MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 31 Agustus 2020

Iri Dengki


Lihat Link :👇

Cara Mengatasi Masalah Dengan Orang Lain


Lihat Link :👇

Balasan Berbuat Kebaikan dan Keburukan


Lihat Link :👇


Jumat, 28 Agustus 2020

Merasakan Kehadiran Allah


Lihat Link :👇


Kamis, 27 Agustus 2020

Jalan Lurus dan Jalan Sesat


Lihat Link :👇


Rabu, 26 Agustus 2020

Mengatasi Masalah

Momentum Perjuangan Membangun Bangsa ( Tahun Baru Hijriah dan Kemerekaan RI ke-75)

Pada tanggal 20 Agustus 2020 ini bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H. Setiap awal Muharram selalu diperingati sebagai Tahun Baru dalam agama Islam. Yang disebut sebagai Tahun Baru Hijriah. Hal ini merujuk kepada keputusan Khalifah Umar bin Khattab yang menjadikan hijrah Nabi Saw sebagai permulaan perhitungan kalender dalam Islam. Tidak seperti perhitungan kalender Miladi (Masehi), yang menjadikan kelahiran Nabi Isa al Masih sebagai perhitungan awalnya. Khalifah Umar justru memilih peristiwa hijrah itu sebagai perhitungan awal kalender Islam. Walaupun banyak usulan yang menghendaki agar perhitungan itu bukan pada peristiwa hijrah. Ada yang mengusulkan saat kelahiran Nabi Saw, ada juga yang mengusulkan ketika wafatnya. Ada juga yang mengusulkan pada saat peristiwa isra mikraj dan sebagainya. Tetapi Umar tidak menerima ide-ide itu. Beliau menerima salah satu ide yang muncul, yaitu ide penghitungan kalender Islam itu dari peristiwa hijrah Nabi Saw. Sebab, dalam pandangan Umar, hijrah adalah peristiwa yang membalikkan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakkan kebenaran. Bila di Makkah, selama 13 tahun, Beliau berhasil menanamkan ketauhidan dan mendidik akhlak pribadi-pribadi para Sahabat yang jumlahnya tidak terlalu besar, maka setelah Hijrah, di Madinah, langkah perjuangan Rasulullah Saw meningkat, yaitu membentuk masyarakat berperadaban. Karena itu nama kota Yastrib, Beliau ubah menjadi Madinah, yang berarti kota. yakni tempat peradaban, hidup beradab, berkesopanan, dan teratur dengan hukum-hukum yang ditaati oleh semua warga.

Dari sudut tinjauan historis, peristiwa hijrah ini merupakan puncak dari rentetan berbagai peristiwa yang panjang, sepanjang masa perjuangan yang dilakukan Nabi Saw menegakkan kebenaran di Makkah. Telah lewat lebih dari sepuluh tahun Nabi berjuang menegakkan kebenaran di Makkah, namun hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Nabi mengalami banyak kesulitan karena kematian istri beliau, Khadijah, yang selama ini mendukung dan memberanikan Beliau dengan amat setia. Setelah itu wafat pula paman beliau, Abu Thalib. Paman yang memiliki ketulusan dan tanggung jawab melindungi Nabi dari serangan orang-orang kafir Makkah. Kematian Khadijah dan Abu Thalib itu membuat tahun kesepuluh dari kenabian menjadi tahun yang amat sulit bagi Nabi. Maka tahun itu disebut sebagai tahun kesedihan (‘am al-huzn). Setelah peristiwa itu, maka terbuka lebar jalan bagi kalangan kafir Makkah untuk menyiksa Nabi dan menghalangi tugas suci Beliau. Karena merasakan kerasnya perlawanan kaum Quraisy Makkah, Nabi Saw mencoba menyampaikan seruan suci ke kota Tha’if. Tetapi, sama dengan di Makkah, Nabi menjumpai penolakan dan perlawanan keras dari penduduk Tha’if. Dan atas hasutan tokoh mereka, penduduk Tha’if beramai-ramai menghalau Nabi sambil melemparinya dengan batu.

Nabi kembali ke Makkah dengan perasaan tidak menentu tentang nasib beliau berhadapan dengan kaum Quraisy. Beliau kini tidak lagi memiliki tokoh pelindung dan pembela. Akibatnya, tekanan, siksaan dan ancaman pembunuhan semakin meningkat. Pada waktu itulah muncul tawaran dari penduduk Yatsrib (Sebelum dirubah menjadi Madinah) untuk hijrah (pindah) ke kota itu. Mereka akan menjamin keselamatan Nabi Saw dan pengikutnya. Mereka juga bersedia untuk berbaiat memeluk agama Islam dan membantu perjuangan Nabi Saw. Peristiwa hijrah Nabi Saw inilah yang menjadi tonggak keberhasilan perjuangan Beliau menegakkan agama Islam.

Peristiwa hijrah, merupakan fenomena kegiatan fisik yang dilakukan Rasulullah, yaitu kepindahan dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Tetapi di balik fenomena fisik itulah, terkandung fenomena yang tidak fisik. Melainkan fenomena spiritual dan kejiwaan, yaitu tekad yang tidak mengenal kalah dalam perjuangan menegakkan kebenaran. Maka dalam semangatnya yang spiritual ini, berhijrah ialah bertekad meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan untuk berkorban dan menderita, karena keyakinan kemenangan terakhir akan dianugerahkan Allah Swt kepada pejuang kebenaran itu. Tetapi, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Saw sendiri, semua itu harus dilakukan dengan perhitungan, dengan membuat siasat, taktik dan strategi. Dengan begitu jaminan akan berhasil menjadi lebih besar, karena adanya gabungan serasi antara dorongan iman yang bersemangat dan bimbingan ilmu pengetahuan yang tepat (Lihat Qs.58:11).

Untuk itu, momentum pergantian tahun baru Islam tahun ini bisa memberi semangat untuk berjuang menegakkan kebenaran tanpa pamrih kepada masyarakat dan bangsa. Dalam menegakkan kebenaran harus disertai dengan keikhlasan total hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pertolongan ( Qs.47:7). Momentum hijrah merupakan semangat untuk mempersatukan bangsa dari disintegrasi yang akan merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan RAS, suku, bahasa dan agama tidak menghalangi kita untuk Bersatu. Kebetulan, tahun ini pergantian tahun hijriah bersamaan bulannya dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Hal ini juga merupakan momentum menggelorakan kembali semangat perjuangan para pendahulu yang gigih membela bangsa ini dari penjajahan Bangsa asing. Tidak sedikit harta benda dan nyawa yang gugur untuk merebut kemerdekaan bangsa. Semua yang dilakukan para pejuang itu dilakukan tanpa pamrih. Pekik merdeka senantiasa terlontar dalam setiap pertempuran melawan penjajah. Lebih baik mati daripada dijajah. Segenap elemen bangsa dari berbagai macam suku, bahasa dan RAS bersatu padu berjuang demi kemerdekaan bangsa.

Dengan merenungkan semangat hijrah dan kemerdekaan bangsa itu, maka perjuangan meningkatkan harkat dan martabat bangsa dalam segala bidang dapat dilaksanakan. Nilai-nilai dan semangat seperti inilah yang seharusnya direnungkan pada setiap kali memperingati Tahun Baru Hijrah dan Kemerdekaan. Dengan demikian setiap kali kita memasuki tahun baru hijrah dan 17 Agustus timbul semangat baru dalam diri kita masing-masing untuk terus berjuang di jalan Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Perjuangan yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Profesi apapun yang dikerjakannya hendaklah dilakukan untuk membangun bangsa ini agar lebih baik lagi. Kerahkan tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa. Bukan justru merusak atau menghancurkannya. Dengan begitu, ia telah ikut serta dalam pembangunan bangsa ini. Mudah-mudahan semangat memperbaiki bangsa ini terus bergelora dihati sanubari seluruh rakyat Indonesia, sehingga bangsa kita bisa berjaya dan lebih maju serta sejahtera nantinya. Amin!

Senin, 17 Agustus 2020

Peran kita Dalam Mengisi Kemerdekaan

Salah satu momen yang paling bersejarah di Republik Indonesia ini adalah kemerdekaan 17 Agustus 1945. Di mana pada waktu itu dibacakan teks proklamasi oleh presiden Ir. Soekarno di damping oleh wakil presiden Dr. Mohammad Hatta yang menandai telah merdekanya bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan sekutunya. Pada waktu itu, dibacakan teks Proklamasi yang kemudian disebarkan baik melalui radio maupun dari mulut ke mulut, sehingga diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Rakyat mengetahui pada waktu itu bangsa Indonesia telah merdeka dari penjajahan bangsa Jepang. Hal ini didahului oleh menyerahnya tentara Jepang dari tentara sekutu pimpinan Amerika Serikat. Setelah Negara mereka di bom Atom oleh Amerika, yakni di daerah Nagasaki dan Hiroshima. Dengan pembacaan proklamasi itu, maka Indonesia telah menyatakan sebagai Negara yang merdeka. Terbebas dari penjajahan bangsa apapun sampai sekarang. Karena itu, ketika bangsa Belanda kembali ingin menjajah bangsa Indonesia mendapat perlawanan yang gigih dari seluruh elemen bangsa. Semua rakyat bersatu padu melawan Belanda, sehingga tidak berapa lama Belanda dapat dikalahkan dan diusir dari bumi pertiwi.

