MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Minggu, 09 September 2018

Hijrah : Momentum Persatuan Umat

Setiap tahun di peringati tahun baru Hijriah. Yaitu tahun baru dalam kalender Islam yang perhitungannya di mulai dari kepindahan atau hijrah Nabi Saw dari Makkah ke Madinah. Yang menetapkan sistem kalender Islam ini ialah Khalifah Umar bin Khattab. Keputusannya untuk menjadikan Hijrah Nabi Saw sebagai permulaan kalender Islam cukup menarik. Sebelum dibuat keputusan itu, sebenarnya ada berbagai usul tentang kapan sebaiknya kalender Islam itu di mulai perhitungannya. Saat kelahiran Nabi adalah titik mula yang baik untuk kalender itu. Hal serupa dilakukan oleh orang-orang Nasrani, yang memulai perhitungan kalender mereka dari saat kelahiran Nabi Isa Al-Masih (menurut pendapat mereka, yaitu akhir Desember, lalu dibulatkan 1 Januari). Maka kalender mereka dalam Bahasa Arab disebut kalender milady (kelahiran), selain juga biasa disebut kalender Masihi (Masehi).

Tetapi Umar tidak menerima ide-ide serupa itu. Beliau menerima salah satu ide yang muncul, yaitu ide penghitungan kalender Islam itu dari hijrah Nabi Saw. Sebab, dalam pandangan Umar, hijrah adalah peristiwa yang membalikkan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakkan kebenaran. Bila di Makkah, selama 13 tahun, Beliau berhasil menanamkan iman kepada Allah dan mendidik akhlak pribadi-pribadi para Sahabat yang jumlahnya tidak terlalu besar, maka setelah Hijrah, di Madinah, langkah perjuangan Rasulullah Saw meningkat, yaitu membentuk masyarakat berperadaban. Karena itu nama kota tempat Beliau berhijrah, asal mula bernama Yastrib, Beliau ubah menjadi Madinah, yang maknanya ialah “kota” dalam pengertian “tempat peradaban”, hidup beradab, berkesopanan, dan teratur dengan hukum-hukum yang ditaati oleh semua warga”. Nama lengkapnya adalah Madinat al-Rasul atau Madinat al-Nabi yang berarti Kota Rasul atau Kota Nabi.

Hijrah Nabi Saw merupakan tonggak keberhasilan perjuangan Beliau menegakkan agama Islam. Selama di Makkah melakukan dakwah, hanya sedikit orang Makkah yang masuk Islam pada waktu itu. Bahkan selama Nabi Saw menyebarkan Islam, tidak jarang mendapat perlakuan yang kasar, intimidasi, bahkan ancaman pembunuhan. Beruntung Nabi Saw ketika berdakwah di Makkah mendapat sokongan dari isterinya Khadijah dan kemudian juga dari Paman Beliau Abu Thalib. Keduanya merupakan tokoh yang sangat dihormati di daerah itu. Sehingga para kafir Quraisy pada waktu itu tidak sembarangan berbuat semena-mena kepada Nabi Saw. Hal ini berbeda dengan para Sahabat yang mengikutinya. Banyak di kalangan sahabat yang mendapat hinaan, cercaan, siksaan dan bahkan pembunuhan. Sampai mencapai puncak ketika kedua tokoh itu meninggal dunia. Tekanan, siksaan dan ancaman pembunuhan semakin meningkat. Pada waktu itulah muncul tawaran dari penduduk Yatsrib (Sebelum dirubah menjadi Madinah) untuk hijrah (pindah) ke kota itu. Mereka akan menjamin keselamatan Nabi Saw dan pengikutnya. Mereka juga bersedia untuk berbaiat memeluk agama Islam dan membantu perjuangan Nabi Saw.

Dengan adanya jaminan itu, maka Nabi Saw Bersama sahabatnya melakukan hijrah. Disinilah, tonggak baru perjuangan untuk mencapai kebenaran Islam dilakukan. Rasulullah Saw menyatukan antara Muhajirin (penduduk Mekkah yang berhijrah) dengan Ansyar (sebutan penduduk Madinah yang telah memberi pertolongan). Persatuan yang terjalin antara Muhajirin dan Ansyar ini memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan Islam pada waktu itu. Agama Islam dapat berkembang pesat di daerah itu, sehingga membuat kafir Quraisy Makkah menjadi terancam dan ketakutan. Sehingga mereka menggalang kekuatan untuk menyerang dan menaklukkan kota Madinah. Akan tetapi, karena persatuan yang terjalin begitu kuat diantara Muhajirin dan Ansyar, maka mereka bisa bangkat untuk berperang melawan kafir Quraisy Makkah. Dalam sejarah tercatat banyak sekali peperangan yang dilakukan Rasulullah untuk melawan kezhaliman kafir Quraisy Makkah. Dan semuanya bisa dimenangkan oleh tantara Islam. Sampai nantinya penaklukkan kota Makkah yang menjadi persatuan umat Islam di jazirah Arab. Begitu penting dan besarnya pengaruh hijrah Nabi Saw itu, sehingga sangat wajar Umar bin Khattab menetapkan awal hijrah sebagai awal perhitungan kalender Hijriyah dalam Islam.

Untuk itulah, momentum pergantian tahun Hijriyah di tahun ini bisa membawa persatuan di antara umat Islam dan bangsa Indonesia. Saat ini persatuan umat Islam sudah mulai memudar. Perbedaan pendapat dan pilihan politik sangat mempengaruhi rasa persatuan dan persaudaraan umat Islam. Apalagi sebentar lagi kita akan memasuki tahun politik di 2019. Di mana pada tahun itu nantinya akan diselenggarakan pemilihan presidin dan wakilnya, serta pemilihan wakil rakyat di Parlemen (DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota). Saat ini aroma persaingan, perselisihan dan perbedaan pendapat sudah mulai terasa. Saling dukung-mendukung terhadap Pasangan Calon (Paslon) sudah mulai terbuka. Saling jelek-menjelekkan satu sama lain mulai terlihat, khususnya di Media Sosial (Medsos). Tidak hanya sampai disitu, aroma ancaman, intimidasi dan kekerasan fisik juga mulai terasa. Perbedaan pilihan itu hendaknya disikapi dengan kepala dingin dan sabar. Apalagi sesama kaum Muslim, hendaklah tidak terjadi pertikaian, perkelahian, apalagi sampai menjadi permusuhan. Kita boleh mendukung paslon yang menurut kita baik. Selama program-program yang disampaikan akan mensejahterakan rakyat banyak. Calon pemimpin yang akan di pilih nantinya akan bisa memimpin bangsa Indonesia menjadi lebih sejahtera dan berkeadilan disegala aspek kehidupan. Akan tetapi, pilihan politik yang kita lakukan jangan sampai mengorbankan persatuan dan persaudaran sesama orang Islam. Ukhuwah Islamiyah harus tetap tegak dan segala-galanya bagi umat Islam. Berbeda pilihan merupakan sebuah keniscayaan. Selama ada beberapa pilihan, pasti akan terdapat perbedaan. Untuk itu, kita harus bisa menyikapi perbedaan itu dengan baik. Saling menghargai pilihan merupakan hal sangat baik. Sehingga persaudaran dan persatuan umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia umumnya bisa terjalin dengan baik. Rukun, damai dan adil bisa terwujud. Dan bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Semoga…


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 8 September 2018

Tidak ada komentar:

Popular