Jenuh adalah suasana jemu atau bosan. Ada yang
membedakan antara jenuh dengan bosan. Jenuh itu perasaan lelah ketika telah melakukan
suatu aktifitas secara terus-menerus. Sedangkan bosan itu perasaan ketika
melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, atau monoton. Jenuh bisa meliputi
perasaan jemu dan bosan. Setiap orang pernah mengalami dan merasakan kejenuhan
di dalam hidupnya. Apapun aktifitas yang dilakukannya, selama itu dikerjakan secara
rutin, maka suatu saat akan mengalami kejenuhan itu. Tidak hanya berkaitan
dengan pekerjaan atau aktifitas, makan dan minum pun bisa juga jenuh. Ketika
menu yang disuguhkan itu-itu saja tanpa ada perubahan. Dan juga karena terlalu
sering menyantap hidangan yang sama. Atau telah menyantap makanan yang lebih
lezat dan sebagainya. Bukan hanya makan dan minum. Dalam hubungan seksual pun
ada juga yang mengalami kejenuhan. Sehingga tidak jarang hubungan antara
suami-isteri jadi renggang dan bahkan terjadi perceraian. Padahal mereka telah
membina hubungan rumah tangga selama puluhan tahun.
Seorang petani merasa jenuh dan bosan dengan aktifitas
bertaninya. Apalagi kalau hasil pertaniannya mengalami kerugian dan tidak
mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Seorang pedagang juga jenuh dengan
aktivitas dagang setiap harinya. Apalagi kalau perdagangan yang dilakukannya
mengalami kerugian. Seorag guru ketika mengajar juga akan merasakan kejenuhan
dengan tugas rutinitas mengajarnya. Apalagi dari awal bertugas tidak pernah
pindah tempat dan mengajar sudah puluhan tahun. Seorang guru juga jenuh dengan
kondisi siswa/i yang diajarnya. Ketika ilmu yang diajarkan tidak bisa diterima
dengan baik oleh anak didiknya. Seorang pejabat (semua tingkatan) pun juga akan
merasakan kejenuhan, ketika kinerja bawahannya tidak sesuai dengan harapan.
Komunikasi antar jajaran pegawai dibawahnya tidak terjalin dengan baik.
Sehingga program yang ditargetkan tidak berjalan dengan semestinya. Bahkan
cenderung terbengkalai. Tidak hanya pejabat dan bawahan, sekelas presedin pun
juga akan merasakan kejenuhan. Ketika para Menteri dan pejabat yang setingkat
dan dibawahnya tidak dapat menjalankan program yang telah dicanangkan. Bahkan
seorang raja pun bisa juga jenuh. Ketika rakyatnya banyak yang kelaparan dan
sengsara dan sebagainya.
Kejenuhan yang di alami orang merupakan hal yang
lumrah. Ketika pekerjaan dilakukan secara terus-menerus dan tidak tergantikan
akan menimbulkan kejenuhan. Belum lagi tuntutan kerja yang terlalu tinggi
sehingga tidak bisa diselesaikan dengan baik. Seorang murid juga terkadang
jenuh dan bosan. Ketika guru yang mengajar tidak bisa menjelaskan pelajarannya
dengan baik. Metode mengajar yang monoton. Tidak bisa menguasai kelas dengan
baik, sehingga siswa menjadi mengantuk, dan tertidur. Apalagi ruangan belajar
yang panas, bau dan sumpek dan sebagainya. Begitu juga, jamaah di pengajian pun
tidak luput dari kejenuhan. Ketika sang ustaz atau kiyai yang memberikan pengajian
tidak dapat di pahami oleh mereka. Materi yang terlalu tinggi sehingga susah
dicerna. Atau cara penyampaian sang ustaz yang kurang menarik serta menggunakan
bahasa-bahasa yang tidak dipahami jamaah. Seorang anak pun bisa juga jenuh
dengan orang tuanya dirumah. Anak tidak bisa beraktifitas diluar karena
dilarang. Di rumah selalu disuruh-suruh mengerjakan tugas rumah tangga, seperti
mencuci pakaian, setrika, menyapu dan mengepel lantai dan sebagainya. Sehingga
waktu untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya tidak ada lagi.
Selain itu, pasangan kekasih yang lagi di mabuk asmara juga bisa merakasan
kejenuhan. Ketika salah satu pasangan tidak memahami keinginan kekasihnya.
Sikap mau menang sendiri dan cenderung tidak mau mengalah. Belum lagi pasangan
yang diharapkan bisa bersikap romantis ternyata tidak. Justru, setiap bertemu
menjadi tegang dan kaku. Dan sebagainya.
Seseorang yang suka membaca, olah raga, nonton
(Televisi/bioskop), rekreasi, traveling, bisa juga mengalami kejenuhan. Membaca
buku-buku novel yang terkenal dan menarik, atau buku-buku agama, sains dan
sebagainya bisa mengalami kejenuhan. Ketika tema dan isi dari buku itu sudah
diketahui dan tidak memberikan informasi yang baru. Olah raga rutin yang
melelahkan dan padat juga menyebabkan kejenuhan. Nonton televisi dan bioskop
yang menampilkan film atau sinetron yang kurang menarik dan alur cerita yang
rumit dan sulit dicerna juga menyebabkan kejenuhan. Rekreasi, traveling dan wisata
relegi pun bisa juga jenuh. Dan masih banyak kejenuhan-kejenuhan yang dialami
oleh setiap orang di dalam kehidupan ini.
Kejenuhan-kejenuhan yang dirasakan itu terkadang
membawa kepada masalah yang serius. Rasa jenuh itu terus menjadi kepikiran.
Sehingga menyebabkan mereka menjadi stress. Hal ini berdampak kepada diri
mereka sendiri, seperti susah tidur, berkurangnya nafsu makan, melamun,
mengkhayal, emosional meningkat (cepat tersinggung), berdiam diri dan cenderung
menyendiri. Gejala stress seperti itu kalau dibiarkan bisa meningkat menjadi
frustasi. Atau lebih parah dari itu bisa menjadi defresi dan gila. Itu merupakan
penyakit psikologis akibat dari kejenuhan yang kuat dan memuncak. Selain
berdampak kepada psikologi orang, juga berdampak kepada fisik. Penyakit fisik
yang muncul, diantaranya sakit kepala, maag, liver, jantung, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, kejenuhan yang di alami seseorang jangan dibiarkan menjadi
besar yang berdampak kepada fisik dan psikologis. Yang semua itu akan
menyebabkan dirinya menjadi sengsara dan celaka.
Kejenuhan yang di alami dalam hidup merupakan hal
biasa. Ketika itu menjadi beban masalah sehingga menjadi pemikiran yang intens.
Akhirnya hati menjadi gelisah dan tidak tenang. Kegelisahan yang dihadapi dan
dirasakan itulah yang menyebabkan rasa jenuh. Kegelisahan menimbulkan pikiran
menjadi kacau. Masalah yang kecil menjadi besar. Sehingga hidup menjadi tidak
tenteram dan tenang. Padahal, ketenangan itu merupakan kunci kebahagiaan
seseorang. Ketika hatinya tenang, maka rasa jenuh dan gelisah itu akan hilang.
Tapi, bagaimana agar ketenangan itu bisa didapat?. Bisa saja, setiap orang
berbeda-beda dalam mencari untuk mendapatkan rasa tenang itu dalam hidupnya.
Sebagai seorang yang beragama Islam, Allah Swt sudah jelas dan terang benderang
menyatakan bahwa :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ
قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ
ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَئَابٖ
٢٩
“Orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang
baik. (Qs. Ar Ra’d (13): 28-29).
Allah Swt juga menyatakan bahwa Dia-lah yang menurunkan ketenangan itu ke dalam
hati orang-orang yang beriman, supaya keimanan mereka menjadi bertambah. Sebab,
kepunyaan Allah sajalah apa yang ada di langit dan yang di bumi. Firman-Nya :
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي
قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ
جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا ٤
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan
ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al Fath (48): 4).
Untuk itu, Allah
Swt mengingatkan kepada hamba-Nya, untuk selalu mengingatnya setiap saat.
dimanapun dan dalam kondisi apapun hamba itu berada. Allah Swt menyatakan bahwa
pada waktu shalat merupakan waktu yang paling dekat dengan-Nya. Pada waktu
shalat akan terjalin komunikasi antara Allah dan hamba. Allah Swt menyatakan
bahwa mengingat-Nya pada waktu shalat merupakan keutamaan yang sangat besar.
Ketika shalatnya seperti itu, maka shalat yang dikerjakan benar-benar dalam
kekhusyukan. Shalat yang dikerjakannya itu kelak akan mampu mencegahnya dari
perbuatan yang keji dan munkar. Firman-Nya :
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ
ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ
وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا
تَصۡنَعُونَ ٤٥
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al ‘Ankabut
(29): 45).
Ya! Hanya dengan mengingat Allah sajalah
hati akan menjadi tenang. Ketenangan yang didapatkan merupakan suatu ketenangan
yang hakiki. ketenangan itu akan mengantarkannya kepada sikap rida. yakni
merasa puas dengan apapun yang didapat dan diterimanya. Dengan sikap rida itu
ia akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam kelompok yang dijanjikan oleh
Allah Swt memasuki surga-Nya. Firman-Nya :
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٢٧ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ
مَّرۡضِيَّةٗ ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي
عِبَٰدِي ٢٩ وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي ٣٠
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Qs. Al Fajr (89): 27-30).
Untuk itu, dimanapun dan
dalam kondisi apapun, ketika seseorang dalam hidupnya selalu ingat kepada-Nya,
maka rasa jenuh, bosan, dan sebagainya akan hilang. Setiap aktifitas dan
pekerjaan yang dijalankan hendaklah diniatkan dan ditujukan untuk mencari
rida-Nya. Apapun profesinya dan dimanapun dia berada, hendaklah berbuat ikhlas
dan rela terhadap apa yang didapat dan diraihnya. Rida merupakan sikap menerima
dengan puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah Swt kepada dirinya. Rida akan
tumbuh di dalam hati seseorang ketika ia benar-benar cinta kepada
penciptanya. Cinta kepada Allah akan
membuat hatinya menjadi tentram dan damai. Walaupun ia menderita secara fisik
dan menanggung beban hidup yang pedih, tidaklah membuat ia menjadi resah dan gelisah.
Orang yang memiliki sikap rida (rela) akan mampu melihat hikmah dan kebaikan di
balik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap
ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu melihat keagungan, kebesaran dan ke Maha Sempurnaan
Allah yang telah memberikan berbagai cobaan kepadanya sehingga ia tidak
mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan itu. Ketika itu sudah tertanam
di dalam hati dan jiwa seseorang, maka hidupnya tidak akan gelisah, sedih,
jenuh, bosan dan segala kesusahan di dalam hidupnya akan sirna. Hidupnya akan
tenang, damai dan tenteram. Sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan didapatnya,
dimanapun ia berada. Semoga!
#Mari
Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 2 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar