Tinggal menghitung
hari, bulan Ramadan 1441 H akan tiba. Bulan yang mulia dan penuh berkah yang
senantiasa dirindukan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan yang
didalamnya terdapat banyak keutamaan dibanding bulan lainnya dalam setahun. Bulan
yang penuh rahmat, dosa-dosa diampuni dan setan-setan dibelenggu. Segala
perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Swt. Kalangan Muhammadiyah
telah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada hari Jum’at 24 April 2020. Kalangan
Nahdhatul Ulama masih menunggu sidang Istsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama.
Kemungkinan besar, penetapan awal ramadhan tahun ini tidak akan berbeda. Hal
ini merupakan sesuatu yang baik. Puasa ramadhan bisa dilakukan secara serentak
oleh umat Islam di Indonesia.
Pada tahun ini
pelaksanaan Ramadan akan sangat berbeda sekali dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Ramadan kali ini berada ditengah pandemi covid-19. Setiap bulan
Ramadan tiba, masyarakat gegap gempita menyambutnya. Masjid dan Mushalla dipercantik
dan dibersihkan. Para jemaah berbodong-bondong pergi ke masjid atau mushalla
untuk melaksanakan shalat berjemaah. Pada malam harinya dilanjutkan dengan
salat Tarawih, tadarus Al qur’an dan ceramah agama. Setelah salat subuh diadakan
ceramah agama secara bergiliran oleh para ustazh. Pasar-pasar Ramadan selalu
ramai dikunjungi pembeli sebelum berbuka puasa. Masjid dan Mushalla ada yang
setiap hari memberikan jamuan makan dan minum untuk berbuka puasa secara
gratis. Bahkan ada juga yang memberikan jamuan pada saat sahur. Pada saat
pertengahan bulan Ramadan biasanya dilakukan peringatan nuzulul qur’an
(turunnya Al qur’an). Acara secara kenegaraan biasanya juga dilaksanakan setiap
tahunnya. Acara nuzulul qur’an juga diselengi dengan lomba-lomba keagamaan,
seperti Musabaqal Tilawatil Qur’an baik tingkat Dewasa, Remaja, dan anak-anak.
Juga ada lomba pidato, tahfiz qur’an, nasyid islami, peragaan busana muslim dan
sebagainya. Acara itu terasa begitu meriah dan syahdu. Penuh dengan nuansa
keagamaan yang indah. Diakhir Ramadan umat islam saling bersilaturrahmi dan
berkunjung kerumah-rumah sanak saudara. Saling bersalaman dan berpelukan
melepas rindu dan saling bermaaf-maafan. Pada waktu itu juga dibagikan zakat
fitrah kepada orang yang tidak mampu. Pada pagi hari tanggal 1 syawal akan
dilaksanakan salat Idul Fitri dimesjid-mesjid dan lapangan luas. Pada waktu itu
banyak sekali umat islam, baik laki-laki dan perempuan, anak-anak, orang tua jompo
pun juga ikut berbaur untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Terkadang
dilanjutkan untuk menyantap makanan yang sudah disediakan untuk menyambut tamu
yang akan datang berkunjung.
Budaya mudik setiap
tahunnya menjadi sumber berita yang sangat menarik. Semua media televisi menyiarkannya
kegiatan pemudik ini secara langsung mulai dari H -10 sampai H +10. Transportasi
darat, laut dan udara dipenuhi oleh para pemudik. Pemerintah daerah ada yang
memfasilitasi mudik gratis untuk para pemudik. Bus-bus disediakan untuk bisa
mengangkut para pemudik. Sebab, tidak semua pemudik itu mampu untuk pulang ke
kampung halamannya. Banyak juga yang nekat tanpa modal pulang ke kampung. Stasiun
kereta api juga penuh dengan pemudik. Begitulah suasana ramai dan uniknya
budaya mudik di Indonesia. Selain itu, Posko-posko didirikan oleh aparat
keamanan untuk menjaga kelancaran dan keamanan para pemudik. Terkadang mereka
bekerja hampir full 24 jam. Siang dan malam mereka bekerja untuk memantau dan
mengamankan pemudik. Tujuan pemudik berbondong-bondong
pergi ke kampung halaman untuk pulang melepas rindu dengan sanak keluarga. Setelah
sekian lama mereka meninggalkan kampung atau daerahnya merantau untuk bekerja
dan mencari rezeki di daerah lain, maka suasana Ramadan dan Idul Fitri
merupakan momentum untuk saling bertemu melepas rindu dan bersilaturrahmi. Begitulah
serba-serbi indahnya bulan Ramadan setiap tahunnya. Apakah hal itu akan kita
dapatkan dan rasakan di tahun ini?
Kemungkinan besar,
suasana itu tidak akan kita rasakan lagi tahun ini. Disaat pandemi covid-19
yang saat ini mewabah hampir di seluruh dunia akan menyebabkan suasana Ramadan
menjadi sunyi dan sepi. Pemerintah telah memberlakukan social distancing (pembatasan
sosial) terhadap masyarakat. Bahkan saat ini akan diperluas lagi dalam skala
besar. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Virus
yang sangat cepat penyebarannya ini merupakan musuh bersama. Semua elemen
masyarakat bersatu untuk bisa memutus penyebarannya.
Saat ini, pemerintah
telah menerbitkan surat himbauan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.
Semua orang disuruh untuk tetap beraktivitas dirumah saja. Pemerintah
memberlakukan Work From Home (bekerja dirumah) bagi ASN dan pihak swasta
lainnya. Masyarakat dilarang berkerumun dan bergerombol dimanapun. Acara-acara
yang biasa mendatangkan kerumunan atau orang banyak dilarang. Aktivitas ibadah
pun dibatasi untuk dilaksanakan dirumah. Begitu juga dengan Ramadan tahun ini. Pasar
Ramadan tidak ada lagi. Mudik juga dilarang. Buka puasa dimesjid, mushalla,
kantor, sekolah, warung makan, dan lainnya tidak diperbolehkan lagi. Salat
tarawih dianjurkan dilaksanakan dirumah. Tadarus tidak ada lagi. Ceramah agama
setelah tarawih dan salat subuh ditiadakan. Pengajian-pengajian agama yang akan
mendatangkan orang banyak baik siang maupun malam juga tidak ada lagi. Acara
keagamaan seperti peringatan nuzulul qur’an juga ditiadakan. Bahkan salat Idul
Fitri pun sudah ada himbauannya untuk ditiadakan.
Semua larangan itu
hendaklah kita taati bersama. Pemerintah menghendaki semua masyarakat untuk tetap
Stay At Home (berdiam diri dirumah) selama pandemi ini belum berakhir. Semua
masyarakat tetap menjalankan kewajiban puasa Ramadan. Semua ibadah ritual yang
sering dilaksanakan dibulan Ramadan tetap dikerjakan. Tarawih dan tadarusan
dikerjakan dirumah saja. Pengajian-pengajian agama bisa dilakukan dengan
daring. Para ustaz bisa memvideo atau merekam aktivitas ceramahnya kemudian
dibagikan melalui media sosial kepada jemaahnya. Jangan sampai pandemi covid-19
ini justru mengurangi nilai ibadah dibulan suci ini. Semua ibadah yang telah
rutin dikerjakan setiap tahunnya tetap dilakukan. Hanya saja dibatasi
dikerjakan dirumah masing-masing. Dengan berdiam diri dirumah, hendaknya
dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menambah keimanan dengan
melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah. Sambil terus merenung dan
introspeksi diri. Sesuai hadits Nabi Saw “Barangsiapa berpuasa di bulan ramadan
penuh dengan iman dan introspeksi diri, maka seluruh dosa yang lalu dan yang
akan datang akan diampuni Allah Swt” (HR. bukahri). Semoga pandemi ini bisa
cepat berlalu. Dan, kita bisa meraih derajat takwa diakhir Ramadan nanti. Amin!
#Menyebarluaskan
Kebaikan#
Paringin, 22 April 2020