MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 16 Juni 2025

Berkata Baik atau Diam

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pada kesempatan mulia ini, marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa; dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan Allah. 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Salah satu akhlak mulia adalah berkata yang baik. Perkataan dan ucapan yang baik akan mendatangkan kebaikan dan dapat meninggikan derajat seseorang, baik di sisi Allah maupun di tengah-tengah manusia.  

Allah swt memerintahkan kita untuk mengucapkan perkataan yang baik. Allah berfirman: 

قُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا.

“Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al Baqarah: 83). 

Di ayat lain Allah menegaskan agar orang-orang beriman untuk berkata-kata yang baik kepada sesama muslim maupun non-muslim. Allah berfirman:

 وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا.

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (Qs. Al-Isra': 53). 

Ayat tadi merupakan pengingat bagi kita supaya senantiasa menjaga ucapan kita. Tidaklah yang keluar dari mulut kita melainkan kebaikan, minimal, jika kita tidak bisa mengucapkan kebaikan, maka lebih baik diam. Jangan sampai ucapan yang keluar dari lisan kita malah menyakiti hati orang lain. Rasulullah Saw bersabda: 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

“Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Imam al-Nawawi berkata:

 يَنْبَغِي لِمَنْ أَرَادَ أَن يَنْطِقَ أَنْ يَتَدَبَّرَ مَا يَقُوْلُ قَبْلَ أَنْ يَنْطِقَ، فَإِنْ ظَهَرَتْ فِيْهِ مَصْلَحَةٌ تَكَلَّمَ، وَإِلَّا أَمْسَكَ.

“Hendaknya bagi siapa pun yang ingin berbicara, ia pikir-pikir terlebih dahulu, apabila ucapannya mengandung maslahat atau kebaikan, maka silakan, apabila tidak, maka lebih baik diam.” 

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Demikan khutbah ini saya sampaikan, Semoga kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam berperilaku maupun bertutur kata yang baik, bisa menjaga lisan kita agar tidak berkata kasar dan bohong. Amin

Rabu, 11 Juni 2025

Penampilan Abang Hadi di Panggung Gembira Ponpes Darul Istiqamah Barabai Tahun 2025


Acara Panggung Gembira dilaksanakan pada Hari Rabu malam, 4 Juni 2025 di Aula Pondok Pesantren Darul Istiqamah Putra Barabai.

Lihat Link :👇 



Kamis, 05 Juni 2025

3 Sifat Yang Bisa Merusak Ibadah

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam kesempatan ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Yakni senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Ada tiga sifat yang dilarang dan harus kita jauhi, agar tidak merusak ibadah kita kepada Allah Swt. Pertama adalah hasad, atau iri dengki. Iri hati ini muncul ketika seseorang merasa tidak senang atau bahkan ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Perasaan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari iri dengan kekayaan, kecantikan, kecerdasan, hingga kelebihan-kelebihan yang dimiliki orang lain. Rasulullah bersabda:

اَلْحَسَدُ يَأْكُلُ الحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الحَطَبَ

Artinya, “Sesungguhnya hasad (iri dengki) itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Imam Ibnu Majah). 

Orang yang iri hati, sesungguhnya sedang tersiksa batinnya. Sebab, perasaan iri itu selalu membawa keburukan didalam hatinya. Ia tidak bisa menikmati kebahagiaannya sendiri karena terus-menerus terfokus pada apa yang dimiliki orang lain. Hal ini membuat hati menjadi sempit dan gelisah. Orang yang terus menerus iri adalah orang yang tidak merasa puas dengan apa yang ia miliki, meskipun sebenarnya Allah telah memberi begitu banyak nikmat kepadanya. 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Yang kedua adalah riya' atau pamer. Riya' adalah perbuatan menunjukkan sesuatu, baik itu harta, amal, atau kebaikan kita, dengan tujuan agar orang lain melihatnya dan memberikan pujian. Ini bukan lagi tentang ikhlas karena Allah, tetapi lebih kepada ingin dipuji oleh manusia. Sungguh, riya' ini adalah syirkul khofiy, yaitu syirik yang tersembunyi. Artinya, orang yang beramal dengan riya' sebenarnya sedang menyembunyikan niatnya yang sebenarnya, yaitu ingin mendapatkan perhatian atau pujian dari orang lain, bukan dari Allah. Dalam hati orang yang riya', Allah seakan tidak lagi menjadi tujuan utama dari amalnya. Semua yang dilakukan hanya untuk dilihat dan dihargai oleh manusia. 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Yang ketiga adalah 'ujub atau kesombongan, yaitu sikap berbangga diri dengan menganggap diri sendiri lebih hebat, lebih baik, atau lebih benar daripada orang lain. Orang yang memiliki sifat sombong sering kali merasa dirinya lebih tinggi derajatnya, baik dalam hal ilmu, harta, kedudukan, atau bahkan amal ibadah. Ia merasa seolah-olah tidak ada yang bisa menandingi dirinya, dan dengan begitu ia merendahkan orang lain. Rasulullah bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَن كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِن كِبْرٍ

Artinya, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim). 

Hadits ini mengingatkan kita bahwa kesombongan, sekecil apapun, bisa menjadi penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam surga Allah. Kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki, baik itu harta, ilmu, ataupun kedudukan, semuanya adalah anugerah dari Allah. Tidak ada satupun yang bisa kita banggakan, karena semuanya berasal dari-Nya dan hanya sementara di dunia ini. Kesombongan hanya akan merusak hati kita dan menghalangi kita dari kebaikan. 

Mudah-mudahan kita terhindar dari sifat-sifat tercela yang bisa merusak nilai ibadah kita kepada Allah Swt. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Diam Adalah Ibadah

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah, pada kesempatan Jumat yang mulia ini, marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, kita akan mendapatkan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Menjadi pribadi yang baik adalah harapan setiap orang. Menjadi baik tidaklah sulit, dan tidak memerlukan modal yang besar. Salah satunya adalah diam. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau memilih untuk diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa bukan hanya berbicara yang baik yang diperintahkan, tetapi diam juga menjadi amalan yang dianjurkan. Oleh karena itu, sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah sepatutnya kita lebih banyak diam daripada berbicara yang tidak bermanfaat, bahkan jika perkataan kita bisa menyakiti orang lain. Dalam hadits ini juga, Rasulullah SAW juga menggantungkan kesempurnaan iman pada orang yang memilih diam daripada berbicara buruk. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan agar tidak terjerumus pada perkataan yang tidak baik.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga mengingatkan kita tentang manfaat luar biasa dari diam. Beliau bersabda:

عَلَيْكَ بِطُوْلِ الصُّمْتِ، فَإِنَّهُ مُطَّرِدَةٌ لِلشَّيْطَانِ وَعَوْنٌ لَكَ عَلَى أَمْرِ دِيْنِكَ

“Hendaklah engkau banyak diam, karena diam dapat mengusir syaitan dan membantu urusan agamamu.” (HR. Ahmad).

Dalam hadits ini, ada dua manfaat besar dari diam. Pertama, diam dapat mengusir setan. Setan sangat suka terhadap orang yang banyak berbicara, karena mereka mudah terpeleset lidahnya. Terpelesetnya lidah bisa mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri dan orang lain. Kita telah menyaksikan betapa banyak konflik dan permusuhan yang muncul hanya karena ucapan yang tidak terjaga. Manfaat yang kedua adalah, diam membantu urusan agama kita. Dengan diam, kita dapat lebih fokus pada kesadaran spiritual dan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Ketika kita diam, kita lebih mudah mendekatkan diri kepada-Nya, mengurangi ego, serta menjadi lebih bijak dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Diam adalah amalan yang tampak ringan, namun memiliki manfaat yang luar biasa. Meski terkesan sederhana, diam sebenarnya sangat berharga. Diam bukan berarti kita tidak berbicara sama sekali, tetapi berbicara pada waktu dan tempat yang tepat. Diam juga bukan tanda kelemahan, melainkan justru tanda kekuatan iman dan kesabaran. Oleh karena itu, marilah kita jadikan diam sebagai kunci keselamatan bagi diri kita, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan diam, kita bisa lebih menjaga diri dan menghindari perkataan yang bisa membawa keburukan. Diam memberi kita kesempatan untuk lebih banyak merenung, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita semua bisa menjaga lisan kita dengan baik, agar kita terhindar dari keburukan dan senantiasa mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin.

Haji dan Qurban Hanya Untuk Allah

Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam pada setiap bulan Dzulhijjah merupakan hari raya yang sangat identik dengan dua ibadah, yakni haji dan kurban. Hari raya Idul Adha, haji, dan kurban juga tak bisa dipisahkan dari kisah dan perjalanan hidup Nabi Ibrahim beserta keluarganya.   

Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Kisah perjalanan dan perjuangan keluarga Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar pada saat Allah menganugerahi mereka seorang putra yang sudah diidam-idamkan sejak lama, yakni Ismail. Nabi Ibrahim as mendapatkan perintah dari Allah swt melalui mimpi untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Perintah ini juga menjadi sebuah ujian keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim kepada Allah. Awalnya, ketika bermimpi diperintahkan untuk menyembelih Ismail, Ibrahim merasa ragu. Ia pun melakukan perenungan dan berfikir-fikir apakah ini benar-benar perintah Allah. Kemudian Nabi Ibrahim kembali bermimpi hal yang sama untuk menyembelih Ismail dan tahu jika itu adalah benar-benar perintah Allah swt. 

Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Dari peristiwa bersejarah keluarga Nabi Ibrahim ini, kita bisa banyak mengambil hikmah dan keteladanan. Dimulai dari keteladanan perjuangan hidup sampai dengan keteguhan iman dan takwa dalam menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Untuk berhaji, kita harus berkorban menyiapkan puluhan juta rupiah guna membayar biaya perjalanan ke Tanah Suci. Ditambah juga kesabaran tinggi karena harus rela antri bertahun-tahun karena banyaknya umat Islam yang ingin menjalankan rukun Islam kelima ini. Untuk berkurban, kita juga harus menyediakan anggaran jutaan rupiah untuk membeli hewan kurban dan kemudian dibagi-bagikan kepada orang lain.   

Namun, Kita tidak perlu khawatir. Harta dunia yang kita keluarkan untuk berangkat ke Tanah Suci ini akan dibalas oleh Allah swt dengan kenikmatan kehidupan akhirat di surga yang abadi. Rasulullah SAW bersabda:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ  

Artinya: “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR. Bukhari).   

Begitu juga dengan ibadah kurban, Rasulullah Saw bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ, أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ, إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا, وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِن اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِن الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا.  

Artinya: “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).  

Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Demikian khutbah Idul Adha ini. Semoga bisa menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Dan semoga Allah swt senantiasa menurunkan hidayah dan rezekinya kepada kita sehingga kita bisa menjalankan tugas kita untuk beribadah khususnya mampu untuk melakukan ibadah haji dan berkurban. Amin. 

Popular