MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Kamis, 12 September 2019

Kesedihan

Kesedihan berasal dari kata sedih. Artinya merasa sangat pilu dalam hati atau susah hati. Bisa juga berarti menimbulkan rasa susah (pilu) dalam hati. Atau duka. Dari kata sedih itu akan muncul berbagai kata yang lainnya, seperti bersedih yang artinya bersusah hati, berduka cita atau merasa pilu (belas kasihan). Menyedihkan, yaitu menimbulkan rasa sedih (pilu), menyusahkan hati dan bersedih hati tentang sesuatu. Penyedih yang artinya orang yang mudah atau selalu bersedih hati. Dan kesedihan, yaitu perasaan sedih, duka cita dan kesusahan hati. Dari pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa kesedihan itu merupakan perasaan sedih, pilu, susah maupun duka yang dirasakan seseorang. Kesedihan merupakan sikap yang ditunjukkan seseorang karena ada sesuatu masalah atau musibah yang datang menimpanya. Rasa sedih terpancar dijiwanya, sehingga kesedihan itu dirasakan begitu mendalam di dalam hati. Kesedihan itu bisa dirasakan oleh orang yang mengalami sebuah kejadian atau peristiwa. Kesedihan juga bisa dirasakan oleh orang lain yang melihat atau menyaksikan kejadian itu. Bisa juga dirasakan oleh orang yang mendengar sebuah berita kejadian atau peristiwa. Mendengar berita atau informasi itu bisa melalui media elektronik, internet ataupun media sosial. Jadi, kesedihan itu bisa dirasakan oleh siapapun. Tergantung sebab akibat dari peristiwa atau kejadian itu. Bisa jadi, orang yang mengalami suatu peristiwa ia tidak sedih. Ia tegar, sabar dan ikhlas menerimanya. Akan tetapi justru orang yang melihat, mendengar dan menyaksikan peristiwa itu yang merasa sedih. Mereka merasa kasihan dan iba terhadap nasib yang menimpanya. Kesedihan itu mereka rasakan sebagai bentuk persaudaraan sebagai sesama manusia. Walaupun, orang yang mendapatkan peristiwa itu tidak merasakan kesedihan itu.

Peristiwa atau kejadian yang bisa mendatangkan kesedihan itu berbagai macam. Diantaranya, bencana alam (seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, longsor, tsunami dan sebagainya), musibah, kebakaran, kecelakaan, kematian, kecurian/kemalingan, sakit, kerusakan, dan sebagainya. Peristiwa yang terjadi itu ada yang berskala besar, ada pula yang kecil. Besar kecilnya kejadian atau peristiwa bisa dilihat dari tingkat kerusakan dan kematian yang merenggut nyawa seseorang atau orang banyak. Bisa juga dilihat dari besar kecilnya kerugian yang di derita orang yang terkena kejadian itu. Sehingga menyebabkan beban atau masalah bagi orang yang terkena peristiwa itu. Selain itu, kesedihan juga bisa disebabkan oleh responsif terhadap suatu persoalan yang menyangkut perasaan, seperti penghinaan, putus cinta atau ditolak cintanya, tidak mendapat perhatian dari orang yang disayanginya (seperti orang tua, kekasih/pacar, suami/istri, kawan/sahabat, keluarga dan sebagainya). Kesedihan juga bisa muncul dari kekurangan ekonomi (miskin), ilmu pengetahuan (bodoh), dan ilmu agama serta ilmu-ilmu lainnya. Selain itu, kesedihan juga bisa muncul karena kehilangan atau penurunan dari jabatan (kekuasaan). Awal mulanya dihormati dan dibanggakan karena statusnya di masyarakat, kemudian hilang karena ada sebab tertentu, juga menimbulkan kesedihan dan sebagainya.   

Pada hakekatnya, semua manusia memiliki masalah masing-masing. Masalah itu bisa kecil maupun besar. Masalah yang tidak terselesaikan bisa menimbulkan ketakutan dan kesedihan. Apalagi kalau masalah itu tidak kunjung terselesaikan secara baik. Permasalahan yang dialami setiap orang berbeda-beda dan tidak sama. Walaupun ada yang sama, biasanya pemecahan dan solusinya pun bisa berbeda. Satu persoalan saja tidak terselesaikan bisa menimbulkan kesedihan, apalagi kalau persoalan itu banyak dan bertumpuk-tumpuk dan semuanya tak terselesaikan, maka tidak bisa terbayangkan bagaimana pusing dan stres kejiwaannya. Rasa stres dan frustasi itu lah yang mendatangkan ketakutan dan kesedihan di dalam jiwanya. Padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa dibalik ketakutan itu ada harapan yang akan dicapai. Harapan itu merupakan kebahagiaan yang akan diberikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang bersabar dan ikhlas menerima apapun situasi dan kondisi yang diberikan Allah Swt kepadanya. Harapan itu berupa janji yang akan ditepati Allah Swt kelak berupa surga. Untuk itu, janganlah merasa takut dan sedih. Sebab, Allah Swt telah menyatakan sebagai pelindung dalam kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Di dalam Al qur’an Allah Swt memberikan contoh ketakutan itu berupa kilat (cahaya yang berkelebat dengan cepat di langit, seperti petir). Padahal di balik kilat itu akan muncul awan mendung dan menurunkan hujan dari langit. Hujan itu sangan bermanfaat bagi semua makhluk hidup di bumi. Dengan hujan itu, Allah Swt menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya, Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. (Qs.13:12). “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya(Qs.30:24). “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta(Qs.41:30-31).

Kesedihan juga akan dirasakan seseorang ketika mendapatkan musibah. Musibah yang didapatkannya itu bisa dari kecelakaan, kebakaran, kerugian dan kebangkrutan, pemecatan kerja, sakit dan luka, perkelahian dan yang lebih besar lagi berupa banjir, longsor, gempa bumi dan gunung meletus. Semua musibah yang dialami setiap orang akan mendatangkan kerugian, baik materiil maupun psikis. Setiap kerugian yang didapatkannya akan menimbulkan beban kejiwaan yang mendalam. Tergantung bagi setiap orang dalam menyikapinya. Bagi mereka yang tidak sanggup menanggung beban kejiwaan itu akan mengalami gangguan jiwa, hal itu dimulai dari rasa sedih yang berkepanjangan. Jiwanya tidak bisa menerima setiap masalah dan musibah yang menimpa dirinya, sehingga jiwanya menjadi terganggu (tergoncang). Allah Swt menyatakan janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Maka Allah Swt akan menurunkan ketenangan kepadanya dan membantu dengan bala tentara berupa malaikat-malaikat yang tidak terlihat olehmu. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs.9:40). Allah Swt menyatakan bahwa tiada suatu bencana dan musibah apapun yang menimpa sesuatu di muka bumi ini melainkan semuanya telah tertulis di dalam kitab-Nya, yakni Lauhul Mahfuzh. Hal itu diberikan oleh Allah agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Allah kepadamu. Yakni gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah. Sehingg berbuat kikir dan menyuruh orang lain juga berbuat kikir. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Qs.57:22-24).

Setiap kesedihan yang dirasakan merupakan beban yang dipikul oleh setiap orang. Pada dasarnya, setiap manusia ketika mengalami masalah dan cobaan berupa musibah akan merasa sedih. Akan tetapi, cara menyikapi kesedihan itu bermacam-macam, tergantung keimanan yang dimilikinya. Bagi mereka yang beriman dan yakin dengan keimanan dan keislamannya, maka kesedihan yang dirasakannya itu tidak akan berlarut-larut. Karena dia memahami dan meyakini, bahwa setiap masalah dan musibah yang didapatnya, semuanya berasal dari Allah Swt. Oleh sebab itu, setiap persoalan hidup, baik kesusahan dan kesedihan hendaklah di sampaikan hanya kepada Allah Swt saja. Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak mentaati perintah Rasul yang mengakibatkan kekalahan bagi mereka. Sebab hanya Allah yang mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Hal ini telah difirmankan-Nya  Ya'qub menjawab: Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (Qs.12:86). Allah Swt menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati lagi terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Firman-Nya “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs.3:153).

Oleh karena itu, yakinlah bahwa Allah yang memberikan segala kesusahan dan kesedihan terhadap kita. Dengan berbagai peristiwa atau kejadian yang diberikan kepada manusia. Setiap kejadian itu merupakan ‘skenario’  dari Allah Swt. Tidak ada satupun kejadian di alam semesta ini yang luput dari pengamatan-Nya. Kesedihan merupakan bagian kecil dari ‘skenario’ itu. Maka dari itu, Dia pula yang akan menghilangkannya. Allah akan memberikan karunia-Nya berupa tempat yang kekal di dalam surga. Di tempat itu tidak akan ada lagi rasa sedih, lelah dan lesu. Firman-Nya Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu. (Qs.35:34-35). Sebab, sesungguhnya Allah bisa  menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka janganlah engkau biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Firman-Nya “Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (Qs.35:8).

Untuk itu, Allah Swt telah mengajarkan kepada kita agar jangan bersedih. Dan tidak akan menjadi orang yang bersedih. Pertama, bersabar dan bertasbih. Sabar merupakan suatu keadaan jiwa yang yang kokoh, stabil, dan konsekuen (teguh) dalam pendirian. Jiwanya tidak akan tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat dan pedihnya tantangan yang sedang dihadapinya, pantang mundur dan tak kenal menyerah. Sikap sabar ini dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia ini merupakan kehendak (iradah) dari Allah Swt. Oleh sebab, itu sikap sabar merupakan sebuah keniscayaan dan bukannya keterpaksaan menghadapi masalah apapun. Selain sikap sabar, Allah Swt juga menyuruh hamba-Nya untuk bertasbih. Tasbih merupakan zikir dengan mengagungkan dan mensucikan disertai dengan pembersihan diri dari segala kekurangan. Bertasbih kepada Allah berarti mengagungkan dan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi keagungan, kemuliaan, kasih sayang, dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Tasbih merupakan ucapan (zikir) yang senantiasa dilakukan setiap saat. Allah Swt menyatakan bertasbih itu sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah pula pada waktu tengah malam dan diujung siang hari, agar engkau merasa tenang. Firman-Nya Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang (Qs.20:130). Sebab, hanya Allah sajalah yang dapat menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka yang telah ada. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana(Qs.48:4).

Kedua, orang-orang yang beriman dan bertakwa. Iman merupakan pondasi berupa keyakinan yang kuat terhadap keesaan Allah Swt. Orang yang beriman akan memiliki keyakinan yang kuat, bahwa Allah lah Penguasa alam semesta ini. Allah yang mengatur semua kehidupan semua makhluk di dunia ini. Oleh karenanya ia tidak akan takut, khawatir apalagi bersedih menghadapi kehidupan ini. Dengan iman yang kuat, akan membuahkan takwa kepada-Nya. Yakni rasa kesadaran kebertuhanan yang baik dalam jiwanya. Dengan begitu, jiwanya akan menjadi tenteram, damai dan bahagia. Firman-Nya “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Qs.10:62-63). Di ayat lain juga disebutkan, bahwa seorang hamba tidak akan merasakan kekhawatiran dan bersedih hati bagi mereka yang beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka yang berserah diri kepada-Nya. Dengan berserah diri, maka ia telah mempasrahkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Dalam hidupnya hanya tunduk dan patuh terhadap perintah-Nya. Dengan begitu, tidak ada yang bisa menghalanginya untuk taat dan dekat kepada-Nya. Firman-Nya “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. (Qs,43:68-69). Di ayat lain ditambahkan lagi, bahwa barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak akan ada kekhawatiran dan tidak pula bersedih hati.  Perbaikan yang dimaksud adalah selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi dengan selalu memperbaiki diri, maka kesalahan-kesalahan itu akan tertutupi oleh banyaknya kebaikan. Firman-Nya “Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Qs.6:48).
Ketiga, Beriman, Amal Saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Amal saleh merupakan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan. Perbuatan yang dilakukan itu bisa bermanfaat bagi orang banyak. Allah Swt menyuruh hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam melakukan perbuatan baik. semakin banyak perbuatan baik yang dilakukan, maka akan mendapatkan balasan berupa pahala yang banyak dari Allah Swt. Dengan begitu, ia akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa nantinya, baik didunia maupun diakhirat. Demikian dengan salat. Salat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada semua manusia yang muslim. Sebanyak lima kali (Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya) yang wajib dikerjakan sehari semalam. Selain itu, ditambah lagi dengan salat sunah lainnya yang telah dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Serta menunaikan zakat bagi yang mampu. Zakat itu ada dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (harta). Zakat fitrah dikeluarkan dan diserahkan pada awal Ramadhan sampai sebelum selesai shalat ‘Id di hari raya Idul Fitri. Sedangkan zakat mal diserahkan kapan saja apabila telah memenuhi nisab dan haul. Semua kewajiban itu harus dilakukan dengan sepenuh hati demi mengharap rida-Nya. Mereka akan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Dan tidak akan ada kekhawatiran apalagi sampai bersedih hati di dalam menjalani hidup ini. Firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs.2:277).

Keempat, orang-orang yang menafkahkan hartanya. Salah satu ciri orang yang bertakwa kepada Allah adalah mereka yang mau menafkahkan sebagian hartanya baik pada saat lapang maupun sempit (Qs.3:134). Harta yang dimiliki merupakan titipan dari Allah Swt. Manusia hanya mengelola dan mengaturnya saja. Di dalam harta itu ada hak milik fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkan lainnya. Untuk keberkahan harta yang kita miliki, senantiasa diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan itu. Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yang menafkahkah (memberikan) sebagian hartanya, baik di waktu malam dan siang hari, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Akan mendapatkan pahala disisi-Nya. Mereka itu tidak akan merasakan kekhawatiran dan bersedih hati. Firman-Nya “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs.2:274). Di ayat lain Allah Swt juga menyatakan bahwa mereka yang telah memberikan (menafkahkan) sebagian hartanya untuk perjuangan mengharap rida-Nya. Kemudian ketika memberikan harta itu tidak menyebut-nyebutnya supaya mendatangkan pujian orang lain. dan ketika memberikannya tidak mengucapkan kata-kata kasar atau yang menyakiti hati yang menerimanya. Maka mereka akan mendapatkan pahala yang besar dan tidak akan memperoleh kekhawatiran dan bersedih hati. Firman-Nya Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs.2:262).

Karenanya, janganlah bersedih dan merasa khawatir dari setiap masalah dan musibah yang kita terima. Bersabarlah, tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Allah Swt melarang hamba-Nya untuk bersikap lemah dan bersedih hati. Sebab, Allah Swt telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya. Dengan syarat mereka mau beriman kepada-Nya. Firman-Nya Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Qs.3:139). Dengan begitu, kesedihan dan kekhawatiran akan tergantikan dengan ketenangan. Bahkan Allah Swt menyatakan bahwa mereka yang memiliki jiwa tenang akan kembali kepada-Nya dengan hati yang puas dan lagi diridai-Nya. Mereka akan masuk ke dalam Jemaah hamba-hamba Allah dan akan masuk ke dalam surga-Nya. Firman-Nya “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (Qs.89:27-30). Untuk itu, berserah dirilah hanya kepada Allah Swt saja. Sabar dalam menghadapi setiap masalah dan kesulitan. Yakin akan pertolongan Allah kapan pun dan dimana pun ia berada, dengan senantiasa selalu berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya di muka bumi ini. Maka, tidak ada lagi kesedihan dan kekhawatiran. Yang ada adalah ketenangan. Semoga!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 12 September 2019

Senin, 09 September 2019

Berubah...

Berubah berasal dari kata ubah. Artinya menjadi lain (berbeda) dari semula. Atau bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain. Dari kata ubah itu muncul kata perubahan yang berarti hal (keadaan) berubah, peralihan atau pertukaran. Berubah bukanlah menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Berubah merupakan pergantian atau peralihan dari sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain. Perubahan itu diakibatkan oleh perjalanan waktu, musim ataupun campur tangan dari manusia maupun binatang dan sebagainya. Setiap perubahan yang terjadi akan membawa dampak yang baik dan buruk. Tergantung dari cara menyikapi perubahan itu. Perubahan yang terjadi di alam ini sangat banyak. Semuanya akan mengalami perubahan. Seperti perubahan cuaca atau iklim, perubahan manusia, dari bayi, anak-anak, remaja, tua dan meninggal dunia. Tumbuhan yang tumbuh subur, yang menghasilkan bunga dan buah-buahan dan akan mengalami kekeringan dan mati. Hewan yang bertelur atau melahirkan kemudian tumbuh menjadi bayi, anak-anak, dewasa dan juga mati, dan sebagainya.

Dalam Al qur’an Allah Swt telah menjelaskan tentang perubahan-perubahan itu. Semuanya akan mengalami perubahan seiring dengan perputaran ruang dan waktu. Mulai dari alam semesta yang terus mengembang dan melebar. Firman-Nya Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya” (Qs.51:47). Pertumbuhan dan perkembangan manusia, yang penciptaannya dari saripati tanah, kemudian menjadi air mani yang disimpan ditempat yang kukuh (Rahim). Dari air mani itu dijadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat), setelahnya menjadi segumpal daging. Kemudian menjadi tulang belulang dan dibungkus dengan daging. Setelahnya menjadi makhluk yang berbentuk lain (bayi). Setelah itu, manusia pasti akan mengalami kematian. Firman-Nya Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.” (Qs.23:12-15). Selain itu, Allah Swt juga menciptakan manusia dari keadaan lemah, kemudian menjadikannya kuat dan setelahnya menjadi lemah kembali dan beruban (tua). Firman-Nya Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs. 30:54). Perubahan juga terjadi pada hewan. Ada yang melahirkan, bertelur kemudian hidup dan berkembang biak dan mati. Hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya. Sebagian lagi berjalan dengan dua kaki dan sebagian lagi berjalan dengan empat kaki. Firman-Nya Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs.24:45). Begitu pula tumbuhan. Allah Swt menyatakan bahwa Dia-lah yang menurunkan air hujan dari langit. Kemudian ditumbuhkan dengan air itu tumbuh-tumbuhan tanaman yang menghijau. Setelahnya dikeluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir (tunas) yang banyak. Firman-Nya Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Qs.6:99). Tanaman memerlukan air dan suhu yang sesuai agar biji dapat berkecambah. Saat biji berkecambah, maka embrionya akan keluar untuk membentuk akar-akar kecil. Setelahnya akan membentuk batang, ranting, daun dan juga buah. Akhirnya, akan mengalami kerusakan dan mati. Firman-Nya “Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (Qs.6:95).

Perubahan dalam hari juga terjadi. Allah Swt telah mempergantikan malam dan siang dalam sehari. Firman-Nya Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.”  (Qs.24:44). Allah Swt juga yang mengatur pertukaran malam dan siang. Firman-Nya Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (Qs.23:80). Allah Swt juga yang menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Firman-Nya “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs.39:5). Begitulah perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada alam semesta, manusia, hewan, tumbuhan, maupun waktu. Semuanya berubah sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Tidak ada di dunia ini yang tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi merupakan Sunnatullah. Ketika ada yang berhenti (tidak berubah lagi), maka ia akan mengalami kerusakan, kehancuran dan kematian. Karena itu, semua makhluk di dunia ini akan selalu mengalami perubahan sampai saatnya nanti akan berhenti. Tidak ada yang abadi, kecuali Sang Pencipta perubahan itu sendiri.

Hidup ini adalah perubahan. Setiap perubahan di dalam kehidupan ini harus mendatangkan manfaat dan kebaikan. Jangan sampai perubahan dalam hidup itu justru mengarah kepada kejahatan dan keburukan. Kesuksesan di dalam hidup merupakan sebuah usaha dalam menggapai perubahan hidup itu. Jangan sampai berhenti untuk meraih keberhasilan. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Perubahan demi perubahan untuk menuju kesuksesan dan kebaikan harus dilakukan. Jangan berhenti dan puas dengan hasil yang ada. Sebab, ketika berhenti bisa saja digilas oleh zaman (waktu). Kegagalan bahkan kehancuran bisa saja terjadi setiap saat. Allah Swt menyatakan bahwa Dia tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya. Firman-Nya “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs.13:11).

Apalagi dalam ibadah kepada Allah Swt. Setiap saat harus ditingkatkan. Sebelum masa tua dan ajal menjemput. Setiap hari harus berubah menuju ketakwaan. Bukan sebaliknya, justru menurun kepada keburukan dan kesesatan. Allah Swt menyatakan bahwa hendaklah setiap orang selalu memperhatikan dan mempersiapkan dirinya untuk esok harinya perbuatan yang mengarah kepada ketakwaan. Sebab, Allah Swt mengetahui setiap saat apapun yang kita dikerjakan. Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs.59:18). Untuk itu tidak ada pilihan bagi kita untuk selalu mengevaluasi setiap hari apa yang dikerjakan. Apakah sudah mengarah kepada kebaikan (takwa) ataukah justru kearah keburukan dan kesesatan. Grafik Kehidupan setiap hari harusnya selalu mengarah kepada peningkatan kebaikan. Allah Swt telah menyatakan siapa yang berat timbangan kebaikannya, maka dia akan mendapat keberuntungan. Sebaliknya, siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka dia merupakan orang yang merugikan dirinya sendiri. Firman-Nya “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (Qs.23:102-103). Untuk itu, di penghujung tulisan ini, mari kita renungkan puisi yang diucapkan seorang Filsuf dari Pakistan, Sir Mohammad Iqbal berikut Di jalan ini tak ada tempat berhenti, sikap lamban berarti mati, siapa yang bergerak dialah yang terdepan, Berhenti –sejenak pun– pasti tergilas!”. Kalau kita tidak ingin tergilas oleh zaman (waktu), maka berusahalah untuk selalu berubah mengikuti perkembangan zaman itu. Dalam arti, berubah menuju kepada arah kebaikan. Sehingga bisa bermanfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Semoga!


Paringin, 9 September 2019
#Mari Sebarkan Kebaikan#

Popular