MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 22 April 2020

Ramadan Di Tengah Pandemi Covid-19

Tinggal menghitung hari, bulan Ramadan 1441 H akan tiba. Bulan yang mulia dan penuh berkah yang senantiasa dirindukan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan yang didalamnya terdapat banyak keutamaan dibanding bulan lainnya dalam setahun. Bulan yang penuh rahmat, dosa-dosa diampuni dan setan-setan dibelenggu. Segala perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Swt. Kalangan Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada hari Jum’at 24 April 2020. Kalangan Nahdhatul Ulama masih menunggu sidang Istsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama. Kemungkinan besar, penetapan awal ramadhan tahun ini tidak akan berbeda. Hal ini merupakan sesuatu yang baik. Puasa ramadhan bisa dilakukan secara serentak oleh umat Islam di Indonesia.

Pada tahun ini pelaksanaan Ramadan akan sangat berbeda sekali dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ramadan kali ini berada ditengah pandemi covid-19. Setiap bulan Ramadan tiba, masyarakat gegap gempita menyambutnya. Masjid dan Mushalla dipercantik dan dibersihkan. Para jemaah berbodong-bondong pergi ke masjid atau mushalla untuk melaksanakan shalat berjemaah. Pada malam harinya dilanjutkan dengan salat Tarawih, tadarus Al qur’an dan ceramah agama. Setelah salat subuh diadakan ceramah agama secara bergiliran oleh para ustazh. Pasar-pasar Ramadan selalu ramai dikunjungi pembeli sebelum berbuka puasa. Masjid dan Mushalla ada yang setiap hari memberikan jamuan makan dan minum untuk berbuka puasa secara gratis. Bahkan ada juga yang memberikan jamuan pada saat sahur. Pada saat pertengahan bulan Ramadan biasanya dilakukan peringatan nuzulul qur’an (turunnya Al qur’an). Acara secara kenegaraan biasanya juga dilaksanakan setiap tahunnya. Acara nuzulul qur’an juga diselengi dengan lomba-lomba keagamaan, seperti Musabaqal Tilawatil Qur’an baik tingkat Dewasa, Remaja, dan anak-anak. Juga ada lomba pidato, tahfiz qur’an, nasyid islami, peragaan busana muslim dan sebagainya. Acara itu terasa begitu meriah dan syahdu. Penuh dengan nuansa keagamaan yang indah. Diakhir Ramadan umat islam saling bersilaturrahmi dan berkunjung kerumah-rumah sanak saudara. Saling bersalaman dan berpelukan melepas rindu dan saling bermaaf-maafan. Pada waktu itu juga dibagikan zakat fitrah kepada orang yang tidak mampu. Pada pagi hari tanggal 1 syawal akan dilaksanakan salat Idul Fitri dimesjid-mesjid dan lapangan luas. Pada waktu itu banyak sekali umat islam, baik laki-laki dan perempuan, anak-anak, orang tua jompo pun juga ikut berbaur untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Terkadang dilanjutkan untuk menyantap makanan yang sudah disediakan untuk menyambut tamu yang akan datang berkunjung.

Budaya mudik setiap tahunnya menjadi sumber berita yang sangat menarik. Semua media televisi menyiarkannya kegiatan pemudik ini secara langsung mulai dari H -10 sampai H +10. Transportasi darat, laut dan udara dipenuhi oleh para pemudik. Pemerintah daerah ada yang memfasilitasi mudik gratis untuk para pemudik. Bus-bus disediakan untuk bisa mengangkut para pemudik. Sebab, tidak semua pemudik itu mampu untuk pulang ke kampung halamannya. Banyak juga yang nekat tanpa modal pulang ke kampung. Stasiun kereta api juga penuh dengan pemudik. Begitulah suasana ramai dan uniknya budaya mudik di Indonesia. Selain itu, Posko-posko didirikan oleh aparat keamanan untuk menjaga kelancaran dan keamanan para pemudik. Terkadang mereka bekerja hampir full 24 jam. Siang dan malam mereka bekerja untuk memantau dan mengamankan pemudik.  Tujuan pemudik berbondong-bondong pergi ke kampung halaman untuk pulang melepas rindu dengan sanak keluarga. Setelah sekian lama mereka meninggalkan kampung atau daerahnya merantau untuk bekerja dan mencari rezeki di daerah lain, maka suasana Ramadan dan Idul Fitri merupakan momentum untuk saling bertemu melepas rindu dan bersilaturrahmi. Begitulah serba-serbi indahnya bulan Ramadan setiap tahunnya. Apakah hal itu akan kita dapatkan dan rasakan di tahun ini?

Kemungkinan besar, suasana itu tidak akan kita rasakan lagi tahun ini. Disaat pandemi covid-19 yang saat ini mewabah hampir di seluruh dunia akan menyebabkan suasana Ramadan menjadi sunyi dan sepi. Pemerintah telah memberlakukan social distancing (pembatasan sosial) terhadap masyarakat. Bahkan saat ini akan diperluas lagi dalam skala besar. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Virus yang sangat cepat penyebarannya ini merupakan musuh bersama. Semua elemen masyarakat bersatu untuk bisa memutus penyebarannya.

Saat ini, pemerintah telah menerbitkan surat himbauan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Semua orang disuruh untuk tetap beraktivitas dirumah saja. Pemerintah memberlakukan Work From Home (bekerja dirumah) bagi ASN dan pihak swasta lainnya. Masyarakat dilarang berkerumun dan bergerombol dimanapun. Acara-acara yang biasa mendatangkan kerumunan atau orang banyak dilarang. Aktivitas ibadah pun dibatasi untuk dilaksanakan dirumah. Begitu juga dengan Ramadan tahun ini. Pasar Ramadan tidak ada lagi. Mudik juga dilarang. Buka puasa dimesjid, mushalla, kantor, sekolah, warung makan, dan lainnya tidak diperbolehkan lagi. Salat tarawih dianjurkan dilaksanakan dirumah. Tadarus tidak ada lagi. Ceramah agama setelah tarawih dan salat subuh ditiadakan. Pengajian-pengajian agama yang akan mendatangkan orang banyak baik siang maupun malam juga tidak ada lagi. Acara keagamaan seperti peringatan nuzulul qur’an juga ditiadakan. Bahkan salat Idul Fitri pun sudah ada himbauannya untuk ditiadakan.

Semua larangan itu hendaklah kita taati bersama. Pemerintah menghendaki semua masyarakat untuk tetap Stay At Home (berdiam diri dirumah) selama pandemi ini belum berakhir. Semua masyarakat tetap menjalankan kewajiban puasa Ramadan. Semua ibadah ritual yang sering dilaksanakan dibulan Ramadan tetap dikerjakan. Tarawih dan tadarusan dikerjakan dirumah saja. Pengajian-pengajian agama bisa dilakukan dengan daring. Para ustaz bisa memvideo atau merekam aktivitas ceramahnya kemudian dibagikan melalui media sosial kepada jemaahnya. Jangan sampai pandemi covid-19 ini justru mengurangi nilai ibadah dibulan suci ini. Semua ibadah yang telah rutin dikerjakan setiap tahunnya tetap dilakukan. Hanya saja dibatasi dikerjakan dirumah masing-masing. Dengan berdiam diri dirumah, hendaknya dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menambah keimanan dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah. Sambil terus merenung dan introspeksi diri. Sesuai hadits Nabi Saw “Barangsiapa berpuasa di bulan ramadan penuh dengan iman dan introspeksi diri, maka seluruh dosa yang lalu dan yang akan datang akan diampuni Allah Swt” (HR. bukahri). Semoga pandemi ini bisa cepat berlalu. Dan, kita bisa meraih derajat takwa diakhir Ramadan nanti. Amin!


#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 22 April 2020 

Senin, 20 April 2020

Bersabar Stay At Home

Sekarang ini kita sedang dilanda rasa takut, cemas, gelisah, khawatir dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh serangan virus yang sangat cepat penyebarannya, yakni Corona (Covid-19). Virus ini cepat sekali berpindah tempat. Ia menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Penyebarannya bisa melalui kontak fisik dengan yang udah terpapar virus. Bisa dengan jabat tangan, pelukan, cipika-cipiki, dan sebagainya. Bisa juga akibat menyentuh barang atau benda yang sudah terpapar virus. Bisa akibat udara yang sudah terpapar virus sehingga terhirup oleh orang lain. Seperti melalui bersin, batuk, flu dan membuang ludah sembarangan. Oleh sebab itu, mereka yang sudah terpapar harus cepat diisolasi atau karantina, agar virus itu tidak menyebar lagi. Bahkan orang-orang yang terkait atau pernah bergaul, bertemu maupun keluarganya juga harus dikarantina sementara waktu. Minimal 14 hari setelah dinyatakan positif corona. Kalau sudah mencapai waktu itu tidak ada gejala yang mengarah kepada terpapar virus, maka mereka akan dinyatakan negatif. Sebab, virus itu hanya bisa bertahan 14 hari di tubuh manusia. Jika selama itu dia tahan (imunitasnya) terhadap virus itu, maka virusnya akan mati dan tidak bisa lagi berkembang di dalam tubuhnya.

Untuk memutus mata rantai penyebaran virus itu, maka pemerintah sudah menerapkan Sosial Distancing dan Psychal Distancing. Bahkan Kotamadya Banjarmasin sudah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dimana masyarakat dihimbau untuk tetap berada dirumahnya masing-masing. Tidak ada yang keluar rumah apalagi sampai keluyuran tanpa ada hal yang mendesak. Masyarakat juga dilarang untuk berkerumun disuatu tempat, baik di gedung, pasar, mall, warung, bahkan masjid dan mushalla serta tempat ibadah agama lainnya. Acara pertemuan, hajatan, perkawinan, pertandingan olah raga dan acara lainnya yang bisa mengumpulkan orang banyak ditiadakan. Mereka yang keluar rumah naik sepeda motor dilarang berboncengan. Dalam mobil penumpangnya juga dibatasi. Pemerintah saat ini juga menerapkan Work From Home (bekerja di rumah), sekolah semua jenjang dan pondok pesantren diliburkan dengan memberlakukan siswanya untuk belajar dirumah secara online (daring). Perguruan Tinggi juga memberlakukan perkuliahan secara daring. Rapat-rapat terbatas pemerintah juga tidak lagi dilakukan secara tatap muka. Sekarang telah diganti dengan video conference maupun daring. Kebijakan ini telah berlaku disemua daerah di Indonesia. Saat ini pun, daerah Kalimantan Selatan telah memberlakukan karantina wilayah. Tidak bisa lagi orang dari daerah lain (luar Kalimantan Selatan) bebas keluar masuk. Jika ada pun, maka akan diperiksa secara intensif dan dianjurkan untuk karantina mandiri atau dikarantina disuatu tempat yang sudah disediakan.

Tidak hanya itu, bagi orang yang tinggal di zona merah yang telah ditetapkan pemerintah tidak bisa lagi keluar daerah itu. Mereka dijaga secara ketat oleh aparat kepolisian, TNI dan Polisi Pamung Praja (Satpol PP). Di setiap daerah perbatasan akan dijaga. Mereka yang akan memasuki daerah lain akan diperiksa tingkat suhu badannya dengan alat Rapid Test. Seandainya alat itu mengindikasi ada gejala reaktif. Maka ia dijadikan sebagai Orang Dalam pemantauan (ODP) dan harus melakukan karantina pribadi dirumah atau ditempat tertentu. Dia tidak boleh keluar rumah paling tidak sampai 14 hari kedepannya. Dan bisa diperpanjang kalau ada indikasi yang reaktif.

Data penyebaran covid-19 di Kalimantan Selatan telah menyebar hampir di semua Kabupaten/Kota. Bahkan ada beberapa orang positif Covid-19 yang meninggal dunia. Grafik peningkatan pasien yang dinyatakan positif terus meningkat sedangkan pasien yang dinyatakan sembuh sangat sedikit. Ini membuktikan bahwa penyebaran virus corona di Banua cukup signifikan. Perlu kerja keras dan kerjasama semua pihak, agar penyebaran virus ini tidak meningkat lagi. Social Dictancing dan Pyshical Distancing yang diberlakukan pemerintah hendaknya ditaati. Selain itu perlu kejujuran bagi masyarakat yang telah melakukan perjalanan ke luar daerah ataupun kontak fisik dengan mereka yang sudah terpapar virus untuk memeriksakan diri. Dan juga memberlakukan karantina mandiri. Hal ini perlu dilakukan agar penyebaran virus tidak meningkat. Mereka yang sudah dinyatakan Orang Dalam Pemantauan (ODP) apalagi kalau statusnya sudah Pasien Dalam Pemantauan (PDP) hendaklah tetap dirumah. Jangan keluyuran dan berbaur dengan masyarakat lainnya. Seperti ke pasar, warung, mall, kantor, sekolah, bahkan shalat berjamaah dimesjid atau mushalla.

Kalau ada kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama menghentikan penyebaran covid-19 ini, maka wabah pandemi ini akan cepat berlalu. Jangan sampai pemerintah yang sudah bekerja keras dan jor-joran mengeluarkan dana untuk pemberlakuan Social Distancing dan PSBB justru sia-sia belaka, karena masyarakatnya tidak mentaatinya. Masyarakat hendaknya bersabar untuk tetap Stay At Home (Diam di rumah) selama pandemi ini masih mewabah. Kita percayakan saja dengan usaha yang dilakukan pemerintah kita. Sambil tetap bekerja di rumah, beribadah dan berdoa, semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu. Dan kita bisa beraktivitas seperti biasa tanpa ada rasa takut dan khawatir terserang virus corona. Semoga!.

#Menyebarluaskan kebaikan#
Paringin, 20 April 2020

Minggu, 12 April 2020

Virus Makhluk Allah Swt

Ada video ceramah yang beredar di media sosial yang berisi keyakinan yang kuat kepada Allah Swt. Dalam video itu ia menyatakan bahwa yang ditakuti di dunia ini hanya Allah Swt. Bukannya virus yang sedang mewabah saat ini. Allah Swt pasti akan menolongnya, selama ia memiliki keyakinan itu. Memang ada yang sebagian orang yang berpendapat dan berkeyakinan seperti itu. Terkadang cenderung meremehkan penyebaran virus corona saat ini. Pemerintah telah memberlakukan Social Distancing (Pembatasan terhadap masyarakat) dan Pysichal Distancing (Pembatasan kontak fisik). Kedua pembatasan itu diberlakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virusnya. Social Distancing merupakan pembatasan terhadap masyarakat untuk tetap berada dirumah, bekerja dirumah dan tidak keluar rumah selama batas waktu yang sudah ditentukan. Selain itu, tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain seperti jabatan tangan, pelukan, cipika-cipiki, berboncengan dan sebagainya.

Himbauan itu harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan ketika, ada larangan sementara untuk tidak shalat jum’at dan shalat lima waktu berjamaah di masjid atau mushalla, juga harus ditaati. Apalagi sudah ada fatwa ulama yang membolehkan untuk tidak melaksanakan shalat jumat dan shalat berjamaah di masjid dan mushalla. Kalau tidak taat terhadap pemerintah dan ulama yang memiliki otoritas dalam menetapkan hukum, lantas siapa lagi yang harus ditaati. Masalah khilafiyah kalau perlu kita kesampingkan dulu untuk kemaslahatan bersama. Kalau khilafiyah hukum diperdebatkan, maka perlu penjelasan yang panjang lebar dan waktu yang lama untuk meyakinkan masyarakat awam. Itu pun kalau perdebatan itu berujung ada kesimpulan yang bisa disepakati. Andaikan, antar kelompok masing-masing punya pendapat yang berbeda, maka masalah hukum itu tidak akan selesai. Justru akan berbuntut panjang dan saling menyalahkan bahkan bisa saling kafir-mengkafirkan. Akibatnya, tujuan utama untuk menanggulangi penyebaran virus corona ini tidak akan selesai. Bisa terus berlanjut tidak berujung. Korban akan terus bertambah banyak. Dan virus akan terus menyebar tidak bisa dihentikan lagi. Nauzdubillah…

Keyakinan akan pertolongan Allah Swt itu merupakan harga mati bagi umat Islam yang beriman. Sebab, hanya Allah Swt saja yang dapat menolong setiap manusia dari berbagai macam bala bencana yang menimpa di muka bumi ini. Kalau tidak yakin itu, maka seseorang bisa dikategorikan sebagai orang yang syirik. Akan tetapi perlu juga diluruskan, pemahaman pertolongan dari Allah Swt itu yang seperti apa?. Apakah langsung atau melalui perantara?. Apakah berupa sim salabim (dalam bahasa Al Qur’an dengan kata ‘Kun’) seperti orang sulap? Ketika menghendaki sesuatu langsung ada dan muncul seketika. Hal ini perlu diperjelas, agar keyakinan kita itu tidak kebablasan atau justru membahayakan diri kita dan orang lain. Pertolongan yang diberikan Allah Swt itu pasti terjadi. Sebab, manusia manapun di muka bumi ini tidak ada yang mempunyai kekuatan untuk bisa melawan takdir Allah Swt. Takdir Allah Swt meliputi alam semesta ini. Tidak ada yang bisa lari maupun sembunyi dari takdir itu. Lalu, apakah manusia harus pasrah kepada takdir itu?. Apakah manusia tidak ada usaha untuk ‘melawan’nya?. Disinilah letak perbedaan pendapat yang seringkali muncul dikalangan umat Islam. Hal ini sudah terjadi ratusan bahkan ribuan tahun. Dan memunculkan berbagai macam aliran dalam Islam. Tulisan ini bukan untuk mendukung salah satu dari aliran itu.    

Penulis hanya, ingin meletakkan bahwa pertolongan Allah Swt bisa melalui jalur mana pun dan siapa saja. Bisa saja, melalui orang lain, binatang, angin, tumbuhan, air, ataupun energi. Atau makhluk gaib seperti malaikat dan jin. Apakah Allah Swt tidak bisa langsung memberikan pertolongan? Pertanyaan itu tidak sepantasnya dilayangkan. Sebagai orang yang beriman tentunya memiliki keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala makhluknya di alam semesta ini. Akan tetapi, semua yang ada di alam semesta ini memiliki prosedurnya masing-masing. Setiap makhluk sudah ada ketentuannya. Sudah ada aturan atau mekanisme yang mengatur kehidupan masing-masing makhluk itu. Alam semesta punya mekanismenya dengan berbagai macam benda-benda angkasa yang saling beraturan. Manusia juga punya mekanisme atau aturan dalam kehidupannya. Begitu juga binatang, tumbuhan, angin, malaikat dan jin. Semuanya punya aturan yang dimiliki. Aturan itu menjadi ‘hukum’ yang tidak terpisahkan diantara mereka. Ketika, salah satu menabrak aturan yang berlaku itu, maka akan terjadi suatu kekacauan. Seperti manusia yang suka merusak keseimbangan alam ini dengan cara menebang pohon secara sporadis. Meruntuhkan gunung, menimbun sungai-sungai untuk dijadikan pemukiman dan sebagainya. Kalau hal itu terus dibiarkan, maka akan terjadi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Inilah akibat dari keserakahan manusia yang merusak hukum keseimbangan alam. Begitulah seterusnya.

Virus corona yang sekarang lagi mewabah di seluruh dunia merupakan makhluk Allah Swt. Setiap virus yang ada memiliki mekanisme atau cara kerjanya masing-masing. Virus yang masuk ke dalam tubuh atau yang menempel di anggota tubuh seseorang belum tentu menjadi penyakit. Bisa saja virus yang masuk ke dalam tubuh itu sebagai antibodi atau untuk kekebalan tubuh. Seperti imunisasi terhadap bayi. Itu ‘virus’ yang dimasukkan kedalam tubuh dengan suntikan agar kelak bayi itu kebal terhadap serangan virus, seperti campak. Tapi sebagian besar, virus itu bisa mendatangkan bibit penyakit kepada manusia yang menerimanya. Karena memang itu sudah merupakan Tufoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) dari virus itu seperti itu. Kita tidak bisa menyalahkan virus itu. Kita juga tidak bisa menantang apalagi meremehkannya. Virus yang ada bisa bermutasi menjadi virus lainnya yang mungkin lebih ganas lagi dari sebelumnya. Virus ini sudah ada dari dulu. Ia tidak bisa dimusnahkan sampai akhir zaman. Ia akan selalu ada disetiap zamannya. Dengan bentuk dan fungsi yang lain. sebagai contoh, virus influenza, virus colera dan lain-lain itu sudah ada dari dulu. Dan sekarang pun juga masih ada. Kedua virus itu ketika munculnya juga banyak menimbulkan korban nyawa. Akan tetapi sekarang virus itu tidak terlalu berbahaya. Masih banyak orang yang terkena flu setiap saat. Akan tetapi, hampir tidak ada lagi yang meninggal akibat flu itu. Ini membuktikan bahwa virus itu tetap ada dan bisa berubah bentuk dan fungsi dikemudian hari. Yang menyebabkan manusia bisa tahan dengan virus itu diantaranya adalah telah ditemukannya vaksin anti virus itu. Dan juga, bentuk imunitas (kekebalan tubuh) manusia yang cenderung meningkat setiap saat. Sehingga virus itu bisa dijinakkan dan tidak berbahaya lagi ketika menyentuh tubuh manusia.

Untuk itu, kita tidak usah ‘sombong’ dengan pertolongan dari Allah Swt. Allah Swt pasti menolong. Akan tetapi sesuai dengan prosedur-Nya. Manusia dan virus itu sama-sama makhluk-Nya. Mereka diciptakan masing-masing memiliki peranannya. Virus diciptakan salah satunya untuk memberikan ‘penyakit’ kepada manusia. Untuk itu, ketika virus itu datang menyerang manusia, maka taatlah terhadap aturan untuk bisa melawannya agar ia tetap tahan terhadap virus itu. Dengan cara apa?

Ketika dia memiliki ilmu dan kemampuan, maka dia bisa berusaha sendiri untuk melawannya. Bisa dengan meracik obat sendiri. Bisa dengan meminum tumbuhan antibodi. Bisa dengan olah raga. Bisa juga dengan menjaga kebersihan dirinya seperti mencuci tangan, mandi, menyemprot dengan cairan disinfiktan dan sebagainya. Jika ia tidak memiliki kemampuan itu, maka bisa melalui perantara orang lain, seperti bantuan dokter, perawat dan sebagainya. Usaha itu, juga merupakan bentuk ‘pertolongan’ Allah Swt. Melalui usaha yang dilakukannya dan perantara orang lain. Ketika virus itu mulai mewabah, maka peran pemerintah untuk menanggulanginya. Bisa dengan Social Distancing, Psychal Distancing ataupun lockdown. Masyarakat disuruh beraktivitas di rumah masing-masing. Tidak boleh keluar rumah dan melakukan kontak fisik dengan orang lain. Setiap kerumunan massa ditiadakan. Termasuk ibadah ditempat suci masing-masing agama yang mendatangkan orang banyak dalam satu tempat juga ditiadakan. Ini berlaku bagi semua agama, bukan hanya Islam. Karena itu, larangan ini jangan dijadikan dasar mengecam pemerintah telah membatasi hak beribadah bagi pemeluknya. Semua lapisan masyarakat harus bisa mematuhinya. Sebab dengan cara itu, maka virus akan terputus penyebarannya. Ini bukan perkara agama saja. Ini merupakan masalah bangsa. Masalah orang banyak. Kalau tidak ditindaklanjuti dengan segera, maka akan banyak lagi korban yang berjatuhan. Ini pun juga merupakan bentuk ‘pertolongan’ dari Allah Swt. Artinya, semua usaha yang dilakukan sendiri maupun orang lain ataupun dari perantara manapun merupakan ‘pertolongan’ Allah Swt. Sebab, manusia tidak akan bisa lari dan sembunyi dari Sunnatullah. Hukum Allah akan berlaku kepada semua makhluknya di alam semesta ini. Maka dari itu, janganlah pertolongan Allah Swt itu dipersepsi hanya untuk diri sendiri dan seperti sulap ‘Sim Salabim’. Semuanya serba instan. Banyak variabel yang terlibat didalamnya. Yang penting tetap yakin, bahwa pertolongan Allah Swt itu pasti datang. Tapi bentuknya seperti apa, hanya Allah Swt yang mengetahuinya. Wallahu A’lam Bishshawab…

Paringin, 11 April 2020
#Menyebarluaskan Kebaikan#

Popular