Pada
tanggal 20 Agustus 2020 ini bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H. Setiap awal
Muharram selalu diperingati sebagai Tahun Baru dalam agama Islam. Yang disebut
sebagai Tahun Baru Hijriah. Hal ini merujuk kepada keputusan Khalifah Umar bin
Khattab yang menjadikan hijrah Nabi Saw sebagai permulaan perhitungan kalender
dalam Islam. Tidak seperti perhitungan kalender Miladi (Masehi), yang
menjadikan kelahiran Nabi Isa al Masih sebagai perhitungan awalnya. Khalifah
Umar justru memilih peristiwa hijrah itu sebagai perhitungan awal kalender
Islam. Walaupun banyak usulan yang menghendaki agar perhitungan itu bukan pada
peristiwa hijrah. Ada yang mengusulkan saat kelahiran Nabi Saw, ada juga yang
mengusulkan ketika wafatnya. Ada juga yang mengusulkan pada saat peristiwa isra
mikraj dan sebagainya. Tetapi Umar tidak menerima ide-ide itu. Beliau menerima
salah satu ide yang muncul, yaitu ide penghitungan kalender Islam itu dari
peristiwa hijrah Nabi Saw. Sebab, dalam pandangan Umar, hijrah adalah peristiwa
yang membalikkan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakkan kebenaran.
Bila di Makkah, selama 13 tahun, Beliau berhasil menanamkan ketauhidan dan
mendidik akhlak pribadi-pribadi para Sahabat yang jumlahnya tidak terlalu
besar, maka setelah Hijrah, di Madinah, langkah perjuangan Rasulullah Saw
meningkat, yaitu membentuk masyarakat berperadaban. Karena itu nama kota
Yastrib, Beliau ubah menjadi Madinah, yang berarti kota. yakni tempat
peradaban, hidup beradab, berkesopanan, dan teratur dengan hukum-hukum yang
ditaati oleh semua warga.
Dari
sudut tinjauan historis, peristiwa hijrah ini merupakan puncak dari rentetan
berbagai peristiwa yang panjang, sepanjang masa perjuangan yang dilakukan Nabi
Saw menegakkan kebenaran di Makkah. Telah lewat lebih dari sepuluh tahun Nabi
berjuang menegakkan kebenaran di Makkah, namun hasilnya tidak terlalu
menggembirakan. Nabi mengalami banyak kesulitan karena kematian istri beliau,
Khadijah, yang selama ini mendukung dan memberanikan Beliau dengan amat setia.
Setelah itu wafat pula paman beliau, Abu Thalib. Paman yang memiliki ketulusan
dan tanggung jawab melindungi Nabi dari serangan orang-orang kafir Makkah.
Kematian Khadijah dan Abu Thalib itu membuat tahun kesepuluh dari kenabian
menjadi tahun yang amat sulit bagi Nabi. Maka tahun itu disebut sebagai tahun
kesedihan (‘am al-huzn). Setelah peristiwa itu, maka terbuka lebar jalan
bagi kalangan kafir Makkah untuk menyiksa Nabi dan menghalangi tugas suci
Beliau. Karena merasakan kerasnya perlawanan kaum Quraisy Makkah, Nabi Saw
mencoba menyampaikan seruan suci ke kota Tha’if. Tetapi, sama dengan di Makkah,
Nabi menjumpai penolakan dan perlawanan keras dari penduduk Tha’if. Dan atas
hasutan tokoh mereka, penduduk Tha’if beramai-ramai menghalau Nabi sambil
melemparinya dengan batu.
Nabi
kembali ke Makkah dengan perasaan tidak menentu tentang nasib beliau berhadapan
dengan kaum Quraisy. Beliau kini tidak lagi memiliki tokoh pelindung dan
pembela. Akibatnya, tekanan, siksaan dan ancaman pembunuhan semakin meningkat.
Pada waktu itulah muncul tawaran dari penduduk Yatsrib (Sebelum dirubah menjadi
Madinah) untuk hijrah (pindah) ke kota itu. Mereka akan menjamin keselamatan
Nabi Saw dan pengikutnya. Mereka juga bersedia untuk berbaiat memeluk agama
Islam dan membantu perjuangan Nabi Saw. Peristiwa hijrah Nabi Saw inilah yang
menjadi tonggak keberhasilan perjuangan Beliau menegakkan agama Islam.
Peristiwa
hijrah, merupakan fenomena kegiatan fisik yang dilakukan Rasulullah, yaitu
kepindahan dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Tetapi di balik fenomena fisik
itulah, terkandung fenomena yang tidak fisik. Melainkan fenomena spiritual dan
kejiwaan, yaitu tekad yang tidak mengenal kalah dalam perjuangan menegakkan
kebenaran. Maka dalam semangatnya yang spiritual ini, berhijrah ialah bertekad
meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan
untuk berkorban dan menderita, karena keyakinan kemenangan terakhir akan
dianugerahkan Allah Swt kepada pejuang kebenaran itu. Tetapi, sebagaimana
diteladankan oleh Nabi Saw sendiri, semua itu harus dilakukan dengan
perhitungan, dengan membuat siasat, taktik dan strategi. Dengan begitu jaminan
akan berhasil menjadi lebih besar, karena adanya gabungan serasi antara dorongan
iman yang bersemangat dan bimbingan ilmu pengetahuan yang tepat (Lihat Qs.58:11).
Untuk
itu, momentum pergantian tahun baru Islam tahun ini bisa memberi semangat untuk
berjuang menegakkan kebenaran tanpa pamrih kepada masyarakat dan bangsa. Dalam
menegakkan kebenaran harus disertai dengan keikhlasan total hanya kepada Allah,
niscaya Allah akan memberikan pertolongan ( Qs.47:7). Momentum hijrah merupakan
semangat untuk mempersatukan bangsa dari disintegrasi yang akan merusak Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan RAS, suku, bahasa dan agama tidak
menghalangi kita untuk Bersatu. Kebetulan, tahun ini pergantian tahun hijriah
bersamaan bulannya dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Hal
ini juga merupakan momentum menggelorakan kembali semangat perjuangan para
pendahulu yang gigih membela bangsa ini dari penjajahan Bangsa asing. Tidak
sedikit harta benda dan nyawa yang gugur untuk merebut kemerdekaan bangsa.
Semua yang dilakukan para pejuang itu dilakukan tanpa pamrih. Pekik merdeka
senantiasa terlontar dalam setiap pertempuran melawan penjajah. Lebih baik mati
daripada dijajah. Segenap elemen bangsa dari berbagai macam suku, bahasa dan
RAS bersatu padu berjuang demi kemerdekaan bangsa.
Dengan merenungkan
semangat hijrah dan kemerdekaan bangsa itu, maka perjuangan meningkatkan harkat
dan martabat bangsa dalam segala bidang dapat dilaksanakan. Nilai-nilai dan
semangat seperti inilah yang seharusnya direnungkan pada setiap kali
memperingati Tahun Baru Hijrah dan Kemerdekaan. Dengan demikian setiap kali
kita memasuki tahun baru hijrah dan 17 Agustus timbul semangat baru dalam diri
kita masing-masing untuk terus berjuang di jalan Allah dalam arti yang
seluas-luasnya. Perjuangan yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Profesi apapun yang dikerjakannya hendaklah dilakukan untuk membangun bangsa
ini agar lebih baik lagi. Kerahkan tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa.
Bukan justru merusak atau menghancurkannya. Dengan begitu, ia telah ikut serta
dalam pembangunan bangsa ini. Mudah-mudahan semangat memperbaiki bangsa ini terus
bergelora dihati sanubari seluruh rakyat Indonesia, sehingga bangsa kita bisa
berjaya dan lebih maju serta sejahtera nantinya. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar