MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 07 Desember 2019

Khusyuk

Khusyuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penuh penyerahan dan kebulatan hati; sunguh-sungguh; penuh kerendahan hati. Secara bahasa, kata khusyuk memiliki beberapa arti yang sama, Pertama, tunduk, pasrah, merendah atau diam, Kedua, rendah perlahan, biasanya digunakan untuk suara, dan Ketiga, diam, tak bergerak. Sedangkan menurut istilah adalah kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta kepasrahan dihadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati.
Khusyuk merupakan sebuah keharusan di dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt dan juga dalam kehidupan sehari-hari selama 24 jam. Khusyuk adalah ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Orang yang mampu khusyuk di dalam aktivitas kehidupannya akan merasakan kebahagiaan. Sebab, ibadah itu tidak melulu salat, dzikir, puasa, haji, zakat, sedekah dan sebagainya. Ibadah itu menyangkut semua yang dilakukan manusia selama 24 jam dalam se hari semalam. Mulai dari ia bangun tidur sampai tidur lagi. Ketika aktivitas itu diniatkan untuk Allah Swt maka ia akan bernilai sebagai ibadah. Segala usaha yang dijalankan sehari-hari untuk menghidupi dirinya dan keluarga merupakan ibadah. Apapun bentuk dari usaha itu, selama itu halal dan tidak melanggar syariat agama. Untuk itu, selama 24 jam hatinya harus khusyuk di dalam menjalankan aktivitas itu, agar semua yang dilakukannya mendapatkan nilai ibadah dan memberikan ketenangan serta kebahagiaan di dalam hidupnya. Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk merupakan salah satu dari ciri orang yang beriman. Allah menyatakan bahwa sebuah keberuntungan bagi orang-orang yang beriman yang mampu melaksanakan salat secara khusyuk.
Qs. Al Mu’minun (23): 1-2
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.”
Dalam ayat itu, Allah Swt sangat jelas menyatakan bahwa orang yang beriman itu harus khusyuk salatnya. Khusyuk merupakan sebuah keharusan di dalam mengerjakan salat. Sebab, salat yang tidak khusyuk berarti salatnya bisa tidak diterima oleh Allah Swt. Umat Islam disuruh untuk memelihara semua salatnya. Baik salat yang telah diwajibkan (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) se hari semalam, maupun salat-salat sunah. Memelihara salat itu dilakukan dengan melaksanakannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. selain itu, menjaga kualitas salat itu agar terap khusyuk hanya kepada Allah Swt.
Qs. Al Baqarah (2): 238
حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ ٢٣٨
Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.”
Di ayat lain Allah menyatakan bahwa untuk mencapai kekhusyukan itu merupakan sesuatu yang berat (sulit). Diperlukan kesabaran dan salat secara terus-menerus untuk mendapatkan khusyuk itu. Akan tetapi Allah Swt memberikan jalan mencapai kekhusyukan itu, yakni berupa keyakinan akan bertemu dengan-Nya. Salat merupakan ibadah yang sangat dekat dengan Allah Swt. Ketika seseorang salat, seolah-olah ia telah ‘bercakap-cakap’ dengan Allah. Ia merasa tidak ada batas antara dirinya dengan Allah. Ketika ia sujud di dalam salat itu, ia merasa rendah dan tidak memiliki apa-apa lagi. Ia menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Disitulah muncul keyakinan dalam dirinya bahwa ia telah ‘bersama’ dengan Allah. Hatinya menjadi khusyuk, hanya tertuju kepada-Nya.
Qs. (Al Baqarah (2): 45-46
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Di dalam dirinya, ia sangat yakin bahwa Allah Swt sangat dekat. Allah menyatakan Dia lebih dekat dari urat leher manusia. Allah mengetahui apapun ucapkan manusia, bahkan lebih dari itu, yaitu apapun yang dibisikkan oleh hati manusia itu. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat dirahasiakan oleh manusia itu di hadapan Allah Swt. Selama 24 jam dua orang malaikat selalu mengawasinya setiap hari tanpa henti. Catatan itu tidak akan pernah keliru apalagi salah. Catatan itu kelak akan di buka pada hari kiamat. Ketika manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sewaktu di dunia. Amal baik akan menghantarkannya memasuki surga, sedangkan amal buruk akan menghantarkannya ke neraka. Selain itu, leher juga merupakan simbol dari kematian. Artinya, kematian itu sangat dekat dengan diri manusia. Setiap saat bisa saja Allah mencabut nyawa seseorang. Karena itu, kedekatan Allah Swt dengan hambanya merupakan sesuatu yang mutlak. Manusia tidak akan bisa menghindarinya dimanapun ia berada.
Qs. Qaf (50): 16-19
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُۥۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ ١٦
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ ١٧
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
وَجَآءَتۡ سَكۡرَةُ ٱلۡمَوۡتِ بِٱلۡحَقِّۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنۡهُ تَحِيدُ ١٩
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Dalam (Qs. AL Baqarah (2): 46), disebutkan bahwa syarat untuk mencapai kekhusyukan di dalam menjalankan salat dan ibadah lainnya di dalam hidup ini adalah dengan meyakini bahwa kita akan berjumpa dengan-Nya dan kita juga akan kembali kepada-Nya. Dua hal ini merupakan sebuah syarat mutlak bagi siapapun yang menginginkan kekhusyukan di dalam menjalankan ibadah apapun yang dilakukannya. Setiap manusia harus bisa menyadari posisinya di dunia ini. Tidak ada manusia yang bisa hidup abadi selama di dunia. Semua manusia akan merasakan kematian dalam hidupnya. Kematian itu bisa datang kapan saja dan di mana saja manusia berada. Allah Swt menyatakan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Allah menyatakan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Qs. Ali ‘Imran (3): 185
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Di ayat lain juga disebutkan bahwa kematian itu pasti akan datang. Dimanapun ia berada, walaupun di dalam benteng yang tinggi dan sangat kokoh pun kematian itu pasti akan datang menghampirinya.
Qs. An Nisa (4): 78
أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا ٧٨
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?.”
Di ayat lain juga disebutkan bahwa manusia tidak akan bisa lari dari kematian. Sebab, kematian itulah nantinya yang akan datang sendiri menemuinya. Ia akan dikembalikan kepada Allah Swt. Sebab, segala sesuatu di duina ini berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya.
Qs. Al Jumu’ah (62): 8
قُلۡ إِنَّ ٱلۡمَوۡتَ ٱلَّذِي تَفِرُّونَ مِنۡهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمۡۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٨
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Manusia yang sadar bahwa dia akan mengalami kematian, dan kelak akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya sewaktu didunia, maka ketika beribadah dia akan merasakan kekhusyukan yang luar biasa. Selain itu, Allah Swt menyatakan kemanapun kita menghadap, maka kita akan ketemu dengan 'Wajah' Allah. Artinya, kekuasaan Allah meliputi seluruh alam, sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
Qs. Al Baqarah (2): 115
وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ١١٥
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ini berarti bahwa kehidupan kita di dunia ini selalu dalam pengawasan-Nya. Allah Swt selalu mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang luput dari pengawasan-Nya itu. Dimanapun kita berada, pasti akan ‘berjumpa’ dengan Allah Swt. Karena itu, Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk dalam beribadah itu salah satunya adalah meyakini bahwa dia akan berjumpa dengan-Nya. Perjumpaan dengan Allah Swt tersebut tidak harus menunggu kita mati dulu, atau sampai kiamat nanti. Baik di dunia dan di akhirat kelak kita harus berjumpa dengan Allah Swt. Alam dan isinya diciptakan untuk manusia. Semuanya itu merupakan tanda yang harus dibaca dan dipahami oleh manusia untuk bisa lebih dekat kepada-Nya. Perjumpaan dengan Allah Swt tersebut harus kita lakukan setiap saat selama 24 jam. Semua makhluk di dunia ini berada dalam genggaman-Nya. Tidak ada yang bisa keluar dari genggaman itu. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Allah Swt yang meliputi semuanya. Alam semesta ini dalam liputan-Nya. Makhluk apapun yang berada di alam semesta ini senantiasa berada dalam liputan-Nya. Allah sangat dekat dengan manusia. Tidak perlu berteriak atau menggunakan suara yang keras ketika memanggil-Nya. Gunakanlah suara yang lembut dan khusyuk ketika memohon apapun kepada-Nya. Allah Swt pasti akan mengabulkannya.
Qs. Al Baqarah (2): 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Agar jiwa kita selalu ‘merasa’ berjumpa dengan Allah Swt, maka jiwa kita harus selalu berzikir. Zikir merupakan proses untuk selalu ingat kepada-Nya. Dimanapun kita berada, dan bagaimanapun posisi kita, ketika jiwa sudah terbiasa zikir, maka hidupnya akan penuh kebaikan dan kebahagiaan, karena dia akan merasa selalu diawasi oleh Allah Swt.
Qs. Al Hadid (57): 16
۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ ١٦
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (khusyuk) mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Di dalam ayat itu, Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk itu dengan mengingat-Nya. Karena itu, orang yang selalu mengingat-Nya di dalam kesempatan apapun, maka hidupnya akan selalu khusyuk. Khusyuk itu kita dapatkan tidak harus melakukan salat. Sebab salat yang kita lakukan setiap hari, baik yang wajib maupun yang sunnah merupakan bagian dari aktivitas rutin yang kita kerjakan sehari-hari. Salat yang dikerjakan itu waktunya hanya sebentar. Kalau, khusyuk hanya diukur dengan menggunakan waktu salat saja, maka banyak waktu tersisa lainnya yang terbuang untuk ingat kepada Allah Swt. Sehingga wajar, kalau banyak orang yang mengerjakan salat, tapi kerjaannya masih korupsi, mencuri, sombong, iri dengki, bohong, caci maki, fitnah, riba, zhalim dan sebagainya. Allah Swt menyatakan bahwa salat mereka itu lalai. Artinya, mereka mengerjakan salat akan tetapi tidak khusyuk. Salatnya tidak ikhlas karena Allah. Justru ia riya (pamer). Dan mau minta penghargaan sebagai orang telah yang menunaikan salat.
Qs. Al Ma’un (107): 4-7
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦
orang-orang yang berbuat riya,
وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
Di ayat lain, Allah Swt juga menyatakan bahwa orang yang diberi ilmu pengetahuan apabila dibacakan ayat-ayat Al-qur’an, maka dia akan menyungkurkan wajahnya seraya bersujud kepada-Nya. Dalam sujudnya dia menangis sehingga bertambahlah kekhusyukannya.
Qs. (Al Isra (17): 107-109
قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ ١٠٧
Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولٗا ١٠٨
dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi."
وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعٗا۩ ١٠٩
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.”

Sujud, merupakan bentuk penghambaan manusia kepada-Nya. Dalam sujud, seseorang akan merasa sangat dekat dengan-Nya. Karena itu, berlama-lamalah ketika sujud, baik dalam salat maupun di luar itu. Al qur’an merupakan ‘Kalamullah’ yang diturunkan kepada kekaksih-Nya, Nabi Muhammad Saw. Kitab Suci itu merupakan Kitab induk sebagai pedoman hidup di dunia ini. Siapapun yang membaca dan memahami isinya, maka hidupnya akan penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan. Artinya, dalam hidupnya dia akan merasakan kekhusyukan yang tiada taranya. Semua itu harus bisa kita raih. Sebab, dengan meraih kekhusyukan itu, maka tujuan hidup di dunia dan akhirat kelak akan bisa kita dapatkan. Surga di dunia dan tentunya surga kelak di akhirat juga bisa kita raih tentunya. Semoga!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 6 Desember 2019

Tidak ada komentar:

Popular