
Tanggal 17 Ramadan biasanya diperingati sebagai Nuzulul Qur’an. Yakni
peristiwa turunnya al qur’an yang terjadi pada diri Rasulullah Saw. Peristiwa
itu terjadi pada waktu awal Rasulullah Saw menerima Wahyu pertama di Mekkah. Ketika
itu beliau sedang berkhalwat (menyendiri) di sebuah gua yang bernama Hira. Malaikat
Jibril datang menemui Rasulullah saw dengan menyuruhnya membaca. Rasulullah Saw
menyatakan tidak bisa membaca. Maka dituntunlah Rasulullah saw oleh Malaikat Jibril
untuk membaca al qur’an (Qs. 96:1-5). Para sejarawan menyatakan bahwa peristiwa
itu terjadi pada tanggal 17 Ramadan. Peristiwa itu dijadikan sebagai peristiwa
Nuzululul Qur’an. Di Indonesia selalu diperingati setiap tahunnya. Bahkan
diperingati sebagai agenda kenegaraan yang dilaksanakan di istana Negara. Masyarakat
di Indonesia juga melakukan peringatan terhadap peristiwa itu. Mereka
melaksanakannya dimesjid-mesjid, musala, kantor, sekolah, kampus dan
sebagainya. Acara yang dilaksanakan adalah tadarus al qur’an, ceramah agama,
lomba keagamaan seperti tilawah, azan, busana muslim, puitisasi al qur’an,
pidato, tahfiz dan sebagainya.
Tahun ini, bulan Ramadan masih dalam masa pandemi covid-19. Dimana
peningkatan jumlah pasien yang terpapar virus terus meningkat tajam. Untuk
mengurangi penyebaran covid-19 itu, pemerintah telah memberlakukan 5 M, yakni
Memakai Masker, Mencuci Tangan dengan air yang mengalir, Menjaga Jarak,
Menjauhi Kerumunan dan Melakukan Mobilitas sosial. Diantara 5 M itu, salah
satunya melarang masyarakat untuk melakukan kerumunan yang mengumpulkan orang
banyak dalam satu tempat. Dengan begitu, untuk sementara masyarakat tidak dapat
lagi melakukan sebuah acara yang mengumpulkan orang banyak, baik di mesjid,
musala, gedung, dan sebagainya. Sehingga berdampak kepada acara keagamaan
seperti peringatan Nuzulul Qur’an ini. Biasanya acara tetap dilaksanakan akan
tetapi dengan standar protokol kesehatan yang ketat. Jumlah masa yang hadir
dibatasi, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan tidak melakukan
jabat tangan. Acara bisa juga dilakukan dengan live straming diyoutube atau
melalui zoom meeting. Intinya, acara tetap dapat terlaksana walaupun dilakukan
secara sederhana dan tidak mengundang orang banyak.
Nuzulul Qur’an
merupakan peristiwa turunnya al qur’an. Dalam Nuzulul Qur’an terdapat pelajaran
yang sangat berharga bagi umat Islam. Bukan saja sebagai sebuah acara
seremonial belaka. Akan tetapi, dalam peringatan Nuzulul Qur’an itu bagaimana
umat Islam bisa kembali mempelajari al qur’an, memahami dan mentadaburinya. Umat
islam diajak untuk kembali kepada al qur’an yang merupakan kitab pedoman bagi kehidupan
umat Islam. Dengan al qur’an, maka umat Islam akan kembali menjadi umat teladan
di muka bumi ini (Qs.3:110). Semua itu akan terjadi apabila umat Islam mau
menjadikan al qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya. Al qur’an tidak hanya
dibaca dari juz 1 sampai juz 30. Al qur’an juga tidak hanya untuk dihafal saja.
Akan tetapi lebih dari itu yaitu ditadaburi (Lihat Qs.38:29). Menurut Ibnu Katsir tadabbur ialah memahami makna dari lafadz Al-Qur’an, dan memikirkan
mengenai apa yang ayat-ayat Al-Qur’an tunjukkan tatkala tersusun, dan yang
terkandung di dalamnya, dan juga apa yang menjadikan makna-makna Al-Qur’an itu
sempurna, dari segala isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam lafal
Al-Qur’an, serta pengambilan manfaat oleh hati dengan tunduk di hadapan
nasihat-nasihat Al-Qur’an, patuh terhadap perintah-perintahnya, dan mengambil
ibrah (pelajaran) darinya.
Mempelajari,
memahami dan merenungi ayat-ayat al qur’an merupakan tugas kita semua. Apapun bidang
keahliannya, baik laki-laki maupun perempuan jangan sampai lupa untuk mengkaji
al qur’an. Al qur’an bukan hanya dipelajari dan dikaji oleh para santri
dipondok pesantren. Terlalu kecil dan sempit kalau al qur’an hanya dikaji dari
segi pengetahuan agama saja. Al quran merupakan kitab induk ilmu pengetahuan di
muka bumi ini. Al qur’an memuat semua jenis ilmu pengetahuan di muka bumi ini. Di
dalam al qur’an banyak sekali kajian ilmu pengetahuan seperti kajian alam
semesta dan isinya, laut, darat, udara, manusia, binatang, tumbuhan, gunung dan
sebagainya. Selain itu, Al qur’an bukan hanya membahas makrokosmos (alam
semesta dan segala isinya) bahkan juga yang mikrokosmos (dunia kecil, khususnya
manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran kecil alam
semesta). Bahkan, al qur’an juga menceritakan tentang hal-hal
yang gaib seperti malaikat, jin, surga-neraka, dan terjadinya kiamat kelak. Al qur’an
juga berisi petunjuk untuk bisa hidup bahagia, baik di dunia maupu akhirat. Semua
orang bisa mempelajarinya. Tidak hanya terbatas bagi kalangan umat Islam saja. Al
qur’an bisa juga dipelajari oleh orang-orang diluar Islam. Mereka yang merasa
takjub dan merasa menerima kebenaran dari hasil kajiannya akan mudah menerima
islam sebagai agama yang dibenar. Tidak sedikit para ilmuwan yang tidak beragama
islam meneliti sesuatu ternyata mendapat kebenarannya dari al qur’an. Sehingga mereka
menyatakan masuk islam.
Merupakan tanggung
jawab semua umat islam untuk menjaga dan memelihara keagungan al qur’an. Semua orang
berlomba untuk membaca, mempelajari dan merenungi makna yang terkandung dalam
ayat-ayat al qur’an. Gunakan keahlian masing-masing untuk terus mengkaji makna
yang terkandung dibalik ayat-ayatnya. Jangan sampai ada pola pikir bahwa
kewajiban ulama saja untuk mengkaji al qur’an itu. Semua sarjana merupakan ilmuwan.
Setiap ilmuan adalan ulama dibidangnya masing-masing. Mereka harus mampu
menggunakan keilmuannya masing-masing untuk bisa mengkaji al qur’an. Untuk itulah,
momentum Nuzulul Qur’an ini hendaknya dijadikan untuk kembali memahami dan
merenungkan makna-makna yang terkandung dari ayat-ayat al qur’an. Jangan berhenti
di seremonial belaka. Akan tetapi jadikan untuk kebangkitan ilmu pengetahuan. Dengan
begitu, maka umat Islam bisa bangkit dan menjadi umat teladan di muka bumi ini.
Semoga!
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 27 April 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar