Khusyuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah penuh penyerahan dan kebulatan hati; sunguh-sungguh; penuh kerendahan
hati. Secara bahasa, kata khusyuk memiliki beberapa arti yang sama, Pertama,
tunduk, pasrah, merendah atau diam, Kedua, rendah perlahan, biasanya
digunakan untuk suara, dan Ketiga, diam, tak bergerak. Sedangkan menurut
istilah adalah kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari
keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta
kepasrahan dihadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan
sikap tinggi hati.
Khusyuk merupakan sebuah keharusan di dalam
menjalankan ibadah kepada Allah Swt dan juga dalam kehidupan sehari-hari selama
24 jam. Khusyuk adalah ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Orang yang mampu
khusyuk di dalam aktivitas kehidupannya akan merasakan kebahagiaan. Sebab,
ibadah itu tidak melulu salat, dzikir, puasa, haji, zakat, sedekah dan
sebagainya. Ibadah itu menyangkut semua yang dilakukan manusia selama 24 jam
dalam se hari semalam. Mulai dari ia bangun tidur sampai tidur lagi. Ketika
aktivitas itu diniatkan untuk Allah Swt maka ia akan bernilai sebagai ibadah.
Segala usaha yang dijalankan sehari-hari untuk menghidupi dirinya dan keluarga
merupakan ibadah. Apapun bentuk dari usaha itu, selama itu halal dan tidak
melanggar syariat agama. Untuk itu, selama 24 jam hatinya harus khusyuk di
dalam menjalankan aktivitas itu, agar semua yang dilakukannya mendapatkan nilai
ibadah dan memberikan ketenangan serta kebahagiaan di dalam hidupnya. Allah Swt
menyatakan bahwa khusyuk merupakan salah satu dari ciri orang yang beriman.
Allah menyatakan bahwa sebuah keberuntungan bagi orang-orang yang beriman yang
mampu melaksanakan salat secara khusyuk.
Qs. Al Mu’minun (23): 1-2
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam
sembahyangnya.”
Dalam ayat itu, Allah Swt sangat jelas
menyatakan bahwa orang yang beriman itu harus khusyuk salatnya. Khusyuk
merupakan sebuah keharusan di dalam mengerjakan salat. Sebab, salat yang tidak
khusyuk berarti salatnya bisa tidak diterima oleh Allah Swt. Umat Islam disuruh
untuk memelihara semua salatnya. Baik salat yang telah diwajibkan (Subuh,
Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) se hari semalam, maupun salat-salat sunah.
Memelihara salat itu dilakukan dengan melaksanakannya sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. selain itu, menjaga kualitas salat itu agar terap khusyuk
hanya kepada Allah Swt.
Qs. Al Baqarah (2): 238
حَٰفِظُواْ عَلَى
ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ ٢٣٨
“Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.”
Di ayat lain Allah menyatakan bahwa untuk
mencapai kekhusyukan itu merupakan sesuatu yang berat (sulit). Diperlukan
kesabaran dan salat secara terus-menerus untuk mendapatkan khusyuk itu. Akan
tetapi Allah Swt memberikan jalan mencapai kekhusyukan itu, yakni berupa
keyakinan akan bertemu dengan-Nya. Salat merupakan ibadah yang sangat dekat
dengan Allah Swt. Ketika seseorang salat, seolah-olah ia telah ‘bercakap-cakap’
dengan Allah. Ia merasa tidak ada batas antara dirinya dengan Allah. Ketika ia
sujud di dalam salat itu, ia merasa rendah dan tidak memiliki apa-apa lagi. Ia
menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Disitulah muncul keyakinan
dalam dirinya bahwa ia telah ‘bersama’ dengan Allah. Hatinya menjadi khusyuk,
hanya tertuju kepada-Nya.
Qs. (Al Baqarah (2): 45-46
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ
وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk,
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ
وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa
mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Di dalam dirinya, ia sangat yakin bahwa Allah
Swt sangat dekat. Allah menyatakan Dia lebih dekat dari urat leher manusia.
Allah mengetahui apapun ucapkan manusia, bahkan lebih dari itu, yaitu apapun
yang dibisikkan oleh hati manusia itu. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang
dapat dirahasiakan oleh manusia itu di hadapan Allah Swt. Selama 24 jam dua
orang malaikat selalu mengawasinya setiap hari tanpa henti. Catatan itu tidak
akan pernah keliru apalagi salah. Catatan itu kelak akan di buka pada hari
kiamat. Ketika manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
sewaktu di dunia. Amal baik akan menghantarkannya memasuki surga, sedangkan
amal buruk akan menghantarkannya ke neraka. Selain itu, leher juga merupakan simbol
dari kematian. Artinya, kematian itu sangat dekat dengan diri manusia. Setiap
saat bisa saja Allah mencabut nyawa seseorang. Karena itu, kedekatan Allah Swt
dengan hambanya merupakan sesuatu yang mutlak. Manusia tidak akan bisa
menghindarinya dimanapun ia berada.
Qs. Qaf (50): 16-19
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ
بِهِۦ نَفۡسُهُۥۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ ١٦
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya
إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ
ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ ١٧
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri.
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ
١٨
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
وَجَآءَتۡ سَكۡرَةُ ٱلۡمَوۡتِ بِٱلۡحَقِّۖ ذَٰلِكَ مَا
كُنتَ مِنۡهُ تَحِيدُ ١٩
Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Dalam (Qs. AL Baqarah (2): 46),
disebutkan bahwa syarat untuk mencapai kekhusyukan di dalam menjalankan salat
dan ibadah lainnya di dalam hidup ini adalah dengan meyakini bahwa kita akan
berjumpa dengan-Nya dan kita juga akan kembali kepada-Nya. Dua hal ini
merupakan sebuah syarat mutlak bagi siapapun yang menginginkan kekhusyukan di
dalam menjalankan ibadah apapun yang dilakukannya. Setiap manusia harus bisa
menyadari posisinya di dunia ini. Tidak ada manusia yang bisa hidup abadi
selama di dunia. Semua manusia akan merasakan kematian dalam hidupnya. Kematian
itu bisa datang kapan saja dan di mana saja manusia berada. Allah Swt
menyatakan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Allah menyatakan
bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Qs. Ali ‘Imran (3): 185
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ
أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ
ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ
ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.”
Di ayat lain juga disebutkan bahwa kematian
itu pasti akan datang. Dimanapun ia berada, walaupun di dalam benteng yang
tinggi dan sangat kokoh pun kematian itu pasti akan datang menghampirinya.
Qs. An Nisa (4): 78
أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ
كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ
مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ
عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ
يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا ٧٨
“Di mana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:
"Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu
bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah."
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun?.”
Di ayat lain juga disebutkan bahwa manusia
tidak akan bisa lari dari kematian. Sebab, kematian itulah nantinya yang akan
datang sendiri menemuinya. Ia akan dikembalikan kepada Allah Swt. Sebab, segala
sesuatu di duina ini berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya.
Qs. Al Jumu’ah (62): 8
قُلۡ إِنَّ ٱلۡمَوۡتَ ٱلَّذِي تَفِرُّونَ مِنۡهُ فَإِنَّهُۥ
مُلَٰقِيكُمۡۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٨
“Katakanlah: “Sesungguhnya
kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.”
Manusia yang sadar bahwa dia akan mengalami
kematian, dan kelak akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan
semua perbuatannya sewaktu didunia, maka ketika beribadah dia akan merasakan kekhusyukan
yang luar biasa. Selain itu, Allah Swt menyatakan kemanapun kita menghadap,
maka kita akan ketemu dengan 'Wajah' Allah. Artinya, kekuasaan Allah meliputi seluruh alam, sebab
itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia
selalu berhadapan dengan Allah.
Qs. Al Baqarah (2): 115
وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا
تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ١١٥
“Dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah
wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ini berarti bahwa kehidupan kita di dunia ini
selalu dalam pengawasan-Nya. Allah Swt selalu mengawasi seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang luput dari pengawasan-Nya
itu. Dimanapun kita berada, pasti akan ‘berjumpa’ dengan Allah Swt. Karena itu,
Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk dalam beribadah itu salah satunya adalah
meyakini bahwa dia akan berjumpa dengan-Nya. Perjumpaan dengan Allah Swt tersebut
tidak harus menunggu kita mati dulu, atau sampai kiamat nanti. Baik di dunia
dan di akhirat kelak kita harus berjumpa dengan Allah Swt. Alam dan isinya
diciptakan untuk manusia. Semuanya itu merupakan tanda yang harus dibaca dan
dipahami oleh manusia untuk bisa lebih dekat kepada-Nya. Perjumpaan dengan
Allah Swt tersebut harus kita lakukan setiap saat selama 24 jam. Semua makhluk
di dunia ini berada dalam genggaman-Nya. Tidak ada yang bisa keluar dari
genggaman itu. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Allah Swt
yang meliputi semuanya. Alam semesta ini dalam liputan-Nya. Makhluk apapun yang
berada di alam semesta ini senantiasa berada dalam liputan-Nya. Allah sangat
dekat dengan manusia. Tidak perlu berteriak atau menggunakan suara yang keras
ketika memanggil-Nya. Gunakanlah suara yang lembut dan khusyuk ketika memohon
apapun kepada-Nya. Allah Swt pasti akan mengabulkannya.
