MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 25 Oktober 2021

Membandingkan

Qs. Al Hujurat (49): 13

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ  ١٣

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 

 

Allah menciptakan makhluk dan benda di muka bumi ini secara berpasang-pasangan (Qs. Adz Dzariyat (51): 49). Tidak hanya makhluk atau pun benda yang berpasangan, sifat (karakter) dan ukuran pun juga berpasang-pasangan. Ada baik dan jahat, lurus dan sesat, tinggi dan rendah, berat dan ringan, Panjang dan pendek dan lain sebagainya. akibat adanya pasangan itu, maka dalam kehidupan ini ada pembandingnya. Orang disebut baik karena ada pembangdingnya yaitu jahat. Orang disebut kaya, karena ada orang miskin. Orang disebut pintar, cerdas, alim karena ada orang yang bodoh, dungu, dan jahil. Orang disebut cantik atau tampan, karena ada yang jelek atau buruk rupa. Ada yang tua, karena ada yang muda. Disebut gemuk, karena ada yang kurus. Disebut tinggi karena ada yang rendah. Disebut Panjang karena ada yang pendek, dan seterusnya. Seandainya tidak ada pembanding, maka kehidupan di dunia ini akan dipenuhi oleh satu hal saja atau monoton. Bisa saja, hanya ada orang baik atau jahat di dunia ini. Atau, orang kaya atau miskin saja. Bisa juga, orang pintar semua, atau bodoh semuanya. Bisa juga, laki-laki, atau perempuan semuanya. Oleh sebab itu, berpasang-pasangan merupakan sunnatullah. Hukum yang telah ditetapkan Allah mulai dari awal penciptaan sampai kiamat kelak. Sebab, kalau sudah menjadi satu semuanya, maka akan menyerupai keesaan Allah Swt. Hanya Allah saja yang esa. Selainnya bisa dua, tiga, empat dan seterusnya.

 

Dengan adanya pembanding itu, maka wajar saja ada yang baik dan buruk. Kaya ataupun miskin, pintar dan bodoh, tinggi dan rendah, tua dan muda, raja dan rakyat biasa, atasan dan bawahan dan sebagainya. Semua itu memang sebuah kepastian. Saat ini ada yang berada di posisi atas, seperti jadi raja, presiden, orang kaya, punya jabatan, pintar, dan sebagainya. Atau, saat ini, ada yang berada diposisi bawah. Menjadi orang miskin, bodoh, rakyat jelata, pengemis, pemulung dan sebagainya. Akan tetapi, semua itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Bisa saja orang yang punya jabatan tinggi, mendadak diberhentikan, bisa secara paksa oleh orang yang tidak suka ataupun tersangkut kasus hukum. Bisa saja, orang yang kaya raya, jatuh bangkrut kemudian menjadi miskin. Atau sebaliknya, orang yang miskin kemudian menjadi kaya. Orang yang tidak punya jabatan kemudian mendapat jabatan tinggi dan sebagainya. semua itu tidak ada yang pasti. Kehidupan manusia di muka bumi ini cenderung turun naik.

 

Untuk itu, bagi yang memiliki kelebihan, baik harta, jabatan, wajah, kecerdasan, jangan merasa lebih tinggi dari yang lainnya. Begitu juga, bagi yang memiliki kekurangan, janganlah merasa rendah diri. Sebab, Allah Swt tidak memandang manusia dari tinggi rendahnya status dimasyarakat. Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa (Qs. Al Hujurat( 49): 13). Jangan suka membandingkan diri dengan orang lain. Ketika, membanding dengan orang yang lebih rendah, maka akan muncul sikap sombong (takabur). Ketika membanding dengan yang lebih tinggi, maka akan muncul sikap rendah diri dan minder. Lihat diri masing-masing saja. Sudahkah, nikmat yang diberikan Allah kita gunakan untuk kemaslahatan agama dan orang banyak?. Sudahkah jabatan yang diberikan dijalankan dengan Amanah?. Sudahkah, ilmu pengetahuan yang diberikan digunakan untuk mencerdaskan dan membimbing orang lain untuk dekat kepada Allah Swt?. Atau, sudahkah kita bersyukur terhadap kekurangan, kemiskinan dan kebodohan yang kita terima dari Allah? Dan sebagainya. Cobalah untuk melihat kemampuan diri masing-masing untuk berbuat yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Jangan suka melihat ke atas atau ke bawah. Tetap ikhlas menerima apapun keadaannya dan senantiasa bersyukur. Sebab, Allah pasti akan menambahkan rezeki bagi orang yang senantiasa bersyukur. Semoga!  

 

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Tebing Tinggi, 25 Oktober 2021

Rabu, 20 Oktober 2021

Suri Teladan

Qs. Al Ahzab (33): 21

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  ٢١

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” 

Suri teladan adalah contoh terbaik yang pantas untuk ditiru. Menjadi panutan dan teladan dalam menjalani hidup agar lebih baik. Seorang yang menjadi suri teladan merupakan orang yang benar-benar menjadi pilihan yang tepat. Salah dalam memilih sosok sebagai panutan akan menjadi berantakan. Hidupnya bisa menjadi tidak Bahagia, bahkan bisa menderita. Seseorang yang menjadi teladan merupakan orang yang memiliki kelebihan. Terutama akhlak atau budi pekerti. Orang yang memiliki akhlak yang baik akan membawa kebaikan bagi orang lain yang berada didekatnya. Tidak hanya itu, orang yang memiliki akhlak mulia akan menjadi kebaikan bagi orang banyak. Kata-katanya lemah lembut dan jujur. Ketika marah tidak meluap-luap. Marahnya pun dapat terkontrol, sehingga tidak menyebabkan kontak fisik dan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dan menyakitkan hati. Sikapnya sopan dan senantiasa membantu orang yang membutuhkan. Kepada yang tua menghormatinya dan kepada yang muda menyayangi. Dia senantiasa dicintai oleh orang banyak. Tidak pernah menyakiti fisik dan hati orang lain. Dia memiliki kecerdasan yang baik. Senantiasa memberikan nasihat yang baik dan menyejukkan. Ketika dia tidak ada akan senantiasa dicari dan dirindukan kehadirannya. 

Senantiasa memberikan solusi dalam setiap permasalahan. Mencintai dan suka membantu orang-orang fakir miskin dan lemah. Menyayangi anak-anak yatim dan piatu. Menjadi kepala keluarga yang baik dan panutan. Menjadi pemimpin yang Amanah dan adil. Tidak sombong, bahkan rendah hati. Tidak suka menyalahkan orang lain, justru memberikan solusi dan nasihat yang baik. Selalu memaafkan kesalahan, bahkan kezaliman yang dilakukan orang lain kepadanya. Hidupnya sederhana, walaupun memiliki harta yang banyak. Suka bersedekah,infaq dan zakat. Jiwa, raga dan harta rela digunakannya untuk kepentingan agama. Seluruh hidupnya hanya untuk kemaslahatan umatnya. Dia lah sosok Agung, manusia Insal Kamil di muka bumi ini. Rasulullah Saw. Membicarakannya tidak akan pernah habis ditulis. Berbagai macam kitab dan buku telah ditulis. Selalu memberikan pelajaran dan kesejukan yang tiada tara. Untuk itu, kita hanya meniru semaksimal mungkin apa yang telah dilakukan dan diperjuangkannya untuk agama dan kehidupan manusia di muka bumi ini. Dengan senantiasa selalu mengharap limpahan rahmat dari Allah Swt. Beriman kepada hari akhir dan senantiasa berdzikir kepada Allah Swt. Sebab, dengan meniru akhlaknya maka kita termasuk orang yang mencintai dan merindukannya. Dengan begitu, kita akan selalu bersamanya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya rabbal alamin… 

#Menyebarluaskan kebaikan#

Paringin, 20 Oktober 2021

Kamis, 14 Oktober 2021

Kebencian, Jangan Tidak Adil

Qs. Al Maidah (5): 8

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. 

Benci merupakan sifat yang tidak suka terhadap sesuatu. Bisa manusia, binatang, makanan, minuman, tumbuhan, benda dan lainnya. Ketidak sukaan terhadap sesuatu itu merupakan hal yang hajar. Ketidaksukaan terhadap manusia bisa disebabkan karena fisiknya, karakter, suara, pemikiran, pekerjaan, harta, Pendidikan, jabatan dan lain-lain. Ketidaksukaan kepada makanan dan minuman, akibat dari rasa yang kurang enak. Terlalu asis, manis atau pahit. Bisa juga karena tampilan menu dan bahan yang digunakan dan sebagainya. Ketidaksukaan terhadap binatang karena bentuk binatang itu yang tidak menarik. Bisa juga karena geli dan jorok atau kotor. Bisa karena buas dan membahayakan, dan sebagainya. Ketidaksukaan terhadap benda karena kurang menarik. Mengganggu pandangan dan gerak yang sempit. Tidak suka bentuknya dan lain sebagainya. Ketika ketidaksukaan itu berubah menjadi sangat tidak suka, maka itulah yang disebut benci. 

Benci merupakan sifat sangat tidak suka atau senang kepada sesuatu. Ia berawal dari tidak suka. Kalau dibiarkan terus maka akan berubah menjadi benci. Kalau sifat benci ini ada dalam diri seseorang, maka kebaikan, kebenaran, keindahan dan keadilan bisa hilang. Se pintar atau sebaik apapun orangnya, bisa menjadi bodoh bahkan bija menjadi jahat. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak bisa menjadi penolongnya untuk berbuat baik dan adil. Ilmu pengetahuan yang seharusnya membuatnya bijaksana dan adil mejadi tertutupi oleh kebencian. Terkadang kebaikan dan kebenaran yang dilakukan oleh orang yang dibencinya tidak dianggap sama sekali. Bahkan, kesalahan sedikit bisa menjadi besar. Akibatnya, permusuhan semakin menjadi-jadi. Sangat sulit untuk didamaikan. Untuk itu, janganlah kebencian pada orang lain atau sesuatu menjadikan dirinya lupa terhadap kebaikan dan kebenaran. Kalau ada orang yang berbuat baik atau berkata benar, maka ambillah sebagai suatu kebaikan. Jangan dilihat siapa yang melakukan kebaikan itu. Tapi lihatlah kebaikan yang dilakukannya. Dengan begitu, kita bisa berbuat adil kepada semua orang. Sebab, perbuatan adil merupakan perbuatan yang dekat dengan takwa. Semoga! 

#Menyebarluaskan Kebaikan#

Tebing Tinggi, 14 Oktober 2021

Popular