MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 17 November 2018

Hikmah

Dikisahkan suatu hari Luqmanul Hakim mengajak anaknya pergi ke pasar dengan membawa seekor keledai. Maka berangkatlah mereka pergi kepasar yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.

Anaknya menunggang keledai dan Lukmanul Hakim berjalan kaki. Pada saat melewati sebuah perkampungan, orang-orang berkomentar, “Dasar anak durhaka, kamu enak-enakan duduk di punggung keledai sementara ayahmu yang sudah tua berjalan kaki. Mestinya kamu yang berjalan kaki dan ayahmu  menunggang keledai itu!” Si anak lalu turun dan bertukar tempat dengan ayahnya.

Kini sang ayah berada di atas punggung keledai, sementara anaknya berjalan mengiringi keledai hingga melewati sebuah pemukiman lainnya. Lagi-lagi orang ramai berkomentar, “Kasihan anak itu, ayahnya asyik duduk santai di atas keledai, tapi anaknya yang masih kecil disuruhnya berjalan kaki, sungguh ayah yang tega.”

Mendengar komentar pedas itu, Luqman al Hakim lalu menyuruh anaknya naik ke atas punggung keledai berdua dengannya. “Mudah-mudahan tak ada lagi orang yang  mengomentari perbuatan kita setelah ini.” Ucap Lukman kepada anaknya.

Tapi ternyata komentar orang-orang belum selesai. Ketika Lukman dan anaknya melewati sebuah kampung, mereka malah diteriaki, “Hei kalian berdua ini sungguh terlalu dan tak berperikehewanan, keledai yang kecil dan kurus ini kalian tunggangi berdua?”

Akhirnya mereka berdua turun dari atas keledai dan mereka berjalan beriringan dengan keledai kesayangan mereka. Sudah begitu, merekapun masih dikomentari oleh orang banyak, “Coba perhatikan orang itu, alangkah bodohnya mereka! Punya keledai tapi tidak ditunggangi?”

Lukmanul Hakim dan anaknya saling berpandangan. Dengan nada kesal anaknya berkata, “Kalau gitu kita gotong saja keledai ini!” Lukman tersenyum melihat sikap anaknya. Lalu berujar, “Selalu ada hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa, tahukah kamu apa hikmah dari perjalanan kita ini?”

Hikmah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan kebijaksanaan (dari Allah), sakti atau kesaktian, arti atau makna yang dalam; manfaat. Menurut kamus Bahasa Arab, Hikmah berarti kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-­Qur’anul karim.

Di dalam Al qur’an Allah Swt menyatakan bahwa hikmah itu bisa berarti kenabian. Firman-Nya “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs.28:14). Hikmah berupa kenabian juga diberikan kepada Daud, firman-Nya “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Qs. 38 :20). Hikmah kenabian juga diberikan kepada Luth, firman-Nya “dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik”. (Qs.21:74). Diberikan juga kepada Yahya, firman-Nya “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak”. (Qs.19:12). Kepada Yusuf, firman-Nya “Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Qs.12:22).

Selain itu, Hikmah juga berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Firman-Nya Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs.16:125). Hikmah juga berarti sebuah kepahaman yang mendalam tentang Al Qur`an dan As Sunnah. Dan akan mendapatkan kebaikan yang yang banyak.  Firman-Nya “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Qs.2:269). Selain itu, hikmah juga bisa berarti sunnah Nabi (kebiasaan yang dilakukan Nabi setiap harinya, baik dirumah, dipasar, maupun dimasyarakat, bisa berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuan dan diamnya Nabi Saw). Firman-Nya “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (Qs.33:34).

Di dalam Al Qur`an, Allah Swt menyatakan bahwa penciptaan langit dan bumi dan apapun yang ada diantara keduanya memiliki hikmah (pengajaran terhadap ilmu pengetahuan). Artinya, segala fenomena alam dan apapun yang terjadi di langit dan di bumi terdapat pelajaran yang sangat berharga bagi mereka yang mau belajar dan mempelajarinya. Firman-Nya Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Qs.38:27). Hikmah yang diberikan Allah Swt kepada manusia biasa (maksudnya bukan kenabian) merupakan sebuah pengetahuan yang mendalam terhadap setiap peristiwa ataupun kejadian yang menimpa dirinya maupun orang lain. Dia juga bisa mengambil pelajaran terhadap peristiwa alam yang terjadi disekitarnya maupun ditempat lain. Dengan begitu, dia menjadi tahu dan sadar tentang makna dan hakekat dari setiap peristiwa dan kejadian itu. Selain pemahaman dan hakekat yang diketahuinya, ia juga bisa menceritakan, menjelaskannya dan memberika pencerahan kepada orang lain. Dari situlah, makna hikmah itu bisa terungkap dan menjadi pembelajaran bagi mereka yang memahaminya.

Sering kali kita mendengar kata hikmah itu diucapkan. Setiap ada musibah maupun bencana yang menimpa seseorang maupun orang banyak, baik kecil maupun besar, seperti sakit, kecelakaan, kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, kematian dan sebagainya. Kata hikmah itu menjadi semacam penyejuk bagi mereka yang mendapatkan kesusahan hidup. Mereka akan berkata bahwa setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmah yang terkandung didalamnya, untuk itu bersabarlah dan ikhlaskan apa yang telah terjadi kepada mereka. Ucapan kata hikmah itu sebagai bentuk nasihat utuk bisa bersabar dan ikhlas menerima setiap musibah dan bencana yang menimpanya. Begitu juga dengan cerita Lukmanul Hakim itu, ketika memberi nasihat kepada anaknya. Dalam cerita itu, anaknya menjadi kesal karena semua perbuatan yang dilakukannya Bersama ayahnya selalu disalahkan oleh masyarakat yang melihatnya. Ketika anaknya menaiki keledai dan ayahnya berjalan mengiringinya dikatakan sebagai anak durhaka. Anaknya turun dan gantian ayahnya yang menaiki keledai dan ia berjalan disampingnya, juga dikatakan sebagai ayah yang tega terhadap anaknya sendiri dan mau menang dan enaknya sendiri saja. kemudian, keledai itu ditunggangi mereka berdua, juga salah. Mereka dikatakan sebagai orang yang tidak berkeprihewanan (menyakiti hewan). Mereka beralasan keledai yang kecil dan kurus justru ditunggangi berdua. Sampai-sampai mereka berdua turun dan menuntun keledai itu dengan anggapan tidak ada lagi menyalahkan mereka. Ternyata, caci maki masyarakat tidak selesai. Justru mereka berdua dikatakan sebagai orang bodoh. Punya keledai akan tetapi tidak ditunggangi.

Begitulah, dalam kehidupan di masyarakat. Terkadang sesuatu yang benar bisa disalahkan, dan yang salah pun bisa dibenarkan. Mereka cenderung melihat dari sudut luar kehidupan seseorang. Apa yang tampak dalam pandangan mereka, itulah yang menjadi dasar memberikan penilaian. Ketika sudah melihat sesuatu langsung mengambil kesimpulan dan mencibir serta mengatakan yang tidak baik. Sambil menuduh yang macam-macam. Dimanapun manusia itu berada, fitnah, adu domba (namimah), ghibah dan buruk sangka selalu ada dan terjadi ditengah masyarakat. Semua itu akibat adanya persaingan dan sifat buruk yang dimiliki seseorang seperti iri, dengki serta sombong. Mereka tidak suka terhadap nikmat yang dimiliki orang lain. Sehingga mau mengambil dan menghancurkannya. Sifat sombong dan mau menang sendiri, menjadikan mereka tidak mau disaingi sehingga cenderung meremehkan bahkan menghina orang lain. Tidak jarang terjadi konflik diantara mereka. Pertengkaran dan perkelahian bahkan pembunuhan bisa saja terjadi. Ibarat bom waktu yang setiap saat bisa meledak. Untuk itu dibutuhkan kesabaran bersikap dalam kehidupan bermasyarakat, dimanapun kita berada. Sikap sabar itu merupakan salah satu penolong didalam kehidupan ini agar terhindar dari permusuhan dan pertikaian. Allah Swt berfirman Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Qs.2:153). Di ayat lain juga dinyatakan bahwa Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”. (Qs.2:45).

Di ayat lain, Allah Swt menyatakan bahwa janganlah sesama muslim saling berbantah-bantahan, sehingga menyebabkan yang lain menjadi gentar dan takut serta menghilangkan kekuatan untuk berbuat kebaikan. Untuk itu Allah menyuruh untuk bersabar. Sebab Allah Swt beserta orang yang sabar. Firman-Nya “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Qs.8:46). Ketika seseorang dianiaya dan disakiti, Allah membolehkan untuk membalas dengan balasan yang sama dan tidak boleh berlebih-lebihan. Akan tetapi jika ia bisa bersabar, maka sikap seperti itulah yang paling baik. Firman-Nya “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs.16:126). Untuk itu, Allah Swt meyatakan bahwa sebuah kecelakaan yang besar bagi setiap manusia apabila tidak bisa mengendalikan dirinya. Saling berbalas-balasan akan menimbulkan sikap benci dan dendam. Allah Swt telah memberikan jalan terbaik dalam kehidupan ini berupa sikap sabar. Allah Swt juga menyatakan bahwa pahala (kebaikan) yang diberikan kepada seseorang itu karena dia selalu bersabar didalam menjalankan kehidupan ini. Firman-Nya “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar." (Qs.28:80).

Sabar merupakan sikap yang akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan juga bagi orang lain.  Firman-Nya Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (Qs.41:35). Allah menyatakan bahwa setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula. Firman-Nya Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Qs.55:60). Bahkan balasan kebaikan itu akan ditambahkan dengan kabaikan lagi. Firman-Nya “Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Qs:42:23).

Dari sinilah, makna hikmah itu akan didapatkan. Dengan bersikap sabar, ia akan mengetahui makna yang terkandung di dalam setiap peristiwa dan kejadian yang dialaminya. Setelah itu muncul sikap bijaksana dalam menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, ketenangan dan kedamaian bisa menyeliputi dirinya. Pandangan hidupnya akan selalu tertuju kepada Allah Swt. Sang Pencipta dan sekaligus Sang Pemusnah segala kehidupan di alam semesta ini. Apapun yang menimpa dirinya dan orang lain, hati dan pandangannya selalu terpaut kepada Allah Swt. Baik dan buruk akibat peristiwa itu diserahkannya kepada Sang Khaliq. Dengan begitu jiwanya menjadi tenang. dan hatinya menjadi puas lagi mendapat Ridha Allah Swt. Maka masuklah kedalam hamba-Nya dan masuk kedalam surga-Nya. Firman-Nya Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku” (Qs.89:27-30). Semoga…..


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 17 Nopember 2018

Tidak ada komentar:

Popular