MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 03 Juni 2019

Meraih Fitrah di Hari kemenangan

Sebentar lagi suara takbir, tahmid dan tahlil akan terdengar menggema di seluruh dunia. Pada hari itu, seluruh umat Islam di belahan dunia ini akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tak terkecuali di Indonesia. Dengan terdengarnya gema takbir, tahmid dan tahlil tersebut, maka berakhirlah bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Di mana umat Islam merayakan hari kemenangan setelah selama sebulan penuh berpuasa, menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual antara suami-isteri di siang hari. Pada bulan Ramadan juga banyak diisi dengan tadarus al qur’an, shalat tarawih, buka puasa bersama, ceramah agama dan berbagai macam kegiatan keagamaan lainnya. Di bulan Ramadan juga, umat Islam disuruh untuk menahan diri dari sifat-sifat tercela. Diantaranya, marah, ghibah (mengungkap dan membicarakan aib orang lain), dusta, sombong, berkata kasar, benci, dendam, fitnah, namimah (adu dumba), hasad (tidak suka orang lain mendapat nikmat dan berusaha untuk menghilangkannya), iri dan sebagainya. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan keberkahan Ramadan. Dan tentunya ingin mendapatkan derajat takwa di sisi Allah Swt (Qs. 2:183).

Selama Ramadan, umat Islam ‘bertarung’ melawan hawa nafsunya. Dorongan-dorongan dari hawa nafsu itu dikekang sedemikian rupa agar bisa dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Ketika seorang Muslim mampu mengendalikan hawa nafsunya itu, maka dia akan menjadi orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah Swt. Hal ini dituntut untuk terus dilakukan di bulan-bulan selanjutnya sampai ramadan tiba kembali. Bulan Ramadan merupakan bulan latihan. Melatih diri dan emosi untuk lebih baik lagi. Dengan Ramadan, diharapkan tercipta akhlak mulia di setiap diri umat Islam. Dengan begitu, sangat wajar kalau umat Islam pada tanggal 1 Syawal merayakan hari kemenangan itu. Ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin ‘Mohon Maaf Lahir dan Bathin’ terdengar dimana-mana, saling bersahutan baik langsung diucapkan kepada orang yang ditemuinya, maupun melalui sambungan telepon. Ucapan itu bisa juga disampaikan melalui media sosial, baik facebook, wathsapp, instagram, twetter, telegram, dan sebagainya. Hari itu dinamakan sebagai hari raya idul fitri. Ada juga yang menyebutnya dengan hari raya fitrah. Karena pada hari itu juga dikeluarkan zakat wajib bagi setiap orang Islam. Zakat itu disebut zakat fitrah. Zakat itu diserahkan kepada mereka yang berhak menerimanya. Menurut Al qur’an (Qs.9:60) mereka yang berhak mendapat zakat itu adalah orang-orang fakir, miskin, amil zakat, mualaf, memerdekakan budak, orang yang berhutang, fisabilillah, dan ibnu sabil. Zakat itu diserahkan sebelum shalat Idul Fitri dilaksanakan. Apabila telah lewat waktu penyerahan itu, maka tidak dikategorikan sebagai zakat lagi, akan tetapi menjadi sedekah sunah saja.

Menurut Prof. DR. Quraish Shihab, kata Fitri atau fitrah terambil dari kata fithr. Kata tersebut sedikitnya memiliki tiga makna, yaitu kesucian, agama yang benar dan jalan yang lurus. Beliau mengatakan, bahwa ketiga makna ini yang harus diraih setiap orang Islam selama mereka berpuasa di bulan Ramadan. Jika mereka meraih ketiga makna tersebut di dalam dirinya, maka ia akan meraih kemenangan. Kesucian merupakan asal kejadian manusia. Rasulullah Saw menyatakan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan suci, tergantung kedua orang tuanya yang menjadikannya kelak beragama Majusi, Yahudi ataupun Nashrani. Manusia yang baru lahir ibarat kertas putih yang tidak ada noda apapun didalamnya. Hal inilah yang diharapkan pada hari kemenangan itu. Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa dengan keimanan dan kesungguhan melihat kekurangan dirinya, maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang (HR. Bukhari Muslim). Dari hadits ini jelaslah, bahwa semua umat Islam yang sudah berpuasa dengan keimanan dan tekad yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki dirinya, maka dosa-dosanya akan diampuni Allah Swt. Tidak hanya dosa yang terdahulu, bahkan dosa yang akan datang pun akan diampuni-Nya. Ketika dosa-dosa sudah diampuni, maka manusia akan kembali kepada kesucian sebagaimana waktu ia dilahirkan dulu.

Selain meraih kesucian karena puasanya, setiap umat Islam juga akan mendapatkan kembali agamanya. Selama, Ramadan setiap kewajiban dijalankannya. Bahkan yang sunah pun dikerjakan. Hal ini sangat berbeda ketika di luar bulan Ramadan. Mesjid dan mushalla selalu terisi disetiap waktu shalat. Waktu shalat menjadi perhatian. Shalat berjamaah selalu dikerjakan. Setelah selesai shalat, banyak yang duduk untuk beri’tikaf sambil membaca al qur’an. Kelompok tadarus al qur’an ada disetiap mesjid dan mushalla. Pengajian-pengajian agama juga aktif di mana-mana. Tidak hanya di tempat-tempat ibadah (mesjid dan mushalla), pengajian juga dilakukan diperkantoran pemerintah maupun swasta, sekolah, hotel, gedung dan sebagainya. Ada pengajian subuh, siang, sore menjelang berbuka dan malam. Selain itu, tayangan ditelevisi juga mencerminkan keagamaan. Di media sosial, status yang dipasang maupun yang dikirim ke orang lain juga penuh dengan nasihat keagamaan. Foto-foto dan video yang kurang pantas sangat jarang terlihat. Bahkan, gaya berpakaian para artis, publik figur dan wanita muslim lainnya yang selama ini biasa terbuka dan cenderung menampakkan auratnya, justru di bulan Ramadan ini tertutup dan bahkan ada yang berhijab. Selama Ramadan, agama yang dulunya seolah-olah telang ‘hilang’ pada diri sebagian umat Islam akhirnya kembali lagi. Bisa juga bermakna, agama yang dulu dikerjakan belum benar dan sungguh-sungguh, ternyata di bulan Ramadan ini bisa dilakukan dengan benar dan tulus. Sehingga kemenangan yang didapatkan bisa bertambah lagi, dari kesucian diri kemudian mendapatkan lagi agamanya dengan baik dan benar.

Hal itu, akan membuat orang Islam  mengerjakan agamanya dengan tegak lurus.  Sedikitnya 17 kali setiap salat seorang muslim mengucapkan doa untuk ditunjuki kepada jalan yang lurus (Qs. 1:6). Allah Swt hanya memberikan dua jalan kepada manusia,  yakni jalan yang sesat dan jalan yang lurus. Jalan sesat merupakan jalan yang salah serta menuju kepada kejahatan.  Sedangkan jalan lurus merupakan jalan yang penuh kenikmatan yang akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebenaran. Jalan kesesatan akan mengantarkan pelakunya kepada neraka,  sedang jalan yang lurus akan mengantarkan pelakunya kepada surga.  Puasa yang benar dan tulus akan menghantarkan setiap umat Islam kepada jalan kebaikan. Nabi Saw menyatakan bahwa ketika tiba bulan Ramadan,  pintu surga akan terbuka sedangkan pintu neraka tertutup dan setan akan dibelenggu.  Untuk itu,  kemenangan yang diraih selama ramadan selain kesucian dan agama yang benar,  mereka akan mendapatkan jalan yang lurus yang akan mengarahkan mereka kesurganya Allah Swt. 

Untuk itu, nilai-nilai kemenangan itu akan menjadi ‘sempurna’ apabila setiap umat Islam mampu menjalankan setiap amal ibadah yang dikerjakannya selama Ramadan itu secara terus-menerus. Artinya, ia istiqamah (teguh pendirian) untuk mengerjakan setiap kebaikan yang dilakukannya selama Ramadan dan tetap terjaga di luar bulan ramadan. Hal inilah yang diharapkan oleh Allah dan rasul-Nya, bahwa ibadah dan kebaikan yang dilakukan itu hendaknya secara terus-menerus. Bukan justru, berhenti. Selesai Ramadan, selesai juga aktivitas ibadah yang dilakukan. Kejahatan dan kejelekan yang disembunyikan maupun ditahan selama bulan Ramadan justru kembali muncul lagi dalam dirinya. Seolah-olah aktivitas keagamaan yang dilakukan pada bulan ramadan tidak memberi bekas sama sekali. Kalau hal ini ada pada diri seseorang, maka kemenangan yang dia rayakan pada hari raya idul fitri menjadi tidak bermakna sama-sekali. Dia tidak akan mendapatkan keberkahan ramadan dan tidak akan mendapat derajat takwa disisi-Nya.

Untuk meraih kemenangan pada tanggal 1 Syawal ini. Hendaklah semua umat Islam untuk bisa kembali pada Fitrahnya. Yakni dalam arti memperoleh kesucian diri, mendapatkan kembali agamanya dengan benar dan mendapatkan jalan yang lurus dalam menjalankan aktivitas keagamaan dikemudian hari. Inilah yang seharusnya dicari dan dilakukan oleh setiap umat Islam. Sehingga, setiap ketemu Ramadan tiap tahunnya justru nilai keagamaan dan ketakwaan kita akan terus bertambah. Setiap merayakan hari kemenangan, kita juga merayakan bertambahnya keimanan dan ketakwaan kita itu. Dengan demikian, keimanan dan ketakwaan (dalam Qs.2:183) bisa diraih setiap tahunnya secara terus-menerus.  Mudaha-mudahan hal ini bisa kita wujudkan dalam kehidupan di dunia ini sampai ajal datang menjemput kelak. Semoga!

Rantau, 3 Juni 2019
#Mari Sebarkan Kebaikan#

Tidak ada komentar:

Popular