Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
kekayaan alam yang melimpah ruah. Indonesia merupakan negara yang memiliki
beragam suku, agama, budaya, adat istiadat, bahasa, kepercayaan, dan lain
sebagainya. Dengan beragamnya suku bangsa itu, maka tidak jarang terjadi
konflik antara suku, agama, ras dan lainnya.
Konflik yang terjadi bisa berawal dari pandangan agama
yang berbeda. Kemudian meluas kepada konflik antar suku, dan ras. Bisa juga
karena saling sindir atau salah paham hingga berdampak kepada saling serang.
Bisa juga akibat terlalu mengagungkan sukunya sehingga menganggap remeh kepada
suku lain, dan lain sebagainya.
Kita bisa membaca sejarah kelam bangs akita akibat
konflik di masyarakat. Konflik kerusan di Ambon (1999) yang menjurus kepada
agama. Kerusuhan di Situbondo pada bulan Oktober 1996. Kerusuhan di Tasikmalaya
di penghujung Desember 1996. Tragedy Ketapang 1998. Tragedi Sampit 2001 di
Kalimantan Tengah antara masyarakat Dayak dan Madura. Di Kalimantan Selatan ada
tragedi Mei 1998 yang banyak memakan korban. Yang terbaru kejadian di pulau
Rempang Batam terkait hak pemilikan tanah, dan banyak lagi kasus-kasus yang
terjadi.
Hal ini membuat kita miris melihatnya. Masyarakat yang
multikultural yang selama ini hidup dengan damai, tentram dan aman. Tiba-tiba
bisa menjadi konflik yang besar dan memakan korban harta dan nyawa.
Konflik-konflik seperti ini jangan dibiarkan. Harus bisa kita cegah dan
diperbaiki sehingga kedepan tidak lagi terjadi konflik. Persaudaran harus terus
dirajut agar tercipta persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa.
Mengacu
kepada permasalahan itu, maka saya mencoba untuk mengangkat makalah ilmiah al
quran dengan judul “Merajut Ukhuwah Di Tengah Masyarakat Multikultural Persepektif Al
Qur’an”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Terdiri lebih dari 1.340 suku, memiliki 546 bahasa daerah yang berbeda, berdiam di wilayah atau pulau lebih dari 17.504 pulau dan berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa. Indonesia juga memiliki enam agama yang diakui oleh negara, yaitu Islam (87,2%), Kristen Protestan (6,9 %), Kristen Katholik (2,9 %), Hindu (1,7 %) Budha (0,7 %), dan Konghuco (0,2 %). Selain itu 250-an beragam ‘agama’ kepercayaan yang di miliki masyarakat.[1] Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi multikultural yang memiliki banyak budaya dan kepercayaan yang mengikat jati diri bangsa Indonesia.
Dengan beragamnya suku bangsa, agama dan kepercayaan, Bahasa dan budaya yang dimiliki oleh bangsa indoneisa, akan menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Baik dalam hal keyakinan, cara berpikir, cara bergaul dan beradaptasi, tutur Bahasa, gaya hidup dan lain sebagainya. Kalau potensi seperti ini tidak dikelola dengan baik, maka akan bisa terjadi perpecahan, perbedaan pendapat, keyakinan yang akan berakibat fatal terhadap disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan ini harus benar-benar dirawat dengan baik.
Perlu
kebersamaan dari semua pihak baik, pemerintah, masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat dan lain sebagainya agar tetap saling bisa menghargai, hormat-menghormati,
bantu-membantu, dan saling berkasih sayang. Sebab, perbedaan yang ada tidak
akan bisa disamakan apabila dipaksakan harus sama. Jika ini terjadi, maka akan
terjadi ketidakrelaan, ketidaksukaan, dan muncul perlawanan yang berakibat
kepada disintegrasi bangsa.
Nah, untuk
bisa merawatnya, maka kita harus merajut perbedaan dan persamaan yang dimiliki
diantara sesama kita. Apapun agamanya, apapun suku dan bahasanya, bagaimanapun
budaya yang dimilikinya, pasti ada perbedaan, akan tetapi juga masih ada
persamaan. Selama itu, baik dan tidak bertentangan dengan fondasi keyakinan
agama masing-masing, maka hal itu perlu dilakukan, agar keragaman masyarakat
tetap terjaga dengan baik, rukun, tentram dan damai. Tanamkan dalam diri
masing-masing rasa persaudaran (ukhuwah) sebangsa dan setanah air.
Di
Tengah-tengah masyarakat yang multikultural tersebut, diperlukan sikap yang
moderat untuk bisa merawat keberagaman itu, agar tidak terjadi perselisihan,
pertengkaran, permusuhan dan bahkan saling serang-menyerang diantara suku dan
masyarakat di Indonesia. Untuk itu, masyarakat yang multikultural itu harus
bisa kita rajut dalam bingkai ukhuwah insaniyah (Basyariah) dan ukhuwah
wathaniyah.
A. Pengertian
Ukhuwah
Kata ukhuwah
yang diartikan sebagai persaudaraan terambil dari akar kata yang mulanya
berarti memperhatikan. Dari adanya perhatian itu, maka muncul adanya persamaan
diantara berbagai pihak yang bersaudara. Sehingga makna kata ukhuwah diartikan
sebagai setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaa
keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan.
Sedangkan
secara majazi, kata ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsur
seperti suku, agama, profesi, dan perasaan.[2]
B. Ukhuwah Insaniyah
(Basyariah)
Ukhuwah
Insaniah adalah persaudaran sesama manusia. Yakni berasal dari seorang ayah dan
ibu yang sama yakni Adam dan Hawa. Hal ini merupakan sebuah Sunnatullah, dimana
dibelahan dunia ini berbagai macam etnik manusia tinggal merupakan suatu
persebaran manusia di muka bumi ini.
Dengan
terbentuknya manusia dari satu Rahim yang sama, menyebabkan munculnya tali
persaudaran sebagai sesama manusia di muka bumi ini.
Dalam al
Qur’an, Allah Swt menjelaskan tentang ukhuwan insaniyah ini, diantaranya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ
وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ
أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ.[3]
Dalam ayat itu, sangat jelas Allah Swt telah menciptakan manusia dari
seorang laki-laki dan seorang Perempuan. Dan menjadikan manusia
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, tujuannya adalah untuk saling kenal-mengenal
supaya terjalin persaudaraan yang baik.
C. Ukhuwah Wathaniyah
Ukhuwah
Wathaniah merupakan persaudaraan antar bangsa atau negara. Dibelahan bumi ini
berbagai macam bangsa dan negara yang terbentuk. Mereka memiliki ragam budaya
dan agama yang berbeda-beda. Memiliki Bahasa dan suku maupun ras (golongan bangsa berdasarkan
ciri-ciri fisik) sehingga semakin menambah keberagaman budaya, agama, politik
dan sebagainya. hal ini menuntut untuk senantiasa berkomunikasi dengan baik dan
saling menghargai antar bangsa dan negara.
Hal ini juga telah disebutkan dalam al Qur’an (49:13) yang menyebutkan
bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa untuk bisa berkomunikasi dengan baik
supaya terajut tali persaudaraan antar bangsa.
D. Merajut Ukhuwah di Tengah Masyarakat Multikultural
Merujut artinya usaha yang dilakukan untuk memintal tali-tali jala atau
jaring pada penangkap ikan. Pada makalah ini, merajut dijadikan kata dalam
membingkai ukhuwah, dengan maksud usaha untuk membuat tali persaudaran diantara
sesama manusia senantiasa terjalin dengan baik. Sebab, ditengah masyarakat yang
multikultural ini persaudaran terkadang bisa terlepas dan hilang. Sebabnya
bermacam-macam. Bisa akibat perbedaan keyakinan (agama), perbedaan suku,
Bahasa, budaya, pandangan politik dan sebagainya. Oleh sebab itu, persaudaraan
ini perlu terus dijalin dengan baik, agar konflik-konflik terkait
perbedaan-perbedaan yang ada dimasyarakat bisa diminimalisir.
Untuk merajut dan memantapkan Ukhuwah (persaudaraan) ditengah-tengah
masyarakat yang multikultural tersebut, setiap orang perlu memiliki sikap yang
moderat (Wasath). Orang-orang
yang moderat memiliki kecenderungan lebih ramah dalam penerimaan tradisi dan
budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan
pokok ajaran agama masing-masing.
Perlu kedewasaan bersikap dan berpikir dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan itu. Dalam al Qur’an, Allah Swt telah menjelaskan bagaimana
cara bersikap dalam merajut keberagaman ini agar tetap utuh dan bisa terjalin
dengan baik, diantaranya adalah :
1. Saling Hormat-Menghormati
Hal ini tergambar dalam al Qur’an yang menuntut
umat beragama saling menjaga kepercayaannya (tauhid) masing-masing. Tidak boleh
saling mempengaruhi, mengajak untuk ikut dalam kegiatan spiritual agamanya. Hal
ini merupakan bentuk toleransi dalam beragama. Allah Swt menegaskan agar saling
menjaga kepercayaan dalam beragama. Tidak saling mengganggu dan saling
hormat-menghormati. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an :
لَكُمۡ دِينُكُمۡ
وَلِيَ دِينِ.[4]
Di ayat lain disebutkan bahwa amal (perbuatan) bisa dikerjakan
masing-masing dan tidak perlu dipertengkarkan. Masing-masing umat beragama
mempunyai keyakinan masing-masing bahwa ibadahnya pasti diterima oleh tuhan. Setiap
perbuatan baik ada pahalanya, dan perbuatan jahat ada dosanya. Masing-masing
harus memegang prinsip ini, agar bisa saling menghormati dalam pelaksanaan
ibadah masing-masing.
… لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ
أَعۡمَٰلُكُمۡۖ لَا حُجَّةَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُۖ ٱللَّهُ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَاۖ
وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ.[5]
Sikap untuk memberi ruang dan tidak mengganggu hak
orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan
pendapat, meskipun hal tersebut berbeda dengan apa yang kita yakini merupakan bentuk
penghormatan kepada pemeluk agama lain. Ini merupakan salah satu cara merajut
keberagamaan dalam beragama supaya terjalin dengan mesra, baik dan damai.
2. Mencari Titik Singgung dan Titik Temu Antarpemeluk agama
Al Quran juga menganjurkan agar mencari titik temu
dan titik singgung antar pemeluk agama. Al Quran menganjurkan agar dalam
interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masing-masing
mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. Hal ini
dijelaskan dalam Al qur’an :
قُلۡ
يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٖ سَوَآءِۢ بَيۡنَنَا
وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡٔٗا وَلَا
يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ
فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ. [6]
Mencari titik temu dalam beragama itu penting.
Yang dicari temunya bukan terkait dengan ibadah ataupun tauhid. Sebab, hal itu
pasti berbeda dan tidak akan bisa dicari titik temunya. Bahkan jika dipaksakan
akan terjadi pertengkaran dan perpecahan. Titik temu disini terkait dengan
masalah muamalah (sosial). Hubungan antara sesama manusia. Disetiap agama ada
ajaran berbuat baik kepada setiap manusia. Berbuat baik kepada orang tua,
Binatang, menghargai pendapat, tolong menolong dan lain sebagainya. Ajaran-ajaran
universal seperti ini perlu digaungkan diantara umat beragama, supaya kehidupan
sosial bermasyarakat bisa saling memahami, bisa saling menghargai dan tidak
akan saling mengklaim kebenaran. Sebab, ajaran kebaikan itu merupakan ajaran
universal yang dimiliki oleh semua agama. Jika ini, terus digaungkan maka persaudaran
(ukhuwah) akan mudah dirajut dengan baik.
3. Menghindari sikap lahir dan batin yang memperkeruh Hubungan antar
manusia.
Dalam agama Islam, seluruh umat manusia adalah
saudara, baik sesama islam, sesama manusia dan antar bangsa dan negara. Agar
terjalin persaudaran yang baik, manusia dilarang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Apabila perbuatan-perbuatan yang tidak
baik ini dilakukan, akan memperkeruh dan bahkan bisa merusak jalinan
persaudaran yang sudah dirajut bersama.
Di dalam Al Qur’an, kita dilarang untuk merendahkan
atau mengolok-olok orang lain, suku ataupun bangsa. Sebab, boleh jadi orang
yang kita rendahkan atau olok-olok itu mereka lebih baik atau mulia dari pada
kita. Selain itu, sikap suka mencela atau menghina orang lain dan memberi gelar
atau panggilan yang buruk kepada orang lain. Hal ini akan membuat orang lain
akan marah, berontak dan bisa terjadi perkelahian, pertikaian dan bisa lebih
fatal dari itu yaitu pembunuhan. Hal ini dijelaskan dalam Al qur’an :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ
خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا
مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ
بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ. [7]
Selain
itu, ada juga sikap yang perlu dihindari dalam merajut ukhuwah insaniyah dan
wathaniah dalam kehidupan. Yaitu sikap buruk sangka, suka mencari-cari
kesalahan orang lain dan suka menggunjing. Hal ini dijelaskan dalam al Qur’an :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ
إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ.[8]
Sikap beragama yang baik tidak melulu harus dari agama yang lain. Dalam Islam pun juga harus memiliki sikap yang baik. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain baik apabila kita tidak berbuat baik. Orang lain bisa menahan kata-kata, umat Islam pun juga harus bisa menjaga perkataan dan sikap yang baik. Sikap mengolok-olok, merendahkan, menghina termasuk perbuatan provokatif. Orang atau umat lain akan tersinggung dan marah. Begitu juga menggunjing (ghibah), serta mencari-cari kesalahan orang lain merupakan perbuatan yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Umat islam harus bisa menjaga diri, baik sikap dan perkataannya. Tidak hanya kepada sesama muslim, juga kepada umat beragama lainnya. Tidak hanya terkait agama, bahkan suku, Bahasa, budaya dan lainnya. Jika kita sama-sama menjaga diri dari perbuatan tersebut, maka ukhuwah (persaudaran) di Tengah masyarakat multikultural ini akan terajut dengan baik. Buhul-buhul tali persaudaran akan terikat dengan kuat. Bagaimanapun badai ataupun angin beliung datang menghantam, ia akan tetap kokoh se kokoh batu karang dipinggir laut. Semoga! Wallahu ‘alam bis shawab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di
ambil kesimpulan, bahwa untuk merajut ukhuwah (persaudaran) di tengah masyarakat
yang multikultural diperlukan beberapa cara, yaitu :
1.
Saling Hormat-Menghormati
2.
Mencari Titik Singgung dan Titik Temu Antarpemeluk
agama
3.
Menghindari sikap lahir dan batin yang memperkeruh
Hubungan antar manusia
B.
Saran-Saran
Dalam pembuatan makalah ilmiah al
qur’an ini tentunya banyak kekurangan dan kekhilafan. Tentunya perlu perbaikan
dan koreksi. Saya sebagai penulis siap menerima setiap masukan, kritik dan
saran yang membangun demi kemajuan pembuatan makalah yang akan datang.
Daftar Pustaka
Shihab, Quraish, Membumikan Al Qur’an : Fungsi
dan Pikiran Wahyu Dalam Kehidupan Masayarakat, Bandung : Mizan, 1998.
_____________, Wawasan Al Qur’an : Fafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung, Mizan, 2004.
_____________, Membumikan Al Qur’an Jilid 2 : Memfungsikan Wahyu Dalam Kehidupan,
Jakarta : Lentera Hati, 2011.
Al Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan
Antar Agama, Jakarta : Ciputat Press, 2003.
Tahir, Tarmizi, Berislam Secara Moderat, Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu, 2007.
[1] Data BPS, 2010/2013
[2] Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung :
Mizan, 2004), Cet ke-XV h. 486).
[3] Qs. Al Hujurat (49): 13.
[4] Qs. Al Kafirun (109): 6.
[5] Qs. Al Syura (42): 15.
[6] Qs. Ali Imran (3): 64.
[7] Qs. Al Hujurat (49): 11.
[8] Qs. Al
Hujurat (49): 12.
Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah judul lagu Rhoma Irama dengan judul yang sama, yaitu Pesta Pasti Berakhir. Tulisan ini bukan untuk menafsirkan isi lagunya. Karena saya bukan seorang yang ahli dalam menafsirkan sebuah lagu hehe…
Saya hanya melihat bahwa lagu-lagu yang
dibawakan oleh H. Rhoma Irama beserta Group Sonetanya mengandung nilai-nilai
kehidupan yang luar biasa. Selain enak dan sahdu didengarnya, lagu-lagu yang
Beliau ciptakan dan langsung dinyanyikannya penuh dengan makna, nasihat dan
hikmah bagi mereka yang mendengarkannya. Semua kalangan yang menyukai pasti
sepakat dengan apa yang saya sebutkan itu. Kebetulan saja, dalam tulisan ini
saya hanya mencoba untuk memberikan sedikit ‘tafsir’__sekali lagi saya
bukan ahli tafsir hehe___untuk lagu itu.
Lirik lagunya menggambarkan tentang kehidupan di dunia ini yang hanya
sementara. Sang penulis lagu mengibaratkan kehidupan dunia yang serba sementara
ini dengan Pesta Pasti Berakhir. Bait pertama lirik lagu itu adalah :
Berumah megah bermobil mewah
Itu tujuan banyak manusia
Uang berlimpah pakaian indah
Itu tujuan banyak manusia
Makanan dan minuman yang serba lezat
Santapan yang selalu dicari
Rekreasi yang mahal serta memikat
Hiburan yang selalu dinikmati
Dalam bait pertama, syair lagu itu diceritakan bahwa berumah megah, bermobil
mewah dan uang belimpah serta pakaian yang indah merupakan tujuan banyak
manusia. Dengan memiliki semua itu akan mudah mendapatkan makanan, minuman yang
lezat. Rekresasi dan hiburan di manapun akan bisa dinikmati. Merupakan hal yang
lumrah, bahwa kebanyakan dari manusia menginginkan semua itu. Sebab, semua
kemewahan dan kenikmatan yang diperoleh itu merupakan kesenangan hidup semua
manusia. Hal ini sudah dinyatakan Allah bahwa kesenangan hidup di dunia itu
adalah dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak (diantaranya ; binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan
biri-biri) dan sawah ladang. Akan tetapi perlu diingat bahwa semuanya
kesenangan hidup yang didapatkan itu hanya kesenangan hidup di dunia belaka.
Kesenangan itu tidak ada artinya di sisi Allah Swt. sebab, tempat terbaik bagi
manusia itu berada disisi-Nya, yakni surga.
Qs. ‘Ali
‘Imran (3): 14
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ
ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ
وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ
عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ
١٤
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Mereka bekerja siang dan malam hanya untuk
meraih semua itu. Kesuksesan hidup kadang diukur dengan punya rumah megah,
mobil mewah, uang berlimpah, pakaian indah serta rekreasi dan hiburan yang
membuat kesenangan mereka. Orang lain yang melihat pun akan cemburu dan
menganggap semua kesenangan dunia telah mereka dapatkan. Seolah-olah ‘surga’
dunia sudah berada di dalam genggangannya. Padahal semua itu hanya sementara
saja. Manusia bisa tertipu oleh gemerlap kesenangan hidup tersebut,
apabila lupa kepada Allah Swt sebagai pemilik segala kebahagian. Kesenangan
hidup itu hanya sementara belaka. Selama hidup didunia bisa didapatkan. Jangan
melupakan kehidupan di akhirat yang hakiki. Yang bisa membuat kita hidup
bahagia selamanya didalam surga-Nya. Hal ini sudah digambarkan oleh H. Rhoma Irama dalam bait lirik lagu
yang kedua, yaitu :
Makan-minumlah senang-senanglah
Dalam pesta kehidupan dunia
Tapi ingatlah gunakan pikir
Bahwa pesta pasti kan berakhir
Dunia hanyalah persinggahan
Dari sebuah perjalanan Panjang
Dunia bukanlah tujuan
Namun hanya ladang tempat bertanam
Dalam lirik lagu itu disebutkan bahwa dunia
hanyalah tempat persinggahan dari sebuah perjalanan panjang. Dunia bukanlah
tujuan, namun hanya ladang tempat bertanam. Dalam Bahasa Al qur`an dunia
dinyatakan sebagai kesenangan yang palsu.
Qs. Al Hadid (57): 20
ٱعۡلَمُوٓاْ
أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ
بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ
أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ
يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ
وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ٢٠
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Dalam ayat itu juga disebutkan bahwa dunia ini
hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan
diantara kamu serta saling berbangga tentang banyaknya kekayaan dan anak
keturunan. Sehingga banyak manusia yang tertipu oleh kesenangan dunia itu. Di
ayat lain disebutkan lagi, selain permainan dan melalaikan dunia juga
digambarkan sebagai senda gurau atau candaan belaka.
Qs. Muhammad (47): 36
إِنَّمَا
ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۚ وَإِن تُؤۡمِنُواْ وَتَتَّقُواْ
يُؤۡتِكُمۡ أُجُورَكُمۡ وَلَا يَسَۡٔلۡكُمۡ
أَمۡوَٰلَكُمۡ ٣٦
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.”
Disebutkan dalam ayat di atas, bahwa kehidupan
dunia merupakan permainan dan senda gurau. Hanya orang-orang yang beriman dan
bertakwa yang akan mendapatkan pahala dari perbuatannya selama di dunia.
Kehidupan dunia tidak melalaikannya lupa kepada Allah Swt. justru, kehidupan
dunia itu sebagai ladang untuk berbuat baik dan beribadah kepadsa-Nya. Sehingga
apa yang didapatkannya akan memberi manfaat yang begitu besar baginya. Dia
menyadari bahwa kehidupan atau kesenangan hidup didunia itu pastinya akan
hilang dan lenyap. Istilah sang penulis lagu adalah Pesta Pasti Berakhir. Ya
benar! Pesta pasti akan berakhir. Kehidupan akhiratlah yang akan kekal
selamanya.
Makna Pesta
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pesta adalah perjamuan makan minum (bersuka ria
dan sebagainya) atau perayaan. Pesta yang dilakukan itu berbagai macam. Ada
pesta perkawinan, ulang tahun, tunangan, panen, dansa, olahraga, sunatan, pesta
demokrasi dan sebagainya. Tergantung kebutuhan dan kemampuan orang dalam
menyajikan serta menyuguhkan pesta itu. Bagi orang yang memiliki kelebihan
harta, maka pesta yang diselenggarakan akan mewah. Tempat acara biasanya
digedung yang luas dan besar. Bisa juga di hotel berbintang dan sebagainya.
Sedang mereka yang memiliki kemampuan harta benda yang menengah ke bawah, acara
pesta bisa diselenggarakan di rumah atau Gedung yang tidak begitu besar yang
bisa menampung banyak orang. Inti dari pesta itu adalah jamuan makan disertai
dengan hiburan. Hiburan yang disuguhkan terkadang mendatangkan artis ibukota
ataupun artis yang terkenal. Semua orang yang hadir di dalam pesta itu penuh
dengan kebahagian, kecerian, senda gurau, tawa, senyum. Mereka menikmati jamuan
makan dan alunan musik yang disuguhkan. Terkadang jamuan makan yang disuguhkan
banyak sekali. Undangan yang datang bisa memilih menunya. Semuanya terasa enak,
sedap dan lezat. Pesta yang diselenggarakan ada yang setengah hari, satu hari
penuh dari pagi sampai malam, ada pesta itu diselenggarakan selama beberapa
hari bahkan lebih dari satu bulan. Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk
bisa menggelar pesta itu. Semakin besar, megah, dan mewah pesta itu, maka
semakin besar biaya yang dikeluarkan.
Begitulah pesta itu
diselenggarakan, baik pestanya itu diselenggarakan setengah hari, sehari penuh,
seminggu ataupun berbulan-bulan. Yang perlu diingat bahwa semua itu pasti ada
akhirnya. Kesenangan dan kebahagian akan hilang seiring dengan berakhirnya pesta
itu. Semuanya serba sementara dan tidak akan abadi. Bisa saja, setelah selesai
pesta itu akan mendatangkan penderitaan. Allah menyatakan bahwa kehidupan dunia
berupa makan dan bersenang-senang yang manusia lakukan merupakan angan-angan
belaka. Semuanya kosong. Kelak, diakhirat mereka akan mengetahui akibat dari
perbuatan mereka yang terlalu mengangung-agungkan duniawai.
Qs. Al Hijr (15): 3
ذَرۡهُمۡ
يَأۡكُلُواْ وَيَتَمَتَّعُواْ وَيُلۡهِهِمُ ٱلۡأَمَلُۖ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ ٣
“Biarkanlah mereka
itu (didunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan
(kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat Perbuatannya)”
Pesta itu merupakan simbol
dari kehidupan di dunia ini. Semua kesenangan hidup yang diterima di dunia
suatu saat akan hilang. Pesta akan berakhir. Semua kehidupan di dunia ini pasti akan hilang
dan lenyap. Hal ini akan di mulai saat kematian datang menjemput.
Qs. Yunus (10): 70
مَتَٰعٞ فِي
ٱلدُّنۡيَا ثُمَّ إِلَيۡنَا مَرۡجِعُهُمۡ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ ٱلۡعَذَابَ ٱلشَّدِيدَ
بِمَا كَانُواْ يَكۡفُرُونَ ٧٠
“(bagi
mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka
kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan
kekafiran mereka.”
Semua makhluk hidup di muka bumi ini pasti akan
mengalami kematian. Allah menyatakan bahwa setiap yang bernyawa didunia ini
pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan
sempurna balasan setiap orang. Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, sesungguhnya, dia akan memperoleh kemenangan yang
nyata. Sebab, kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdaya. Yang
akan memberi penyesalan bagi manusia-manusia yang tertipu olehnya.
Qs. Ali ‘Imran (3):185
كُلُّ
نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ
ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Di ayat lain disebutkan kematian itu pasti akan
datang kepada siapapun. Walaupun dia berlindung dibalik atau didalam benteng
yang tinggi dan kokoh. Manusia tidak bisa berlindung dari kematian. Dia akan
datang ketika waktunya telah tiba.
Qs. An Nisa (4): 78
أَيۡنَمَا
تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ
وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن
تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ
ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ
حَدِيثٗا ٧٨
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”
Kematian akan menghilangkan semua kenikmatan
dan kesenangan yang diperoleh di dunia ini. Tidak ada satu pun manusia di dunia
ini yang bisa menghindar dan lari dari kematian. Mereka yang sadar bahwa
hidupnya akan menuju kepada kematian akan mengisi hidupnya dengan kebaikan.
Pesta boleh saja dilaksanakan, sesederhana atau pun semewah-mewahnya. Akan
tetapi jangan sampai lupa pada akhir dari pesta itu. Jangan sampai pesta yang
diselenggarakan itu justru melalaikan kita akan kematian. Allah Swt menyatakan
bahwa bermegah-megahan itu akan melalaikan kamu sampai maut menjemput (masuk
kedalam kubur). Hendaknya, kita jangan melakukan hal seperti itu. Sebab, kita
akan mengetahui balasannya kelak.
Qs. At Takatsur (102): 1-3
أَلۡهَىٰكُمُ
ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ
ٱلۡمَقَابِرَ ٢ كَلَّا سَوۡفَ
تَعۡلَمُونَ ٣
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke
dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui.”
Begitulah, Allah mengingatkan kepada kita bahwa
setiap kesenangan dan kemewahan dunia akan melalaikan kepada nikmat dan
kematian. Bahkan disebutkan dalam ayat itu sampai ke dalam kubur. Nauzdubillahi
min dzalik. Untuk itu, bagi mereka yang sadar bahwa ‘pesta akan berakhir’
akan mempersiapkan dirinya untuk ‘kembali’ kepada Allah Swt. Dia tidak tergoda
dengan kesenangan, kemewahan dan kemegahan ‘pesta’ itu. Walaupun dia ikut di
dalam pesta itu, akan tetapi jiwanya tidak terikat dan terbujuk oleh kesenangan
acara didalamnya. Jiwanya tidak lalai dalam mengingat Allah. Semuanya dia
lakukan hanya mengharap Ridha-Nya. Dan, tentunya bisa kembali menghadap-Nya
dengan penuh kedamaian dan kebahagian. Semoga…
#Memyebarluaskan Kebaikan#
Lampihong, 15 Mei 2024
P ada Hari Kamis, 14 Agustus 2025 MAN 3 Balangan melaksanakan kegiatan HUT Pramuka ke-64. Bertempat di halaman madrasah, Apel HUT Pramuk...