Peristiwa atau kejadian yang bisa mendatangkan
kesedihan itu berbagai macam. Diantaranya, bencana alam (seperti gempa bumi,
gunung meletus, banjir, longsor, tsunami dan sebagainya), musibah, kebakaran, kecelakaan,
kematian, kecurian/kemalingan, sakit, kerusakan, dan sebagainya. Peristiwa yang
terjadi itu ada yang berskala besar, ada pula yang kecil. Besar kecilnya
kejadian atau peristiwa bisa dilihat dari tingkat kerusakan dan kematian yang
merenggut nyawa seseorang atau orang banyak. Bisa juga dilihat dari besar
kecilnya kerugian yang di derita orang yang terkena kejadian itu. Sehingga
menyebabkan beban atau masalah bagi orang yang terkena peristiwa itu. Selain
itu, kesedihan juga bisa disebabkan oleh responsif terhadap suatu persoalan
yang menyangkut perasaan, seperti penghinaan, putus cinta atau ditolak
cintanya, tidak mendapat perhatian dari orang yang disayanginya (seperti orang
tua, kekasih/pacar, suami/istri, kawan/sahabat, keluarga dan sebagainya).
Kesedihan juga bisa muncul dari kekurangan ekonomi (miskin), ilmu pengetahuan
(bodoh), dan ilmu agama serta ilmu-ilmu lainnya. Selain itu, kesedihan juga
bisa muncul karena kehilangan atau penurunan dari jabatan (kekuasaan). Awal
mulanya dihormati dan dibanggakan karena statusnya di masyarakat, kemudian hilang
karena ada sebab tertentu, juga menimbulkan kesedihan dan sebagainya.
Pada hakekatnya, semua manusia memiliki masalah
masing-masing. Masalah itu bisa kecil maupun besar. Masalah yang tidak terselesaikan
bisa menimbulkan ketakutan dan kesedihan. Apalagi kalau masalah itu tidak
kunjung terselesaikan secara baik. Permasalahan yang dialami setiap orang
berbeda-beda dan tidak sama. Walaupun ada yang sama, biasanya pemecahan dan
solusinya pun bisa berbeda. Satu persoalan saja tidak terselesaikan bisa
menimbulkan kesedihan, apalagi kalau persoalan itu banyak dan bertumpuk-tumpuk
dan semuanya tak terselesaikan, maka tidak bisa terbayangkan bagaimana pusing
dan stres kejiwaannya. Rasa stres dan frustasi itu lah yang mendatangkan
ketakutan dan kesedihan di dalam jiwanya.
Padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa dibalik ketakutan itu ada harapan yang
akan dicapai. Harapan itu merupakan kebahagiaan yang akan diberikan Allah Swt
kepada hamba-hamba-Nya yang bersabar dan ikhlas menerima apapun situasi dan
kondisi yang diberikan Allah Swt kepadanya. Harapan itu berupa janji yang akan
ditepati Allah Swt kelak berupa surga. Untuk itu, janganlah merasa takut dan
sedih. Sebab, Allah Swt telah menyatakan sebagai pelindung dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak. Di dalam Al qur’an Allah Swt memberikan contoh
ketakutan itu berupa kilat (cahaya
yang berkelebat dengan cepat di langit, seperti petir). Padahal di balik kilat
itu akan muncul awan mendung dan menurunkan hujan dari langit. Hujan itu sangan
bermanfaat bagi semua makhluk hidup di bumi. Dengan hujan itu, Allah Swt
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Hal ini dinyatakan dalam
firman-Nya, “Dia-lah Tuhan yang
memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia
mengadakan awan mendung.” (Qs.13:12).
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan)
ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi
dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya” (Qs.30:24). “Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan: “Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta” (Qs.41:30-31).
Kesedihan juga akan dirasakan seseorang ketika mendapatkan
musibah. Musibah yang didapatkannya itu bisa dari kecelakaan, kebakaran,
kerugian dan kebangkrutan, pemecatan kerja, sakit dan luka, perkelahian dan
yang lebih besar lagi berupa banjir, longsor, gempa bumi dan gunung meletus.
Semua musibah yang dialami setiap orang akan mendatangkan kerugian, baik
materiil maupun psikis. Setiap kerugian yang didapatkannya akan menimbulkan
beban kejiwaan yang mendalam. Tergantung bagi setiap orang dalam menyikapinya.
Bagi mereka yang tidak sanggup menanggung beban kejiwaan itu akan mengalami
gangguan jiwa, hal itu dimulai dari rasa sedih yang berkepanjangan. Jiwanya
tidak bisa menerima setiap masalah dan musibah yang menimpa dirinya, sehingga
jiwanya menjadi terganggu (tergoncang). Allah Swt menyatakan janganlah
engkau bersedih, sesungguhnya Allah selalu bersama
kita. Maka Allah Swt akan menurunkan ketenangan kepadanya dan
membantu dengan bala tentara berupa malaikat-malaikat yang tidak
terlihat olehmu. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya “Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan
keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah.
Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qs.9:40). Allah
Swt menyatakan bahwa tiada suatu bencana dan musibah apapun yang menimpa sesuatu
di muka bumi ini melainkan semuanya telah tertulis di dalam kitab-Nya, yakni Lauhul
Mahfuzh. Hal itu diberikan oleh Allah agar kamu tidak bersedih hati
terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan Allah kepadamu. Yakni gembira yang
melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada
Allah. Sehingg berbuat
kikir dan menyuruh orang lain juga berbuat kikir. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. Hal ini dinyatakan dalam
firman-Nya “Tiada suatu bencanapun yang menimpa
di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam
kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput
dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan
menyuruh manusia berbuat kikir. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya
Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Qs.57:22-24).
Setiap kesedihan yang dirasakan merupakan beban yang dipikul oleh
setiap orang. Pada dasarnya, setiap manusia ketika mengalami masalah dan cobaan
berupa musibah akan merasa sedih. Akan tetapi, cara menyikapi
kesedihan itu bermacam-macam, tergantung keimanan yang dimilikinya. Bagi mereka
yang beriman dan yakin dengan keimanan dan keislamannya, maka kesedihan yang dirasakannya itu tidak akan berlarut-larut.
Karena dia memahami dan meyakini, bahwa setiap masalah dan musibah yang
didapatnya, semuanya berasal dari Allah Swt. Oleh sebab itu, setiap
persoalan hidup, baik kesusahan dan kesedihan hendaklah di sampaikan hanya
kepada Allah Swt saja. Kesedihan
kaum muslimin disebabkan mereka tidak mentaati perintah Rasul yang
mengakibatkan kekalahan bagi mereka. Sebab hanya Allah yang
mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Hal ini telah
difirmankan-Nya “Ya'qub
menjawab: “Sesungguhnya
hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (Qs.12:86). Allah Swt menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu
tidak bersedih hati lagi terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa
yang menimpamu. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Firman-Nya “(Ingatlah)
ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang
berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah
menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati
terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu.
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs.3:153).
Oleh karena itu, yakinlah bahwa Allah yang memberikan segala
kesusahan dan kesedihan terhadap kita. Dengan berbagai
peristiwa atau kejadian yang diberikan kepada manusia. Setiap kejadian itu
merupakan ‘skenario’ dari Allah Swt. Tidak
ada satupun kejadian di alam semesta ini yang luput dari pengamatan-Nya.
Kesedihan merupakan bagian kecil dari ‘skenario’ itu. Maka dari itu, Dia pula yang
akan menghilangkannya. Allah akan memberikan karunia-Nya berupa tempat
yang kekal di dalam surga. Di tempat itu tidak akan ada lagi rasa sedih, lelah
dan lesu. Firman-Nya “Dan mereka berkata: “Segala puji
bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan
kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami
dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa
lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Qs.35:34-35). Sebab,
sesungguhnya Allah bisa menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
Maka janganlah engkau biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Firman-Nya “Maka
apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk
lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh
setan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena
kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat” (Qs.35:8).
Untuk itu, Allah Swt telah mengajarkan kepada kita agar jangan
bersedih. Dan tidak akan menjadi orang yang bersedih. Pertama,
bersabar
dan bertasbih. Sabar merupakan suatu keadaan jiwa yang yang kokoh,
stabil, dan konsekuen (teguh) dalam pendirian. Jiwanya tidak akan tergoyahkan,
pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat dan pedihnya tantangan yang
sedang dihadapinya, pantang mundur dan tak kenal menyerah. Sikap sabar ini
dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia ini merupakan
kehendak (iradah) dari Allah Swt. Oleh sebab, itu sikap sabar merupakan
sebuah keniscayaan dan bukannya keterpaksaan menghadapi masalah apapun. Selain sikap
sabar, Allah Swt juga menyuruh hamba-Nya untuk bertasbih. Tasbih merupakan zikir dengan mengagungkan dan mensucikan
disertai dengan pembersihan diri dari segala kekurangan. Bertasbih kepada Allah
berarti mengagungkan dan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi
keagungan, kemuliaan, kasih sayang, dan kekuasaan-Nya atas segala
sesuatu. Tasbih merupakan ucapan
(zikir) yang senantiasa dilakukan setiap saat. Allah Swt menyatakan bertasbih
itu sebelum
matahari terbit, dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah pula pada waktu tengah
malam dan diujung siang hari, agar engkau merasa tenang.
Firman-Nya “Maka sabarlah kamu atas apa
yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit
matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di
malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang” (Qs.20:130). Sebab,
hanya Allah sajalah yang dapat menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka yang telah ada. “Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs.48:4).
Kedua, orang-orang yang
beriman dan bertakwa. Iman merupakan pondasi berupa keyakinan yang kuat
terhadap keesaan Allah Swt. Orang yang beriman akan memiliki keyakinan yang
kuat, bahwa Allah lah Penguasa alam semesta ini. Allah yang mengatur semua
kehidupan semua makhluk di dunia ini. Oleh karenanya ia tidak akan takut,
khawatir apalagi bersedih menghadapi kehidupan ini. Dengan iman yang kuat, akan
membuahkan takwa kepada-Nya. Yakni rasa kesadaran kebertuhanan yang baik dalam
jiwanya. Dengan begitu, jiwanya akan menjadi tenteram, damai dan bahagia. Firman-Nya
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali
Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa. (Qs.10:62-63). Di ayat lain juga disebutkan, bahwa seorang hamba
tidak akan merasakan kekhawatiran dan bersedih hati bagi mereka yang beriman
kepada ayat-ayat Allah dan mereka yang berserah diri kepada-Nya. Dengan berserah diri, maka ia telah mempasrahkan
dirinya hanya kepada Allah Swt. Dalam hidupnya hanya tunduk dan patuh terhadap
perintah-Nya. Dengan begitu, tidak ada yang bisa menghalanginya untuk taat dan
dekat kepada-Nya. Firman-Nya “Hai
hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang
berserah diri. (Qs,43:68-69). Di ayat lain ditambahkan lagi, bahwa barangsiapa yang beriman dan
mengadakan perbaikan, maka tak akan ada kekhawatiran dan tidak pula bersedih
hati. Perbaikan yang dimaksud adalah
selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan
yang dilakukan. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi dengan
selalu memperbaiki diri, maka kesalahan-kesalahan itu akan tertutupi oleh
banyaknya kebaikan. Firman-Nya “Dan
tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira
dan memberi peringatan. Barangsiapa
yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Qs.6:48).
Ketiga, Beriman, Amal Saleh, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat. Amal saleh merupakan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan. Perbuatan yang
dilakukan itu bisa bermanfaat bagi orang banyak. Allah Swt menyuruh hamba-Nya
untuk berlomba-lomba dalam melakukan perbuatan baik. semakin banyak perbuatan
baik yang dilakukan, maka akan mendapatkan balasan berupa pahala yang banyak
dari Allah Swt. Dengan begitu, ia akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa
nantinya, baik didunia maupun diakhirat. Demikian dengan salat. Salat merupakan
kewajiban yang dibebankan kepada semua manusia yang muslim. Sebanyak lima kali
(Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya) yang wajib dikerjakan sehari semalam. Selain
itu, ditambah lagi dengan salat sunah lainnya yang telah dianjurkan oleh
Rasulullah Saw. Serta menunaikan zakat bagi yang mampu. Zakat itu ada dua,
yaitu zakat fitrah dan zakat mal (harta). Zakat fitrah dikeluarkan dan
diserahkan pada awal Ramadhan sampai sebelum selesai shalat ‘Id di hari raya
Idul Fitri. Sedangkan zakat mal diserahkan kapan saja apabila telah memenuhi
nisab dan haul. Semua kewajiban itu harus dilakukan dengan sepenuh hati demi
mengharap rida-Nya. Mereka akan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Dan tidak
akan ada kekhawatiran apalagi sampai bersedih hati di dalam menjalani hidup
ini. Firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs.2:277).
Keempat, orang-orang
yang menafkahkan hartanya. Salah satu ciri orang yang bertakwa kepada Allah
adalah mereka yang mau menafkahkan sebagian hartanya baik pada saat lapang
maupun sempit (Qs.3:134). Harta yang dimiliki merupakan titipan dari Allah Swt.
Manusia hanya mengelola dan mengaturnya saja. Di dalam harta itu ada hak milik
fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkan lainnya. Untuk keberkahan harta
yang kita miliki, senantiasa diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan itu.
Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yang menafkahkah (memberikan) sebagian
hartanya, baik di waktu malam dan siang hari, baik secara sembunyi-sembunyi
maupun terang-terangan. Akan mendapatkan pahala disisi-Nya. Mereka itu tidak
akan merasakan kekhawatiran dan bersedih hati. Firman-Nya “Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs.2:274). Di ayat lain Allah Swt juga menyatakan bahwa mereka yang telah
memberikan (menafkahkan) sebagian hartanya untuk perjuangan mengharap rida-Nya.
Kemudian ketika memberikan harta itu tidak menyebut-nyebutnya supaya mendatangkan
pujian orang lain. dan ketika memberikannya tidak mengucapkan kata-kata kasar
atau yang menyakiti hati yang menerimanya. Maka mereka akan mendapatkan pahala
yang besar dan tidak akan memperoleh kekhawatiran dan bersedih hati. Firman-Nya
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs.2:262).
Karenanya, janganlah bersedih dan merasa khawatir dari
setiap masalah dan musibah yang kita terima. Bersabarlah, tingkatkan keimanan
dan ketakwaan kita kepada-Nya. Allah Swt melarang
hamba-Nya untuk bersikap lemah dan bersedih hati. Sebab,
Allah Swt telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling tinggi
derajatnya. Dengan syarat mereka mau beriman kepada-Nya. Firman-Nya “Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (Qs.3:139). Dengan
begitu, kesedihan dan kekhawatiran akan tergantikan dengan
ketenangan. Bahkan Allah Swt menyatakan bahwa mereka yang
memiliki jiwa tenang akan kembali kepada-Nya dengan hati yang puas dan lagi diridai-Nya.
Mereka akan masuk ke dalam Jemaah hamba-hamba Allah dan akan masuk ke dalam
surga-Nya. Firman-Nya “Hai jiwa yang
tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah
ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke
dalam surga-Ku. (Qs.89:27-30). Untuk itu, berserah dirilah hanya kepada Allah Swt
saja. Sabar dalam menghadapi setiap masalah dan kesulitan. Yakin akan
pertolongan Allah kapan pun dan dimana pun ia berada, dengan senantiasa selalu berbuat
kebaikan sebanyak-banyaknya di muka bumi ini. Maka, tidak ada lagi kesedihan
dan kekhawatiran. Yang ada adalah ketenangan. Semoga!
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 12 September 2019