Setiap tahun di peringati tahun baru Hijriah. Yaitu tahun baru
dalam kalender Islam yang perhitungannya di mulai dari kepindahan atau hijrah
Nabi Saw dari Makkah ke Madinah. Yang menetapkan sistem kalender Islam ini
ialah Khalifah Umar bin Khattab. Keputusannya untuk menjadikan Hijrah Nabi Saw
sebagai permulaan kalender Islam cukup menarik. Sebelum dibuat keputusan itu,
sebenarnya ada berbagai usul tentang kapan sebaiknya kalender Islam itu di
mulai perhitungannya. Saat kelahiran Nabi adalah titik mula yang baik untuk
kalender itu. Hal serupa dilakukan oleh orang-orang Nasrani, yang memulai
perhitungan kalender mereka dari saat kelahiran Nabi Isa Al-Masih (menurut
pendapat mereka, yaitu akhir Desember, lalu dibulatkan 1 Januari). Maka
kalender mereka dalam Bahasa Arab disebut kalender milady (kelahiran),
selain juga biasa disebut kalender Masihi (Masehi).
Tetapi Umar tidak menerima ide-ide serupa itu. Beliau menerima
salah satu ide yang muncul, yaitu ide penghitungan kalender Islam itu dari
hijrah Nabi Saw. Sebab, dalam pandangan Umar, hijrah adalah peristiwa yang
membalikkan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakkan kebenaran. Bila
di Makkah, selama 13 tahun, Beliau berhasil menanamkan iman kepada Allah dan
mendidik akhlak pribadi-pribadi para Sahabat yang jumlahnya tidak terlalu
besar, maka setelah Hijrah, di Madinah, langkah perjuangan Rasulullah Saw
meningkat, yaitu membentuk masyarakat berperadaban. Karena itu nama kota tempat
Beliau berhijrah, asal mula bernama Yastrib, Beliau ubah menjadi Madinah, yang
maknanya ialah “kota” dalam pengertian “tempat peradaban”, hidup beradab,
berkesopanan, dan teratur dengan hukum-hukum yang ditaati oleh semua warga”.
Nama lengkapnya adalah Madinat al-Rasul atau Madinat al-Nabi yang
berarti Kota Rasul atau Kota Nabi.
Hijrah Nabi Saw merupakan tonggak keberhasilan perjuangan Beliau
menegakkan agama Islam. Selama di Makkah melakukan dakwah, hanya sedikit orang
Makkah yang masuk Islam pada waktu itu. Bahkan selama Nabi Saw menyebarkan
Islam, tidak jarang mendapat perlakuan yang kasar, intimidasi, bahkan ancaman
pembunuhan. Beruntung Nabi Saw ketika berdakwah di Makkah mendapat sokongan
dari isterinya Khadijah dan kemudian juga dari Paman Beliau Abu Thalib.
Keduanya merupakan tokoh yang sangat dihormati di daerah itu. Sehingga para
kafir Quraisy pada waktu itu tidak sembarangan berbuat semena-mena kepada Nabi
Saw. Hal ini berbeda dengan para Sahabat yang mengikutinya. Banyak di kalangan
sahabat yang mendapat hinaan, cercaan, siksaan dan bahkan pembunuhan. Sampai
mencapai puncak ketika kedua tokoh itu meninggal dunia. Tekanan, siksaan dan
ancaman pembunuhan semakin meningkat. Pada waktu itulah muncul tawaran dari
penduduk Yatsrib (Sebelum dirubah menjadi Madinah) untuk hijrah (pindah) ke
kota itu. Mereka akan menjamin keselamatan Nabi Saw dan pengikutnya. Mereka
juga bersedia untuk berbaiat memeluk agama Islam dan membantu perjuangan Nabi
Saw.
Dengan adanya jaminan itu, maka Nabi Saw Bersama sahabatnya
melakukan hijrah. Disinilah, tonggak baru perjuangan untuk mencapai kebenaran
Islam dilakukan. Rasulullah Saw menyatukan antara Muhajirin (penduduk Mekkah
yang berhijrah) dengan Ansyar (sebutan penduduk Madinah yang telah memberi
pertolongan). Persatuan yang terjalin antara Muhajirin dan Ansyar ini
memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan Islam pada waktu itu. Agama
Islam dapat berkembang pesat di daerah itu, sehingga membuat kafir Quraisy
Makkah menjadi terancam dan ketakutan. Sehingga mereka menggalang kekuatan
untuk menyerang dan menaklukkan kota Madinah. Akan tetapi, karena persatuan
yang terjalin begitu kuat diantara Muhajirin dan Ansyar, maka mereka bisa
bangkat untuk berperang melawan kafir Quraisy Makkah. Dalam sejarah tercatat
banyak sekali peperangan yang dilakukan Rasulullah untuk melawan kezhaliman
kafir Quraisy Makkah. Dan semuanya bisa dimenangkan oleh tantara Islam. Sampai
nantinya penaklukkan kota Makkah yang menjadi persatuan umat Islam di jazirah
Arab. Begitu penting dan besarnya pengaruh hijrah Nabi Saw itu, sehingga sangat
wajar Umar bin Khattab menetapkan awal hijrah sebagai awal perhitungan kalender
Hijriyah dalam Islam.
Untuk itulah, momentum pergantian tahun Hijriyah di tahun ini bisa
membawa persatuan di antara umat Islam dan bangsa Indonesia. Saat ini persatuan
umat Islam sudah mulai memudar. Perbedaan pendapat dan pilihan politik sangat
mempengaruhi rasa persatuan dan persaudaraan umat Islam. Apalagi sebentar lagi kita
akan memasuki tahun politik di 2019. Di mana pada tahun itu nantinya akan
diselenggarakan pemilihan presidin dan wakilnya, serta pemilihan wakil rakyat
di Parlemen (DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota). Saat ini aroma
persaingan, perselisihan dan perbedaan pendapat sudah mulai terasa. Saling
dukung-mendukung terhadap Pasangan Calon (Paslon) sudah mulai terbuka. Saling
jelek-menjelekkan satu sama lain mulai terlihat, khususnya di Media Sosial
(Medsos). Tidak hanya sampai disitu, aroma ancaman, intimidasi dan kekerasan
fisik juga mulai terasa. Perbedaan pilihan itu hendaknya disikapi dengan kepala
dingin dan sabar. Apalagi sesama kaum Muslim, hendaklah tidak terjadi
pertikaian, perkelahian, apalagi sampai menjadi permusuhan. Kita boleh
mendukung paslon yang menurut kita baik. Selama program-program yang
disampaikan akan mensejahterakan rakyat banyak. Calon pemimpin yang akan di
pilih nantinya akan bisa memimpin bangsa Indonesia menjadi lebih sejahtera dan
berkeadilan disegala aspek kehidupan. Akan tetapi, pilihan politik yang kita
lakukan jangan sampai mengorbankan persatuan dan persaudaran sesama orang
Islam. Ukhuwah Islamiyah harus tetap tegak dan segala-galanya bagi umat Islam.
Berbeda pilihan merupakan sebuah keniscayaan. Selama ada beberapa pilihan,
pasti akan terdapat perbedaan. Untuk itu, kita harus bisa menyikapi perbedaan
itu dengan baik. Saling menghargai pilihan merupakan hal sangat baik. Sehingga
persaudaran dan persatuan umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia umumnya
bisa terjalin dengan baik. Rukun, damai dan adil bisa terwujud. Dan bangsa
Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Semoga…
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 8 September 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar