Kehinaan
berasal dari kata hina. Artinya adalah rendah kedudukannya (pangkatnya,
martabatnya). Hina bisa juga berarti keji, tercela atau tidak baik yang
berkaitan dengan perbuatan atau kelakuan. Dari kata hina itu, akan muncul
berbagai kata yang lainnya seperti berhina (merendahkan diri), menghina
(merendahkan atau memandang rendah/tidak penting), terhina (dihinakan atau
direndahkan), hinaan (cercaan atau nistaan), penghinaan (proses, cara, atau perbuatan menghinakan atau
menistakan), dan kehinaan (sifat yang hina, seperti rendah, buruk, aib, keji, dan
sebagainya). Dari pengertian itu, maka kehinaan merupakan sifat
hina seperti rendahnya harga diri, sifat buruk, aib, tercela, keji dan sebagainya
yang dimiliki oleh seseorang. Kehinaan merupakan sifat yang rendah
kedudukannya. Kehinaan itu bisa dalam keluarga, masyarakat, kelompok, suku,
bangsa dan negara. Rendahnya kedudukan itu bisa diakibatkan oleh status sosial
di masyarakat. Kehinaan bisa diakibatkan karena pangkat atau kedudukan dalam
strukturnya paling rendah. Zaman dulu ada istilah budak. Yang dalam setruktut
masyarakat merupakan orang yang rendah. Yang bisa disuruh-suruh (perintah),
bahkan bisa dipukul atau dimarahi kalau salah dalam melakukan pekerjaannya. Bisa
juga karena perbedaan Ras. Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan
berdasarkan ciri-ciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras berarti segolongan penduduk suatu
daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk
daerah lain. Manusia hidup di dunia
memiliki perbedaan satu sama lain yang terlihat dari warna kulit, bentuk
kepala, indeks muka, warna rambut, dan bentuk rambut. Bahkan ada dalam
ajaran agama tertentu yang membedakan tingkat derajat manusia itu kedalam
kasta. Kasta yang tinggi akan mendapat kemuliaan, sedangkan kasta yang rendah
akan mendapat perlakukan yang rendah pula.
Hinanya seseorang bisa akibat
dari hukuman
yang diberikan dan juga dari dampak sosial akibat
perbuatannya. Kehinaan akibat
perbuatan yang dilakukan merupakan sebuah hukuman. Hukuman yang diberikan bisa
dikucilkan dari masyarakat dan bisa juga 'dibuang' atau terusir dari daerahnya,
sehingga tidak bisa lagi tinggal (menetap). Kehinaan yang
didapatnya juga bisa diakibatkan oleh perkataan yang kotor, jorok dan dengan nada
merendahkan. Ketika harga dirinya direndahkan, apalagi sampai disamakan dengan
sesuatu yang hina, seperti binatang, maka itu adalah suatu kehinaan yang luar
biasa bagi manusia. Perkataan dengan nada menghina orang bisa juga
mengakibatkan kehinaan pada dirinya. Hinanya seseorang berakibat kepada
rendahnya derajatnya dimata orang lain. Artinya, kehinaan itu bukan hanya
karena status sosialnya yang rendah, akan tetapi bisa akibat dari sikap buruk
dan tercela (keji) yang dilakukannya. Semakin besar dan tinggi perbuatan buruk
dan tercela (keji) itu diperbuatnya, maka semakin besar pula tingkat
kehinaannya di mata orang lain. Perbuatan keji
menurut jumhur mufassir ialah perbuatan zina. Menurut pendapat lain, perbuatan keji ialah
segala perbuatan mesum seperti zina, homosek dan yang sejenisnya. Di dalam Al qur’an, Allah Swt menyatakan bahwa zina
itu adalah perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Firman-Nya “Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Qs.17:32). Allah Swt juga
menyatakan bahwa terlalu kikir dan terlalu pemurah merupakan perbuatan tercela.
Akibat perbuatan itu mereka akan menyesal nanti dikemudian hari. Firman-Nya “Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
(Qs.17:29). Allah Swt
menyatakan agar jangan mengikuti langkah setan. Sebab, setan itu senantiasa
menyuruh manusia untuk melakukan perbuatan keji dan munkar. Firman-Nya “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan.
Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu
menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya
tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs.24:21).
Selain itu,
perbuatan buruk yang dilakukan manusia adalah mengucapkan kata-kata buruk
kepada orang lain. Ucapan buruk itu sebagai mencela
orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan
seseorang, dan sebagainya. Allah Swt tiak
menyukai orang yang suka mengucapkan perkataan yang buruk itu. Hal ini telah di
nyatakan Allah Swt dalam firman-Nya “Allah
tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh
orang yang dianiaya. Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs.4:148). Allah Swt telah memberikan
perumpaan kalimat yang buruk itu seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, sehingga tidak dapat tegak (berdiri)
sedikitpun. Kalimat yang
buruk itu adalah kalimat kufur,
syirik, segala perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik. Akibatnya, ia tidak akan bisa hidup dengan baik dan
rukun di masyarakat. Orang akan enggan berteman dengannya, bahkan mereka bisa
menjauhinya. Firman-Nya “Dan perumpamaan
kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
(Qs.14:26).
Perbuatan buruk
dan tercela lainnya yang mendatangkan kehinaan pelakunya adalah merendahkan
orang lain. baik laki-laki merendahkan sekumpulan laki-laki lainnya. Ataupun,
perempuan yang merendahkan kumpulan perempuan lainnya. Padahal, Allah Swt telah
menyatakan bahwa belum tentu yang merendahkan itu lebih baik dari yang
direndahkannya. Sebab, kemulian itu akan diberikan Allah Swt bukan berdasarkan
derajat, pangkat, jabatan, kekayaan ataupun gelar status sossialnya. Kemulian
akan diberikan Allah Swt kepada hamba-Nya yang taat menjalankan perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Selain itu, Allah Swt juga melarang untuk mencela
diri sendiri. Artinya mencela antara sesama
mukmin karena
orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Sakit salah satu tubuh akan dirasakan seluruh tubuh itu. Allah Swt juga
melarang memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Memberi gelar yang
tidak baik kepada orang lain akan merendahkan orang itu. Setiap manusia sudah
punya nama masing-masing. Nama itu diberikan orang tua mereka. Hendaklah sebut
sesuai Namanya saja. tidak usah memberi gelar apapun kepada orang lain. Apalagi
gelar yang diberikan itu tidak disukainya seperti panggilan
kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan hai fasik, hai kafir dan
sebagainya. Tentunya, panggilan itu sungguh sangat menyakitkan
baginya. Orang yang memberikan gelar seperti itu termasuk perbuatan zalim.
Semua ini telah dijelaskan Allah Swt di dalam firman-Nya “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs.49:11).
Perbuatan buruk
lainnya yang bisa menghinakan pelakunya adalah bakhil. Yakni kikir atau pelit
dengan harta yang telah Allah berikan. Ia menyangka bahwa kebakhilan itu adalah
sesuatu yang baik, padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa bakhil itu adalah
termasuk perbuatan yang buruk. Kelak, harta yang dibakhilkannya itu akan
dikalungkan dilehernya pada hari kiamat. Tentunya, ia akan menanggung atau
memikul harta itu dengan sangat berat. Harta yang diberikan Allah itu sebagai
karunia (rezeki) baginya. Harta itu hanya titipan. Allah yang memberikannya.
Untuk itu harus digunakan untuk kepentingan atau manfaat bagi orang lain. Jangan
sampai harta itu dikikirkan dan digunakan untuk kejahatan. Ini sesuai dengan
firman-Nya “Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka,
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di
lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada)
di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs.3:180). Selain itu, perbuatan buruk lainnya
adalah bersegera
membuat dosa, yakni melakukan permusuhan dengan orang lain serta memakan
makanan yang haram. Ini sesuai dengan firman-Nya “Dan
kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera
membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa
yang mereka telah kerjakan itu.” (Qs.5:62). Perbuatan buruk dan keji lainnya yang dibenci
Allah adalah orang yang mengawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh
ayahnya. Wanita itu statusnya sebagai ibu tirinya. Allah Swt mengharamkan
seorang anak mengawini ibu tirinya yang telah dicampuri oleh ayahnya. Walaupun
wanita itu telah diceraikan atau ditinggal mati ayahnya. Ini sesuai dengan
firman-Nya “Dan janganlah
kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji
dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (Qs.4:22). Dari semua perbuatan buruk itu, Allah Swt
telah menyatakan bahwa tidak sama antara yang buruk itu dengan yang baik. Meskipun
yang buruk itu sangat menarik bagi kita. Manusia terkadang tertipu oleh kehidupan
dunia ini, sehingga tidak bisa membedakan mana yang buruk dan yang baik. Perbuatan
buruk yang dilakukannya akan mendatangkan kerugian baginya, baik di dunia dan
akhirat kelak. Begitu juga, dengan perbuatan baik (takwa) akan mendatangnya
keberuntungan di dunia dan juga diakhirat. Ini sesuai dengan firman-Nya “Katakanlah : “Tidak sama yang
buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka
bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan.” (Qs.5:100).
Dari pembahasan itu dapat diambil pelajaran bahwa kehinaan
akan didapatkan seseorang apabila dia berbuat jahat
(buruk). Allah Swt
menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat kejahatan akan mendapat balasan kejahatan
yang setimpal. Mereka akan di selubungi (ditutupi) kehinaan. Di
akhirat, tidak akan ada seorangpun yang akan melindunginya dari azab Allah Swt.
Muka mereka seolah-olah ditutupi dengan
kepingan-kepingan malam yang gelap dunia. Dan yang paling menakutkan, mereka
akan menjadi penghuni neraka dan kekal didalamnya. Hal ini dinyatakan dalam
firman-Nya “Dan
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan
mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi
mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi
dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs.10:27). Selain itu, kehinaan
juga akan ditimpakan kepada mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya. Kehinaan
yang diberikan Allah Swt itu tidak hanya di dunia, akan tetapi kehinaan juga
akan didapatnya di akhirat berupa azab yang besar. Mereka tidak akan menyadari
bahwa azab yang diberikan Allah Swt itu datangnya dari arah yang tidak mereka
sangka. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Orang-orang yang
sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka
azab dari arah yang tidak mereka sangka. Maka Allah merasakan kepada mereka
kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih
besar kalau mereka mengetahui.” (Qs.39:25-26). Di ayat lain juga disebutkan bahwa orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya termasuk orang-orang yang sangat hina “Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang
yang sangat hina.” (Qs.58:20). Di tambahkan lagi di ayat lain, Allah
Swt memastikan bahwa orang-orang yang menentang-Nya dan Rasul-Nya akan mendapat
kehinaan sebagaimana kehinaan yang di dapat oleh orang-orang sebelum mereka.
Dan orang-orang yang mengingkarinya juga akan
mendapat azab yang menghinakan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Sesungguhnya
orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan
sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata. Dan bagi orang-orang
kafir ada siksa yang menghinakan.” (Qs.58:5).
Allah Swt menyatakan bahwa orang yang menentang-Nya dan Rasul-Nya akan
mendapatkan siksa di akhirat kelak berupa Neraka Jahanam. Mereka akan
kekal didalamnya. Dan itulah kehinaan yang besar yang diberikan Allah Swt
kepada mereka. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Tidaklah
mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahanamlah baginya, kekal mereka
di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.” (Qs.9:63).
Orang yang mendapatkan kehinaan lainnya adalah mereka yang tidak
percaya (beriman) kepada ayat-ayat Allah. Mereka termasuk orang yang berbuat
dosa. Kelak mereka akan mendapatkan siksa yang keras disebabkan mereka selalu
membuat tipu daya sewaktu di dunia. Firman-Nya “Apabila
datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan
beriman sehingga diberikan kepada kami yang
serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah." Allah
lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang
berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras
disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.” (Qs.6:124). Allah Swt menyatakan bahwa kecelakaan besarlah
bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak dosanya. Mereka
mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, akan tetapi mereka justru
menyombongkan dirinya seakan-akan dia tidak mendengarnya. Dan apabila mereka
mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Allah itu, maka
dijadikannya sebagai bahan olok-olok.
Mereka tidak mau menerima sedikitpun kebenaran dari ayat-ayat itu. Padahal
sangat jelas, bahwa ayat yang dibacakan kepada mereka itu merupakan kebenaran
dari Allah Swt. Kelak, mereka itu akan menerima azab yang
pedih serta
menghinakan. Dihadapan mereka neraka jahanam, sehingga tidak
berguna (sia-sia) saja apa yang telah mereka kerjakan se waktu di dunia dulu.
Dan, tidak berguna juga sesembahan yang mereka lakukan selain Allah Swt.
Sesembahan mereka sewaktu di dunia tidak akan bisa menolong dari azab Allah di
akhirat. Kelak, mereka akan mendapatkan azab yang besar. Hal ini sesuai dengan
firman-Nya “Kecelakaan besarlah bagi
tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa,
dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan
diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia
dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang
ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang
memperoleh azab yang menghinakan. Di hadapan mereka neraka Jahanam dan tidak
akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak
pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari
selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar.” (Qs.45:7-10).
Selain menjadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan olok-olok. Mereka juga mempergunakan
percakapan kosong untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu
pengetahuan. Bahkan menjadikan jalan kebenaran yang diberikan Allah sebagai olok-olokkan.
Mereka kelak akan mendapatkan azab yang menghinakan. Firman-Nya “Dan di
antara manusia (ada) orang yang
mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.
Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (Qs.31:6).
Selain
itu, kehinaan juga akan diberikan kepada orang yang menghabiskan rezeki yang
baik untuk kehidupan duniamu dan bersenang-senang menikmatinya. Dan juga kamu
sombong dimuka bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan telah berbuat durhaka,
yakni tidak taat kepada Allah Swt. Dan juga telah berbuat fasik, yakni orang yang percaya kepada Allah Swt., tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya,
bahkan melakukan perbuatan dosa. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Dan
(ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka
dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan
duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini
kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri
di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (Qs.46:20).
Mereka juga membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan yang memadai, tanpa
petunjuk dan tanpa dalil (Wahyu) yang dapat menjelaskan antara yang benar (hak)
dan yang salah (batil). Mereka melakukan itu dengan memalingkan lambungnya,
yakni menyombongkan dirinya untuk bisa menyesatkan manusia dari jalan kebenaran
itu. Mereka itu akan mendapatkan kehinaan, baik di dunia mau diakhirat. Mereka
akan merasakan azab neraka yang akan membakar. Hal ini disebabkan oleh
perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan mereka dahulu. Hal ini sesuai
dengan firman-Nya “Dan di antara
manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan,
tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya, dengan memalingkan
lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di
dunia dan dihari kiamat Kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar.
(Akan dikatakan kepadanya): "Yang demikian itu, adalah disebabkan
perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah
sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.” (Qs.22:8-10).
Di dalam Al-qur’an, Allah Swt juga menyatakan
bahwa orang-orang
yang sombong tidak mau menyembah Allah akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan
hina dina. Ini dijelaskan dalam firman-Nya “Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Qs.40:60). Kehinaan itu akan
diterima oleh siapapun. Untuk itu, Allah Swt mengajarkan agar tidak mendapat
kehinaan, maka diantara syaratnya adalah selalu berpegang kepada tali agama
Allah dan tali perjanjian dengan manusia. Perjanjian
dengan manusia itu adalah perlindungan
yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan perlindungan yang diberikan oleh
pemerintah Islam atas mereka. Apabila mereka tidak berpegang kepada tali
agama dan tali perjanjian dengan manusia itu, maka mereka akan ditimpa
kehinaan, kerendahan dan kemurkaan dari Allah Swt. Ini dijelaskan dalam
firman-Nya “Mereka diliputi kehinaan di mana
saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan
tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari
Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi
tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.” (Qs.3:112). Allah Swt menyatakan
bahwa orang-orang
yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik berupa surga, mereka akan
kekal didalamnya. Selain itu, mereka juga akan mendapat tambahan lagi berupa kenikmatan
melihat Allah Swt kelak. Kemudian wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan
tidak pula dalam kehinaan, muka mereka akan berseri-seri dan tidak ada
sedikitpun tanda kesusahan diwajahnya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Bagi
orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.
Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka
itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
(Qs.10:26).
Begitu pula sebaliknya, mereka yang mengerjakan kejahatan, juga akan
mendapatkan balasan yang setimpal. Mereka akan ditutupi oleh kehinaan. Pada
waktu itu tidak ada yang bisa melindungi serta menyelamatkan dari azab Allah
Swt. Mereka seakan-akan mukanya ditutupi dengan
kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah kelak yang menjadi
penghuni neraka. Mereka akan kekal didalamnya. Hal ini telah difirmankan-Nya “Dan
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan
mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari
(azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam
yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
(Qs.10:27). Oleh karena itu, dijelaskan di ayat lain bahwa kelak pada hari kiamat nanti
setiap orang akan disibukkan dengan urusannya masing-masing. Pada hari itu ada
wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Dan pada hari itu juga,
ada wajah yang tertutup debu (suram), tertutup oleh kegelapan karena ditimpa
kehinaan dan kesusahan. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. Hal ini sesuai
firman-Nya “Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu
berseri-seri, tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu
tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir
lagi durhaka.” (Qs.80:37-42).
Kehinaan merupakan hukuman (azab) yang diberikan Allah Swt
kepada hamba-hamba-Nya yang berbuat buruk, keji dan tercela. Untuk menghilangkan
kehinaan itu, maka cepatlah berbuat baik sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, ia
akan meraih kemuliaan dihadapan manusia dan juga Allah Swt. Untuk itu, di dalam Al qur’an, secara panjang
lebar Allah Swt menyatakan beberapa syarat agar tidak mendapat kehinaan, baik
di dunia maupu diakhirat kelak. Dengan memperbuatnya,
justru kemuliaan yang akan didapatkan. Diantaranya, Pertama, rendah
hati (tawadhu). Tawaduk adalah merendahkan diri dan bersifat lembut
kepada orang-orang sekitar. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati
muncul dari pengetahuan tentang keagungan, kecintaan dan kebesaran Allah Swt.
Rendah hati juga muncul dari pengetahuan mengenai diri sendiri secara
menyeluruh, termasuk cacat dan dosa-dosa pribadi yang dimilikinya. Perpaduan
keduanya itu menimbulkan sikap rendah hati, sehingga ia tunduk, taat dan patuh
kepada Allah Swt serta berkasih sayang terhadap sesama. Adapun sikap rendah
diri muncul dari kebodohan seseorang atas perintah Allah dan hak-hak
pribadinya, serta perasaan tidak berdaya lagi hina. Orang yang seperti ini akan
selalu merasa rendah dan terpuruk dalam hidupnya. Sesungguhnya, Allah Swt
menyukai hamba yang rendah hati (tawadhu), dan membenci ham-Nya yang
rendah diri (mahanah). Kedua, shalat tahajud pada malam
hari semata-mata karena Allah Swt. Ketiga apabila membelanjakan
hartanya, maka mereka tidak berlebih-lebihan. Keempat, tidak
kikir (pelit). Membelanjakan harta yang baik itu adalah mengambil jalan tengah
antara berlebih-lebihan dan kikir. Artinya ketika membelanjakan hartanya tidak
terlalu berlebih-lebihan, yakni sesuai dengan kebutuhan dan tidak terlalu mewah
dan hemat. Serta perbanyak sedekah supaya menghilangkan sifat kikir terhadap
harta benda kita. Kelima, tidak berbuat syirik. Artinya tidak
menyekutukan Allah Swt dengan apapun selain Dia. Tidak ada sesembahan atau yang
di yakini kecuali, Allah Swt. Tauhid merupakan inti ajaran yang di bawa oleh
semua Nabi dan Rasul. Karena itu, apabila ada yang menyekutukan-Nya, maka ia
telah menyalahi ajaran itu. Keenam, tidak membunuh jiwa yang
telah diharamkan oleh Allah Swt. Jiwa (nyawa) merupakan pemberian dari Allah.
Ruh itu merupakan eksistensi (keberadaan) kehidupan dari Allah Swt. Ketika ruh
itu ditiupkan kepada manusia, maka ia akan hidup. Allah Swt yang menghidupkan
manusia, maka Allah juga yang akan mencabut ruh itu dari badannya. Karena itu,
manusia dilarang menghilangkan nyawa seseorang tanpa ada sebab yang
membolehkannya. Ketika ia membunuh, maka ia telah mendahului hak Allah itu. Ketujuh,
tidak melakukan perbuatan zina. Sebab, perbuatan zina merupakan
perbuatan keji yang akan mendatangkan malapetaka bagi pelakunya maupun
orang-orang disekitarnya. Zina akan mendatangkan penyakit yang sangat menular.
Penyakit itu akan susah di cari obatnya. Penyakit itu bisa datang kepada pelaku
itu sendiri maupun masyarakat disekitarnya berupa wabah penyakit yang tidak
terduga. Selain itu, perbuatan zina juga akan menyebabkan kerusakan moral.
Tidak sedikit, akibat berebut teman zina, maka akan terjadi perkelahian, penganiayaan,
dan bahkan sampai kepada pembunuhan.
Kedelapan, Tobat,
beriman dan mengerjakan amal saleh. Yakni kembalinya seorang hamba kepada Allah
dan menjauhkan diri dari jalan orang-orang yang dimurkai oleh Allah serta jalan
orang-orang yang sesat. Tobat merupakan jalan untuk memperbaiki diri dari
kesalahan yang telah dilakukan. Ketika ia berbuat salah dan buruk, maka
keimanannya telah hilang. Ketika ia tobat, maka imannya telah kembali. Dengan
tobat, maka ia menyesali perbuatan salah atau buruk yang dilakukannya dan
berjanji untuk tidak melakukannya lagi serta mengisi kehidupannya dengan
perbuatan baik (amal shaleh). kesembilan, tidak memberikan
kesaksian palsu. Saksi merupakan salah satu kunci untuk memberikan sebuah
keadilan dalam hukum. Kesaksian yang benar akan memberikan keyakinan kepada
hakim untuk memutus sebuah perkara dengan benar dan adil. Begitu sebaliknya,
ketika saksi memberikan keterangan yang salah apalagi palsu. Maka akan
menyebabkan kesalahan dalam memberikan keputusan. Akibat kesaksian palsu, orang
yang bersalah bisa benar dan yang benar bisa salah. Keadilan akan hilang.
Justru kejahatan akan Berjaya. Untuk itu, kesaksian palsu merupakan perbuatan
yang buruk serta hina. Kesepuluh, bersabar. Sabar adalah
suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya
tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah bagaimanapun tantangan, kesulitan
dan besarnya musibah yang dihadapinya. Pantang mundur dan tak kenal menyerah.
Sikap sabar ini dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan kehendak dari Allah Swt. Semua syarat untuk mencapai kemuliaan itu
dari pertama sampai yang kesepuluh dapat di baca di dalam firman-Nya, yaitu “Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang
yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya
Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah
kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya jahanam itu seburuk-buruk
tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang
yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya
dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan
dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab
itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman
dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dan
orang-orang yang bertobat
dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat
yang sebenar-benarnya. Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang
yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah
menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta. Dan orang orang
yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan
martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka
disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di
dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.
Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu,
melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya),
padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti
(menimpamu).” (Qs.25:63-77).
Karena itu, jadilah orang yang selalu berbuat baik dan menjalankan
perintah dan larangan Allah Swt, sehingga kita tidak mendapatkan kehinaan itu,
justru kemulianlah yang akan di dapat. Kepada mereka,
Allah
Swt akan memberikan sambutan dengan penghormatan dan ucapan selamat kepadanya. Mereka
akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Mereka kekal didalamnya.
Dan surga itu merupakan sebaik-baik tempat untuk menetap dan tempat kediaman. Itulah
balasan dari Allah Swt yang telah mendapatkan kemulian. Untuk itu, berusahalah menjadi
orang yang mulia dengan meninggalkan perbuatan yang menyebabkan kehinaan itu. Kemudian mengisi kehidupan ini dengan
perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan perintah-Nya. Semoga!!!
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 7 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar