MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Selasa, 27 Agustus 2019

Semangat Menegakkan Kebenaran (Memperingati Tahun Baru Islam 1441 H)

Pada tanggal 1 September 2019 ini bertepatan dengan 1 Muharram 1441 H. Setiap awal Muharram selalu diperingati sebagai Tahun Baru dalam agama Islam. Yang disebut sebagai Tahun Baru Hijriah. Hal ini merujuk kepada keputusan Khalifah Umar bin Khattab yang menjadikan hijrah Nabi Saw sebagai permulaan perhitungan kalender dalam Islam. Tidak seperti perhitungan kalender Miladi (Masehi), yang menjadikan kelahiran Nabi Isa al Masih sebagai perhitungan awalnya. Khalifah Umar justru memilihi peristiwa hijrah itu sebagai perhitungan awal kalender Islam. Walaupun banyak usulan yang menghendaki agar perhitungan itu bukan pada peristiwa hijrah. Ada yang mengusulkan saat kelahiran Nabi Saw, ada juga yang mengusulkan ketika wafatnya. Ada juga yang mengusulkan pada saat peristiwa isra mi’raj dan sebagainya. Tetapi Umar tidak menerima ide-ide itu. Beliau menerima salah satu ide yang muncul, yaitu ide penghitungan kalender Islam itu dari peristiwa hijrah Nabi Saw. Sebab, dalam pandangan Umar, hijrah adalah peristiwa yang membalikkan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakkan kebenaran. Bila di Makkah, selama 13 tahun, Beliau berhasil menanamkan iman kepada Allah dan mendidik akhlak pribadi-pribadi para Sahabat yang jumlahnya tidak terlalu besar, maka setelah Hijrah, di Madinah, langkah perjuangan Rasulullah Saw meningkat, yaitu membentuk masyarakat berperadaban. Karena itu nama kota tempat Beliau berhijrah, asal mula bernama Yastrib, Beliau ubah menjadi Madinah, yang maknanya ialah “kota” dalam pengertian “tempat peradaban”, hidup beradab, berkesopanan, dan teratur dengan hukum-hukum yang ditaati oleh semua warga”. Nama lengkapnya adalah Madinat al-Rasul atau Madinat al-Nabi yang berarti Kota Rasul atau Kota Nabi.

Dari sudut tinjauan historis, peristiwa hijrah ini merupakan puncak dari rentetan berbagai peristiwa yang panjang, sepanjang masa perjuangan yang dilakukan Nabi Saw menegakkan kebenaran di Makkah. Telah lewat lebih dari sepuluh tahun Nabi berjuang menegakkan kebenaran di Makkah, namun hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Nabi mengalami banyak kesulitan karena kematian istri beliau, Khadijah, yang selama ini mendukung dan memberanikan beliau dengan amat setia. Setelah itu wafat pula paman beliau, Abu Thalib. Paman beliau dengan penuh ketulusan dan tanggung jawab melindungi Nabi dari serangan orang-orang kafir Makkah. Karena wibawanya itu, perlindungan itu sangat efektif, dan untuk selama ini Nabi merasa aman, dengan gangguan yang tidak begitu berarti. Kematian Khadijah dan Abu Thalib itu membuat tahun kesepuluh dari kenabian menjadi tahun yang amat sulit bagi Nabi. Maka tahun itu disebut sebagai tahun kesedihan (‘am al-huzn). Setelah peristiwa itu, maka terbuka lebar jalan bagi kalangan kafir Makkah untuk menyiksa Nabi dan menghalangi tugas suci beliau. Karena merasakan kerasnya perlawanan kaum Quraisy Makkah, Nabi Saw mencoba menyampaikan seruan suci ke kota Tha’if. Tetapi, sama dengan di Makkah, Nabi menjumpai penolakan dan perlawanan keras dari penduduk Tha’if. Dan atas hasutan tokoh mereka, penduduk Tha’if beramai-ramai menghalau Nabi sambil melemparinya dengan batu.

Nabi kembali ke Makkah dengan perasaan tidak menentu tentang nasib beliau berhadapan dengan kaum Quraisy. Beliau kini tidak lagi memiliki tokoh pelindung dan pembela. Setelah itu, Nabi kembali meneruskan perjuangannya menyampaikan seruan suci Islam kepada suku-suku sekitar Makkah dan di Arabia, seperti suku-suku atau klan-klan Bani Maharab, Farazah, Ghassan, Marrah, Hanifah, Suldim, Abs, Kindah, Harits, Kalb, Azrah, Hadzramah, dan lain-lain. Namun semua itu berlalu tanpa hasil yang memadai. Justru, tekanan, siksaan dan ancaman pembunuhan semakin meningkat. Pada waktu itulah muncul tawaran dari penduduk Yatsrib (Sebelum dirubah menjadi Madinah) untuk hijrah (pindah) ke kota itu. Mereka akan menjamin keselamatan Nabi Saw dan pengikutnya. Mereka juga bersedia untuk berbaiat memeluk agama Islam dan membantu perjuangan Nabi Saw. Peristiwa hijrah Nabi Saw inilah yang menjadi tonggak keberhasilan perjuangan Beliau menegakkan agama Islam.

Peristiwa hijrah, merupakan fenomena kegiatan fisik yang dilakukan Rasulullah, yaitu kepindahan dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Tetapi di balik fenomena fisik itulah, terkandung fenomena yang tidak fisik. Melainkan fenomena spiritual dan kejiwaan, yaitu tekad yang tidak mengenal kalah dalam perjuangan menegakkan kebenaran. Maka dalam semangatnya yang spiritual ini, berhijrah ialah bertekad meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan untuk berkorban dan menderita, karena keyakinan kemenangan terakhir akan dianugerahkan Allah Swt kepada pejuang kebenaran itu. Tetapi, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Saw sendiri, semua itu harus dilakukan dengan perhitungan, dengan membuat siasat, taktik dan strategi. Dengan begitu jaminan akan berhasil menjadi lebih besar, karena adanya gabungan serasi antara dorogan iman yang bersemangat dan bimbingan ilmu pengetahuan yang tepat. Hal ini sesuai firman-Nya “…Allah akan mengangkat mereka yang beriman di antara kamu dan yang dianugerahi ilmu pengetahuan ke berbagai tingkat yang lebih tinggi” (Qs.58:11).  

Untuk itu, momentum pergantian tahun baru Islam tahun ini bisa memberi semangat untuk berjuang menegakkan kebenaran tanpa pamrih kepada masyarakat dan bangsa. Dalam menegakkan kebenaran harus disertai dengan keikhlasan total hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pertolongan. (Lihat Qs.47:7). Momentum hijrah merupakan semangat untuk mempersatukan bangsa dari disintegrasi yang akan merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan RAS, suku, bahasa dan agama tidak menghalangi kita untuk Bersatu. Peristiwa rasis yang melibatkan orang Papua baru-baru ini merupakan pelajaran yang berharga kedepannya. Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang akan dilantik pada bulan Oktober nanti bisa memberikan keamanan, kenyamanan dan kedamaian di negeri ini. Semangat persatuan yang ditunjukkan kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah hendaknya direnungkan dan diaplikasikan di masa-masa sekarang dan masa yang akan datang, terutama bagi bangsa kita yang saat ini mulai rapuh nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini dapat kita lihat, semakin seringnya pertikaian antar suku, perbedaan pendapat yang berakibat kerusuhan dan pengrusakan sarana-sarana pemerintah, rumah, toko, bahkan terkadang tempat ibadah, dan lain sebagainya.

Dengan merenungkan semangat hijrah, maka perjuangan meningkatkan harkat dan martabat bangsa dalam segala bidang dapat dilaksanakan. Nilai-nilai dan semangat seperti inilah yang seharusnya direnungkan pada setiap kali memperingati Tahun Baru Hijrah. Dengan demikian setiap kali kita memasuki tahun baru hijrah timbul semangat baru dalam diri kita masing-masing untuk terus berjuang di jalan Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Mudah-mudahan hal ini dapat kita lakukan untuk dapat memperbaiki bangsa ini agar bisa menjadi bangsa yang bermartabat baik di mata rakyatnya maupun di mata dunia internasional. Semoga!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 27 Agustus 2019

Kamis, 22 Agustus 2019

Sepakat Dalam Perbedaan (Kasus Video Ustaz Abdul Somad tentang Salib)

Beberapa hari ini, ada berita yang cukup menghebohkan. Ustazh Abdul Somad (UAS) dilaporkan ke Bariskrem Polri oleh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) atas dugaan penistaan agama. Laporan tersebut terkait dengan video ceramah UAS yang viral di media sosial dalam sepekan terakhir. Dalam video itu UAS menyatakan bahwa "Saya selalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk, karena di salib itu ada Jin kafir. Dari mana masuknya Jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri atau ke kanan? Itu ada Jin di dalamnya," Akibat pernyataan itu UAS dinyatakan telah menghina simbol agama yakni salib. Ketua Umum PP GMKI, Korneles Galanjinjinay menyatakan bahwa UAS telah membuat kegaduhan dimasyarakat dengan pernyataan itu. Ia menyatakan bahwa laporan ke polisi itu sebagai bentuk perjuangan pihaknya demi kepentingan bangsa dan negara, dan juga demi ketenangan dan ketertiban masyarakat, bukan membela agama tertentu. Jajaran GMKI membawa berkas, flashdisk berisi tayangan ceramah UAS dan kronologis kejadiannya ke Bareskrim Polri. Ketua GMKI juga menyatakan bahwa Penghinaan simbol agama dasarnya telah diatur secara konstitusional. Mahkamah Konstitusi juga sudah memutuskan untuk menghargai dan menghormati setiap agama masing.

Berkaitan dengan laporan itu, UAS sebenarnya telah memberikan klarifikasi terkait dengan viralnya video itu. Pertama, ia menyatakan itu sebagai bentuk jawaban pertanyaan dari Jemaah pengajian. Tujuannya bukan untuk merusak hubungan antar-beragama. Kedua, video itu hasil rekaman dari pengajian di dalam masjid tertutup. Bukan di stadion, bukan di lapangan sepak bola, bukan di TV, dan untuk interen umat Islam. UAS bermaksud untuk menjelaskan pertanyaan tentang patung dan tentang kedudukan Nabi Isa untuk orang Islam dalam Al Quran dan sunnah Nabi Saw. Ketiga, pengajian itu telah berlangsung lebih dari tiga tahun yang lalu. Pengajian itu sudah lama di Kajian Subuh Sabtu di masjid An-Nur Pekanbaru. UAS secara rutin mengadakan pengajian di sana. Satu jam pengajian diteruskan dengan tanya jawab. Artinya, pengajian itu memang sudah biasa dilakukan dan jemaahnya pun khusus kalangan umat Islam di daerah Pekanbaru. Dan juga sudah menjadi trademark dari UAS yang selalu menvideokan setiap aktifitas dakwahnya, sehingga menjadi viral di youtube dan media sosial. Mungkin inilah yang menyebabkan munculnya laporan penistaan agama tersebut. Video UAS yang beredar di media sosial itu sudah tidak utuh lagi dan mengalami pemotongan. Sehingga seolah-olah UAS telah menyatakan bahwa “disalib” itu ada jin kafir.

Sebenarnya, kita sangat menyayangkan adanya laporan ini ke Bareskrim Polri. Sebab, hal ini merupakan bagian dari intern umat beragama. Salah satu prinsip hubungan antar-agama adalah tidak saling lapor “menista agama”. Semua agamanya hendaknya bersepakat dalam perbedaan. Kristen dan Islam (bersama Yahudi yang dalam dunia akademis disebut sebagai agama-agama serumpun, mengacu kepada Nabi Ibrahim). Kedua agama (Islam-Kristen) banyak membahas hal-hal yang sama namun juga berbeda dalam meyakininya. Dalam ajaran Islam (Al Qur’an dan Sunnah) banyak membahas tentang Injil, Yesus (Isa Al-Masih), serta Salib. Contohnya, dalam ajaran Kristen menyatakan bahwa Yesus itu adalah Putra Allah. Mereka menganggap Yesus adalah Tuhan Allah. Sementara dalam ajaran Islam, Yesus (Isa) adalah seorang Nabi dan Rasul. Isa bukanlah anak Tuhan dan juga bukan Tuhan itu sendiri (Lihat Qs.4:171). Bahkan Allah Swt menyatakan kafir bagi mereka yang meyakini bahwa Isa Putra Maryam sebagai Tuhan (lihat Qs.5:72). Selain itu, dalam Kristen mengajarkan bahwa Yesus mati karena penyaliban. Sedangkan Islam mengajarkan bahwa Yesus (Isa) tidak meninggal karena penyaliban. Allah Swt menyatakan bahwa mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa (Qs.4:157). Umat Islam meyakini bahwa sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya secara jasmani ke surga (Qs.4:158).

Untuk itu kalau ada seorang ustaz atau kiyai berceramah menyampaikan bahwa Yesus (Isa) itu bukanlah anak Tuhan dan juga bukan Tuhan. Dan menyatakan bahwa Yesus itu hanya seorang Nabi dan Rasul seperti Nabi-nabi terdahulu. Apakah ustaz itu termasuk orang yang menistakan agama?. Karena menurut keyakinan Kristen bahwa Yesus itu Putra Allah. Jika pihak Kristen tidak mengakui perbedaan keyakinan ini, maka itu bisa dipandang bahwa ustaz atau kiyai itu telah menista agama. Karena ustaz atau kiyai itu tidak mengakui keilahian Yesus, karena telah menurunkan derajat keilahian Yesus menjadi hanya sekadar manusia dan seorang Nabi. Begitu juga sebaliknya, ketika ada seorang pendeta yang ceramah dikalangan jemaatnya dengan menyatakan bahwa Yesus mati di tiang salib. Apakah umat Islam juga harus melaporkan sang pendeta itu ke polisi dengan alasan telah menyebarkan ajaran ‘sesat’?. Karena menurut Islam, Yesus (Isa) tidak mati di tiang salib. Jika umat Islam tidak mau menerima dan mengakui perbedaan ajaran Kristen tentang kematian Yesus (Isa) itu, maka pendeta yang ceramah dikalangan jemaatnya juga dianggap menyebarkan ajaran ‘sesat’ dan telah menistakan keyakinan umat Islam. Tentu hal ini akan berdampak saling lapor-melaporkan. Karena keyakinan dua agama yang berbeda. Perbedaan ini tidak akan pernah berujung, karena keduanya berdasarkan kepada Kitab Suci masing-masing. Yang dipercaya sebagai ‘Kalam’ Tuhan di muka bumi ini. Masing-masing akan mengklaim sebagai sebuah kebenaran. Jika hal ini dibenturkan secara terus-menerus akan menyebabkan pertikaian bahkan mungkin lebih besar lagi, yaitu ‘perang’ antar agama. Na’udzubillah.

Berkaitan dengan video viral UAS tentang Jin di patung dan salib. Itu sangat jelas berpatokan pada ajaran Islam yang menyatakan bahwa patung itu memang dihuni oleh jin. Dalam Musnad Ahmad hadits nomor 20282 diceritakan bahwa Ubay bin Ka’ab berkata, "Pada setiap patung ada Jin wanita". Dalam hadits kesembilan belas kitab Al-Mawaidh Al-Ushfuriyah, Imam Muhammad Bin Abu Bakar menuliskan sebuah kisah tentang sembahan kafir quraisy yang dirasuki setan dan jin muslim. Berhala ini diberi nama Habila/Hubal. Saat itulah jin kafir yang bernama Musfir masuk ke dalam berhala Hubal dan berkata, "Muhammad bukanlah Nabi, jangan kau benarkan perkataannya! Ibnu Mas'ud bertanya kepada Nabi Saw, "Wahai Rasulullah, apa yang dikatakan berhala tersebut?" Jawab Rasulullah: "Tenanglah Abdullah, sesungguhnya itu setan". Jadi, ada keyakinan dalam Islam bahwa “patung yang menjadi sesembahan atau berhala” dapat dimasuki atau dihuni oleh jin kafir. Yang menjadi permasalahannya, umat Kristiani meyakini bahwa Patung Salib tidak dapat dimasuki maupun dihuni oleh jin kafir. Sehingga terjadi perbedaan keyakinan antara ajaran Islam yang diyakini UAS dan sebagian umat Kristen. Jika kita mengakui dan menerima itu sebagai perbedaan keyakinan, sebagaimana kita banyak berbeda tentang Yesus (Isa), maka tidak perlu ada saling tuduh menista agama. Kita terima itu sebagai perbedaan dan menghormatinya. Kita umat Islam hormati umat Kristen yang meyakini Yesus adalah putra Allah dan sekaligus Tuhan, Yesus mati disalib, dan bahwa patung salib tidak dimasuki/dihuni jin kafir.

Disi sisi lain, umat Kristen juga bisa menghormati umat Islam yang meyakini Yesus adalah bukan Putra Allah dan sekaligus bukan Tuhan, Yesus tidak mati disalib, dan bahwa salib (sebagai patung) bisa dimasuki/dihuni jin kafir. Untuk itu, masing-masing agama bisa untuk menghargai perbedaan ini. Janganlah saling memaksa untuk meyakini salah satu keyakinan itu. Al quran mengajarkan Lakum dinukum walia din (Bagimu agamamu, bagiku agamaku). Berhentilah untuk saling melaporkan. Marilah kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain agar tercipta kedamaian dan keamanan dalam beragama di muka bumi ini. Semoga!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 22 Agustus 2019

Rabu, 07 Agustus 2019

Kehinaan

Kehinaan berasal dari kata hina. Artinya adalah rendah kedudukannya (pangkatnya, martabatnya). Hina bisa juga berarti keji, tercela atau tidak baik yang berkaitan dengan perbuatan atau kelakuan. Dari kata hina itu, akan muncul berbagai kata yang lainnya seperti berhina (merendahkan diri), menghina (merendahkan atau memandang rendah/tidak penting), terhina (dihinakan atau direndahkan), hinaan (cercaan atau nistaan), penghinaan (proses, cara, atau perbuatan menghinakan atau menistakan), dan kehinaan (sifat yang hina, seperti rendah, buruk, aib, keji, dan sebagainya). Dari pengertian itu, maka kehinaan merupakan sifat hina seperti rendahnya harga diri, sifat buruk, aib, tercela, keji dan sebagainya yang dimiliki oleh seseorang. Kehinaan merupakan sifat yang rendah kedudukannya. Kehinaan itu bisa dalam keluarga, masyarakat, kelompok, suku, bangsa dan negara. Rendahnya kedudukan itu bisa diakibatkan oleh status sosial di masyarakat. Kehinaan bisa diakibatkan karena pangkat atau kedudukan dalam strukturnya paling rendah. Zaman dulu ada istilah budak. Yang dalam setruktut masyarakat merupakan orang yang rendah. Yang bisa disuruh-suruh (perintah), bahkan bisa dipukul atau dimarahi kalau salah dalam melakukan pekerjaannya. Bisa juga karena perbedaan Ras. Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan ciri-ciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras berarti segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain. Manusia hidup di dunia memiliki perbedaan satu sama lain yang terlihat dari warna kulit, bentuk kepala, indeks muka, warna rambut, dan bentuk rambut. Bahkan ada dalam ajaran agama tertentu yang membedakan tingkat derajat manusia itu kedalam kasta. Kasta yang tinggi akan mendapat kemuliaan, sedangkan kasta yang rendah akan mendapat perlakukan yang rendah pula.

Hinanya seseorang bisa akibat dari hukuman yang diberikan dan juga dari dampak sosial akibat perbuatannya. Kehinaan akibat perbuatan yang dilakukan merupakan sebuah hukuman. Hukuman yang diberikan bisa dikucilkan dari masyarakat dan bisa juga 'dibuang' atau terusir dari daerahnya, sehingga tidak bisa lagi tinggal (menetap). Kehinaan yang didapatnya juga bisa diakibatkan oleh perkataan yang kotor, jorok dan dengan nada merendahkan. Ketika harga dirinya direndahkan, apalagi sampai disamakan dengan sesuatu yang hina, seperti binatang, maka itu adalah suatu kehinaan yang luar biasa bagi manusia. Perkataan dengan nada menghina orang bisa juga mengakibatkan kehinaan pada dirinya. Hinanya seseorang berakibat kepada rendahnya derajatnya dimata orang lain. Artinya, kehinaan itu bukan hanya karena status sosialnya yang rendah, akan tetapi bisa akibat dari sikap buruk dan tercela (keji) yang dilakukannya. Semakin besar dan tinggi perbuatan buruk dan tercela (keji) itu diperbuatnya, maka semakin besar pula tingkat kehinaannya di mata orang lain. Perbuatan keji menurut jumhur mufassir ialah perbuatan zina. Menurut pendapat lain, perbuatan keji ialah segala perbuatan mesum seperti zina, homosek dan yang sejenisnya. Di dalam Al qur’an, Allah Swt menyatakan bahwa zina itu adalah perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Firman-Nya “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Qs.17:32). Allah Swt juga menyatakan bahwa terlalu kikir dan terlalu pemurah merupakan perbuatan tercela. Akibat perbuatan itu mereka akan menyesal nanti dikemudian hari. Firman-Nya “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Qs.17:29). Allah Swt menyatakan agar jangan mengikuti langkah setan. Sebab, setan itu senantiasa menyuruh manusia untuk melakukan perbuatan keji dan munkar. Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs.24:21).

Selain itu, perbuatan buruk yang dilakukan manusia adalah mengucapkan kata-kata buruk kepada orang lain. Ucapan buruk itu sebagai mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya. Allah Swt tiak menyukai orang yang suka mengucapkan perkataan yang buruk itu. Hal ini telah di nyatakan Allah Swt dalam firman-Nya Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs.4:148). Allah Swt telah memberikan perumpaan kalimat yang buruk itu seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, sehingga tidak dapat tegak (berdiri) sedikitpun. Kalimat yang buruk itu adalah kalimat kufur, syirik, segala perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik. Akibatnya, ia tidak akan bisa hidup dengan baik dan rukun di masyarakat. Orang akan enggan berteman dengannya, bahkan mereka bisa menjauhinya. Firman-Nya Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (Qs.14:26).

Perbuatan buruk dan tercela lainnya yang mendatangkan kehinaan pelakunya adalah merendahkan orang lain. baik laki-laki merendahkan sekumpulan laki-laki lainnya. Ataupun, perempuan yang merendahkan kumpulan perempuan lainnya. Padahal, Allah Swt telah menyatakan bahwa belum tentu yang merendahkan itu lebih baik dari yang direndahkannya. Sebab, kemulian itu akan diberikan Allah Swt bukan berdasarkan derajat, pangkat, jabatan, kekayaan ataupun gelar status sossialnya. Kemulian akan diberikan Allah Swt kepada hamba-Nya yang taat menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Selain itu, Allah Swt juga melarang untuk mencela diri sendiri. Artinya mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Sakit salah satu tubuh akan dirasakan seluruh tubuh itu. Allah Swt juga melarang memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Memberi gelar yang tidak baik kepada orang lain akan merendahkan orang itu. Setiap manusia sudah punya nama masing-masing. Nama itu diberikan orang tua mereka. Hendaklah sebut sesuai Namanya saja. tidak usah memberi gelar apapun kepada orang lain. Apalagi gelar yang diberikan itu tidak disukainya seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan hai fasik, hai kafir dan sebagainya. Tentunya, panggilan itu sungguh sangat menyakitkan baginya. Orang yang memberikan gelar seperti itu termasuk perbuatan zalim. Semua ini telah dijelaskan Allah Swt di dalam firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs.49:11).

Perbuatan buruk lainnya yang bisa menghinakan pelakunya adalah bakhil. Yakni kikir atau pelit dengan harta yang telah Allah berikan. Ia menyangka bahwa kebakhilan itu adalah sesuatu yang baik, padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa bakhil itu adalah termasuk perbuatan yang buruk. Kelak, harta yang dibakhilkannya itu akan dikalungkan dilehernya pada hari kiamat. Tentunya, ia akan menanggung atau memikul harta itu dengan sangat berat. Harta yang diberikan Allah itu sebagai karunia (rezeki) baginya. Harta itu hanya titipan. Allah yang memberikannya. Untuk itu harus digunakan untuk kepentingan atau manfaat bagi orang lain. Jangan sampai harta itu dikikirkan dan digunakan untuk kejahatan. Ini sesuai dengan firman-Nya “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs.3:180). Selain itu, perbuatan buruk lainnya adalah bersegera membuat dosa, yakni melakukan permusuhan dengan orang lain serta memakan makanan yang haram. Ini sesuai dengan firman-Nya “Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (Qs.5:62). Perbuatan buruk dan keji lainnya yang dibenci Allah adalah orang yang mengawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahnya. Wanita itu statusnya sebagai ibu tirinya. Allah Swt mengharamkan seorang anak mengawini ibu tirinya yang telah dicampuri oleh ayahnya. Walaupun wanita itu telah diceraikan atau ditinggal mati ayahnya. Ini sesuai dengan firman-Nya Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (Qs.4:22). Dari semua perbuatan buruk itu, Allah Swt telah menyatakan bahwa tidak sama antara yang buruk itu dengan yang baik. Meskipun yang buruk itu sangat menarik bagi kita. Manusia terkadang tertipu oleh kehidupan dunia ini, sehingga tidak bisa membedakan mana yang buruk dan yang baik. Perbuatan buruk yang dilakukannya akan mendatangkan kerugian baginya, baik di dunia dan akhirat kelak. Begitu juga, dengan perbuatan baik (takwa) akan mendatangnya keberuntungan di dunia dan juga diakhirat. Ini sesuai dengan firman-Nya “Katakanlah : Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs.5:100).

Dari pembahasan itu dapat diambil pelajaran bahwa kehinaan akan didapatkan seseorang apabila dia berbuat jahat (buruk). Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat kejahatan akan mendapat balasan kejahatan yang setimpal. Mereka akan di selubungi (ditutupi) kehinaan. Di akhirat, tidak akan ada seorangpun yang akan melindunginya dari azab Allah Swt. Muka mereka seolah-olah ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap dunia. Dan yang paling menakutkan, mereka akan menjadi penghuni neraka dan kekal didalamnya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs.10:27). Selain itu, kehinaan juga akan ditimpakan kepada mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya. Kehinaan yang diberikan Allah Swt itu tidak hanya di dunia, akan tetapi kehinaan juga akan didapatnya di akhirat berupa azab yang besar. Mereka tidak akan menyadari bahwa azab yang diberikan Allah Swt itu datangnya dari arah yang tidak mereka sangka. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui.” (Qs.39:25-26). Di ayat lain juga disebutkan bahwa orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya termasuk orang-orang yang sangat hina Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (Qs.58:20). Di tambahkan lagi di ayat lain, Allah Swt memastikan bahwa orang-orang yang menentang-Nya dan Rasul-Nya akan mendapat kehinaan sebagaimana kehinaan yang di dapat oleh orang-orang sebelum mereka. Dan orang-orang yang mengingkarinya juga akan mendapat azab yang menghinakan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Sesungguhnya orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan.” (Qs.58:5). Allah Swt menyatakan bahwa orang yang menentang-Nya dan Rasul-Nya akan mendapatkan siksa di akhirat kelak berupa Neraka Jahanam. Mereka akan kekal didalamnya. Dan itulah kehinaan yang besar yang diberikan Allah Swt kepada mereka. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahanamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.” (Qs.9:63).

Orang yang mendapatkan kehinaan lainnya adalah mereka yang tidak percaya (beriman) kepada ayat-ayat Allah. Mereka termasuk orang yang berbuat dosa. Kelak mereka akan mendapatkan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya sewaktu di dunia. Firman-Nya “Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah." Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.” (Qs.6:124).  Allah Swt menyatakan bahwa kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak dosanya. Mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, akan tetapi mereka justru menyombongkan dirinya seakan-akan dia tidak mendengarnya. Dan apabila mereka mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Allah itu, maka dijadikannya sebagai bahan olok-olok. Mereka tidak mau menerima sedikitpun kebenaran dari ayat-ayat itu. Padahal sangat jelas, bahwa ayat yang dibacakan kepada mereka itu merupakan kebenaran dari Allah Swt. Kelak, mereka itu akan menerima azab yang pedih serta menghinakan. Dihadapan mereka neraka jahanam, sehingga tidak berguna (sia-sia) saja apa yang telah mereka kerjakan se waktu di dunia dulu. Dan, tidak berguna juga sesembahan yang mereka lakukan selain Allah Swt. Sesembahan mereka sewaktu di dunia tidak akan bisa menolong dari azab Allah di akhirat. Kelak, mereka akan mendapatkan azab yang besar. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. Di hadapan mereka neraka Jahanam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar.” (Qs.45:7-10). Selain menjadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan olok-olok. Mereka juga mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu pengetahuan. Bahkan menjadikan jalan kebenaran yang diberikan Allah sebagai olok-olokkan. Mereka kelak akan mendapatkan azab yang menghinakan. Firman-Nya “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (Qs.31:6).

Selain itu, kehinaan juga akan diberikan kepada orang yang menghabiskan rezeki yang baik untuk kehidupan duniamu dan bersenang-senang menikmatinya. Dan juga kamu sombong dimuka bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan telah berbuat durhaka, yakni tidak taat kepada Allah Swt. Dan juga telah berbuat fasik, yakni orang yang percaya kepada Allah Swt., tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan melakukan perbuatan dosa. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (Qs.46:20). Mereka juga membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan yang memadai, tanpa petunjuk dan tanpa dalil (Wahyu) yang dapat menjelaskan antara yang benar (hak) dan yang salah (batil). Mereka melakukan itu dengan memalingkan lambungnya, yakni menyombongkan dirinya untuk bisa menyesatkan manusia dari jalan kebenaran itu. Mereka itu akan mendapatkan kehinaan, baik di dunia mau diakhirat. Mereka akan merasakan azab neraka yang akan membakar. Hal ini disebabkan oleh perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan mereka dahulu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya, dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia dan dihari kiamat Kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar. (Akan dikatakan kepadanya): "Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.” (Qs.22:8-10).

Di dalam Al-qur’an, Allah Swt juga menyatakan bahwa orang-orang yang sombong tidak mau menyembah Allah akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. Ini dijelaskan dalam firman-Nya “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Qs.40:60). Kehinaan itu akan diterima oleh siapapun. Untuk itu, Allah Swt mengajarkan agar tidak mendapat kehinaan, maka diantara syaratnya adalah selalu berpegang kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia. Perjanjian dengan manusia itu adalah perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Islam atas mereka. Apabila mereka tidak berpegang kepada tali agama dan tali perjanjian dengan manusia itu, maka mereka akan ditimpa kehinaan, kerendahan dan kemurkaan dari Allah Swt. Ini dijelaskan dalam firman-Nya Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (Qs.3:112). Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik berupa surga, mereka akan kekal didalamnya. Selain itu, mereka juga akan mendapat tambahan lagi berupa kenikmatan melihat Allah Swt kelak. Kemudian wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula dalam kehinaan, muka mereka akan berseri-seri dan tidak ada sedikitpun tanda kesusahan diwajahnya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (Qs.10:26). Begitu pula sebaliknya, mereka yang mengerjakan kejahatan, juga akan mendapatkan balasan yang setimpal. Mereka akan ditutupi oleh kehinaan. Pada waktu itu tidak ada yang bisa melindungi serta menyelamatkan dari azab Allah Swt. Mereka seakan-akan mukanya ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah kelak yang menjadi penghuni neraka. Mereka akan kekal didalamnya. Hal ini telah difirmankan-Nya Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs.10:27). Oleh karena itu, dijelaskan di ayat lain bahwa kelak pada hari kiamat nanti setiap orang akan disibukkan dengan urusannya masing-masing. Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Dan pada hari itu juga, ada wajah yang tertutup debu (suram), tertutup oleh kegelapan karena ditimpa kehinaan dan kesusahan. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. Hal ini sesuai firman-Nya “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (Qs.80:37-42).

Kehinaan merupakan hukuman (azab) yang diberikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang berbuat buruk, keji dan tercela. Untuk menghilangkan kehinaan itu, maka cepatlah berbuat baik sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, ia akan meraih kemuliaan dihadapan manusia dan juga Allah Swt. Untuk itu, di dalam Al qur’an, secara panjang lebar Allah Swt menyatakan beberapa syarat agar tidak mendapat kehinaan, baik di dunia maupu diakhirat kelak. Dengan memperbuatnya, justru kemuliaan yang akan didapatkan. Diantaranya, Pertama, rendah hati (tawadhu). Tawaduk adalah merendahkan diri dan bersifat lembut kepada orang-orang sekitar. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati muncul dari pengetahuan tentang keagungan, kecintaan dan kebesaran Allah Swt. Rendah hati juga muncul dari pengetahuan mengenai diri sendiri secara menyeluruh, termasuk cacat dan dosa-dosa pribadi yang dimilikinya. Perpaduan keduanya itu menimbulkan sikap rendah hati, sehingga ia tunduk, taat dan patuh kepada Allah Swt serta berkasih sayang terhadap sesama. Adapun sikap rendah diri muncul dari kebodohan seseorang atas perintah Allah dan hak-hak pribadinya, serta perasaan tidak berdaya lagi hina. Orang yang seperti ini akan selalu merasa rendah dan terpuruk dalam hidupnya. Sesungguhnya, Allah Swt menyukai hamba yang rendah hati (tawadhu), dan membenci ham-Nya yang rendah diri (mahanah). Kedua, shalat tahajud pada malam hari semata-mata karena Allah Swt. Ketiga apabila membelanjakan hartanya, maka mereka tidak berlebih-lebihan. Keempat, tidak kikir (pelit). Membelanjakan harta yang baik itu adalah mengambil jalan tengah antara berlebih-lebihan dan kikir. Artinya ketika membelanjakan hartanya tidak terlalu berlebih-lebihan, yakni sesuai dengan kebutuhan dan tidak terlalu mewah dan hemat. Serta perbanyak sedekah supaya menghilangkan sifat kikir terhadap harta benda kita. Kelima, tidak berbuat syirik. Artinya tidak menyekutukan Allah Swt dengan apapun selain Dia. Tidak ada sesembahan atau yang di yakini kecuali, Allah Swt. Tauhid merupakan inti ajaran yang di bawa oleh semua Nabi dan Rasul. Karena itu, apabila ada yang menyekutukan-Nya, maka ia telah menyalahi ajaran itu. Keenam, tidak membunuh jiwa yang telah diharamkan oleh Allah Swt. Jiwa (nyawa) merupakan pemberian dari Allah. Ruh itu merupakan eksistensi (keberadaan) kehidupan dari Allah Swt. Ketika ruh itu ditiupkan kepada manusia, maka ia akan hidup. Allah Swt yang menghidupkan manusia, maka Allah juga yang akan mencabut ruh itu dari badannya. Karena itu, manusia dilarang menghilangkan nyawa seseorang tanpa ada sebab yang membolehkannya. Ketika ia membunuh, maka ia telah mendahului hak Allah itu. Ketujuh, tidak melakukan perbuatan zina. Sebab, perbuatan zina merupakan perbuatan keji yang akan mendatangkan malapetaka bagi pelakunya maupun orang-orang disekitarnya. Zina akan mendatangkan penyakit yang sangat menular. Penyakit itu akan susah di cari obatnya. Penyakit itu bisa datang kepada pelaku itu sendiri maupun masyarakat disekitarnya berupa wabah penyakit yang tidak terduga. Selain itu, perbuatan zina juga akan menyebabkan kerusakan moral. Tidak sedikit, akibat berebut teman zina, maka akan terjadi perkelahian, penganiayaan, dan bahkan sampai kepada pembunuhan.

Kedelapan, Tobat, beriman dan mengerjakan amal saleh. Yakni kembalinya seorang hamba kepada Allah dan menjauhkan diri dari jalan orang-orang yang dimurkai oleh Allah serta jalan orang-orang yang sesat. Tobat merupakan jalan untuk memperbaiki diri dari kesalahan yang telah dilakukan. Ketika ia berbuat salah dan buruk, maka keimanannya telah hilang. Ketika ia tobat, maka imannya telah kembali. Dengan tobat, maka ia menyesali perbuatan salah atau buruk yang dilakukannya dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi serta mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik (amal shaleh). kesembilan, tidak memberikan kesaksian palsu. Saksi merupakan salah satu kunci untuk memberikan sebuah keadilan dalam hukum. Kesaksian yang benar akan memberikan keyakinan kepada hakim untuk memutus sebuah perkara dengan benar dan adil. Begitu sebaliknya, ketika saksi memberikan keterangan yang salah apalagi palsu. Maka akan menyebabkan kesalahan dalam memberikan keputusan. Akibat kesaksian palsu, orang yang bersalah bisa benar dan yang benar bisa salah. Keadilan akan hilang. Justru kejahatan akan Berjaya. Untuk itu, kesaksian palsu merupakan perbuatan yang buruk serta hina. Kesepuluh, bersabar. Sabar adalah suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah bagaimanapun tantangan, kesulitan dan besarnya musibah yang dihadapinya. Pantang mundur dan tak kenal menyerah. Sikap sabar ini dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak dari Allah Swt. Semua syarat untuk mencapai kemuliaan itu dari pertama sampai yang kesepuluh dapat di baca di dalam firman-Nya, yaitu “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dan orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta. Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).” (Qs.25:63-77).

Karena itu, jadilah orang yang selalu berbuat baik dan menjalankan perintah dan larangan Allah Swt, sehingga kita tidak mendapatkan kehinaan itu, justru kemulianlah yang akan di dapat. Kepada mereka, Allah Swt akan memberikan sambutan dengan penghormatan dan ucapan selamat kepadanya. Mereka akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Mereka kekal didalamnya. Dan surga itu merupakan sebaik-baik tempat untuk menetap dan tempat kediaman. Itulah balasan dari Allah Swt yang telah mendapatkan kemulian. Untuk itu, berusahalah menjadi orang yang mulia dengan meninggalkan perbuatan yang menyebabkan kehinaan itu. Kemudian mengisi kehidupan ini dengan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan perintah-Nya. Semoga!!!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 7 Agustus 2019

Popular