
Berubah berasal dari kata ubah. Artinya menjadi lain (berbeda) dari semula. Atau bertukar (beralih, berganti)
menjadi sesuatu yang lain. Dari kata ubah itu muncul kata perubahan yang
berarti hal (keadaan) berubah, peralihan atau pertukaran. Berubah bukanlah
menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Berubah merupakan pergantian
atau peralihan dari sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain. Perubahan itu
diakibatkan oleh perjalanan waktu, musim ataupun campur tangan dari manusia
maupun binatang dan sebagainya. Setiap perubahan yang terjadi akan membawa
dampak yang baik dan buruk. Tergantung dari cara menyikapi perubahan itu.
Perubahan yang terjadi di alam ini sangat banyak. Semuanya akan mengalami
perubahan. Seperti perubahan cuaca atau iklim, perubahan manusia, dari bayi, anak-anak,
remaja, tua dan meninggal dunia. Tumbuhan yang tumbuh subur, yang menghasilkan
bunga dan buah-buahan dan akan mengalami kekeringan dan mati. Hewan yang
bertelur atau melahirkan kemudian tumbuh menjadi bayi, anak-anak, dewasa dan
juga mati, dan sebagainya.
Dalam Al qur’an Allah Swt telah
menjelaskan tentang perubahan-perubahan itu. Semuanya akan mengalami perubahan
seiring dengan perputaran ruang dan waktu. Mulai dari alam semesta yang terus
mengembang dan melebar. Firman-Nya “Dan langit itu
Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya” (Qs.51:47).
Pertumbuhan dan perkembangan manusia, yang penciptaannya dari saripati tanah,
kemudian menjadi air mani yang disimpan ditempat yang kukuh (Rahim).
Dari air mani itu dijadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat), setelahnya
menjadi segumpal daging. Kemudian menjadi tulang belulang dan dibungkus dengan
daging. Setelahnya menjadi makhluk yang berbentuk lain (bayi). Setelah itu,
manusia pasti akan mengalami kematian. Firman-Nya “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati.” (Qs.23:12-15). Selain itu, Allah
Swt juga menciptakan manusia dari keadaan lemah, kemudian menjadikannya kuat
dan setelahnya menjadi lemah kembali dan beruban (tua). Firman-Nya “Allah,
Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs. 30:54). Perubahan juga terjadi
pada hewan. Ada yang melahirkan, bertelur kemudian hidup dan berkembang biak
dan mati. Hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya. Sebagian lagi berjalan
dengan dua kaki dan sebagian lagi berjalan dengan empat kaki. Firman-Nya “Dan
Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki
sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs.24:45).
Begitu pula tumbuhan. Allah Swt menyatakan bahwa Dia-lah yang menurunkan air
hujan dari langit. Kemudian ditumbuhkan dengan air itu tumbuh-tumbuhan tanaman
yang menghijau. Setelahnya dikeluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
(tunas) yang banyak. Firman-Nya “Dan Dialah
yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Qs.6:99). Tanaman memerlukan
air dan suhu yang sesuai agar biji dapat berkecambah. Saat biji berkecambah,
maka embrionya akan keluar untuk membentuk akar-akar kecil. Setelahnya akan
membentuk batang, ranting, daun dan juga buah. Akhirnya, akan mengalami
kerusakan dan mati. Firman-Nya “Sesungguhnya
Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (Qs.6:95).
Perubahan dalam hari juga terjadi. Allah
Swt telah mempergantikan malam dan siang dalam sehari. Firman-Nya “Allah
mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.” (Qs.24:44). Allah Swt juga yang
mengatur pertukaran malam dan siang. Firman-Nya “Dan Dialah
yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam
dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (Qs.23:80). Allah
Swt juga yang menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Firman-Nya “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang
benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs.39:5).
Begitulah perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada alam semesta, manusia,
hewan, tumbuhan, maupun waktu. Semuanya berubah sesuai dengan yang telah
ditentukan oleh Sang Pencipta. Tidak ada di dunia ini yang tidak mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi merupakan Sunnatullah. Ketika ada yang
berhenti (tidak berubah lagi), maka ia akan mengalami kerusakan, kehancuran dan
kematian. Karena itu, semua makhluk di dunia ini akan selalu mengalami
perubahan sampai saatnya nanti akan berhenti. Tidak ada yang abadi, kecuali
Sang Pencipta perubahan itu sendiri.
Hidup ini adalah perubahan.
Setiap perubahan di dalam kehidupan ini harus mendatangkan manfaat dan
kebaikan. Jangan sampai perubahan dalam hidup itu justru mengarah kepada
kejahatan dan keburukan. Kesuksesan di dalam hidup merupakan sebuah usaha dalam
menggapai perubahan hidup itu. Jangan sampai berhenti untuk meraih
keberhasilan. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Perubahan demi perubahan
untuk menuju kesuksesan dan kebaikan harus dilakukan. Jangan berhenti dan puas
dengan hasil yang ada. Sebab, ketika berhenti bisa saja digilas oleh zaman
(waktu). Kegagalan bahkan kehancuran bisa saja terjadi setiap saat. Allah Swt
menyatakan bahwa Dia tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya.
Firman-Nya “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs.13:11).
Apalagi dalam ibadah kepada
Allah Swt. Setiap saat harus ditingkatkan. Sebelum masa tua dan ajal menjemput.
Setiap hari harus berubah menuju ketakwaan. Bukan sebaliknya, justru menurun
kepada keburukan dan kesesatan. Allah Swt menyatakan bahwa hendaklah setiap
orang selalu memperhatikan dan mempersiapkan dirinya untuk esok harinya
perbuatan yang mengarah kepada ketakwaan. Sebab, Allah Swt mengetahui setiap
saat apapun yang kita dikerjakan. Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs.59:18). Untuk
itu tidak ada pilihan bagi kita untuk selalu mengevaluasi setiap hari apa yang
dikerjakan. Apakah sudah mengarah kepada kebaikan (takwa) ataukah justru kearah
keburukan dan kesesatan. Grafik Kehidupan setiap hari harusnya selalu mengarah
kepada peningkatan kebaikan. Allah Swt telah menyatakan siapa yang berat
timbangan kebaikannya, maka dia akan mendapat keberuntungan. Sebaliknya, siapa
yang ringan timbangan kebaikannya, maka dia merupakan orang yang merugikan dirinya
sendiri. Firman-Nya “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka
mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan
timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,
mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (Qs.23:102-103). Untuk itu, di
penghujung tulisan ini, mari kita renungkan puisi yang diucapkan seorang Filsuf
dari Pakistan, Sir Mohammad Iqbal berikut “Di jalan ini tak ada
tempat berhenti, sikap lamban berarti mati, siapa yang bergerak dialah yang
terdepan, Berhenti –sejenak pun– pasti tergilas!”. Kalau kita tidak
ingin tergilas oleh zaman (waktu), maka berusahalah untuk selalu berubah
mengikuti perkembangan zaman itu. Dalam arti, berubah menuju kepada arah kebaikan.
Sehingga bisa bermanfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Semoga!
Paringin, 9 September 2019
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar