Berkaitan dengan hati yang buruk tersebut, dalam Al Quran disebutkan ada lima tingkatan hati seseorang semakin memburuk. Di mulai dari hati yang berpenyakit, mengeras, membatu, ditutup oleh Allah, dan akhirnya dikunci mati. Dari lima tingkatan ini, mungkin saat ini kita berada pada tingkatan yang mana. Atau kah sedang menuju kepada salah satunya. Atau kepada yang terakhir?.
Pertama, hati yang berpenyakit adalah potensi kekotoran jiwa yang menyebabkan hati kita mulai mengeras. Ketika penyakit hati itu terus kita biarkan tanpa diobati apalagi sampai menjadi 'amalan'. Dalam Al qur’an telah disebutkan, ada beberapa potensi penyakit hati yang bisa menghijab hati seseorang, diantaranya adalah suka berbohong (dusta).
Qs. Al Baqarah (2): 10
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ
فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ
يَكۡذِبُونَ ١٠
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Penyakit hati lainya adalah serakah, iri, dengki.
Qs. Muhammad (47): 29
أَمۡ حَسِبَ ٱلَّذِينَ
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّن يُخۡرِجَ ٱللَّهُ أَضۡغَٰنَهُمۡ ٢٩
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira
bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?”
Penyakit hati juga adalah ragu-ragu.
Qs. An Nur (24): 50
أَفِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ
أَمِ ٱرۡتَابُوٓاْ أَمۡ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ وَرَسُولُهُۥۚ
بَلۡ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٥٠
“Apakah
(ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau
(karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan
rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang
yang zalim.”
Kemudian, penyakit hati juga bisa berupa penakut (termasuk takut mati).
Qs. Muhammad (47): 20
وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لَوۡلَا نُزِّلَتۡ سُورَةٞۖ فَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ مُّحۡكَمَةٞ
وَذُكِرَ فِيهَا ٱلۡقِتَالُ رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يَنظُرُونَ
إِلَيۡكَ نَظَرَ ٱلۡمَغۡشِيِّ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَأَوۡلَىٰ لَهُمۡ ٢٠
“Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturun-kan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.”
Kemudian lagi, sifat munafik.
Qs. Al Anfal (8): 49
إِذۡ يَقُولُ
ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّ هَٰٓؤُلَآءِ
دِينُهُمۡۗ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٤٩
“(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agama-nya." (Allah berfirman): "Barangsiapa yang ber-tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Di ayat lain juga
disebutkan bahwa di dalam hati sesorang itu ada penyakit bathiniyyah, seperti
kekafiran, kemunafikan, keragu-raguan dan sebagainya.
Qs. At Taubah (9): 125
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ
كَٰفِرُونَ ١٢٥
“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.”
Dan lebih jelas lagi, Allah Swt menyatakan bahwa orang yang munafik itu memiliki penyakit di dalam hatinya.
Qs. Al Ma`idah (5): 52
فَتَرَى ٱلَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يُسَٰرِعُونَ فِيهِمۡ يَقُولُونَ نَخۡشَىٰٓ أَن تُصِيبَنَا
دَآئِرَةٞۚ فَعَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَ بِٱلۡفَتۡحِ أَوۡ أَمۡرٖ مِّنۡ عِندِهِۦ
فَيُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَآ أَسَرُّواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ نَٰدِمِينَ ٥٢
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenang-an (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”
Penyakit hati lainnya adalah sifat dengki. Sifat ini merupakan kelanjutan dari sifat iri yang ada pada diri sese-orang. Ketika iri sudah bersarang dalam dirinya dan dibiarkan terus berkembang biak, maka nantinya akan berubah menjadi dengki. Iri itu merupakan sikap tidak senang atau suka terhadap nikmat atau kesenangan yang dimiliki atau didapat orang lain. Sedangkan dengki merupakan sikap tidak suka dan berusaha untuk menghilangkan atau menghancurkan kese-nangan orang itu.
Qs. Muhammad (47): 29
أَمۡ حَسِبَ ٱلَّذِينَ
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّن يُخۡرِجَ ٱللَّهُ أَضۡغَٰنَهُمۡ ٢٩
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?”
Kedua, Hati yang mengeras karena penyakit hati yang ada di dalam jiwanya tidak di obati. Kita tidak mau mengobatinya dan bahkan dibiarkan tumbuh berkembang dengan cara mengamalkannya setiap hari. Jika hal itu terus dibiarkan, maka dijamin hati kita bakal mengeras dan semakin men-dekati kondisi jiwa yang terhijab. Hati yang telah berubah mengeras itu disebabkan mereka telah berbuat fasik. Yakni, perbuatan dosa yang telah diperbuatnya secara terus-menerus. Selain itu, tidak peduli terhadap perintah Allah Swt atau percaya kepada Allah Swt, tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan melakukan perbuatan dosa, baik kecil ataupun besar.
Qs. Al Hadid (57): 16
۞أَلَمۡ
يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا
نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن
قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ
فَٰسِقُونَ ١٦
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebe-lumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Di ayat lain, disebutkan bahwa setan telah memberikan
godaan berupa kebagusan atau keindahan serta keelokan setiap pekerjaan yang
dilakukannya. Ia merasa bahwa perbu-atan yang dilakukannya sudah benar. Padahal
itu merupakan tipu muslihat setan saja. Akibat godaan itu, maka ia menjadi
lalai terhadap perintah Allah Swt. Ia lupa dan tidak mau lagi taat terhadap
perintah-Nya. Oleh sebab itu, hatinya menjadi keras.
Qs. Al An’am (6): 43
فَلَوۡلَآ إِذۡ
جَآءَهُم بَأۡسُنَا تَضَرَّعُواْ وَلَٰكِن قَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَزَيَّنَ لَهُمُ
ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٤٣
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.”
Padahal setan hanya memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. Allah Swt memberikan cobaan berupa godaan setan itu kepada mereka yang di dalam hatinya ada penyakit dan kasar hatinya. Ketika, godaan dari setan itu diperturutkannya, maka ia termasuk orang yang telah berbuat zalim.
Qs. Al Hajj (22): 52-53
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن
قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلۡقَى
ٱلشَّيۡطَٰنُ فِيٓ أُمۡنِيَّتِهِۦ فَيَنسَخُ ٱللَّهُ مَا يُلۡقِي ٱلشَّيۡطَٰنُ
ثُمَّ يُحۡكِمُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٥٢ لِّيَجۡعَلَ مَا يُلۡقِي ٱلشَّيۡطَٰنُ
فِتۡنَةٗ لِّلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ وَٱلۡقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمۡۗ وَإِنَّ
ٱلظَّٰلِمِينَ لَفِي شِقَاقِۢ بَعِيدٖ ٥٣
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia men-jadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.”
Ketiga, Hati yang lebih keras lagi yang dalan bahasa Al quran di sebut sebagai 'Hati yang membatu' atau lebih keras dari batu. Hal itu disebabkan hati yang sudah mengeras sehingga lupa akan mengingat Allah Swt. Mereka ini berada dalam kesesatan yang nyata.
Qs. Az Zumar (39): 22
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ
صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ فَوَيۡلٞ
لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ
مُّبِينٍ ٢٢
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
Di ayat lain juga disebutkan hati yang menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Hal ini disebabkan, mereka tidak mentaati setiap perintah-Nya itu. Bahkan cenderung berbuat zalim atau kejahatan. Allah Swt selalu mengawasi setiap hamba-Nya. Dia tidak akan lengah sedikit pun pada setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Untuk itu, manusia harus benar-benar sadar bahwa perbuat-annya selalu diawasi-Nya. Ketika ia berbuat baik, maka Allah akan mengetahui dan membalasnya dengan kebaikan. Begitu juga, ketika manusia berbuat keburukan, Allah juga akan mengetahuinya, dan akan membalasnya sesuai dengan perbu-atannya itu.
Qs. Al Baqarah (2):74
ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم
مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗۚ وَإِنَّ مِنَ
ٱلۡحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنۡهُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا
يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَشَّقَّقُ
فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ ٧٤
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
Keempat, Hati akan benar-benar terhijab jika kualitas hati semakin memburuk sehingga hatinya tertutup. Karena hatinya sudah berpaling dan melupakan ayat-ayat-Nya setelah diperingatkan berkali-kali. Hal itu disebabkan mereka ingkar terhadap perintah-Nya, sehingga diberikan kutukan berupa tertutupnya hati mereka dari kebenaran.
Qs. Al Baqarah (2): 88
وَقَالُواْ قُلُوبُنَا
غُلۡفُۢۚ بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ فَقَلِيلٗا مَّا يُؤۡمِنُونَ ٨٨
“Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keing-karan mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.”
Di ayat lain, dijelaskan lagi bahwa Allah telah meletakkan tutupan di atas hati mereka. Sehingga mereka tidak bisa lagi memahami ajaran yang telah diberikan Allah Swt. Selain itu, telinga mereka juga disumbat sehingga tidak dapat lagi mendengar atau menerima petunjuk kebaikan selama-lama-nya. Ketika ia diseru kepada kebaikan, ia tidak bisa lagi men-dengarnya. Hal itu disebabkan, mereka telah berpaling dari ayat-ayat Allah Swt, sehingga menjadi zalim.
Qs. Al Kahfi (18): 57
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن
ذُكِّرَ بَِٔايَٰتِ
رَبِّهِۦ فَأَعۡرَضَ عَنۡهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتۡ يَدَاهُۚ إِنَّا جَعَلۡنَا
عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۖ وَإِن
تَدۡعُهُمۡ إِلَى ٱلۡهُدَىٰ فَلَن يَهۡتَدُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا ٥٧
“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lama-nya.”
Kelima, adalah orang yang hatinya bukan hanya sekedar tertutup alias terhijab, melainkan sudah dikunci mati karena keingkarannya terhadap Allah yang sudah melampaui batas. Segala perintah Allah tidak dilaksanakan dan justru larangan-Nya yang dikerjakan sehingga setiap peringatan yang dituju-kan kepadanya ditolak, maka Allah Swt akan mengunci hatinya. Mereka telah berbuat lalai, dan diakhirat kelak akan menjadi orang yang merugi.
Qs. An Nahl (16): 108-109
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ
طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٠٨ لَا جَرَمَ
أَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
١٠٩
“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi.”
Hal itu disebabkan mereka awalnya beriman, kemudian menjadi kafir lagi. Oleh sebab itu, Allah Swt mengunci mati hatinya. Dan mereka tidak akan mengerti lagi arti kebenaran yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.
Qs. Al Munafiqun (63): 3
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ
ءَامَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا
يَفۡقَهُونَ ٣
“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.”
Di ayat lain, disebutkan bahwa hati yang terkunci itu tidak akan dapat mendengar pelajaran yang baik. mereka kelak akan mendapatkan azab akibat dosa-dosa yang telah mereka laku-kan.
Qs. Al A’raf (7): 100
أَوَ لَمۡ يَهۡدِ
لِلَّذِينَ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ أَهۡلِهَآ أَن لَّوۡ
نَشَآءُ أَصَبۡنَٰهُم بِذُنُوبِهِمۡۚ وَنَطۡبَعُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا
يَسۡمَعُونَ ١٠٠
“Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduk-nya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?”
Dari kelima tahapan hati yang memburuk tersebut, mungkin salah satu atau beberapanya ada dalam diri kita masing-masing. Kalau tidak semuanya minimal salah satunya ada pada kita. Mungkin yang paling banyak adalah tahapan yang pertama, yaitu hati berpenyakit. Penyakit hati itu ada pada semua orang, mulai dari yang awam maupun yang sudah khawas. Awam dan Khawas adalah dua kategori yang sering digunakan para ulama untuk menyebut manusia pada umumnya. Awam berarti orang-orang kebanyakan. Penge-tahuan atau pemahaman akal mereka masih sederhana dan dangkal. Bila mereka itu penganut Islam, maka kualitas keimanan dan amal saleh mereka masih rendah. Mereka mengakui adanya Allah dan kerasulan Nabi Muhammad, hanya berdasarkan pembenaran atas pengajaran yang disampaikan para guru atau mubalig. Mereka melakukan amal saleh tanpa pemahaman yang mendalam dan kukuh. Bila mereka bertobat, maka itu masih dalam taraf tobat dan dosa besar, yang kadang-kadang masih mereka lakukan. Keberagamaan mereka perlu terus menerus dibimbing dan dijaga oleh kaum Khawas.
