Pada suatu waktu, Guru kami memberikan
sebuah pelajaran tentang kerohanian di sebuah Lembaga pendidikan kader dakwah.
Kami menyebut guru kami itu dengan pimpinan. Karena Beliau yang memiliki
Lembaga pendidikan itu dan menjadi pengajar rutin setiap malam rabu dengan materi
kerohanian. Entah apa ‘Asbabun Nuzul’ atau ‘Asbabul Wurud’ nya
sehingga materi itu bernama kerohanian. Padahal biasanya setiap pelajaran yang
membahas tentang rohani dikaitkan dengan ilmu tasawuf. Atau sufistik. Dan kami
pun tidak pernah juga bertanya atau pun membahasnya. Semuanya tenggelam dengan
materi yang diajarkan dengan penuh kesejukan dan ketenangan, serta menggugah
dan menggetarkan kalbu. Pimpinan memberikan pelajaran tentang kerohanian itu
dengan sangat bagus. Selain menggugah jiwa, materi yang disampaikan beliau juga
ilmiah. Baik kitab-kitab klasik maupun yang kontemporer dijadikan rujukan dalam
setiap kali pembelajaran. Hal ini lebih memperdalam dan memperkaya wawasan
keagamaan kami waktu masih menjadi ‘santri’ di Lembaga itu. Dan itu juga yang
menjadi modal kuat bagi kami untuk meneruskan tongkat estafet dakwah kepada
masyarakat.
Teringat, ketika pimpinan memberikan materi
kerohanian, Beliau memaparkan tentang tiga lingkaran setan. Beliau mengatakan
bahwa nama itu bukanlah sesuatu yang ilmiah. Dan tidak ada dalam kitab manapun.
Itu merupakan istilah beliau saja untuk menggambarkan betapa dahsyatnya dampak
dari ketiga lingkaran itu. Yaitu, MALAS, BODOH dan MISKIN.
Pimpinan memberikan nama ketiga hal itu dengan lingkaran setan. Sebab, sangat
susah untuk memulainya sehingga ketiga lingkaran itu menjadi momok bagi
manusia. Orang menjadi malas, apakah karena boboh dan miskin. Atau, orang
menjadi bodoh apakah disebabkan karena malas dan miskin. Atau pula, orang
menjadi miskin apakah karena dia malas dan bodoh. Di bolak-balik ketiga macam
itu tetap tidak memuaskan diri kita. Dari manapun mengawali tiga hal itu, tetap
hasilnya adalah negatif. Dan itu merupakan sebuah penyakit yang diidap oleh
kebanyakan manusia. Sehingga wajar, kalau pimpinan (guru) kami menyatakan bahwa
tiga macam (Malas, Bodoh, Miskin) itu sebagai sebuah lingkaran setan. Mereka
yang mempunyai salah satu karakter itu, apalagi sampai memiliki ketiganya, maka
dia akan masuk ke dalam lingkaran itu. Dan kalau sudah masuk, maka akan sangat
sulit keluar dari lingkaran itu. Orang yang masuk ke dalam lingkaran itu
hidupnya akan celaka dan tidak akan mendapatkan kebahagian. Setan merupakan
sebuah karakter dari kejahatan, kegelapan dan kesengsaraan. Setan akan terus
menggoda manusia sampai manusia itu juga menjadi setan.
Malas, bodoh dan miskin merupakan suatu
penyakit rohani. Rasulullah Saw tidak menghendaki umatnya memiliki karakter
seperti itu. Kalau ketiga hal itu ada pada diri seseorang, maka dunia akhirat
tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Orang boleh saja malas, akan tetapi tidak
menjadi bodoh. Orang boleh saja bodoh, akan tetapi jangan sampai menjadi malas.
Orang boleh saja miskin, akan tetapi jangan sampai menjadi malas dan bodoh dan
sebagainya. Malas, bodoh, dan miskin merupakan mata rantai yang saling
berkaitan. Ketiganya merupakan senjata setan untuk bisa menjerumuskan manusia
kepada kesengsaraan hidup baik didunia maupun diakhirat. Apalagi kalau ketiga
hal itu dikaitkan dengan kehidupan beragama seseorang. Malas dalam menuntut
ilmu dan beribadah kepada Allah Swt. Kemudian ditambah lagi dengan kebodohan
yang dimilikinya. Ketidaktahuan terhadap agama menyebabkan seseorang tidak bisa
menjalankan syariat yang telah diwajibkan kepadanya. Disebabkan hal itulah maka
manusia selalu lalai dalam mengingat dan menjalankan perintah Allah Swt. Firman-Nya
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu
melalaikanmu kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi” (Qs.63:9).
Selain malas dan bodoh, kemiskinan juga
merupakan masalah yang cukup serius. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im
yang menyatakan bahwa ‘Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran’. Walaupun ada
yang menyatakan bahwa hadits ini adalah dlaif, akan tetapi bisa kita pegangi
dalam kehidupan. Makna hadits ini sungguh jelas, dan sudah menjadi suatu
fenomena di masyarakat kita. ketika kemiskinan melanda seseorang dan ditambah
dengan keimanan yang dangkal. Tidak sedikit yang ‘membatalkan’ keimanannya. Murtad
merupakan pilihannya untuk bisa merubah kehidupannya. Ini merupakan suatu hal
yang sangat membahayakan. Karena itu, tidak salah kalau kemiskinan ini
merupakan salah satu pintu oleh setan untuk menggoda seseorang agar tergelincir
dan masuk ke dalam perangkapnya.
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk
selalu bekerja keras dalam kehidupan ini. Bukannya menunggu, rejeki itu harus
dijemput. Jangan hanya berpangku tangan menunggu bantuan dan belas kasihan dari
orang lain. Tidak pula bermalas-malasan dalam mencarinya. Semakin giat, rajin
dan kerja keras, maka rejeki yang diharapkan akan kita dapatkan. Selain usaha,
dalam mencari rejeki itu juga diperlukan pengetahuan untuk mendapatkan dan
mengembangkannya. Apa gunanya kerjas keras kalau tidak mengetahui apa-apa (bodoh).
Hasil yang didapatkan pun tidak akan maksimal. Karena itu, kerja keras juga
harus dibarengi dengan kerja Cerdas. Kerja keras itu bagian dari otot, sedang
kerja cerdas itu bagian dari otak. Ketika keduanya bersinergi, akan memberikan
hasil yang kita inginkan dan bahkan bisa melebihi diluar dugaannya. Kalau hal
itu bisa dilakukan, maka kemiskinan bisa dikikis dan mungkin saja bisa
dihapuskan. Tergantung usaha dan komitmen dari setiap orang untuk berbuat yang
terbaik untuk kehidupannya. Jika mau berhasil maka bekerja dengan sungguh-sungguh,
cerdas dan ikhlas. Dengan demikian, maka ‘tiga lingkaran setan’ itu bisa hilang
atau paling tidak berkurang dikalangan umat Islam. Sehingga Islam bisa jaya di
kemudian hari nanti…semoga….
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 20 Agustus 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar