa memahami maksud dengan
tujuan gurunya itu. Maka tidak sedikit dari mereka yang memuji dengan sebutan
ibu cantik. Dan juga menjadi bahan olok-olokan.
Guru dan ustaz merupakan sosok yang di hormati.
Dia digugu dan ditiru oleh anak didik dan juga masyarakat. Apapun yang
dilakukan seorang guru merupakan teladan bagi siswanya. Sikapnya, cara bicara
serta bertindak dan berpakaian (penampilan) selalu dilihat oleh mereka. Hal ini
juga berlaku di luar satuan pendidikannya. Ketika guru bertindak, berbuat dan
berpakaian yang tidak baik atau sopan. Akan menjadi sorotan mereka. Mereka akan
beranggapan bahwa sosok guru seperti itu tidak patut untuk dijadikan teladan.
Setiap murid dimanapun dia bersekolah ingin mendapatkan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya. Mereka akan senang ketika guru itu mengajar dengan baik dan
cerdas. Menguasai ilmu yang diajarkannya. Semakin banyak dan luas ilmu
pengetahuan yang diajarkan atau dipaparkan guru dengan mengajukan fakta-fakta
ilmiah, maka murid akan senang dan bangga dengan gurunya. Apalagi kalau guru
itu berperangai dengan baik, bicaranya lemah lembut, tidak pemarah serta sabar
dalam mengajar dan mendidik mereka, maka guru itu akan menjadi teladan bagi
mereka. Mereka tidak memandang pakaian, penampilan dan perhiasan yang dipakai
gurunya itu.
Kadang ada yang beranggapan bahwa masalah pakaian merupakan hak pribadi
masing-masing. Apapun yang dipakai, dari jenis apapun pakaian itu merupakan
urusan pribadinya. Orang lain tidak perlu mencampuri dan mempermasalahkannya.
Begitu juga dengan penampilan, mereka cenderung cuek. Yang penting terlihat
baik dan cantik, walaupun agak berlebih-lebihan. Seharusnya mereka sadar bahwa
dalam agama disuruh untuk menutup aurat. Untuk itu, adakalanya guru menjadi seorang
ustaz. Dalam arti, guru bisa menjaga penampilan dan berpakaian serta menjaga etika dalam berhias, baik ketika mengajar maupun di luar sekolah. Dengan begitu, guru akan
menjadi teladan yang terbaik bagi anak didiknya dimanapun ia berada. Selain
ilmu pengetahuan yang didapat, guru juga memberikan nilai etika yang baik pada
muridnya. Murid akan segan dan hormat kepada guru dimanapun ia ketemu. Dan
diharapkan mereka bisa mencontoh dan meniru setiap kebaikan yang dilakukan oleh
gurunya dimanapaun ia berada. Semoga!
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 29 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar