MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Rabu, 24 Juli 2019

Putus Asa

Putus asa adalah habis (hilang) harapan atau tidak mempunyai harapan lagi. Putus asa merupakan perbuatan yang menghilangkan harapan. Harapan merupakan keinginan atau kehendak yang akan terjadi. Harapan itu harus dimiliki oleh setiap orang. Harapan itu bisa berupa cita-cita atau mimpi yang harus dikejar dan didapatkan. Harapan juga bisa berupa angan-angan yang mungkin untuk dikerjakan, walaupun itu sulit dilaksanakan. Harapan berbeda dengan khayalan. Dalam harapan ada sesuatu yang yang dicari, dikejar dan diusahakan untuk mendapatkanya. Sedangkan, khayalan hanya berupa angan-angan, fantasi ataupun rekaan dari hasil imajinasinya. Khayalan itu, merupakan angan-angan yang seolah-olah telah atau akan terjadi. Padahal itu hanya proses imajinasi yang tidak akan terjadi. Untuk itu, harapan bisa dikejar dan diusahakan untuk mendapatkannya. Dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas, maka harapan itu akan bisa diraih dengan baik.

Setiap orang punya harapan yang harus dicapai dalam hidupnya. Ada yang berhasil dengan baik dan ada juga yang gagal. Banyak usaha yang dilakukan untuk menggapai harapan itu. Akan tetapi, terkadang keberuntungan belum berpihak kepadanya. Banyak faktor yang menyebabkan gagal (pupusnya) harapan itu. Bisa jadi, usaha yang dilakukan belum maksimal. Bisa juga keahlian yang dimilikinya tidak sesuai dengan pekerjaan atau usaha yang digelutinya. Bisa juga, akibat dari persaingan yang ketat dengan orang lain yang memiliki modal, pengetahuan, atau kemampuan yang lebih darinya. Bisa juga akibat perubahan alam yang melanda daerahnya. Bahkan, bisa akibat dari olah kejahatan dari seseorang atau beberapa orang dan sebagainya. Kegagalan yang di alami ketika 'mengejar' harapan itulah yang menyebakan seseorang bisa berputus asa. Akibatnya, ia bisa berhenti sama sekali (frustasi) atau 'bertahan' sebentar mengejar harapan itu sambil menunggu peluang yang lain. Kalau yang pertama, dia berhenti mengharap sesuatu, bagaimanapun di nasihati dan di motivasi dia akan tetap bergeming untuk berhenti. Dan, yang kedua masih punya harapan untuk bangkit dari keterpurukan, terlebih ketika nantinya ada peluang baru atau mendapat nasihat dan motivasi dari orang lain atau sekitarnya, maka ia akan bangkit lagi.

Setiap manusia dalam hidupnya mempunyai kecenderungan untuk hidup senang dan susah. Ketika manusia mendapatkan rahmat (kasih sayang Allah) berupa kesenangan hidup, maka mereka akan gembira dan merasa bahagia karenanya. Akan tetapi, ketika manusia itu ditimpa musibah (bahaya) akibat dari kelalaian dan kesalahan yang dibuatnya sendiri, maka ia akan berputus asa. Hal ini dinyatakan Allah Swt dalam Al qur’an, yaitu Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa (Qs.30:36). Di ayat lain juga dinyatakan bahwa apabila manusia diberikan kesenangan maka dia akan berpaling dan membelakanginya dengan sikap sombong. Dan begitu sebaliknya, ketika manusia ditimpa kesusahan maka dia akan berputus asa. Firman-Nya “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (Qs.17:83).

Seperti itulah, kebanyakan manusia ketika hidupnya penuh dengan kemewahan dan jabatan tinggi terkadang muncul sikap menyombongkan diri dan semena-mena. Hidupnya dia gunakan untuk hal-hal yang mubazdir (berlebih-lebihan) dan cenderung berfoya-foya. Dan ketika dia ditimpa kebangkrutan dan kesusahan maka cenderung berputus asa, sehingga lupa akan jati diri dan lupa dengan yang memberi rezeki, yaitu Allah Swt. Dalam kehidupan di dunia ini, manusia selalu meminta kebaikan, kesenangan, kebahagiaan dan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Hampir tidak ada manusia yang dalam hidupnya itu meminta kesusahan kepada Allah Swt. Mereka tidak jemu-jemu meminta kebaikan-kebaikan itu kepada Allah Swt sampai keinginannya terkabulkan. Akan tetapi, ketika keinginan itu tidak dikabulkan, maka mereka akan kecewa. Apalagi ketika ditimpa kesusahan berupa malapetaka (bahaya) maka mereka akan berputus asa, bahkan putus harapannya untuk mendapatkan kebaikan itu. Hal ini dinyatakan Allah Swt di dalam firman-Nya Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (Qs.41:49). Di ayat lainnya, Allah Swt juga menyatakan bahwa selain putusnya harapan, manusia yang telah diberikan kenikmatan berupa rahmatnya, ketika rahmat (nikmat) itu dicabut (diambil)-Nya, maka ia akan berputus asa, bahkan tidak berterima kasih kepada Allah Swt. Mereka betul-betul melupakan kenikmatan yang sebelumnya telah diterima mereka. Yang dilihatnya hanyalah kesusahan itu saja. hal ini dinyatakan Allah Swt dalam firman-Nya “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. (Qs.11:9).

Putus asa ketika mengalami kegagalan merupakan sesuatu yang tidak baik. Apalagi berputus asa dari rahmat Allah Swt. Orang yang berputus asa itu merupakan orang yang telah kehilangan semangat untuk berbuat yang lebih baik lagi. Allah Swt telah memberikan kasih sayangnya kepada semua mahkluknya. Oleh sebab itu, mereka yang berputus asa termasuk orang yang berpaling dari rahmat Allah Swt. Rahmat Allah Swt bertebaran di muka bumi ini. Firman-Nya Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Qs.62:10). Untuk itu, dipersilahkan kepada semua orang untuk menjemputnya dengan usaha masing-masing. Ketika, satu karunia tidak didapatkan, maka carilah karunia yang lainnya. Hal ini terus dilakukan sampai mendapatkan karunia yang diinginkannya. Ketika sudah mendapatkannya, pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan orang banyak. Selalu bersukur kepada-Nya atas anugerah yang telah diberikan Allah Swt. Ketika anugerah atau karunia itu diambil-Nya lagi, maka harus bersabar dan ikhlas. Tidak gampang berputus asa, apalagi sampai putus harapan dan tidak berterima kasih. Dalam Al Quran, Allah Swt menyatakan bahwa orang yang gampang berputus asa dari rahmatnya itu sebagai orang yang sesat. Firman-Nya “Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat. (Qs.15:56). Di ayat lain, Allah Swt menyamakan orang yang berputus asa dari rahmatnya itu dengan orang-orang kafir. Firman-Nya “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Qs.12:87). Orang-orang kafir yang telah berputus asa dari rahmat Allah Swt itu kelak akan mendapatkan azab yang pedih dari Allah Swt. Firman-Nya Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih. (Qs.29:23).

Untuk itu, Allah Swt melarang hamba-Nya untuk berbuat melampaui batas dari anugerah yang telah diberikannya. Setiap kesenangan yang diberikan-Nya hendaklah disyukuri dan dipergunakan untuk berbuat baik. Ketika mengalami kegagalan janganlah berputus asa karena Rahmat Allah itu luas dan kita bisa meraihnya dari jalan manapun sesuai dengan perintah-Nya. Firman-Nya Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia. (Qs.55:78). Di ayat lain, Allah Swt menyatakan bahwa Karunia itu ada ditangan-Nya. Allah Swt akan memberikan karunia itu kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Sebab, karunia Allah Swt itu sangat luas (besar). Firman-Nya “Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu." Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui", Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs.3:73-74). Untuk itu, teruslah berusaha untuk meraihnya dan jangan berputus asa. Agar bisa meraihnya dengan baik, maka diperlukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Semua potensi yang ada di dalam diri manusia itu harus dioptimalkan sebaik mungkin. Kerja keras merupakan potensi fisik yang kuat dan sehat. Kerja cerdas merupakan potensi otak yang dimiliki untuk bisa berbuat kreatif dan tuntas dalam menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan waktu dan target yang telah ditentukan. Sedangkan kerja ikhlas merupakan potensi hati (jiwa), agar pekerjaan itu dikerjakan dengan tulus ikhlas sebagai sebuah pengabdian, baik kepada institusi tempatnya bekerja sebagai hubungan antar sesama manusia, maupun sebagai pengabdian kepada Sang Pencipta, Allah Swt. Sehingga, apapun yang dikerjakannya bisa bernilai positif (bermanfaat) untuk dirinya dan orang lain. Dan tentunya juga akan bernilai ibadah disisi-Nya. Ketika tiga potensi ini dipadukan pada diri seseorang, maka akan mendatangkan suatu kekuatan yang luar biasa. Yang bisa mendorong seseorang untuk selalu berusaha semaksimal mungkin mencari karunia yang tersebar di muka bumi ini. Mereka tidak akan berputus asa untuk mencari karunia itu. Baik darat, laut dan udara akan dipergunakan untuk mencari karunia itu. Ketika mendapatkannya mereka akan mempergunakan nya dengan sebaik mungkin untuk kebaikan orang banyak. Mereka akan bersukur (terima kasih) terhadap karunia yang diberikan Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman-Nya “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (Qs.16:14).

Putus asa merupakan perbuatan yang tidak baik. Allah Swt telah melarang hambanya agar jangan berputus asa dari karunia-Nya di muka bumi ini. Setiap orang yang memiliki kesusahan, kesedihan, kegagalan, atau bahkan kebangkrutan dalam hidupnya, maka ia harus bisa bangkit. Berusaha semaksimal mungkin agar bisa kembali bersemangat untuk mengarungi hidup ini. Untuk meraih itu, di dalam Al qur’an, ada beberapa syarat yang diperlukan, diantaranya, Pertama kembali (taubat) ke jalan yang baik. Lupakan segala kesedihan dan kesalahan yang telah kita lakukan. Jadikan kegagalan sebagai pengalaman dan pelajaran untuk bisa bangkit. Berusaha bangkit untuk menuju keberhasilan yang lain sesuai dengan rida-Nya. Kedua, berserah diri hanya kepada-Nya. Setiap usaha yang kita lakukan hendaklah diniatkan karena Allah, agar terhindar dari hasil yang tidak baik yang menyebabkan 'azab' Allah menimpa kita. Allah Swt yang memiliki karunia itu. Allah Swt pula yang akan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tentunya, mereka yang memintanya dan berusaha untuk meraihnya dengan senantiasa mencoba untuk mendekat kepada-Nya lah yang akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Ketiga, ikutilah segala apa yang telah diperintahkan dan dilarangan-Nya. Berbuatlah kebaikan dan jangan melakukan penipuan, kejahatan apalagi kerusakan. Sebab, semua perbuatan jahat itu akan menghalangi keberuntungan seseorang. Perbuatan itu justru akan mendatangkan ‘murka’ Allah Swt. Kalau Allah Swt sudah ‘murka’ dengan hamba-Nya, maka hidupnya akan terus mendapatkan kesusahan, penderitaan dan kesedihan. Keempat, menyesali setiap kelalaian yang telah dilakukan. Terutama kelalaian dalam menunaikan kewajiban yang telah dibebankan kepada dirinya. Penyesalan itu merupakan pembuka untuk bisa memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Dengan begitu, ia akan berusaha untuk memperbaiki dirinya. Tidak mau lagi mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya. Hidupnya akan diisi dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk orang banyak. Sehingga tidak ada lagi kesedihan, kesusahan dan kesulitan yang dirasakannya.

Kelima, muttaqin, yakni jadilah orang yang bertakwa. Takwa merupakan derajat yang diberikan Allah Swt karena telah menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Orang yang telah mencapai derajat takwa, ia akan memiliki kesadaran Tuhan dimanapun ia berada. Ia merasa, kehidupannya selalu ‘dilihat’ dan ‘diawasi’ oleh Allah Swt. Dengan begitu, tidak ada lagi rasa enggan apalagi sengaja untuk berbuat yang tidak baik. Hidupnya dipenuhi dengan kebaikan. Ibadah yang dikerjakannya bukan hanya menunaikan kewajiban belaka, akan tetapi murni ingin mendekat dan ingin selalu bersama dengan-Nya setiap saat. Ibadah yang dikerjakannya merupakan kebutuhan. Ibarat tubuh perlu makan dan minuman untuk menopang kehidupan dan kekuatan dalam beraktifitas. Begitu juga dalam ibadah. Ibadah itu dikerjakan untuk menopang kehidupannya agar terus menjadi baik. Tentunya, selalu bisa dekat dan bersama dengan-Nya. Semua syarat di atas telah dijelaskan di dalam Al-qur’an, yaitu “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah), atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa’.” (Qs.39:53-57).

Karena itu, janganlah kita berputus asa dari Rahmat Allah. Setiap kegagalan yang diperoleh, maka dibalik itu akan ada kesuksesan yang akan didapatkan. Kegagalan merupakan bentuk kesuksesan yang tertunda. Jika usaha yang dilakukan diniatkan karena Allah Swt, maka hasilnya akan baik dan disyukuri. Selain itu, hati dan pikiran akan menjadi tenang. Tidak tegang dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Kata gagal itu hanya bahasa manusia saja. Padahal dihadapan Allah dia adalah orang yang berhasil. Bersikaplah Sabar dan ikhlas dalam menerima setiap kenyataan yang dialaminnya. Jangan mengeluh, marah, apalagi sampai menyalahkan Allah Swt. Dengan begitu, ia akan mendapatkan tempat yang terbaik dihadapan-Nya, baik sekarang maupun yang akan datang. Orang yang bisa menerima semua ketentuan dari Allah Swt itu adalah orang yang sukses. Kesuksesan itu apabila usaha yang kita lakukan sesuai dengan ajaran dan kehendak-Nya. Dalam hidupnya, orang yang seperti itu akan selalu bersyukur dengan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, sehingga tidak ada lagi rasa putus asa di dalam dirinya. Semoga!!!

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 24 Juli 2019

Tidak ada komentar:

Popular