MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 31 Oktober 2018

Perjuangan

Perjuangan berasal dari kata juang. Artinya berlaga, memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi atau  berusaha sekuat tenaga; berusaha penuh dengan kesukaran dan bahaya. Ketika juang ditambah awalan per- dan akhiran -an menjadi perjuangan. Artinya perkelahian (merebut sesuatu); peperangan, usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya, salah satu wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran, dan konflik.

Perjuangan selalu dianalogikan sebagai sebuah proses untuk menuju kemenangan. Setiap hal apapun yang memiliki proses yang baik dan maksimal akan berujung pada sebuah kemenangan atau kebahagiaan. Perjuangan memiliki sifat berkorban. Berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau sesuatu yang kita tuju. Karena dengan perjuangan yang diartikan sebagai proses menuju suatu tujuan akan sangat nikmat dirasakan ketika kita dapat memperoleh kebahagiaan atau kemenangan dalam menggapai tujuan tersebut. Hasil kegigihan dalam perjuangan, akan begitu nikmat dirasakan ketika kita tetap berkomitmen dan fokus dalam setiap perjuangan dengan tanpa kata mengeluh. Hal ini karena inti dari setiap perjuangan adalah pengorbanan. Perjuangan adalah sebuah proses menuju kedewasaan dan kehakikian hidup. Dengan perjuangan, tanpa disadari kita akan dengan mudah dan kuat untuk menjalani setiap masalah, ujian, dan cobaan dalam hidup. Dengan perjuangan pula kita mengetahui sekaligus mengukur kesalahan dan kelemahan diri kita.

Ketika sebuah negara dijajah oleh bangsa lain, maka perjuangan yang dilakukan merupakan upaya untuk membebaskan negaranya dari belenggu penjajahan tersebut. Berbagai usaha dilakukan untuk membebaskannya. Harta dan nyawa dikorbankan untuk bisa mengusir penjajah dari bumi kelahirannya. Pertempuran demi pertempuran terus dikobarkan untuk memerangi penjajah agar bisa meraih kemenangan. Banyak korban nyawa berjatuhan, dan tidak sedikit harta yang dikorbankan agar meraih kemenangan itu. Hal ini pernah dialami bangsa Indonesia, yang pernah di jajah oleh bangsa Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Bangsa Belanda merupakan penjajah yang paling lama + 3,5 abad. Selama dalam masa penjajahan tersebut. Banyak harta dan nyawa yang gugur membela bangsanya supaya menjadi merdeka. Selain itu, banyak juga negara-negara lain yang dijajah oleh bangsa lain. karena itu, setiap tahun selalu diperingati sebagai hari kemerdekaan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pelajaran kepada generasi setelahnya bahwa betapa perih dan getirnya perjuangan para pahlawan yang gigih membela tanah airnya. Selain itu, sebagai wujud rasa sukur karena terbebas dari penjajahan dan berusaha mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang positif agar pembangunan bisa dinikmati oleh masyarakat.

Tidak hanya dalam suasana perang atau penjajahan saja seseorang berjuang. Atau ketika kehidupannya dalam kemiskinan dan penderitaan. Perjuangan itu dilakukan dalam semua lini kehidupan. Seorang ayah berjuang mencari nafkah untuk keluarganya. Siang dan malam memeras keringat supaya bisa membahagiakan anak dan isterinya. Seorang guru berjuang untuk mencerdaskan anak didiknya. Seorang murid juga berjuang belajar menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih cerah dan baik. Seorang isteri berjuang menjaga rumah tangganya supaya tercipta kebahagiaan. Seorang anak berjuang untuk membahagiakan orang tuanya dengan belajar dan membantu mereka. Seorang pejabat atau penguasa berjuang untuk kesejahteraan dan kedamaian serta ketentraman rakyatnya. Seorang polisi, tantara dan petugas keamanan lainnya berjuang untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi orang lain. seorang pedagang juga berjuang memberikan pelayanan dan kejujuran dalam menjual produknya. Seorang pembantu juga berjuang memberikan pelayanan yang baik dan jujur dalam bekerja. Seorang juru parkir juga berjuang untuk menjaga mobil, sepeda motor dan lainnya diwilayah kerjanya supaya terhindar dari pencurian. Bahkan seorang pengemis atau gelandangan pun juga berjuang untuk mencari sesuap nasi agar bisa mempertahankan kehidupannya. Dan masih banyak lagi perjuangan yang dilakukan orang lain di dunia ini yang tidak bisa disebutkan dalam tulisan ini.

Agama Islam mengajarkan bahwa perjuangan itu merupakan Jihad di jalan Allah Swt. Jihad disini jangan ditafsirkan sebagai peperangan melawan musuh Islam. Jihad dalam bahasa Arab yang asal katanya jahada yang berarti ‘berjuang dan berusaha keras’. Artinya berjuang dan berusaha untuk menata masyrakat yang lebih baik dan bermartabat, seperti damai dan saling menghormati serta berusaha melawan penindasan dan kedzaliman, seperti pemerkosaan, pencurian, perampokan, penjualan manusia, dan korupsi. Selain itu, jihad merupakan sebuah usaha yang sungguh-sungguh (berjuang) untuk mempertahankan hidup, keluar dari kemiskinan dan kebodohan. Juga berjuang agar bisa menjadi yang terbaik sesuai dengan tuntunan agama Islam. Untuk itu, jihad merupakan tugas semua orang untuk bisa menata kehidupan ini agar lebih baik, damai dan sejahtera di semua lini. Jangan sampai, merusak tatanan kehidupan yang sudah baik. Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan(Qs.5:35). “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(Qs.61:10-11).

Di dalam ayat itu, Allah Swt menyatakan bahwa berjuang (jihad) merupakan sebuah keberuntungan. Allah menggambarkan bahwa jihad itu merupakan sebuah perniagaan (perdagangan). Barangsiapa yang berjuang dengan harta dan segenap jiwanya dalam segala lini kehidupan ini dan juga sesuai dengan profesi yang dijalankannya untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya, maka mereka itulah yang akan mendapatkan keberuntungan dan terhindar dari azab yang pedih. Lebih jauh Allah Swt menyatakan bahwa orang yang menafkahkan hartanya merupakan bentuk jihad kepada-Nya. Dan diumpamakan dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, dan pada tiap-tiap bulir serratus biji. Itulah ganjaran (balasan) bagi mereka yang suka berjuang menafkahkan hartanya untuk kepentingan orang banyak. Firman-Nya (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui (Qs2:273). Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs.2:261).

Begitulah, gambaran bagi mereka yang selalu berjuang dijalan Allah Swt. Dia gunakan seluruh daya dan upayanya sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk menciptakan sebuah kebaikan bagi orang lain. Banyak kelebihan yang Allah berikan kepada manusia. Semua itu harus dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang memiliki harta, digunakannya untuk mensejahterakan orang disekitarnya dan juga orang yang sangat membutuhkan bantuannya. Bagi yang memiliki kekuasaan, digunakannya untuk mengayomi, mensejahterakan serta memberi rasa aman, nyaman dan damai. Bagi yang memiliki kelebihan ilmu pengetahuan (cerdas), dia gunakan untuk berinovasi yag mendatangkan manfaat yang besar bagi orang lain, serta bisa mencerdaskan generasi penerus bangsa, dan sebagainya. Ketika mereka itu berjuang tanpa ragu dengan semua kemampuan yang dimilikinya, maka mereka itulah orang yang benar. Hal sesuai dengan firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (Qs.49:15).

Setiap perjuangan yang dilakukan, sebesar dan sekecil apapun itu, maka Allah Swt pasti mengetahuinya dan akan membalasnya dengan cukup dan tidak akan mendapat kerugian. Firman-Nya “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (Qs.8:60). “Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Qs.9:121).

Demikianlah Allah Swt memberikan gambaran terhadap perjuangan yang dilakukan setiap manusia di muka bumi ini. Berjuang (jihad) merupakan sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh semua orang. Siapapun dan apapun profesinya harus bisa berjuang untuk memperbaiki kehidupannya dan orang lain lain. Perjuangan yang dilakukan harus benar-benar bisa mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi diri dan orang lain. Tentunya, perjuangan yang dilakukan diniatkan hanya mengharap Rahmat, ampunan dan kasih sayangnya. Firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs.2:218). Untuk itu, bangkitlah dari tempat duduk kita untuk berjuang (jihad) dengan harta dan jiwa. Sebab Allah Swt menjanjikan pahala yang baik (surga) dan juga Allah Swt akan melebihkan dengan pahala yang besar kepada orang-orang yang berjuang atas mereka yang hanya berdiam diri dan berpangku tangan tanpa berbuat kebaikan pada orang lain. Firman-Nya “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar (Qs.4:95).

Untuk itu, berjihadlah (berjuang) dengan sungguh-sungguh sekuat tenaga, harta dan jiwa. Memberikan yang terbaik bagi diri dan orang lain. Perjuangan yang dilakukan tidak akan pernah sia-sia. Allah akan memberikan jalan kemudahan bagi mereka yang benar-benar berjuang dijalan-Nya. Allah tidak akan memberikan kesempitan kepada hamba-Nya yang benar-benar tulus, ikhlas dalam perjuangannya. Allah Swt menyatakan bahwa “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Qs.22:78). Dengan demikian, maka perjuangan yang dilakukan didalam lini kehidupan ini hendaklah diniatkan dengan tulus, ikhlas serta mengharap rahmat, ampunan dan kasih sayang-Nya. Dengan begitu, perjuangan yang kita lakukan tidak akan sia-sia dan selalu mendapat petunjuk agar perjuangan yang dilakukan mudah, lancar, berhasil serta memperoleh rida-Nya. Semoga…


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 31 Oktober 2018

Sabtu, 20 Oktober 2018

Kangen

Kangen adalah keinginan untuk bertemu atau rindu. Bisa juga berarti, perasaan rindu yang mendalam kepada seseorang atau sesuatu yang sudah lama tidak ditemui. Kangen merupakan suatu bentuk perasaan yang diluapkan dengan keinginan untuk melepas rindu. Keinginan untuk bertemu itu ada yang biasa saja dan ada juga yang menggebu-gebu. Perasaan kangen itu muncul karena sudah sekian lama tidak bertemu. Perasaan kangen itu muncul biasanya karena ada perasaan cinta. Baik cinta sebagai pasangan kekasih, suami-isteri, anak dan orang tua, maupun seorang sahabat. Bahkan seorang musuh pun bisa juga kangen terhadap lawannya. Karena selama dia ketemu, akan terjadi perkelahian. Ketika lama tidak berjumpa dan ketemu berakibat rindu untuk duel kembali.

Begitulah, rasa kangen itu pernah dialami oleh semua orang. Ketika orang yang disayangi atau dicintai berada jauh dari dirinya. Maka rasa kangen itu akan muncul dengan sendirinya. Rasa kangen itu bisa hilang dan juga bisa tidak hilang, kecuali kalau yang dirindukan bisa bertemu atau pun hanya bisa menerima suaranya saja melalui percakapan. Artinya, orang yang dikangenkan selamat dan sehat walafiat, maka hilanglah rasa kangen dihatinya. Untuk menghilangkan rasa kangen ketika tidak bertemu bisa bermacam-macam. Bisa saling berkirim tulisan, telepon, titip salam, melihat foto dan videonya, dan sebagainya. Kalau zaman sekarang sduah sangat mudah sekali. Walaupun jarak saling berjauhan, maka untuk melepas kangen dan rindu bisa dengan video call. Kedua pihak saling melihat dan bisa berbicara sepuasnya untuk saling berbagi kerinduan. Orang yang melepas kangen bisa saling kirim gambar dan video di aplikasi pertemanan (medsos). Setiap saat bisa saling menyapa dan berbicara dengan telepon dan video call. Artinya, rasa kangen bisa terobati walaupun tidak saling bertemu satu dengan yang lainnya.

Era teknologi informasi yang begitu pesatnya dewasa ini, membuat dunia menjadi ‘sempit’. Dimanapun keberadaan seseorang bisa dengan mudah dilacaknya. Seorang anak yang sedang menuntut ilmu di daerah lain ataupun dinegara lain. Bisa saling tegur sapa dengan teman-temannya didaerah asalnya. Dan bisa juga curhat tentang pribadinya dengan orang tuanya. Semua itu bisa dilakukan sambil berjalan, berbaring, belanja, nonton televisi, mall, tepi pantai, kolam renang, aula dan sebagainya. Silaturrahmi bisa dengan mudah dilakukan. Dengan siapapun dan dimanapun keberadaannya. Informasi dari belahan dunia bisa dinikmati dan disaksikan hanya didalam kamar. Sambil makan permen dan minum segelas kopi. Berita gempa bumi di Jepang, angin tornado di Amerika, perang di Timur Tengah, sepak bola di Eropa, wabah penyakit menular di benua Afrika, melelehnya es di Kutub Utara dan Selatan, dan sebagainya bisa dengan mudah dibaca, lihat dan tonton. Dunia sekarang ini dalam genggaman teknologi. Siapapun bisa mengaksesnya, tidak pandang tua ataupun muda serta anak-anak. Selama dia bisa menggunakan teknologi informasi itu dengan baik, maka bisa meraih semua yang diinginkannya.  

Begitu juga, dengan rasa kangen dan rindu. Silaturrahmi bisa dilakukan setiap saat. Melihat wajah dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari bisa disaksikan langsung. Kegiatan yang dilakukan bisa terpantau dengan baik. Akan tetapi, semua itu masih belum maksimal. Pertemuan dan komunikasi melalui medsos akan terasa ‘hambar’. Nilai cinta dan kasih-sayang, serta bentuk perhatian lainnya tidak mengobati rasa kangen. Silaturrahmi yang dilakukan melalui medsos tidak bisa menggantikan dengan bertemu langsung. Kangen akan terobati apabila bisa bertemu langsung. Bisa dengan tatap mata, berjabat tangan, serta pelukan erat dengan penuh cinta dan sayang. Dengan begitu, rasa hormat, haru, sedih, bahagia akan terluapkan dengan pertemuan itu. Sehingga, jalinan cinta kasih antara anak dan orang tua, suami-isteri, saudara, pasangan kekasih, sahabat, dan sebagainya akan tetap terjalin sampai akhir hayat mereka. Rasa kangen itu tumbuh karena ada rasa cinta yang mendalam kepada seseorang. Ketika cinta sudah terpatri di dalam dirinya, maka ketika mereka terpisahkan oleh jarak maupun tempat yang begitu jauh, sehingga tidak bisa lagi bertemu ataupun volume pertemuannya menjadi berkurang yang membuatnya menjadi kangen (rindu).

Rasa kangen merupakan sesuatu yang manusiawi. Sebab, kangen (rindu) itu merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia. Artinya, semua manusia memilikinya dan pernah mengalami rasa kangen itu. Besar dan kecilnya rasa kangen itu tergantung rasa cintanya kepada sesuatu. Ojek yang dicintai itulah yang menyebabkan rasa kangen di dalam dirinya. Objeknya, bisa manusia (pria-wanita, tua-muda), binatang, perhiasan, tumbuhan, rumah, pekerjaan, mobil, handphone, bahkan karakter dan bentuk fisik. Ketika objek dikangenin itu merupakan yang baik, maka rasa kangen akan berbuah kebaikan pula. Begitu pula sebaiknya, ketika objeknya itu sesuatu yang buruk dan tidak baik, akan berbuah keburukan pula. Oleh sebab itu, semua objek yang dikangenin itu hendak selalu mengharap rida dari Allah Swt. Kangen yang muncul karena mengharap rida-Nya merupakan bentuk kerinduan yang tiada taranya. Allah Swt menyatakan bahwa "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs.3:31). Ketika seseorang hanya mencintai Allah semata, maka rasa kangen (rindu) untuk selalu berjumpa dan dekat kepada-Nya merupakan sesuatu yang mengasyikkan. Asyik dan masyuk akan terasa di jiwanya ketika dia bisa mendekat kepada-Nya. Setiap detik, menit, jam dalam sehari semalam terasa kangen yang sangat mendalam dirasakannya. Jiwanya selalu gelisah kalau tidak bisa berjumpa dengan-Nya. Ketika dia mendengar suara azan mendayu-dayu dikeheningan fajar. Mata yang sulit untuk dibuka. Tubuh yang letih dan lemah akibat aktivitas menambah berat beban untuk bangun diwaktu itu. Terbayang air yang dingin ketika membasahi muka, kepala, tangan, telinga dan kaki. Dengan rasa kangen yang mendalam untuk bisa ‘bertemu’ dengan-Nya, mengalahkan semuanya itu. Dia bangun, dan mengambil air wudhu kemudian tersungkur sujud dihadapan-Nya. Subhanallah…Alhamdulilla…Allahu Akbar…

Allah Swt menyatakan Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Qs.18:28). Di dalam ayat itu, Allah menyatakan kepada hamba-Nya untuk bersabar ketika mengharap rida-Nya. Kerinduan untuk ‘bertemu’ di waktu pagi dan senja (petang) akan didapatkan tanpa melalaikan dan menuruti hawa nafsunya. Karena kedua itu merupakan perbuatan yang melampaui batas. Allah Swt menyatakan bahwa Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya (Qs.18:110). Di ayat ini lebih jelas disebutkan bahwa rasa kangen (rindu) itu akan terobati hingga bisa ‘bertemu’ dengan-Nya, yakni dengan mengerjakan kebaikan (amal saleh) dan tidak berlaku syirik (mensekutukan-Nya dengan yang lain). selain itu, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs.2:218). Orang-orang yang beriman, berhijrah (dari keburukan kepada kebaikan) serta berjihad (berjuang untuk membela dan menegakkan agama-Nya di setiap kesempatan) akan mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah Swt.

Di ayat lain juga disebutkan “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (Qs.13:22-24). Di ayat ini juga disebutkan, obat untuk menghilangkan kangen kepada-Nya dengan sabar. Kemudian mendirikan shalat, dan berinfaq (sedekah) baik disaat lapang maupun sempit, menolak kejahatan dengan berbuat kebaikan. Ketika semua itu bisa dilakukan, maka janji Allah pasti akan ditepati-Nya. ‘Perjumpaan’ dengan-Nya akan terwujud dengan mendapatkan tempat yang sudah dipersiapkan-Nya, yakni surga ‘Adn. Yang merupakan tempat yang baik lagi indah sebagai balasan bagi mereka yang selalu merindukan agar bisa ‘bertemu’ dengan-Nya. Dengan begitu, Allah menyatakan bahwa Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs.29:5). Ya benar! Pertemuan itu pasti akan datang. Rasa kangen akan segera terobati. Karena itu bersabarlah dengan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Berbuatlah kebaikan sebanyak mungkin, dan tinggalkan perbuatan buruk sekecil apapun. Dengan begitu, waktu ‘pertemuan’ sebagai Pelepas kangen itu akan didapatkannya kapanpun dan dimanapun dia berada. Semoga….


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 20 Oktober 2018

Sabtu, 13 Oktober 2018

Ketakutan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) takut artinya merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Bisa juga berarti tidak berani (berbuat, menempuh, menderita dan sebagainya), gelisah dan khawatir. Ketakutan adalah perihal takut, rasa takut, keadaan takut, keseganan, kekhawatiran dan kegelisahan. Ketakutan itu merupakan suatu tanggapan emosi terhadap ancaman, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. ketakutan merupakan suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap berbagai rangsangan maupun dorongan didalam diri seseorang, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Ketakutan bisa muncul kapan saja dan di mana saja. Dorongan rasa takut muncul ketika dalam kesendirian maupun ditengah orang banyak. Rasa takut juga bisa muncul ditengan kegelapan maupun saat terang benderang. Malam hari atau pun siang. Waktu sadar maupun tidak sadar. Di dalam rumah, masjid, Gedung maupun diluarnya.

Rasa takut juga bisa menghinggapi siapa saja. Sebab, rasa takut itu merupakan salah satu emosi dasar yang dimiliki semua manusia (selainnya, seperti bahagia, sedih dan marah). Artinya, semua manusia di dunia ini tidak memandang jenis kelamin, status, suku, bangsa dan negara juga memiliki rasa takut. Orang dewasa maupun anak kecil. Laki-laki maupun perempuan (atau, setengah laki-laki dan perempuan, waria). Kaya atau miskin. Pejabat tinggi maupun bawahan. Ulama atupun awam. Bahkan seorang raja atau presiden pun yang di sekelilingnya selalu dijaga selama siang dan malam juga memiliki rasa takut. Rasa takut memang wajar dimiliki oleh semua manusia. Karena, pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang lemah, makhluk yang selalu takut dengan sesuatu yang asing, sesuatu yang baru dan segala sesuatu yang membahayakan bagi dirinya. Akan tetapi, kadar rasa takut di dalam tiap diri manusia, tentunya berbeda-beda dari satu individu manusia ke individu manusia yang lain nya. Ketakutan merupakan sikap yang muncul di pikiran seseorang. Karena itu, rasa takut itu akan menimpa semua orang. Yang membedakannya, hanya pada saat menerima rasa takut itu, apakah dia memberitahukannya atau tidak. Nampak atau tidak. Mengeluh atau diam saja. tenang atau gelisah. Ribut atau sepi-sepi saja, dan sebagainya. Sehingga ketika rasa takut itu muncul, dia santai dan tenang-tenang saja dalam menghadapi dan menyikapinya. Orang lain tidak mengetahui ketakutan yang dihadapinya. Sehingga tidak heboh, ribut dan ramai dan sebagainya.

Allah Swt menyatakan “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Qs.2:155-156). Di dalam ayat itu, Allah sangat jelas menyatakan bahwa ketakutan merupakan salah satu dari cobaan yang diberikan-Nya. Cobaan yang diberikan merupakan ujian untuk bersabar. Sehingga ketika mereka ditimpa musibah bisa mengembalikannya kepada Allah Swt. Karena, pada hakikatnya, setiap cobaan dan musibah yang menimpa manusia itu berhasil dari Allah Swt. Ketika, ia menyadari hal itu, maka ia akan bisa bersabar.

Di ayat lain Allah Swt menyatakan bahwa kilat dapat menimbulkan ketakutan dan harapan. Firman-Nya “Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung” (Qs.13:12). “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya” (Qs.30:24). Begitulah Allah memberikan rasa takut sekaligus harapan kepada manusia. Ketakutan yang ditimbulkan oleh sebab apapun ketika bisa diterima dengan baik (sabar), justru memberikan efek yang positif. Ada sebuah harapan baru yang akan memberikan manfaat yang besar dibalik itu. Hal ini tercermin dalam ayat di atas, ketika Allah Swt memperlihatkan kilat kepada manusia. Kilat yang muncul itu biasanya diiringi oleh suara Guntur yang nyaring dan bergemuruh. Sehingga, banyak manusia yang takut dan ngeri melihatnya, apalagi anak-anak. Mereka biasanya sampai menjerit dan menangis karenanya. Akan tetapi, setelah kilat itu muncul, tidak berapa lama hujan turun membasahi muka bumi. Dengan hujan itu, Allah Swt menghidupkan bumi sesudah matinya. Tanah yang mula-mula kering menjadi basah, sehingga bermunculan tanam-tanaman yang bisa dimakan dan diambil manfaat oleh manusia dan binatang. Begitulah Allah Swt memberikan gambaran, bahwa ketakutan itu hanya merupakan ujian belaka, dan dibalik ujian itu terdapat hikmah dan pelajaran yang sangat berharga bagi manusia yang mampu bersabar dan ikhlas menerimanya.

Banyak hal yang menyebabkan rasa takut itu muncul. Diantaranya, adanya ancaman, intimidasi, pelecehan, kekerasan baik di rumah tangga maupun dimasyarakat, tersangkut kasus hukum, kebakaran, banjir, longsor, dendam, gempa dan gunung meletus, kelaparan, narkoba, penyakit, dan bahkan gangguan setan dan jin. Akibat dari rasa takut dan cemas itu bisa menyebabkan Stres, depresi, berkurangnya rasa percaya diri, menjadi penyendiri, sulit untuk berkonsentrasi, sulit tidur, jantung berdebar-debar, Sesak nafas, lelah, letih, lesu dan sebagainya. Kalau hal itu terus dibiarkan akan berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Hidupnya tidak akan tenang dan bahagia. Setiap saat selalu dibayang-bayangi rasa takut yang tidak jelas dan berujung. Jiwanya akan terguncang dan bisa mengalami trauma yang berkepanjangan. Dan yang lebih parah lagi bisa menjadi paranoid, yaitu gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Hal ini ditandai dengan proses pikiran yang terganggu yang cirinya berupa kecemasan atau ketakutan yang berlebihan secara tidak rasional dan timbul delusi (pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; khayal). Pemikiran paranoid biasanya disertai anggapan akan dianiaya oleh sesuatu yang mengancamnya. Kalau terus dibiarkan bisa menimbulkan kegilaan.

Allah Swt telah menyatakan bahwa rasa takut itu hanya kepada-Nya. Jangan kepada makhluk lain, apakah itu manusia maupun setan dan jin. Sebab, takut kepada Allah Swt merupakan bentuk keimanan seseorang. Firman-Nya “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Qs.3:175). “Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Qs.9:13). “Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk” (Qs.2:150). “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Qs.5:44). “Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut" (Qs.16:51).

Ketika rasa takut yang muncul di dalam dirinya hanya kepada Allah Swt. Maka Allah akan memberikan petunjuk dan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Yang jelas, Allah Swt akan memberikan rasa senang dan tenang di dalam dirinya, sehingga tidak ada lagi rasa kekhawatiran (ketakutan). Bahkan tidak akan bersedih hati lagi. Firman-Nya “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (Qs.2:38). Selain itu, orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah, maka dia akan mendapat kemenangan. Firman-Nya “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan” (Qs.24:52). Bahkan, Allah Swt memberikan tempat tinggalnya di surga (Qs.79:40-41). Yaitu surga ‘Adn yang mengair di bawahnya sungai-sungai dan mereka akan kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan merekapun juga rida kepada-Nya. Hal tergambar dalam al-Qur’an sebagai berikut “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)” (Qs.79:40-41). Dan, “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (Qs.98:8).

Untuk mendapatkan rasa senang dan tenang serta tidak bersedih hati, sehingga tidak ada rasa kekhawatiran (ketakutan) di dalam jiwanya. Al qur’an menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan oleh semua orang, yaitu beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh (Qs.2:62). Berserah diri (tawakkal) kepada Allah dan berbuat kebaikan (Qs.2:112). Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima) (Qs.2:262). Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan (Qs.2:274). Orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat (Qs.2:277). Apabila, semua itu bisa dilakukan maka tidak akan ada lagi kekhawatiran (ketakutan) di dalam jiwanya. Bahkan Allah akan memberikan pahala kepadanya. Dengan demikian, hidupnya akan diliputi rasa tenang, damai, bahagia dan tentram. Semoga…!!!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 13 Oktober 2018

Selasa, 09 Oktober 2018

Jenuh

Jenuh adalah suasana jemu atau bosan. Ada yang membedakan antara jenuh dengan bosan. Jenuh itu perasaan lelah ketika telah melakukan suatu aktifitas secara terus-menerus. Sedangkan bosan itu perasaan ketika melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, atau monoton. Jenuh bisa meliputi perasaan jemu dan bosan. Setiap orang pernah mengalami dan merasakan kejenuhan didalam hidupnya. Apapun aktifitas yang dilakukannya, selama itu dikerjakan secara rutin, maka suatu saat akan mengalami kejenuhan itu. Tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan atau aktifitas, makan dan minum pun bisa juga jenuh. Ketika menu yang disuguhkan itu-itu saja tanpa ada perubahan. Dan juga karena terlalu sering menyantap hidangan yang sama. Atau telah menyantap makanan yang lebih lezat dan sebagainya. Bukan hanya makan dan minum. Dalam hubungan seksual pun ada yang mengalami kejenuhan. Sehingga tidak jarang hubungan antara suami-isteri jadi renggang dan bahkan terjadi perceraian. Padahal mereka telah membina hubungan rumah tangga selama puluhan tahun.

Seorang petani merasa jenuh dan bosan dengan aktifitas bertaninya. Apalagi kalau hasil pertaniannya mengalami kerugian dan tidak mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Seorang pedagang juga jenuh dengan aktivitas dagang setiap harinya. Apalagi kalau perdagangan yang dilakukannya mengalami kerugian. Seorag guru ketika mengajar juga akan merasakan kejenuhan dengan tugas mengajarnya. Apalagi dari awal bertugas tidak pernah pindah tempat dan mengajar sudah puluhan tahun. Seorang guru juga jenuh dengan kondisi siswa/i yang diajarnya. Ketika ilmu yang diajarkan tidak bisa diterima dengan baik oleh anak didiknya. Seorang pejabat (semua tingkatan) pun juga akan merasakan kejenuhan, ketika kinerja bawahannya tidak sesuai dengan harapan. Komunikasi antar jajaran pegawai dibawahnya tidak terjalin dengan baik. Sehingga program yang ditargetkan tidak berjalan dengan semestinya. Bahkan cenderung terbengkalai. Tidak hanya pejabat dan bawahan, sekelas presedin pun juga akan merasakan kejenuhan. Ketika para Menteri dan pejabat yang setingkat dan dibawahnya tidak dapat menjalankan program yang telah dicanangkan. Bahkan seorang raja pun bisa juga jenuh. Ketika rakyatnya banyak yang kelaparan dan sengsara dan sebagainya.

Kejenuhan yang dialami orang merupakan hal yang lumrah. Ketika pekerjaan dilakukan secara terus-menerus dan tidak tergantikan akan menimbulkan kejenuhan. Belum lagi tuntutan kerja yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa diselesaikan dengan baik. Seorang murid juga terkadang jenuh dan bosan. Ketika guru yang mengajar tidak bisa menjelaskan pelajarannya dengan baik. Metode mengajar yang monoton. Tidak bisa menguasai kelas dengan baik, sehingga siswa menjadi mengantuk, dan tertidur. Apalagi ruangan belajar yang panas, bau dan sumpek. Jamaah di pengajian pun tidak luput dari kejenuhan. Ketika sang ustaz atau kiyai yang memberikan pengajian tidak dapat dipahami oleh mereka. Materi yang terlalu tinggi sehingga susah dicerna. Atau cara penyampaian sang ustaz yang kurang menarik serta menggunakan Bahasa-bahasa yang tidak dipahami jamaah. Seorang anak bisa juga jenuh dengan orang tuanya dirumah. Anak tidak bisa beraktifitas diluar karena dilarang. Dirumah selalu disuruh-suruh mengerjakan tugas rumah tangga, seperti mencuci pakaian, setrika, menyapu dan mengepel lantai dan sebagainya. Sehingga waktu untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya tidak ada lagi. Selain itu, pasangan kekasih yang lagi dimabuk asmara juga bisa merakasan kejenuhan. Ketika salah satu pasangan tidak memahami keinginan kekasihnya. Sikap mau menang sendiri dan cenderung tidak mau mengalah. Belum lagi pasangan yang diharapkan bisa bersikap romantis ternyata tidak. Justru, setiap bertemu menjadi tegang dan kaku. Dan sebagainya.

Seseorang yang suka membaca, olah raga, nonton (Televisi/bioskop), rekreasi, traveling, bisa juga mengalami kejenuhan. Membaca buku-buku novel yang terkenal dan menarik, atau buku-buku agama, sains dan sebagainya bisa mengalami kejenuhan. Ketika tema dan isi dari buku itu sudah diketahui dan tidak memberikan informasi yang baru. Olah raga rutin yang melelahkan dan padat juga menyebabkan kejenuhan. Nonton televisi dan bioskop yang menampilkan film atau sinetron yang kurang menarik juga jenuh. Rekreasi, traveling dan wisata relegi pun bisa jenuh. Dan masih banyak kejenuhan-kejenuhan yang dialami oleh setiap orang didalam kehidupan ini.

Kejenuhan-kejenuhan yang dirasakan itu terkadang membawa kepada masalah yang serius. Rasa jenuh itu terus menjadi kepikiran. Sehingga menyebabkan mereka menjadi stress. Hal ini berdampak kepada diri mereka sendiri, seperti susah tidur, berkurangnya nafsu makan, melamun, mengkhayal, emosional meningkat (cepat tersinggung), berdiam diri dan cenderung menyendiri. Gejala stress seperti itu kalau dibiarkan bisa meningkat menjadi frustasi. Atau lebih parah dari itu bisa menjadi defresi dan gila. Itu merupakan penyakit psikologis akibat dari kejenuhan yang kuat dan memuncak. Selain berdampak kepada psikologi orang, juga berdampak kepada fisik. Penyakit fisik yang muncul, diantaranya sakit kepala, maag, liver, jantung, dan sebagainya. Oleh sebab itu, kejenuhan yang dialami seseorang jangan dibiarkan menjadi besar yang berdampak kepada fisik dan psikologis. Yang semua itu akan menyebabkan dirinya menjadi sengsara dan celaka.

Kejenuhan yang dialami dalam hidup merupakan hal biasa. Ketika itu menjadi beban masalah sehingga menjadi pemikiran yang intens. Akhirnya hati menjadi gelisah dan tidak tenang. Kegelisahan yang dihadapi dan dirasakan itulah yang menyebabkan rasa jenuh. Kegelisahan menimbulkan pikiran menjadi kacau. Masalah yang kecil menjadi besar. Sehingga hidup menjadi tidak tenteram dan tenang. Padahal, ketenangan itu merupakan kunci kebahagiaan seseorang. Ketika hatinya tenang, maka rasa jenuh dan gelisah itu akan hilang. Tapi, bagaimana agar ketenangan itu bisa didapat?. Bisa saja, setiap orang berbeda-beda dalam mencari untuk mendapatkan rasa tenang itu dalam hidupnya. Sebagai seorang yang beragama Islam, Allah Swt sudah jelas dan terang benderang menyatakan bahwa “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Qs.13:28). “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs.48:4). “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs.29:45).

Ya! Hanya dengan mengingat Allah sajalah hati akan menjadi tenang. Ketenangan yang didapatkan merupakan suatu ketenangan yang hakiki. Dimanapun dan dalam kondisi apapun, ketika seseorang dalam hidupnya selalu ingat kepada-Nya, maka rasa jenuh, bosan, dan sebagainya akan hilang. Setiap aktifitas dan pekerjaan yang dijalankan hendaklah diniatkan dan ditujukan untuk mencari rida-Nya. Apapun profesinya dan dimanapun dia berada, hendaklah berbuat ikhlas dan rela terhadap apa yang didapat dan diraihnya. Rida adalah merupakan sikap menerima dengan puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah Swt. Orang yang memiliki sikap rida (rela) akan mampu melihat hikmah dan kebaikan di balik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu melihat keagungan, kebesaran dan kemahasempurnaan Allah yang telah memberikan berbagai cobaan kepadanya sehingga ia tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan itu. Ketika itu sudah tertanam di dalam hati dan jiwa seseorang, maka hidupnya tidak akan gelisah, sedih, jenuh, bosan dan segala kesusahan didalam hidupnya akan sirna. Hidupnya akan tenang, damai dan tenteram. Sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan didapatnya, dimanapun ia berada. Semoga…


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 9 Oktober 2018

Popular