Qs. Al Baqarah (2): 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ
أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ
بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”
Agar jiwa kita selalu ‘merasa’ berjumpa
dengan Allah Swt, maka jiwa kita harus selalu berzikir. Zikir merupakan proses
untuk selalu ingat kepada-Nya. Dimanapun kita berada, dan bagaimanapun posisi
kita, ketika jiwa sudah terbiasa zikir, maka hidupnya akan penuh kebaikan dan
kebahagiaan, karena dia akan merasa selalu diawasi oleh Allah Swt.
Qs. Al Hadid (57): 16
۞أَلَمۡ
يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا
نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن
قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ
فَٰسِقُونَ ١٦
“Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (khusyuk)
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Di dalam ayat itu, Allah Swt menyatakan bahwa
khusyuk itu dengan mengingat-Nya. Karena itu, orang yang selalu mengingat-Nya
di dalam kesempatan apapun, maka hidupnya akan selalu khusyuk. Khusyuk itu kita
dapatkan tidak harus melakukan salat. Sebab salat yang kita lakukan setiap
hari, baik yang wajib maupun yang sunnah merupakan bagian dari aktivitas rutin
yang kita kerjakan sehari-hari. Salat yang dikerjakan itu waktunya hanya
sebentar. Kalau, khusyuk hanya diukur dengan menggunakan waktu salat saja, maka
banyak waktu tersisa lainnya yang terbuang untuk ingat kepada Allah Swt.
Sehingga wajar, kalau banyak orang yang mengerjakan salat, tapi kerjaannya
masih korupsi, mencuri, sombong, iri dengki, bohong, caci maki, fitnah, riba,
zhalim dan sebagainya. Allah Swt menyatakan bahwa salat mereka itu lalai.
Artinya, mereka mengerjakan salat akan tetapi tidak khusyuk. Salatnya tidak ikhlas
karena Allah. Justru ia riya (pamer). Dan mau minta penghargaan sebagai orang
telah yang menunaikan salat.
Qs. Al Ma’un (107): 4-7
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥
(yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya,
ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦
orang-orang yang berbuat riya,
وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
Di ayat lain, Allah Swt
juga menyatakan bahwa orang yang diberi ilmu pengetahuan apabila dibacakan
ayat-ayat Al-qur’an, maka dia akan menyungkurkan wajahnya seraya bersujud
kepada-Nya. Dalam sujudnya dia menangis sehingga
bertambahlah kekhusyukannya.
Qs. (Al Isra (17): 107-109
قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ
ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ
يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ ١٠٧
“Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak
usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ
رَبِّنَا لَمَفۡعُولٗا ١٠٨
dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan
kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi."
وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ
خُشُوعٗا۩ ١٠٩
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyuk.”
Sujud, merupakan bentuk penghambaan manusia kepada-Nya. Dalam sujud,
seseorang akan merasa sangat dekat dengan-Nya. Karena itu, berlama-lamalah
ketika sujud, baik dalam salat maupun di luar itu. Al qur’an merupakan ‘Kalamullah’
yang diturunkan kepada kekaksih-Nya, Nabi Muhammad Saw. Kitab Suci itu
merupakan Kitab induk sebagai pedoman hidup di dunia ini. Siapapun yang membaca
dan memahami isinya, maka hidupnya akan penuh dengan kebahagiaan, kedamaian,
dan ketenangan. Artinya, dalam hidupnya dia akan merasakan kekhusyukan yang
tiada taranya. Semua itu harus bisa kita raih. Sebab, dengan meraih kekhusyukan
itu, maka tujuan hidup di dunia dan akhirat kelak akan bisa kita dapatkan.
Surga di dunia dan tentunya surga kelak di akhirat juga bisa kita raih
tentunya. Semoga!
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 6 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar