MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 27 Mei 2024

Pelaksanaan Asesmen Sumatif Semester Genap Tahun Pelajaran 2023/2024

MAN 3 Balangan gelar Asesmen Sumatif (AS) Semester Genap Tahun Pelajaran 2023/2024. Asesmen Sumatif Genap dilaksanakan mulai tanggal 27 Mei s.d 10 Juni 2024 yang diikuti oleh seluruh siswa/i dari kelas X-XI. Seluruh siswa dikumpulkan dalam satu ruangan di Aula MAN 3 Balangan, Senin, 27 Mei 2024.

Sabtu, 25 Mei 2024

Pembacaan Yasin Setiap Pagi

Untuk mewujudkan pembiasaan yang baik. Setiap pagi Selasa, Rabu dan Kamis, sebelum pembelajaran MAN 3 Balangan melaksanakaan pembacaan rutin Yasin, Shalawat Busyra, Asmaul Husna, Doa. pembacaan Yasin dilaksanakan di halaman madrasah di pimpin oleh siswa secara bergiliran.

Apel Hari Kebangkitan Nasional

Pada Hari Senin, 20 Mei 2024, MAN 3 Balangan melaksanakan apel upacara rutin setiap senin yang dirangkai dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di halaman madrasah. Apel dihadiri seluruh ASN MAN 3 Balangan dengan pembina upacara, Futeri Sri Anisa, S.Pd

Kamis, 23 Mei 2024

Pembagian Surat Keterangan Lulus (SKL)

Kepala Madrasah, Masroliyan Nor, S.Pd.I., M.Pd memberikan arahan dan nasehat kepada seluruh kelas XII MAN 3 Balangan di Aula Madrasah dalam rangka pengumuman kelulusan dan pembagian SKL dan raport, Senin, 6 Mei 2024

Kegiatan Jumat Takwa

Kegiatan Jumat Takwa di Aula MAN 3 Balangan. Tausyiah diisi oleh Ahmad Mawardi, S.H.I. Jumat, 26 April 2024

Halal Bi Halal Guru dan Siswa MAN 3 Balangan


Halal Bi Halal antara guru dan siswa/i MAN 3 Balangan pada hari pertama masuk sekolah setelah libur Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H, Senin 16 Maret 2024

Halal Bi Halal di Asrama Haji


Kegiatan Halal Bi Halal keluarga Madrasah di Asrama Haji yang diiukuti seluruh Kepala Madrasah negeri dari MIN, MTSN, MAN, seluruh kepala Kantor Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan, Senin 15 April 2024



Rabu, 22 Mei 2024

Tolak Gratifikasi

Kepala MAN 3 Balangan, Masroliyan Nor ikut memeriahkan dan memasyarakatkan slogan Tolak Gratifikasi berupa pembuatan Twibbon Kementerian Agama Republik Indonesia

Senin, 20 Mei 2024

Merajut Ukhuwah di Tengah Masyarakat Multikultural Perspektif Al Qur'an



BAB I

PENDAHULUAN

 

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku, agama, budaya, adat istiadat, bahasa, kepercayaan, dan lain sebagainya. Dengan beragamnya suku bangsa itu, maka tidak jarang terjadi konflik antara suku, agama, ras dan lainnya.

Konflik yang terjadi bisa berawal dari pandangan agama yang berbeda. Kemudian meluas kepada konflik antar suku, dan ras. Bisa juga karena saling sindir atau salah paham hingga berdampak kepada saling serang. Bisa juga akibat terlalu mengagungkan sukunya sehingga menganggap remeh kepada suku lain, dan lain sebagainya.

Kita bisa membaca sejarah kelam bangs akita akibat konflik di masyarakat. Konflik kerusan di Ambon (1999) yang menjurus kepada agama. Kerusuhan di Situbondo pada bulan Oktober 1996. Kerusuhan di Tasikmalaya di penghujung Desember 1996. Tragedy Ketapang 1998. Tragedi Sampit 2001 di Kalimantan Tengah antara masyarakat Dayak dan Madura. Di Kalimantan Selatan ada tragedi Mei 1998 yang banyak memakan korban. Yang terbaru kejadian di pulau Rempang Batam terkait hak pemilikan tanah, dan banyak lagi kasus-kasus yang terjadi.

Hal ini membuat kita miris melihatnya. Masyarakat yang multikultural yang selama ini hidup dengan damai, tentram dan aman. Tiba-tiba bisa menjadi konflik yang besar dan memakan korban harta dan nyawa. Konflik-konflik seperti ini jangan dibiarkan. Harus bisa kita cegah dan diperbaiki sehingga kedepan tidak lagi terjadi konflik. Persaudaran harus terus dirajut agar tercipta persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa.

Mengacu kepada permasalahan itu, maka saya mencoba untuk mengangkat makalah ilmiah al quran dengan judul “Merajut Ukhuwah Di Tengah  Masyarakat Multikultural Persepektif Al Qur’an”

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Terdiri lebih dari 1.340 suku, memiliki 546 bahasa daerah yang berbeda, berdiam di wilayah atau pulau lebih dari 17.504 pulau dan berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa. Indonesia juga memiliki enam agama yang diakui oleh negara, yaitu Islam (87,2%), Kristen Protestan (6,9 %), Kristen Katholik (2,9 %), Hindu (1,7 %) Budha (0,7 %), dan Konghuco (0,2 %). Selain itu 250-an beragam ‘agama’ kepercayaan yang di miliki masyarakat.[1] Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi multikultural yang memiliki banyak budaya dan kepercayaan yang mengikat jati diri bangsa Indonesia.

Dengan beragamnya suku bangsa, agama dan kepercayaan, Bahasa dan budaya yang dimiliki oleh bangsa indoneisa, akan menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Baik dalam hal keyakinan, cara berpikir, cara bergaul dan beradaptasi, tutur Bahasa, gaya hidup dan lain sebagainya. Kalau potensi seperti ini tidak dikelola dengan baik, maka akan bisa terjadi perpecahan, perbedaan pendapat, keyakinan yang akan berakibat fatal terhadap disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan ini harus benar-benar dirawat dengan baik.

Perlu kebersamaan dari semua pihak baik, pemerintah, masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan lain sebagainya agar tetap saling bisa menghargai, hormat-menghormati, bantu-membantu, dan saling berkasih sayang. Sebab, perbedaan yang ada tidak akan bisa disamakan apabila dipaksakan harus sama. Jika ini terjadi, maka akan terjadi ketidakrelaan, ketidaksukaan, dan muncul perlawanan yang berakibat kepada disintegrasi bangsa.

Nah, untuk bisa merawatnya, maka kita harus merajut perbedaan dan persamaan yang dimiliki diantara sesama kita. Apapun agamanya, apapun suku dan bahasanya, bagaimanapun budaya yang dimilikinya, pasti ada perbedaan, akan tetapi juga masih ada persamaan. Selama itu, baik dan tidak bertentangan dengan fondasi keyakinan agama masing-masing, maka hal itu perlu dilakukan, agar keragaman masyarakat tetap terjaga dengan baik, rukun, tentram dan damai. Tanamkan dalam diri masing-masing rasa persaudaran (ukhuwah) sebangsa dan setanah air.

Di Tengah-tengah masyarakat yang multikultural tersebut, diperlukan sikap yang moderat untuk bisa merawat keberagaman itu, agar tidak terjadi perselisihan, pertengkaran, permusuhan dan bahkan saling serang-menyerang diantara suku dan masyarakat di Indonesia. Untuk itu, masyarakat yang multikultural itu harus bisa kita rajut dalam bingkai ukhuwah insaniyah (Basyariah) dan ukhuwah wathaniyah.

A.   Pengertian Ukhuwah

Kata ukhuwah yang diartikan sebagai persaudaraan terambil dari akar kata yang mulanya berarti memperhatikan. Dari adanya perhatian itu, maka muncul adanya persamaan diantara berbagai pihak yang bersaudara. Sehingga makna kata ukhuwah diartikan sebagai setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaa keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan.

Sedangkan secara majazi, kata ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan.[2]

B.   Ukhuwah Insaniyah (Basyariah)

Ukhuwah Insaniah adalah persaudaran sesama manusia. Yakni berasal dari seorang ayah dan ibu yang sama yakni Adam dan Hawa. Hal ini merupakan sebuah Sunnatullah, dimana dibelahan dunia ini berbagai macam etnik manusia tinggal merupakan suatu persebaran manusia di muka bumi ini.

Dengan terbentuknya manusia dari satu Rahim yang sama, menyebabkan munculnya tali persaudaran sebagai sesama manusia di muka bumi ini.

Dalam al Qur’an, Allah Swt menjelaskan tentang ukhuwan insaniyah ini, diantaranya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ.[3]

Dalam ayat itu, sangat jelas Allah Swt telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang Perempuan. Dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, tujuannya adalah untuk saling kenal-mengenal supaya terjalin persaudaraan yang baik.

C.   Ukhuwah Wathaniyah

Ukhuwah Wathaniah merupakan persaudaraan antar bangsa atau negara. Dibelahan bumi ini berbagai macam bangsa dan negara yang terbentuk. Mereka memiliki ragam budaya dan agama yang berbeda-beda. Memiliki Bahasa dan suku maupun ras (golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik) sehingga semakin menambah keberagaman budaya, agama, politik dan sebagainya. hal ini menuntut untuk senantiasa berkomunikasi dengan baik dan saling menghargai antar bangsa dan negara.

Hal ini juga telah disebutkan dalam al Qur’an (49:13) yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa untuk bisa berkomunikasi dengan baik supaya terajut tali persaudaraan antar bangsa.

D.   Merajut Ukhuwah di Tengah Masyarakat Multikultural

Merujut artinya usaha yang dilakukan untuk memintal tali-tali jala atau jaring pada penangkap ikan. Pada makalah ini, merajut dijadikan kata dalam membingkai ukhuwah, dengan maksud usaha untuk membuat tali persaudaran diantara sesama manusia senantiasa terjalin dengan baik. Sebab, ditengah masyarakat yang multikultural ini persaudaran terkadang bisa terlepas dan hilang. Sebabnya bermacam-macam. Bisa akibat perbedaan keyakinan (agama), perbedaan suku, Bahasa, budaya, pandangan politik dan sebagainya. Oleh sebab itu, persaudaraan ini perlu terus dijalin dengan baik, agar konflik-konflik terkait perbedaan-perbedaan yang ada dimasyarakat bisa diminimalisir.

Untuk merajut dan memantapkan Ukhuwah (persaudaraan) ditengah-tengah masyarakat yang multikultural tersebut, setiap orang perlu memiliki sikap yang moderat (Wasath). Orang-­orang yang moderat memiliki kecenderungan lebih ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama masing-masing.

Perlu kedewasaan bersikap dan berpikir dalam menyikapi perbedaan-perbedaan itu. Dalam al Qur’an, Allah Swt telah menjelaskan bagaimana cara bersikap dalam merajut keberagaman ini agar tetap utuh dan bisa terjalin dengan baik, diantaranya adalah :

1.    Saling Hormat-Menghormati

Hal ini tergambar dalam al Qur’an yang menuntut umat beragama saling menjaga kepercayaannya (tauhid) masing-masing. Tidak boleh saling mempengaruhi, mengajak untuk ikut dalam kegiatan spiritual agamanya. Hal ini merupakan bentuk toleransi dalam beragama. Allah Swt menegaskan agar saling menjaga kepercayaan dalam beragama. Tidak saling mengganggu dan saling hormat-menghormati. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an :

لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ.[4]

Di ayat lain disebutkan bahwa amal (perbuatan) bisa dikerjakan masing-masing dan tidak perlu dipertengkarkan. Masing-masing umat beragama mempunyai keyakinan masing-masing bahwa ibadahnya pasti diterima oleh tuhan. Setiap perbuatan baik ada pahalanya, dan perbuatan jahat ada dosanya. Masing-masing harus memegang prinsip ini, agar bisa saling menghormati dalam pelaksanaan ibadah masing-masing.

لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَٰلُكُمۡۖ لَا حُجَّةَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُۖ ٱللَّهُ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَاۖ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ.[5]

Sikap untuk memberi ruang dan tidak mengganggu hak orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat, meskipun hal tersebut berbeda dengan apa yang kita yakini merupakan bentuk penghormatan kepada pemeluk agama lain. Ini merupakan salah satu cara merajut keberagamaan dalam beragama supaya terjalin dengan mesra, baik dan damai.  

2.    Mencari Titik Singgung dan Titik Temu Antarpemeluk agama

Al Quran juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al Quran menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. Hal ini dijelaskan dalam Al qur’an :

قُلۡ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٖ سَوَآءِۢ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡٔٗا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ. [6]

Mencari titik temu dalam beragama itu penting. Yang dicari temunya bukan terkait dengan ibadah ataupun tauhid. Sebab, hal itu pasti berbeda dan tidak akan bisa dicari titik temunya. Bahkan jika dipaksakan akan terjadi pertengkaran dan perpecahan. Titik temu disini terkait dengan masalah muamalah (sosial). Hubungan antara sesama manusia. Disetiap agama ada ajaran berbuat baik kepada setiap manusia. Berbuat baik kepada orang tua, Binatang, menghargai pendapat, tolong menolong dan lain sebagainya. Ajaran-ajaran universal seperti ini perlu digaungkan diantara umat beragama, supaya kehidupan sosial bermasyarakat bisa saling memahami, bisa saling menghargai dan tidak akan saling mengklaim kebenaran. Sebab, ajaran kebaikan itu merupakan ajaran universal yang dimiliki oleh semua agama. Jika ini, terus digaungkan maka persaudaran (ukhuwah) akan mudah dirajut dengan baik.

3.    Menghindari sikap lahir dan batin yang memperkeruh Hubungan antar manusia.

Dalam agama Islam, seluruh umat manusia adalah saudara, baik sesama islam, sesama manusia dan antar bangsa dan negara. Agar terjalin persaudaran yang baik, manusia dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Apabila perbuatan-perbuatan yang tidak baik ini dilakukan, akan memperkeruh dan bahkan bisa merusak jalinan persaudaran yang sudah dirajut bersama.

 

Di dalam Al Qur’an, kita dilarang untuk merendahkan atau mengolok-olok orang lain, suku ataupun bangsa. Sebab, boleh jadi orang yang kita rendahkan atau olok-olok itu mereka lebih baik atau mulia dari pada kita. Selain itu, sikap suka mencela atau menghina orang lain dan memberi gelar atau panggilan yang buruk kepada orang lain. Hal ini akan membuat orang lain akan marah, berontak dan bisa terjadi perkelahian, pertikaian dan bisa lebih fatal dari itu yaitu pembunuhan. Hal ini dijelaskan dalam Al qur’an :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ. [7]

Selain itu, ada juga sikap yang perlu dihindari dalam merajut ukhuwah insaniyah dan wathaniah dalam kehidupan. Yaitu sikap buruk sangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain dan suka menggunjing. Hal ini dijelaskan dalam al Qur’an :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ.[8]

Sikap beragama yang baik tidak melulu harus dari agama yang lain. Dalam Islam pun juga harus memiliki sikap yang baik. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain baik apabila kita tidak berbuat baik. Orang lain bisa menahan kata-kata, umat Islam pun juga harus bisa menjaga perkataan dan sikap yang baik. Sikap mengolok-olok, merendahkan, menghina termasuk perbuatan provokatif. Orang atau umat lain akan tersinggung dan marah. Begitu juga menggunjing (ghibah), serta mencari-cari kesalahan orang lain merupakan perbuatan yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Umat islam harus bisa menjaga diri, baik sikap dan perkataannya. Tidak hanya kepada sesama muslim, juga kepada umat beragama lainnya. Tidak hanya terkait agama, bahkan suku, Bahasa, budaya dan lainnya. Jika kita sama-sama menjaga diri dari perbuatan tersebut, maka ukhuwah (persaudaran) di Tengah masyarakat multikultural ini akan terajut dengan baik. Buhul-buhul tali persaudaran akan terikat dengan kuat. Bagaimanapun badai ataupun angin beliung datang menghantam, ia akan tetap kokoh se kokoh batu karang dipinggir laut. Semoga! Wallahu ‘alam bis shawab. 

BAB III

PENUTUP 

A.      Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di ambil kesimpulan, bahwa untuk merajut ukhuwah (persaudaran) di tengah masyarakat yang multikultural diperlukan beberapa cara, yaitu :

1.        Saling Hormat-Menghormati

2.        Mencari Titik Singgung dan Titik Temu Antarpemeluk agama

3.        Menghindari sikap lahir dan batin yang memperkeruh Hubungan antar manusia

B.       Saran-Saran

Dalam pembuatan makalah ilmiah al qur’an ini tentunya banyak kekurangan dan kekhilafan. Tentunya perlu perbaikan dan koreksi. Saya sebagai penulis siap menerima setiap masukan, kritik dan saran yang membangun demi kemajuan pembuatan makalah yang akan datang.

Daftar Pustaka

Shihab, Quraish, Membumikan Al Qur’an : Fungsi dan Pikiran Wahyu Dalam Kehidupan Masayarakat, Bandung : Mizan, 1998.

 

_____________, Wawasan Al Qur’an : Fafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung, Mizan, 2004.

 

_____________, Membumikan Al Qur’an Jilid 2 : Memfungsikan Wahyu Dalam Kehidupan, Jakarta : Lentera Hati, 2011.

 

Al Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta : Ciputat Press, 2003.

 

Tahir, Tarmizi, Berislam Secara Moderat, Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu, 2007. 



[1] Data BPS, 2010/2013

[2] Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung : Mizan, 2004), Cet ke-XV h. 486).

[3] Qs. Al Hujurat (49): 13.

[4] Qs. Al Kafirun (109): 6.

[5] Qs. Al Syura (42): 15.

[6] Qs. Ali Imran (3): 64.

[7] Qs. Al Hujurat (49): 11.

[8] Qs. Al Hujurat (49): 12.

Sukseskan Hari Sejuta Kiblat

Kepala MAN 3 Balangan, Masroliyan Nor ikut memeriahkan dan memasyarakatkan Slogan Hari Sejuta Kiblat berupa pembuatan Twibbon Kementerian Agama Republik Indonesia


Rabu, 15 Mei 2024

Pesta Pasti Berakhir (Revisi)

Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah judul lagu Rhoma Irama dengan judul yang sama, yaitu Pesta Pasti Berakhir. Tulisan ini bukan untuk menafsirkan isi lagunya. Karena saya bukan seorang yang ahli dalam menafsirkan sebuah lagu hehe…

 

Saya hanya melihat bahwa lagu-lagu yang dibawakan oleh H. Rhoma Irama beserta Group Sonetanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang luar biasa. Selain enak dan sahdu didengarnya, lagu-lagu yang Beliau ciptakan dan langsung dinyanyikannya penuh dengan makna, nasihat dan hikmah bagi mereka yang mendengarkannya. Semua kalangan yang menyukai pasti sepakat dengan apa yang saya sebutkan itu. Kebetulan saja, dalam tulisan ini saya hanya mencoba untuk memberikan sedikit ‘tafsir’__sekali lagi saya bukan ahli tafsir hehe___untuk lagu itu.  Lirik lagunya menggambarkan tentang kehidupan di dunia ini yang hanya sementara. Sang penulis lagu mengibaratkan kehidupan dunia yang serba sementara ini dengan Pesta Pasti Berakhir. Bait pertama lirik lagu itu adalah :

 

Berumah megah bermobil mewah

Itu tujuan banyak manusia

Uang berlimpah pakaian indah

Itu tujuan banyak manusia

Makanan dan minuman yang serba lezat

Santapan yang selalu dicari

Rekreasi yang mahal serta memikat

Hiburan yang selalu dinikmati


Dalam bait pertama, syair lagu itu diceritakan bahwa berumah megah, bermobil mewah dan uang belimpah serta pakaian yang indah merupakan tujuan banyak manusia. Dengan memiliki semua itu akan mudah mendapatkan makanan, minuman yang lezat. Rekresasi dan hiburan di manapun akan bisa dinikmati. Merupakan hal yang lumrah, bahwa kebanyakan dari manusia menginginkan semua itu. Sebab, semua kemewahan dan kenikmatan yang diperoleh itu merupakan kesenangan hidup semua manusia. Hal ini sudah dinyatakan Allah bahwa kesenangan hidup di dunia itu adalah d
ijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak (diantaranya ; binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri) dan sawah ladang. Akan tetapi perlu diingat bahwa semuanya kesenangan hidup yang didapatkan itu hanya kesenangan hidup di dunia belaka. Kesenangan itu tidak ada artinya di sisi Allah Swt. sebab, tempat terbaik bagi manusia itu berada disisi-Nya, yakni surga.

 

Qs. ‘Ali ‘Imran (3): 14

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ  ١٤

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

 

Mereka bekerja siang dan malam hanya untuk meraih semua itu. Kesuksesan hidup kadang diukur dengan punya rumah megah, mobil mewah, uang berlimpah, pakaian indah serta rekreasi dan hiburan yang membuat kesenangan mereka. Orang lain yang melihat pun akan cemburu dan menganggap semua kesenangan dunia telah mereka dapatkan. Seolah-olah ‘surga’ dunia sudah berada di dalam genggangannya. Padahal semua itu hanya sementara saja. Manusia bisa tertipu oleh gemerlap kesenangan hidup tersebut, apabila lupa kepada Allah Swt sebagai pemilik segala kebahagian. Kesenangan hidup itu hanya sementara belaka. Selama hidup didunia bisa didapatkan. Jangan melupakan kehidupan di akhirat yang hakiki. Yang bisa membuat kita hidup bahagia selamanya didalam surga-Nya. Hal ini sudah digambarkan oleh H. Rhoma Irama dalam bait lirik lagu yang kedua, yaitu :

 

Makan-minumlah senang-senanglah

Dalam pesta kehidupan dunia

Tapi ingatlah gunakan pikir

Bahwa pesta pasti kan berakhir

Dunia hanyalah persinggahan

Dari sebuah perjalanan Panjang

Dunia bukanlah tujuan

Namun hanya ladang tempat bertanam

 

Dalam lirik lagu itu disebutkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan dari sebuah perjalanan panjang. Dunia bukanlah tujuan, namun hanya ladang tempat bertanam. Dalam Bahasa Al qur`an dunia dinyatakan sebagai kesenangan yang palsu.

 

Qs. Al Hadid (57): 20

ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ  ٢٠

“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. 

 

Dalam ayat itu juga disebutkan bahwa dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan diantara kamu serta saling berbangga tentang banyaknya kekayaan dan anak keturunan. Sehingga banyak manusia yang tertipu oleh kesenangan dunia itu. Di ayat lain disebutkan lagi, selain permainan dan melalaikan dunia juga digambarkan sebagai senda gurau atau candaan belaka.

 

Qs. Muhammad (47): 36

إِنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۚ وَإِن تُؤۡمِنُواْ وَتَتَّقُواْ يُؤۡتِكُمۡ أُجُورَكُمۡ وَلَا يَسَۡٔلۡكُمۡ أَمۡوَٰلَكُمۡ  ٣٦

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” 

 

Disebutkan dalam ayat di atas, bahwa kehidupan dunia merupakan permainan dan senda gurau. Hanya orang-orang yang beriman dan bertakwa yang akan mendapatkan pahala dari perbuatannya selama di dunia. Kehidupan dunia tidak melalaikannya lupa kepada Allah Swt. justru, kehidupan dunia itu sebagai ladang untuk berbuat baik dan beribadah kepadsa-Nya. Sehingga apa yang didapatkannya akan memberi manfaat yang begitu besar baginya. Dia menyadari bahwa kehidupan atau kesenangan hidup didunia itu pastinya akan hilang dan lenyap. Istilah sang penulis lagu adalah Pesta Pasti Berakhir. Ya benar! Pesta pasti akan berakhir. Kehidupan akhiratlah yang akan kekal selamanya.

 

Makna Pesta

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pesta adalah perjamuan makan minum (bersuka ria dan sebagainya) atau perayaan. Pesta yang dilakukan itu berbagai macam. Ada pesta perkawinan, ulang tahun, tunangan, panen, dansa, olahraga, sunatan, pesta demokrasi dan sebagainya. Tergantung kebutuhan dan kemampuan orang dalam menyajikan serta menyuguhkan pesta itu. Bagi orang yang memiliki kelebihan harta, maka pesta yang diselenggarakan akan mewah. Tempat acara biasanya digedung yang luas dan besar. Bisa juga di hotel berbintang dan sebagainya. Sedang mereka yang memiliki kemampuan harta benda yang menengah ke bawah, acara pesta bisa diselenggarakan di rumah atau Gedung yang tidak begitu besar yang bisa menampung banyak orang. Inti dari pesta itu adalah jamuan makan disertai dengan hiburan. Hiburan yang disuguhkan terkadang mendatangkan artis ibukota ataupun artis yang terkenal. Semua orang yang hadir di dalam pesta itu penuh dengan kebahagian, kecerian, senda gurau, tawa, senyum. Mereka menikmati jamuan makan dan alunan musik yang disuguhkan. Terkadang jamuan makan yang disuguhkan banyak sekali. Undangan yang datang bisa memilih menunya. Semuanya terasa enak, sedap dan lezat. Pesta yang diselenggarakan ada yang setengah hari, satu hari penuh dari pagi sampai malam, ada pesta itu diselenggarakan selama beberapa hari bahkan lebih dari satu bulan. Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk bisa menggelar pesta itu. Semakin besar, megah, dan mewah pesta itu, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan.

 

Begitulah pesta itu diselenggarakan, baik pestanya itu diselenggarakan setengah hari, sehari penuh, seminggu ataupun berbulan-bulan. Yang perlu diingat bahwa semua itu pasti ada akhirnya. Kesenangan dan kebahagian akan hilang seiring dengan berakhirnya pesta itu. Semuanya serba sementara dan tidak akan abadi. Bisa saja, setelah selesai pesta itu akan mendatangkan penderitaan. Allah menyatakan bahwa kehidupan dunia berupa makan dan bersenang-senang yang manusia lakukan merupakan angan-angan belaka. Semuanya kosong. Kelak, diakhirat mereka akan mengetahui akibat dari perbuatan mereka yang terlalu mengangung-agungkan duniawai.

 

Qs. Al Hijr (15): 3

ذَرۡهُمۡ يَأۡكُلُواْ وَيَتَمَتَّعُواْ وَيُلۡهِهِمُ ٱلۡأَمَلُۖ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ  ٣

“Biarkanlah mereka itu (didunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat Perbuatannya)”

 

 

Pesta itu merupakan simbol dari kehidupan di dunia ini. Semua kesenangan hidup yang diterima di dunia suatu saat akan hilang. Pesta akan berakhir. Semua kehidupan di dunia ini pasti akan hilang dan lenyap. Hal ini akan di mulai saat kematian datang menjemput.

 

Qs. Yunus (10): 70

مَتَٰعٞ فِي ٱلدُّنۡيَا ثُمَّ إِلَيۡنَا مَرۡجِعُهُمۡ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ ٱلۡعَذَابَ ٱلشَّدِيدَ بِمَا كَانُواْ يَكۡفُرُونَ  ٧٠

“(bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka.”

 

 

Semua makhluk hidup di muka bumi ini pasti akan mengalami kematian. Allah menyatakan bahwa setiap yang bernyawa didunia ini pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan setiap orang. Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sesungguhnya, dia akan memperoleh kemenangan yang nyata. Sebab, kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdaya. Yang akan memberi penyesalan bagi manusia-manusia yang tertipu olehnya.

 

Qs. Ali ‘Imran (3):185

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ  ١٨٥

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” 

 

Di ayat lain disebutkan kematian itu pasti akan datang kepada siapapun. Walaupun dia berlindung dibalik atau didalam benteng yang tinggi dan kokoh. Manusia tidak bisa berlindung dari kematian. Dia akan datang ketika waktunya telah tiba.  

 

Qs. An Nisa (4): 78

أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا  ٧٨

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” 

 

Kematian akan menghilangkan semua kenikmatan dan kesenangan yang diperoleh di dunia ini. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa menghindar dan lari dari kematian. Mereka yang sadar bahwa hidupnya akan menuju kepada kematian akan mengisi hidupnya dengan kebaikan. Pesta boleh saja dilaksanakan, sesederhana atau pun semewah-mewahnya. Akan tetapi jangan sampai lupa pada akhir dari pesta itu. Jangan sampai pesta yang diselenggarakan itu justru melalaikan kita akan kematian. Allah Swt menyatakan bahwa bermegah-megahan itu akan melalaikan kamu sampai maut menjemput (masuk kedalam kubur). Hendaknya, kita jangan melakukan hal seperti itu. Sebab, kita akan mengetahui balasannya kelak.

 

Qs. At Takatsur (102): 1-3

أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ  ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ  ٢ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ  ٣

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.”

 

Begitulah, Allah mengingatkan kepada kita bahwa setiap kesenangan dan kemewahan dunia akan melalaikan kepada nikmat dan kematian. Bahkan disebutkan dalam ayat itu sampai ke dalam kubur. Nauzdubillahi min dzalik. Untuk itu, bagi mereka yang sadar bahwa ‘pesta akan berakhir’ akan mempersiapkan dirinya untuk ‘kembali’ kepada Allah Swt. Dia tidak tergoda dengan kesenangan, kemewahan dan kemegahan ‘pesta’ itu. Walaupun dia ikut di dalam pesta itu, akan tetapi jiwanya tidak terikat dan terbujuk oleh kesenangan acara didalamnya. Jiwanya tidak lalai dalam mengingat Allah. Semuanya dia lakukan hanya mengharap Ridha-Nya. Dan, tentunya bisa kembali menghadap-Nya dengan penuh kedamaian dan kebahagian. Semoga…

 

#Memyebarluaskan Kebaikan#

Lampihong, 15 Mei 2024

Popular