Khawas berarti orang-orang pilihan. Pengetahuan dan pemahaman akal mereka terhadap sesuatu sudah mendalam. Bila mereka penganut Islam, maka itu berarti bahwa kualitas iman dan amal saleh mereka sudah tinggi. Mereka mengakui adanya Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Mereka meyakini Allah dan Rasul-Nya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal yang sudah matang. Mereka laksanakan tugas-tugas agama berdasarkan pemahaman yang mendalam. Bila mereka bertobat, maka itu bukanlah dari dosa-dosa besar, tapi dari kekhilafan atau dosa kecil, yang masih mungkin tim-bul dari pribadi mereka.
Di samping itu juga terdapat istilah khawasul khawas, yang berarti pilihan dari pilihan. Menurut kaum sufi, selain dari para nabi, hanya mereka yang memiliki hati yang suci (yakni dengan mata hati yang mampu menyaksikan rahasia Tuhan secara langsung, karena hijab yang menutup mata-batin sudah dapat dihilangkan melalui mujahadah) yang dapat disebut dengan istilah terakhir ini. Mereka itu merupa-kan auliya Allah (para wali), dan minimal para arifin atau para sufi. Keimanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak lagi berdasarkan dalil-dalil pemikiran akal, tapi telah dikukuhkan dengan penyaksian mata hati tersebut. Rasa rida dan cinta mereka kepada Allah menjadi luar biasa, demikian pula amal saleh mereka bagi sesama makhluk.
Untuk itulah, agar kita terpelihara dari semua penyakit hati itu, maka mulai sekarang kita memperbaiki kualitas hati kita untuk selalu dekat dengan-Nya. Penyakit hati itu harus dihilangkan dari diri kita, sehingga hati nantinya menjadi sehat. Setiap kebaikan dan keburukan yang dilakukan sese-orang merupakan makanan bagi hatinya. Makanan yang baik dan halal untuk hati itu antara lain :
Pertama Dzikrullah. Mengingat Allah dalam setiap kesempatan serta di manapun ia berada. Allah Swt menyata-kan bahwa apabila hamba-Nya ingat dengan-Nya, maka Dia juga akan mengingatnya. Ia akan mendapatkan rahmat serta ampunan dari Allah Swt.
Qs. Al Baqarah (2): 152
فَٱذۡكُرُونِيٓ
أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ
١٥٢
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.”
Dengan selalu ingat kepada Allah, maka hati setiap orang akan menjadi tentram, damai dan bahagia.
Qs. Ar Ra’d (13): 28
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ
ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”
Kedua, Istighfar. Yakni memohon ampun dari keburukan yang dapat menimbulkan dosa. Allah Swt mengetahui diantara hambanya itu orang-orang yang memiliki penyakit. Untuk itu memohonlah ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang dilakukan. Sebab, Allah Swt Maha Pengampun atas setiap kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan hambanya.
Qs. Al Muzzammil (73): 20
۞إِنَّ
رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَيِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ
وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ
وَٱلنَّهَارَۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا
تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ وَءَاخَرُونَ
يَضۡرِبُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَءَاخَرُونَ
يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُۚ
وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا
حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ
هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ
غَفُورٞ رَّحِيمُۢ ٢٠
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikan-lah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Di ayat lain juga disebutkan, bahwa siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia meminta ampun atas kesalahannya itu, maka Allah Swt akan memberikan ampunan.
Qs. An Nisa (4): 110
وَمَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا
أَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهُۥ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورٗا
رَّحِيمٗا ١١٠
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ketiga, berdoa. Allah Swt memerintahkan kepada umat manusia untuk berdoa kepada-Nya. Allah Swt akan mencela orang yang mengabaikan doa. Orang-orang yang seperti itu dikatakan Allah sebagai orang yang sombong. Padahal, hanya Allah saja yang berhak sombong.
Qs. Al Mu’min (40): 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي
سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ٦٠
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyem-bah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”
Rasulullah Saw bersabda
قال صلى الله عليه وسلم : إِنَّهُ
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَ غْضَبْ عَلَيْهِ. (رواه الترمذي)
“Barangsiapa yang tidak mau meminta (memohon) kepada Allah, maka Allah murka terhadapnya.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah ra).
Doa yang dipanjatkan dengan khusyuk bisa melembutkan hati. Ketika pikiran tertuju kepada Allah, hati merasa tentram dan damai. Seolah-olah ia merasa dekat dengan Allah Swt. Dengan doa seperti itu, Allah pasti akan mengabulkan doanya.
Qs. Al Baqarah (2): 186
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ
فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang ber-doa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendak-lah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Keempat, Bershalawat kepada Nabi Saw. Bershalawat, kalau dari Allah berarti memberi rahmat, sedangkan dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan “Allahuma shalli ala Muhammad”.
Qs. Al Ahzab (33): 56
إِنَّ ٱللَّهَ
وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
٥٦
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya ber-shalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Bershalawat kepada nabi merupakan suatu kebaikan. Di dalam Al qur’an dinyatakan bahwa orang yang melakukan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali kebaikan pula. Untuk itu, setiap orang yang bershalawat akan mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatannya. Semakin banyak ia ber-shalawat kepada nabi, semakin banyak pula kelipatan pahala yang didapatnya.
Qs. Al An’am (6): 160
مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ
فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا
مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ١٦٠
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْ رًا. (رواه مسلم(
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408).
Kelima, Qiyamullail (shalat malam). Shalat ini merupakan shalat yang sangat dianjurkan oleh nabi. Shalat ini dilaksa-nakan pada pertigaan malam. Tidak banyak orang yang mampu menjalankannya. Pada saat itu merupakan tidur yang paling enak. Jika ada yang mampu bangun, kemudian melaksanakan shalat, sungguh itu hal yang luar biasa. Ketenangan, kenyamanan dan kedamaian akan sangat terasa pada saat menjalankan shalat itu sampai waktu subuh (terbit fajar). Hati menjadi tentram, lembut dan tenang. Tidak ada lagi kegelisahan dan ketakutan di dalam dirinya. Pada pertigaan malam itu, serasa sangat dekat dengan Tuhannya. Pada saat itu, kekhusyukan ibadah akan sangat terasa. Seolah-olah tidak ada penghalang antara dirinya dengan Sang Pencipta. Orang yang mampu melaksanakan shalat malam itu akan diangkat derajatnya menjadi orang yang terpuji.
Qs. Al Isra (17): 79
وَمِنَ ٱلَّيۡلِ
فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةٗ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا
مَّحۡمُودٗا ٧٩
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagi-mu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwa Rasulullah Saw
bersabda :
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَ عْدَ
صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم(
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (HR. Muslim no. 1163).
Apabila kita mampu, melaksanakan lima hal di atas secara rutin, maka hati yang awalnya berpenyakit tidak akan sampai mengeras, membatu, tertutup apalagi sampai terkunci. Ia akan cepat terobati. Hati akan menjadi tenang dan tentram. Jauh dari kegelisahan dan ketakutan. Hidupnya akan menjadi lebih bermakna dan tenang. Cahaya kegembiraan dan kebaha-giaan akan selalu terpancar di wajahnya sampai ajal kelak menjemputnya. Semoga!
#Menyebarluaskan
Kebaikan#
2 komentar:
Trimakasih
Cara Buka Hati yang terKunci gmn pak,
Posting Komentar