MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 26 Agustus 2020

Momentum Perjuangan Membangun Bangsa ( Tahun Baru Hijriah dan Kemerekaan RI ke-75)

Pada tanggal 20 Agustus 2020 ini bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H. Setiap awal Muharram selalu diperingati sebagai Tahun Baru dalam agama Islam. Yang disebut sebagai Tahun Baru Hijriah. Hal ini merujuk kepada keputusan Khalifah Umar bin Khattab yang menjadikan hijrah Nabi Saw sebagai permulaan perhitungan kalender dalam Islam. Tidak seperti perhitungan kalender Miladi (Masehi), yang menjadikan kelahiran Nabi Isa al Masih sebagai perhitungan awalnya. Khalifah Umar justru memilih peristiwa hijrah itu sebagai perhitungan awal kalender Islam. Walaupun banyak usulan yang menghendaki agar perhitungan itu bukan pada peristiwa hijrah. Ada yang mengusulkan saat kelahiran Nabi Saw, ada juga yang mengusulkan ketika wafatnya. Ada juga yang mengusulkan pada saat peristiwa isra mikraj dan sebagainya. Tetapi Umar tidak menerima ide-ide itu. Beliau menerima salah satu ide yang muncul, yaitu ide penghitungan kalender Islam itu dari peristiwa hijrah Nabi Saw. Sebab, dalam pandangan Umar, hijrah adalah peristiwa yang membalikkan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakkan kebenaran. Bila di Makkah, selama 13 tahun, Beliau berhasil menanamkan ketauhidan dan mendidik akhlak pribadi-pribadi para Sahabat yang jumlahnya tidak terlalu besar, maka setelah Hijrah, di Madinah, langkah perjuangan Rasulullah Saw meningkat, yaitu membentuk masyarakat berperadaban. Karena itu nama kota Yastrib, Beliau ubah menjadi Madinah, yang berarti kota. yakni tempat peradaban, hidup beradab, berkesopanan, dan teratur dengan hukum-hukum yang ditaati oleh semua warga.

Dari sudut tinjauan historis, peristiwa hijrah ini merupakan puncak dari rentetan berbagai peristiwa yang panjang, sepanjang masa perjuangan yang dilakukan Nabi Saw menegakkan kebenaran di Makkah. Telah lewat lebih dari sepuluh tahun Nabi berjuang menegakkan kebenaran di Makkah, namun hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Nabi mengalami banyak kesulitan karena kematian istri beliau, Khadijah, yang selama ini mendukung dan memberanikan Beliau dengan amat setia. Setelah itu wafat pula paman beliau, Abu Thalib. Paman yang memiliki ketulusan dan tanggung jawab melindungi Nabi dari serangan orang-orang kafir Makkah. Kematian Khadijah dan Abu Thalib itu membuat tahun kesepuluh dari kenabian menjadi tahun yang amat sulit bagi Nabi. Maka tahun itu disebut sebagai tahun kesedihan (‘am al-huzn). Setelah peristiwa itu, maka terbuka lebar jalan bagi kalangan kafir Makkah untuk menyiksa Nabi dan menghalangi tugas suci Beliau. Karena merasakan kerasnya perlawanan kaum Quraisy Makkah, Nabi Saw mencoba menyampaikan seruan suci ke kota Tha’if. Tetapi, sama dengan di Makkah, Nabi menjumpai penolakan dan perlawanan keras dari penduduk Tha’if. Dan atas hasutan tokoh mereka, penduduk Tha’if beramai-ramai menghalau Nabi sambil melemparinya dengan batu.

Nabi kembali ke Makkah dengan perasaan tidak menentu tentang nasib beliau berhadapan dengan kaum Quraisy. Beliau kini tidak lagi memiliki tokoh pelindung dan pembela. Akibatnya, tekanan, siksaan dan ancaman pembunuhan semakin meningkat. Pada waktu itulah muncul tawaran dari penduduk Yatsrib (Sebelum dirubah menjadi Madinah) untuk hijrah (pindah) ke kota itu. Mereka akan menjamin keselamatan Nabi Saw dan pengikutnya. Mereka juga bersedia untuk berbaiat memeluk agama Islam dan membantu perjuangan Nabi Saw. Peristiwa hijrah Nabi Saw inilah yang menjadi tonggak keberhasilan perjuangan Beliau menegakkan agama Islam.

Peristiwa hijrah, merupakan fenomena kegiatan fisik yang dilakukan Rasulullah, yaitu kepindahan dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Tetapi di balik fenomena fisik itulah, terkandung fenomena yang tidak fisik. Melainkan fenomena spiritual dan kejiwaan, yaitu tekad yang tidak mengenal kalah dalam perjuangan menegakkan kebenaran. Maka dalam semangatnya yang spiritual ini, berhijrah ialah bertekad meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan untuk berkorban dan menderita, karena keyakinan kemenangan terakhir akan dianugerahkan Allah Swt kepada pejuang kebenaran itu. Tetapi, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Saw sendiri, semua itu harus dilakukan dengan perhitungan, dengan membuat siasat, taktik dan strategi. Dengan begitu jaminan akan berhasil menjadi lebih besar, karena adanya gabungan serasi antara dorongan iman yang bersemangat dan bimbingan ilmu pengetahuan yang tepat (Lihat Qs.58:11).

Untuk itu, momentum pergantian tahun baru Islam tahun ini bisa memberi semangat untuk berjuang menegakkan kebenaran tanpa pamrih kepada masyarakat dan bangsa. Dalam menegakkan kebenaran harus disertai dengan keikhlasan total hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pertolongan ( Qs.47:7). Momentum hijrah merupakan semangat untuk mempersatukan bangsa dari disintegrasi yang akan merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan RAS, suku, bahasa dan agama tidak menghalangi kita untuk Bersatu. Kebetulan, tahun ini pergantian tahun hijriah bersamaan bulannya dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Hal ini juga merupakan momentum menggelorakan kembali semangat perjuangan para pendahulu yang gigih membela bangsa ini dari penjajahan Bangsa asing. Tidak sedikit harta benda dan nyawa yang gugur untuk merebut kemerdekaan bangsa. Semua yang dilakukan para pejuang itu dilakukan tanpa pamrih. Pekik merdeka senantiasa terlontar dalam setiap pertempuran melawan penjajah. Lebih baik mati daripada dijajah. Segenap elemen bangsa dari berbagai macam suku, bahasa dan RAS bersatu padu berjuang demi kemerdekaan bangsa.

Dengan merenungkan semangat hijrah dan kemerdekaan bangsa itu, maka perjuangan meningkatkan harkat dan martabat bangsa dalam segala bidang dapat dilaksanakan. Nilai-nilai dan semangat seperti inilah yang seharusnya direnungkan pada setiap kali memperingati Tahun Baru Hijrah dan Kemerdekaan. Dengan demikian setiap kali kita memasuki tahun baru hijrah dan 17 Agustus timbul semangat baru dalam diri kita masing-masing untuk terus berjuang di jalan Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Perjuangan yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Profesi apapun yang dikerjakannya hendaklah dilakukan untuk membangun bangsa ini agar lebih baik lagi. Kerahkan tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa. Bukan justru merusak atau menghancurkannya. Dengan begitu, ia telah ikut serta dalam pembangunan bangsa ini. Mudah-mudahan semangat memperbaiki bangsa ini terus bergelora dihati sanubari seluruh rakyat Indonesia, sehingga bangsa kita bisa berjaya dan lebih maju serta sejahtera nantinya. Amin!

Tidak ada komentar:

Popular