Dari momen bersejarah itu, secara garis besarnya kita dapat melihat  penyebab bangsa Indonesia bisa meraih kemerdekaan. Ada 2 hal penyebabnya, yaitu : Pertama, karena adanya perjuangan bangsa Indonesia sendiri untuk memerdekakan diri dari kekuasaan penjajah bangsa asing. Kedua karena adanya rahmat Allah dan karunia-Nya Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya yang sengsara dan menderita akibat dari penjajahan yang berlansung selama 3,5 abad itu.

Menyadari betapa pentingnya penyebab kemerdekaan itu maka wakil-wakil bangsa Indonesia ketika merumuskan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan keduanya ke dalam rumusan pembukaannya, yaitu “…dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Hal ini sangat penting dimuat, supaya generasi penerus mengetahui nilai-nilai perjuangan bangsa pada waktu mengusir penjajah. Dengan dua pilar itu, semangat perjuangan terus bergelora di sanubari rakyat Indonesia. Para pejuang mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk mengusir penjajah. Harta benda dan nyawa sebagai taruhannya. Dan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai agama. Sehingga perjuangan mereka bernilai ibadah disisi Allah Swt. Karena dengan pertolongan Allah, maka perjuangan mereka membuahkan hasil. Yakni bisa merdeka!!!

Perjuangan tidak mesti harus bertempur hidup mati melawan musuh. Perjuangan harus dilakukan secara terus menerus walaupun penjajah tidak ada lagi di Indonesia. Perjuangan juga bisa dilakukan ketika sudah merdeka. Dengan cara mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif. Bekerja dengan jujur dan penuh dedikasi disetiap bidang pekerjaan masing-masing. Menciptakan berbagai macam inovasi pekerjaan untuk menarik tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Belajar dengan tekun untuk meraih cita-cita setinggi mungkin. Menggunakan segenap tenaga dan pikiran untuk kesejahteraan rakyat dan bangsa. Dan lain sebagainya. Bukan justru malah merusak dan menghancurkan martabat bangsa. Dengan terjerumus kepada kejahatan, baik pencurian, perampokan, narkoba, perjinahan, perjudian dan sebagainya. Jika itu dilakukan, maka nilai-nilai perjuangan yang telah ditanamkan pendahulu kita akan pudar. Bahkan hilang sama sekali di hati sanubari bangsa.

Selaku bangsa yang besar, bangsa yang ingin mendapat nilai luhur, maka kita harus memiliki atau menghargai pentingnya perjuangan mereka dan menghargai para pejuangnya. Kita  harus menyadari bahwa nikmat dan karunia Allah sangat besar yang dilimpahkan kepada kita, dan kita perlu mengungkapkan rasa syukur kita kepada-Nya. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberikan nikmat kemerdekaan kepada bangsa ini, walaupun dengan pengorbanan yang sangat besar. Kita harus memperlihatkan partisipasi kita dalam mengisi kemerdekaan ini berdasarkan bidang garapan yang kita kuasai dengan kesadaran dan keikhlasan hati agar cita-cita bangsa dapat secepatnya kita raih. Bentuk partisipasi kita itu diantaranya, Pertama, marilah kita meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah, khususnya berkenaan dengan nikmat kemerdekaan yang telah diberikannya kepada bangsa ini, mudah-mudahan bangsa ini menjadi bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Kedua, marilah kita mengisi kemerdekaan ini dengan bermacam-macam amal dan perbuatan, sebab dahulu pun kemerdekaan ini diraih dengan hasil perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa kita, baik jiwa, raga, maupun harta. Ketiga, tanamkan rasa tanggung jawab kepada anak cucu kita selaku generasi penerus bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan ini, dan berilah mereka pengertian bagaimana pentingnya meneruskan cita-cita bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur penuh dengan ridha dan maghfirah Allah swt. Dan, Keempat, kita jangan lupa membekali anak dengan pendidikan agama, moral, dan akhlak yang terpuji agar mereka menjadi manusia yang Pancasilais sejati dan murni, penuh tanggung jawab, jauh dari sifat-sifat tercela yang dapat merusak moral bangsa.

Dengan ikut sertanya kita berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini, mudah-mudahan bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri, bermartabat dan jaya. Amin!


#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 15 Agustus 2020

Popular