MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 02 Desember 2019

Jenuh

Jenuh adalah suasana jemu atau bosan. Ada yang membedakan antara jenuh dengan bosan. Jenuh itu perasaan lelah ketika telah melakukan suatu aktifitas secara terus-menerus. Sedangkan bosan itu perasaan ketika melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, atau monoton. Jenuh bisa meliputi perasaan jemu dan bosan. Setiap orang pernah mengalami dan merasakan kejenuhan di dalam hidupnya. Apapun aktifitas yang dilakukannya, selama itu dikerjakan secara rutin, maka suatu saat akan mengalami kejenuhan itu. Tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan atau aktifitas, makan dan minum pun bisa juga jenuh. Ketika menu yang disuguhkan itu-itu saja tanpa ada perubahan. Dan juga karena terlalu sering menyantap hidangan yang sama. Atau telah menyantap makanan yang lebih lezat dan sebagainya. Bukan hanya makan dan minum. Dalam hubungan seksual pun ada juga yang mengalami kejenuhan. Sehingga tidak jarang hubungan antara suami-isteri jadi renggang dan bahkan terjadi perceraian. Padahal mereka telah membina hubungan rumah tangga selama puluhan tahun.
Seorang petani merasa jenuh dan bosan dengan aktifitas bertaninya. Apalagi kalau hasil pertaniannya mengalami kerugian dan tidak mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Seorang pedagang juga jenuh dengan aktivitas dagang setiap harinya. Apalagi kalau perdagangan yang dilakukannya mengalami kerugian. Seorag guru ketika mengajar juga akan merasakan kejenuhan dengan tugas rutinitas mengajarnya. Apalagi dari awal bertugas tidak pernah pindah tempat dan mengajar sudah puluhan tahun. Seorang guru juga jenuh dengan kondisi siswa/i yang diajarnya. Ketika ilmu yang diajarkan tidak bisa diterima dengan baik oleh anak didiknya. Seorang pejabat (semua tingkatan) pun juga akan merasakan kejenuhan, ketika kinerja bawahannya tidak sesuai dengan harapan. Komunikasi antar jajaran pegawai dibawahnya tidak terjalin dengan baik. Sehingga program yang ditargetkan tidak berjalan dengan semestinya. Bahkan cenderung terbengkalai. Tidak hanya pejabat dan bawahan, sekelas presedin pun juga akan merasakan kejenuhan. Ketika para Menteri dan pejabat yang setingkat dan dibawahnya tidak dapat menjalankan program yang telah dicanangkan. Bahkan seorang raja pun bisa juga jenuh. Ketika rakyatnya banyak yang kelaparan dan sengsara dan sebagainya.
Kejenuhan yang di alami orang merupakan hal yang lumrah. Ketika pekerjaan dilakukan secara terus-menerus dan tidak tergantikan akan menimbulkan kejenuhan. Belum lagi tuntutan kerja yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa diselesaikan dengan baik. Seorang murid juga terkadang jenuh dan bosan. Ketika guru yang mengajar tidak bisa menjelaskan pelajarannya dengan baik. Metode mengajar yang monoton. Tidak bisa menguasai kelas dengan baik, sehingga siswa menjadi mengantuk, dan tertidur. Apalagi ruangan belajar yang panas, bau dan sumpek dan sebagainya. Begitu juga, jamaah di pengajian pun tidak luput dari kejenuhan. Ketika sang ustaz atau kiyai yang memberikan pengajian tidak dapat di pahami oleh mereka. Materi yang terlalu tinggi sehingga susah dicerna. Atau cara penyampaian sang ustaz yang kurang menarik serta menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami jamaah. Seorang anak pun bisa juga jenuh dengan orang tuanya dirumah. Anak tidak bisa beraktifitas diluar karena dilarang. Di rumah selalu disuruh-suruh mengerjakan tugas rumah tangga, seperti mencuci pakaian, setrika, menyapu dan mengepel lantai dan sebagainya. Sehingga waktu untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya tidak ada lagi. Selain itu, pasangan kekasih yang lagi di mabuk asmara juga bisa merakasan kejenuhan. Ketika salah satu pasangan tidak memahami keinginan kekasihnya. Sikap mau menang sendiri dan cenderung tidak mau mengalah. Belum lagi pasangan yang diharapkan bisa bersikap romantis ternyata tidak. Justru, setiap bertemu menjadi tegang dan kaku. Dan sebagainya.
Seseorang yang suka membaca, olah raga, nonton (Televisi/bioskop), rekreasi, traveling, bisa juga mengalami kejenuhan. Membaca buku-buku novel yang terkenal dan menarik, atau buku-buku agama, sains dan sebagainya bisa mengalami kejenuhan. Ketika tema dan isi dari buku itu sudah diketahui dan tidak memberikan informasi yang baru. Olah raga rutin yang melelahkan dan padat juga menyebabkan kejenuhan. Nonton televisi dan bioskop yang menampilkan film atau sinetron yang kurang menarik dan alur cerita yang rumit dan sulit dicerna juga menyebabkan  kejenuhan. Rekreasi, traveling dan wisata relegi pun bisa juga jenuh. Dan masih banyak kejenuhan-kejenuhan yang dialami oleh setiap orang di dalam kehidupan ini.
Kejenuhan-kejenuhan yang dirasakan itu terkadang membawa kepada masalah yang serius. Rasa jenuh itu terus menjadi kepikiran. Sehingga menyebabkan mereka menjadi stress. Hal ini berdampak kepada diri mereka sendiri, seperti susah tidur, berkurangnya nafsu makan, melamun, mengkhayal, emosional meningkat (cepat tersinggung), berdiam diri dan cenderung menyendiri. Gejala stress seperti itu kalau dibiarkan bisa meningkat menjadi frustasi. Atau lebih parah dari itu bisa menjadi defresi dan gila. Itu merupakan penyakit psikologis akibat dari kejenuhan yang kuat dan memuncak. Selain berdampak kepada psikologi orang, juga berdampak kepada fisik. Penyakit fisik yang muncul, diantaranya sakit kepala, maag, liver, jantung, dan sebagainya. Oleh sebab itu, kejenuhan yang di alami seseorang jangan dibiarkan menjadi besar yang berdampak kepada fisik dan psikologis. Yang semua itu akan menyebabkan dirinya menjadi sengsara dan celaka.
Kejenuhan yang di alami dalam hidup merupakan hal biasa. Ketika itu menjadi beban masalah sehingga menjadi pemikiran yang intens. Akhirnya hati menjadi gelisah dan tidak tenang. Kegelisahan yang dihadapi dan dirasakan itulah yang menyebabkan rasa jenuh. Kegelisahan menimbulkan pikiran menjadi kacau. Masalah yang kecil menjadi besar. Sehingga hidup menjadi tidak tenteram dan tenang. Padahal, ketenangan itu merupakan kunci kebahagiaan seseorang. Ketika hatinya tenang, maka rasa jenuh dan gelisah itu akan hilang. Tapi, bagaimana agar ketenangan itu bisa didapat?. Bisa saja, setiap orang berbeda-beda dalam mencari untuk mendapatkan rasa tenang itu dalam hidupnya. Sebagai seorang yang beragama Islam, Allah Swt sudah jelas dan terang benderang menyatakan bahwa :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ  ٢٨ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَئَابٖ  ٢٩   
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (Qs. Ar Ra’d (13): 28-29). 
Allah Swt juga menyatakan bahwa Dia-lah yang menurunkan ketenangan itu ke dalam hati orang-orang yang beriman, supaya keimanan mereka menjadi bertambah. Sebab, kepunyaan Allah sajalah apa yang ada di langit dan yang di bumi. Firman-Nya :
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا  ٤   
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al Fath (48): 4). 
Untuk itu, Allah Swt mengingatkan kepada hamba-Nya, untuk selalu mengingatnya setiap saat. dimanapun dan dalam kondisi apapun hamba itu berada. Allah Swt menyatakan bahwa pada waktu shalat merupakan waktu yang paling dekat dengan-Nya. Pada waktu shalat akan terjalin komunikasi antara Allah dan hamba. Allah Swt menyatakan bahwa mengingat-Nya pada waktu shalat merupakan keutamaan yang sangat besar. Ketika shalatnya seperti itu, maka shalat yang dikerjakan benar-benar dalam kekhusyukan. Shalat yang dikerjakannya itu kelak akan mampu mencegahnya dari perbuatan yang keji dan munkar. Firman-Nya :
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ  ٤٥   
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al ‘Ankabut (29): 45).
Ya! Hanya dengan mengingat Allah sajalah hati akan menjadi tenang. Ketenangan yang didapatkan merupakan suatu ketenangan yang hakiki. ketenangan itu akan mengantarkannya kepada sikap rida. yakni merasa puas dengan apapun yang didapat dan diterimanya. Dengan sikap rida itu ia akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam kelompok yang dijanjikan oleh Allah Swt memasuki surga-Nya. Firman-Nya :
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ  ٢٧ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ  ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي  ٢٩ وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي  ٣٠   
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Qs. Al Fajr (89): 27-30). 
Untuk itu, dimanapun dan dalam kondisi apapun, ketika seseorang dalam hidupnya selalu ingat kepada-Nya, maka rasa jenuh, bosan, dan sebagainya akan hilang. Setiap aktifitas dan pekerjaan yang dijalankan hendaklah diniatkan dan ditujukan untuk mencari rida-Nya. Apapun profesinya dan dimanapun dia berada, hendaklah berbuat ikhlas dan rela terhadap apa yang didapat dan diraihnya. Rida merupakan sikap menerima dengan puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah Swt kepada dirinya. Rida akan tumbuh di dalam hati seseorang ketika ia benar-benar cinta kepada penciptanya. Cinta kepada Allah akan membuat hatinya menjadi tentram dan damai. Walaupun ia menderita secara fisik dan menanggung beban hidup yang pedih, tidaklah membuat ia menjadi resah dan gelisah. Orang yang memiliki sikap rida (rela) akan mampu melihat hikmah dan kebaikan di balik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu melihat keagungan, kebesaran dan ke Maha Sempurnaan Allah yang telah memberikan berbagai cobaan kepadanya sehingga ia tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan itu. Ketika itu sudah tertanam di dalam hati dan jiwa seseorang, maka hidupnya tidak akan gelisah, sedih, jenuh, bosan dan segala kesusahan di dalam hidupnya akan sirna. Hidupnya akan tenang, damai dan tenteram. Sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan didapatnya, dimanapun ia berada. Semoga!

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 2 Desember 2019

Tidak ada komentar:

Popular